Amenda Puspa Fauziah-Perbaikan Kep - Bencana 1
Amenda Puspa Fauziah-Perbaikan Kep - Bencana 1
Dibuat Oleh :
NIM : C1AA17016
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpa
han Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan te
pat pada waktunya. Dalam makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantu
an dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama meng
erjakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh kar
ena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat memban
gun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan maka
lah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bencana alam. diantaranya seperti gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi serta
tanah longsor.
2. Bencana yang disebabkan oleh manusia. Contohnya seperti terorisme, hutan yang
sengaja dibakar, kebakaran rumah dan lain sebagainya.
Adapun waktu muncul bencana terdiri dari 2 waktu, mendadak dan perlahan lahan.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulawan terbesar di dunia, oleh sebab itu
bencana marak terjadi di Indonesia sehingga dijuluki negara 1001 bencana, adapun dampak
yang dihasilkan oleh bencana pun beragam, seperti terjadinya kematian, penyakit yang tidak
terduga, kerusakan fasilitas hingga kerusakan lainnya.
Definisi managemen bencana yaitu Manajemen bencana merupakan serangkaian
kegiatan yang dilasanakan dalam rangka usaha pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan yang berkaitan dengan kejadian bencana. Adapun kegiatan kegiatan
manajemen bencana yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapan, peringatan dini, tanggap darurat,
bantuan darurat, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Prinsip Prinsip Bencana
1. Komprehensif
Integratif
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013, jumlah penduduk yang
terpapar oleh potensi bencana adalah sebanyak 205 juta jiwa.
Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang
sepanjang lempeng Pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia.
Indonesia memiliki lebih dari 500 gunungapi dengan 127 di antaranya berstatus aktif.
1. NON DISASTER (interdisaster Phase) ; Periode waktu di antara satu bencana dengan
bencana berikutnya.
2. PREDISASTER (Preimpact Phase) ; Bencana belum terjadi tapi info ttg bencana
sudah cukup. “early warning system” telah berfungsi.
Pre-Hospital Service
48% Dari semua pasien yang memerlukan ambulance pada rentang usia > 66 tahun.
Sebagian besar panggilan ke pusat ambulance oleh orang lain, selain pasien sendiri
(82%).
Data dispacher 46% dari semua pasien yang membutuhkan ambulance langsung.
65 % membutuhkan rs rujukan.
Lingkum bantuan yaitu pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana
System komando musibah masal Pada setiap bencana atau musibah masal harus ada
komandan lapangan. Yang menjadi komandan utama di lapangan tergantung dari jenis dan
tempat bencana. Pada umumnya komandan ini akan berasal dari Kepolisian. Di daerah
militer, komandan adalah militer setempat atau di pelabuhan, komandan adalah syahbandar
atau kepala pelabuhan udara.
Daerah terlarang, kecuali untuk petugas penyelamat (rescue) yang sudah mamakai alat
proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat izin masuk dari komandan di area ini karena
area ini Masih sangat berbahaya.
Di luar area 1, hanya boleh dimasuki petugas khusus, seperti tim kesehatan,dekontaminasi
petugas ataupun pasien. Pos komando utama dan sektor kesehatan harus ada pada area ini.
Di luar area 2. Tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di zone ini karena
jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk pembagian area itu adalah secara
komando.
Prioritas utama atau prioritas tertinggi ( Warna merah ) Ada gangguan A-B-C. Contoh
adalah penderita sesak ( gangguan airway ) , Cervikal-spine injury,pneumothorax,
perdarahan hebat,shock,hypotermi.warna merah
Prioritas sedang ( Warna kuning ) tanpa gangguan A-B-C, Tanpa gangguan ABC
tetapi akan menjadi buruk bila tidak diatasi atau di tinggalkan.ditinggalkan. Contoh
adalah patah tulang paha, luka bakar tanpa gangguan Airway.
Prioritas rendah ( Warna Hijau ) Contoh adalah penderita dengan luka tidak berdarah
lagi atau patah tulang lengan atau tangan,ABC tidak ada masalah.
Penderita gawat darurat dan klasfikasinya yaitu Penderita gawat darurat adalah penderita
yang terancam kematian dan kecacatan jika tidak segera mendapatkan bantuan pertolongan.
Critical ill Patient = perlu pertolongan segera karena terancam jiwanya (kondisi gawat).
Emergency Patient = perlu pertolongan segera (darurat) dengan kemungkinan terancam
jiwanya (gawat) atau mungkin tak ada ancaman jiwa.
Kehidupan penderita gawat darurat tergantung pada Airway Tidak ada sumbatan,
Ventilasi Terpenuhi, Sirkulasi Tidak Terganggu, Neurologis Normal, Cara Ekstrikasi,
Evakuasi & Transportasi dilakukan secara tepat. Three modls of dead cause trauma TAHAP
PERTAMA ; terjadi dalam detik-menit & sudah terjadi kerusakan organ permanen. TAHAP
KEDUA ; Kematian terjadi setelah beberapa jam TAHAP KETIGA ; Kematian terjadi dalam
beberapa hari-minggu, karena infeksi atau gagal multi organ dll.
POLITIS ; kebijakan, sistem pengaturan, organisasi, dana, upaya preventif & promosi.
Justice : ketentuan dalam memberikan penanganan yang sama pada setiap orang tidak
memilih/ membeda-bedakan
Aspek legal pada masalah kesehatan yaitu : UU Kesehatan, Hukum Pidana dan perdata,
Hukum khusus (Negara), Perpres, Kep Men, Kode Etik, Standar profesi, Standar operating
procedure
1. Cepat dan Tepat : Yang dimaksud dalam prinsip ini adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
Keterlambatan dalam penanganan akan meningkatkan dampak baik dari segi material
maupun korban jiwa.
2. Prioritas : Yang dimaksud dengan prioritas adalah apabila terjadi bencana, kegiatan
penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan
kegiatan manusia.
4. Berdaya guna daan berhasil guna : Bahwa dalam memberikan pertolongan pada korban
bencana alam perlu memperhatikan aspek waktu, tenaga dan biaya.
9. Non proletisi : Larangan menyebarkan agama atau keyakinan dalam keadaan darurat
bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
4. Kep Menkes RI no 205 / Menkes/ SK/ III/1999 ttg petunjuk pelaksanaan permintaan
dan pengriman bantuan medik di RS rujukan saat bencana
5. Kep Menkes RI no 876/Menkes/ SK/ XI/2006 ttg kebijakan dan strategi nasional
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan
D. Konsep Dan Model Triage Bencana Dimasa Pandemi Covid-19
Triage adalah Peningkatan pasien yang datang pada unit gawat darurat yang diberikan
tidak dapat diprediksi dengan sangat akurat. Namun hanya sebagian tertentu dari pasien yang
melakukan membutuhkan pertolongan penyelamatan hidup atau kondisi medis yang
mendesak, sebagian lain hanya perlu diberikan obat dan perawatan dapat dilanjutkan di
rumah (Grossmann et al., 2018; Schellein et al, ).
Model CTAS
CTAS: The Canadian Emergency DepartmentTriage & Acuity Scale (CTAS). 5 Level
CTAS.
Level 1 Pasien dengan kategori ini 98%harus segera ditangani oleh dokter.
Level 2 Pasien dengan kategori ini 95% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 15
menit.
Level 3 Pasien dengan kategori ini 90% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 30
menit.
Level 4 Pasien dengan kategori ini 85% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 60
menit .
Level 5 Pasien dengan kategori ini 80% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 120
menit.
Level CTAS
LevelI 1 : Resuscitation. Tidak responsif, tanda vital tidak ada / tidak stabil, dehidrasi
parah dan gangguan pernapasan parah membutuhkan segera intervensi agresif.
LevelI Emergent. Kondisi yang berpotensi mengancam anggota tubuh atau fungsi,
membutuhkan intervensi medis yang cepat atau tindakan yang didelegasikan. Waktu
untuk penilaian dokter / wawancara ≤ 15 menit.
Level III Urgent.Kondisi yang berpotensi berkembang menjadi masalah serius yang
membutuhkan intervensi darurat . Dapat dikaitkan dengan ketidaknyamanan yang
signifikan atau mempengaruhi kemampuan untuk bekerja dan kegiatan hidup sehari-
hari. Waktu ke dokter ≤ 30 menit.
Level IV Less Urgent (Semi urgen). Kondisi yang berkaitan dengan usia pasien,
kesulitan, potensi kerusakan atau komplikasi akan mendapat manfaat dari intervensi
atau jaminan dalam 1-2 jam). Waktunya ke dokter ≤ 1 jam.
Manchester triage scale Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom pasien yang datang ke
unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil keputusan. Berdasarkan keluhan
utama pasien, ditetapkan 52 algoritma contohnya algoritma trauma kepala, dan algoritma
nyeri perut. Dalam tiap algoritma ada diskriminator yang menjadi landasan pengambilan
keputusan, diskriminator tersebut adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti
tingkat kesadaran, derajat nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas.
ESI
Definisi EWS National Early Warning Score adalah sistem penilaian kumulatif yang
menstandarkan penilaian tingkat keparahan penyakit akut, Skor dihitung dengan
menggunakan tanda vital pasien, Menunjukkan tanda-tanda awal pemburukan, Digunakan di
semua rumah sakit.
Prinsip triage :
Selection of People
Biasanya dalam keadaan bencana masal dengan korban yang cukup banyak.
E. Organisasi Penanganan Bencana di Indonesia
Menurut UU bencana no 24 tahun 2007, Indonesia membuat badan penanggulangan
bencana, yang disingkat BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) – setingkat Menteri
BPBD tingkat I
(Badan Penaggulangan Bencana Daerah TkI)
BPBD tingkat II
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tk II)
4. Kep Menkes RI no 205 / Menkes/ SK/ III/1999 ttg petunjuk pelaksanaan permintaan
dan pengriman bantuan medik di RS rujukan saat bencana
5. Kep Menkes RI no 876/Menkes/ SK/ XI/2006 ttg kebijakan dan srategi nasional
penanggulangan krisis dan masalah kesehatan
Tugas BNPB
F. Survilance bencana
Definisi survilence bencana Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang sistematis dan
berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan data serta penyebar luasan
informasi untuk pengambilan keputusan dan tindakan segera. Tujuan survilance bencana
yaitu mengurangi jumlah kematian, rasiko kematian dan kecacatan, mencegak penyakit
menular, mengatasi kesehatan lingkungan
Deteksi dini
Peran survilance
Mendapatkan data dasar penyakit dan faktor risiko, sehingga dapat diteliti
kemungkinan pencegahan dan penanggulangan, dan program nantinya dapat
dikembangkan
Laporan Masyarakat
Hasil Wawancara
Imunisasi
Membangun pos kesehatan Pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah sarana kesehatan
sementara yang diberi tanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar untuk
masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi pengungsi dan sekitarnya
Pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan kematian melalui pencatatan
harian kunjungan rawat jalan (form BA-3 dan BA-6);
Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat, pengolahan data kesakitan menurut
jenis penyakit dan golongan umur per minggu (form BA-4);
Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat;
Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan usia dan tempat tinggal
per minggu (form BA-4);
Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
Pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan data kematian melalui
pencatatan rujuka kasus harian kunjungan rawat jalan dan rawat inap dari para korban
bencana(form BA‐3, BA‐6);
Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat;
Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan usia dan tempat tinggal
per minggu (form BA-4);
Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
Etiologi :
3. Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yg biasanya dengan
benda yg tidak tajam
4. Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yg masuk ke dlm
kulit dgn diameter kecil
5. Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat
6. Luka tembus, yaitu luka yg menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal masuk
diameternya kecil tapi pada bagian ujung lukanya melebar
7. Luka bakar, yaitu luka yg diakibatkan oleh paparan panas, misal api dan bahan kimia
8. Luka gigitan hewan, disebabkan adanya gigitan hewan liar atau piaraan.
1. Pembersihan Luka
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan utk membuang jaringan mati dan
benda asing.
Berikan antiseptic.
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi local.
2. Penutupan luka
Hindari penutupan primer pada luka terinfeksi dan meradang, luka kotor.
3. Pembalutan
Pertimbangan dlm menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi
luka.
Memilih balutan :
Tujuan pembalutan :
b. Membantu hemostasis.
g. Sebagai fiksasi dan efek penekanan yg mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
Jika seseorang mengalami luka akibat bencana, yang pertama harus diperhatikan adalah
melihat jenis lukanya.
Selain itu perlu juga menentukan apakah luka tersebut membutuhkan pengobatan khusus
dari tenaga medis atau tidak.
Jika luka yang dialami adalah luka tertutup berupa luka lecet atau gores, bagian tubuh
yang luka dapat digerakkan seperti biasa, dan tidak ada nyeri hebat pada luka,
kemungkinan besar luka tersebut dapat diobati sendiri.
Meski begitu, luka seperti itu tak boleh dianggap sepele. Perawatan lukanya harus sangat
diperhatikan agar tak terjadi infeksi.
5. Pertolongan pertama
Untuk mencegah infeksi pada luka, orang yang akan merawat luka harus mencuci
tangannya dengan air bersih dan sabun terlebih dahulu. Jika tak ada air bersih, Anda
bisa menggunakan hand sanitizer. Sebisa mungkin, hindari menyentuh luka terbuka
dengan tangan.
Lihat dengan saksama, apakah darah terus menerus mengalir pada luka tersebut. Jika
ya, carilah kain pembalut luka (perban) atau kain bersih lainnya. Selanjutnya, letakkan
perban pada daerah luka dan tekan bagian tersebut dengan tangan selama setidaknya
3-5 menit terus menerus untuk menghentikan perdarahan. Setelah itu, amati apakah
perdarahannya sudah berhenti. Jika belum, lakukan hal yang sama selama lima menit
lagi. Begitu seterusnya.
Cegah tetanus
Untuk mencegah tetanus, nantinya tim medis akan memberikan vaksinasi dan
imunoglobulin antitetanus. Namun sebelum itu dilakukan, hal yang tak kalah penting
untuk mencegah tetanus adalah dengan mencuci luka dengan air mengalir dan sabun.
Alirkan air (misalnya air minum) ke daerah luka, lalu secara lembut dan perlahan,
gosok luka dengan air dan sabun hingga tak ada kotoran menempel pada luka.
Jika yakin bahwa luka bisa dibersihkan dengan optimal, maka luka sebaiknya ditutup
setelah pencucian luka selesai. Idealnya, luka ditutup dengan perban tahan air. Namun
jika ini tak tersedia, sementara waktu bisa juga luka ditutup dengan plastik yang
bersih. Namun demikian, jika tak semua kotoran di daerah luka bisa dibersihkan,
justru sebaiknya luka tak ditutup. Penutupan luka justru akan ”menjebak” bakteri
untuk berkembang biak di daerah luka.
Jika rasa nyeri pada luka mulai terasa mengganggu, boleh mengonsumsi untuk
membantu meredakan nyeri. Obat antinyeri yang dijual bebas - misalnya parasetamol
– bisa menjadi pilihan.
Rencana persiapan dan manajemen perawatan luka (B), (C), (D), (E)
b. Cairan pembersih haruskan cairan mudah digunakan dan non sitotoksik seperti
normal saline atau air keran. Membuang jaringan mati atau benda asing, jika tdk
dpt menghindari infeksi maka harus lakukan debridement.
b. Dokumentasi utk penilaian luka harus menjadi bagian dari kebijakan dan
prosedur.
c. pitelisasi.
c. Pengkajian ulang luka dan pengkajian adanya inflamasi atau infeksi yg persistent
adalah focus dari evaluasi yang menunjukkan bahwa luka membaik atau
memburuk.
d. Jika infeksi terjadi dan penggunaan balutan topical tdk tepat diiindikasikan dengan
adanya kegagalan perkembangan penyembuhan luka, maka rujuk pasien ke rumah
sakit.
KSB dibentuk dengan maksud untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bencana berbasis masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia yang ada pada lingkungan setempat.
Tujuan KSB :
Lingkup KSB
Daerah yang akan dibentuk sebagai KSB harus memiliki kerawanan terhadap jenis
bencana tertentu; dan
Adanya kesiapan dan peran serta aktif masyarakat yang bermukim di daerah rawan
bencana untuk membentuk KSB.