2 Landasan Pengembangan Kurikulum
2 Landasan Pengembangan Kurikulum
KURIKULUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum
Dosen Pembimbing : Dr. Baskoro Adi Prayitno,S.Pd.,M.Pd.
Disusun oleh:
1. Dilla Rapika Sari (K4315015)
2. Fadhilatur Rahmi (K4315021)
3. Mayasari Mahfudhotul Khasanah (K4315035)
KELOMPOK 2
KELAS A
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Landasan Pengembangan Kurikulum”.
Penyusunan makalah ini merupakan satu syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Telaah Kurikulum.
Tak lupa juga, penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan saran dan dukungan terhadap penyelesaian makalah ini. Penulis
menyadari tanpa bantuan mereka, penulis tidak dapat menyelesaikan resensi ini
dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Baskoro Adi Prayitno,S.Pd.,M.Pd., Dosen Telaah Kurikulum
Universitas Sebelas Maret (UNS)
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan do’a restu serta
dorongan moril selama penulis menuntut ilmu.
3. Kepada teman-teman Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS)
angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
D. Latar Belakang
Kurikulum memegang peranan strategis dalam dunia pendidikan di
mana hal ini tidak terlepas dari peran kurikulum sebagai penentu arah, isi,
acuan dalam melaksanakan proses pendidikan, seluruh kegiatan
pendidikan bermuara kepada kurikulum agar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Zaman terus mengalami perubahan seiring waktu sehingga
kurikulum pun juga harus bersifat dinamis dan dapat menyesuaikan
dengan perubahan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum penting
untuk dilakukan dengan cara melakukan perbaikan dan penyempurnaan
kurikulum dari waktu ke waktu.
Mengingat peranan kurikulum dalam pendidikan sangat penting
maka penyusunan kurikulum harus mengacu pada landasan yang kokoh
dan kuat. Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat memulai
suatu tindakan. Di dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah
foundation, yang dalam bahasa Indonesia berarti fondasi. Bagian
terpenting untuk memulai atau mengawali sesuatu disebut fondasi.
Menurut (Wojowarsito, 1972) menyatakan bahwa landasan adalah alas,
fondasi, dasar, petunjuk, atau sumber. Landasan ini diperlukan untuk
menyusun kurikulum (kurikulum ideal), sebagai dasar pertimbangan oleh
para pelaksana kurikulum (terdiri dari para pengawas pendidikan, guru,
dan pihak lain yang terkait dengan pengelolaan pendidikan), dan sebagai
bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap
penerapan kurikulum di setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum harus didasarkan pada
berbagai pertimbangan atau landasan agar dapat dijadikan dasar pijakan
dalam menyelenggarakan proses pendidikan sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan. Di dalam pengembangan kurikulum juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan
pengembangan kurikulum karena prinsip-prinsip ini merupakan kaidah
atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Landasan
pengembangan kurikulum harus kokoh dan kuat agar tidak terombang-
ambing sehingga dapat menjadi pijakan kuat dan dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah mengenai
landasan pengembangan kurikulum dengan harapan dapat memberikan
wawasan mengenai landasan pengembangan kurikulum.
E. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana landasan-landasan di dalam melaksanakan
pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana prinsip-prinsip di dalam melaksanakan pengembangan
kurikulum?
F. Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui landasan-landasan di dalam melaksanakan pengembangan
kurikulum.
3. Mengetahui prinsip-prinsip di dalam melaksanakan pengembangan
kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat memulai
suatu tindakan. Di dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan
istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia berarti fondasi. Bagian
terpenting untuk memulai atau mengawali sesuatu disebut fondasi.
Menurut (Wojowarsito, 1972) menyatakan bahwa landasan adalah
alas, fondasi, dasar, petunjuk, atau sumber.
Menurut Hornby c.s dalam “The Advance Learner’s Dictionary of
Current English” menyatakan bahwa landasan sebagai berikut :
“Foundation … that on which an idea or belief rest; an underlying
principle‟s as the foundations of religious belief; the basis or starting
point…”. Jadi menurut Hornby landasan adalah suatu ide atau
kepercayaan yang menjadi dasar atau sandaran, suatu prinsip yang
mendasar, contoh seperti landasan kepercayaan agama atau titik tolak.
(Mudyahardjo, 2001)
Kata ”pengembangan” secara etimologi memiliki arti proses atau
perbuatan mengembangkan. Secara istilah, kata pengembagan memiliki
arti suatu tindakan yang membuat alat atau cara yang baru dan selama
tindakan ini dilakukan juga memerlukan penilaian dan penyempurnaan.
(Sutopo & Soemanto, 1993)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dengan demikian, landasan pengembangan kurikulum dapat
diartikan sebagai suatu gagasan, suatu pemikiran, atau prinsip yang
menjadi dasar atau titik tolak dalam upaya mengembangkan kurikulum.
Peran landasan pengembangan kurikulum sangat penting sehingga
pengembangan kurikulum harus memiliki fondasi yang kuat agar tidak
mudah terombang-ambing dan pelaksanaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu
siklus yang tidak pernah ada awal dan akhir. Pengembangan kurikulum
tertumpu pada empat komponen kurikulum yaitu tujuan, materi atau
isi, strategi, dan evaluasi.
2. Macam-Macam Landasan Pengembangan Kurikulum
Terdapat beberapa pendapat mengenai landasan atau asas dalam
pengembangan kurikulum. Asas kurikulum menurut Nana Sudjana
terdiri dari asas filosofis, asas sosial-budaya, dan asas psikologis.
Sedangkan asas kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata terdiri
dari asas filosofis, asas psikologis, asas sosial budaya, dan asas
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum, landasan
pokok dalam pengembangan kurikulum dapat dikelompokkan ke dalam
empat jenis yaitu : landasan fisiologis, landasan psikologis, landasan
sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
a. Landasan Fisiologis
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
philosophia (philore yang berarti cinta atau suka dan Sophia yang
berarti kebenaran atau kebaikan). (Arifin, 2012) seseorang dapat
mengetahui kebijakan dan berbuat bijak jika orang tersebut
berpengetahuan di mana pengetahuan tersebut didapatkan dari
proses berpikir filsafat yang berarti berpikir secara sistematis, logis,
dan mendalam.
Berpikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh,
sistematis, logis dan radikal. Filsafat bukan hanya sekedar
pengetahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat
menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Filsafat
menggunakan pola pikir sadar dan cermat sesuai dengan aturan-
aturan yang berlaku (sistematis) ; menggunakan logika sedalam-
dalamnya (logis); dan berpikir kritis sampai ke akar-akarnya
(radikal). (Arifin, 2012)
Terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar
pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan
pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme,
Realisme, dan Pragmatisme. (Mudyahardjo, 2001) Implikasi
filsafat pendidikan idealisme, realisme, dan progresivisme adalah
sebagai berikut :
Implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai
berikut:
1) Tujuan: Pembentukan karakter, mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikan sosial;
2) Kurikulum: Kurikulum pendidikan liberal untuk pengembangan
kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh
pekerjaan;
3) Metode: Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang
efektif dapat dimanfaatkan;
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat
dan kemampuan dasarnya;
5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam. (Power, 1982)
Implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1) Tujuan: Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
2) Kurikulum: Kurikulum komprehensif mencakup semua
pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan
pengetahuan praktis;
3) Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung
atau tidak langsung, menggunakan metode logis dan psikologis
dengan metode pokok Stimulus-Respon.
4) Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan dengan
handal dapat dipercaya, disiplin mental dan moral.
5) Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil
dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi
peserta didik. (Power, 1982)
Implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
1) Tujuan: Siswa memperoleh pengalaman yang berguna untuk
menyelesaikan masalah-masalah baru dalam kehidupan
invididual atau kelompok (Pertumbuhan sepanjang hidup);
2) Kurikulum: Kurikulum yang berisi pengalaman, minat, dan
kebutuhan anak;
3) Metode: Belajar dengan metode pemecahan masalah.
4) Peran peserta didik dan peran pendidik adalah peserta didik
merupakan organisme yang rumit dan dapat tumbuh .Peranan
pendidik adalah membimbing dan mengawasi pengalaman
belajar peserta didik. (Mudyahardjo, 2001)
Filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan
kurikulum memiliki arti bahwa penyusunan kurikulum seharusnya
mengacu pada falsafah bangsa yang dianut. Prinsip-prinsip ajaran
filsafat suatu bangsa menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum.
Sebagai contoh di negara Indonesia menganut ideologi Pancasila,
maka filsafat pendidikan Pancasila menjadi acuan dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia. Dasar dan arah penyusunan
dan pengembangan kurikulum menggunakan filsafat dan
pelaksanaannya melalui pendidikan. Negara-negara dengan filsafat
yang berbeda akan menyebabkan arah pengembangan kurikulum
yang berbeda pula sesuai dengan filsafat yang dianut negara
tersebut. (Dakir, 2004)
Fungsi strategis dari filsafat dalam pengembangan kurikulum
antara lain adalah : 1) Filsafat sebagai penentu arah tujuan
pendidikan. 2) Filsafat sebagai penentu konten atau materi pelajaran
yang harus diberikan dalam pembelajaran. 3) filsafat sebagai
penentu strategi untuk mencapai tujuan pendidikan. 4) filsafat
sebagai penentu tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
(Sanjaya, 2009)
b. Landasan Psikologis
Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar
individu yang membutuhkan sikap saling pengertian dan
pemahaman sehingga psikologi secara umum sangat membantu.
Keunikan dan perbedaan yang sangat mendasar antara masing-
masing individu dalam hal bakat dan minat maupun potensi juga
membutuhkan pemahaman psikologis. Peranan psikologi dalam
studi kurikulum memiliki dua bentuk yaitu pertama sebagai model
konseptual dan informasi yang akan membangun perencanaan
pendidikan sedangkan yang kedua yaitu berisi berbagai metodologi
yang dapat diadaptasi untuk penelitian pendidikan. (Idi, 2010)
Pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk
mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua perubahan
perilaku manusia atau peserta didik mutlak sebagai akibat dari
intervensi program pendidikan. Perubahan perilaku peserta didik
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar program
pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan berhubungan dengan proses perubahan
perilaku peserta didik. Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat
untuk mengembangkan kemampuan potensial menjadi kemampuan
aktual peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang
dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-
asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa
dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana
peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi
yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan
peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi
kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus
disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.
Pendekatan terhadap belajar berdasarkan satu teori tertentu
merupakan asumsi yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaannya berkaitan dengan aspek-aspek dan akibat yang
mungkin ditimbulkannya. Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar
yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap
pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya. Teori
belajar tersebut adalah: (1) Teori psikologi kognitif (kognitivisme),
(2) teori psikologi humanistic, dan (3) teori psikologi behavioristik.