Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putu Eka Putri Anggraeni

NIM : P07124220041
Prodi/Jurusan : Sarjana Terapan / Kebidanan
Semester : II

Soal
1. Jelaskan yang saudara ketahui tentang system imun manusia, komponen dan
fungsinya!
2. Jelaskan perbedaan antara imunitas aktif dan pasif, berikan masing-masing
contohnya!
3. Jelaskan perbedaan antara system imun humoral dan seluler !
4. Sebutkan dan jelaskan komponen imunitas seluler yang adaptive !
5. Sebutkan dan jelaskan 5 kelas antibody yang berperan dalam system pertahanan tubuh
6. Jelaskan prinsip vaksinasi dan bagaimana mekanismenya dalam mengaktifkan system
imun tubuh !

Jawab
1. Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda dalam
usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun yang
bertugas mengatur keseimbangan selain itu dapat melindungi tubuh dengan mengenali antigen
pada bakteri/ virus, menggunakan komponennya yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat
mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh
terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetikuler. Sistem ini merupakan
jaringan atau kumpulan sel yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya didalam sumsum
tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ
lainnya. Jaringan ini terdiri atas bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons
terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing.
2. Imunitas aktif dapat diperoleh dengan melakukan kontak langsung antara toksin atau patogen
sehingga tubuh mampu memproduksi antibodinya sendiri. Imunitas aktif itu sendiri dibagi
lagi menjadi 2 jenis, yaitu imunitas aktif dan imunitas alami. Imunitas aktif alami terjadi jika
setelah seseorang terpapar penyakit, sistem imunitas memproduksi antibodi dan limfosit
khusus. Imunitas ini dapat bersifat seumur hidup, seperti pada kasus cacar dan campak, atau
sementara seperti pada kasus gonore dan pneumonia. Berbeda dengan imunitas aktif
alami, imunitas aktif buatan timbul karena adanya rangsangan dari patogen yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksin yang kemudian mengaktifkan sistem imun.
Vaksin sendiri merupakan patogen yang sudah dilemahkan atau toksin yang sudah diubah
sebelumnya. Oleh karena itu, vaksin ini tidak menimbulkan penyakit. Contohnya adalah
vaksin TFT (tetanus formol toxoid) untuk melawan tetanus.
Imunitas pasif terjadi jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke individu lainnya. Sama
seperti imunitas aktif, imunitas pasif juga terbagi menjadi imunitas pasif alami dan imunitas
pasif buatan. Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi dan saat
antibodi IgG (inunoglobulin G) milik ibu masuk ke plasenta. Antibodi IgG tersebut dapat
memberikan kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau beberapa bulan setelah
kelahiran. Lalu, Imunitas pasif buatan adalah imunitas pasif yang terjadi melalui injeksi
antibodi dalam serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal karena
pernah terpapar antigen tertentu. Contohhnya antara lain antibodi dari kuda yang kebal
terhadap gigitan ular dapat diinjeksikan kepada manusia yang digigit ular sejenis.
3. mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intra seluler, antara lain didalam
makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme
intraseluler tersebut diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T.
Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali
mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex (MHC)
kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk
memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya interferon, yang dapat membantu
makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang
disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk menghancurkan
mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to
cell). Selain menghancurkan mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga
menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel
lainnya.
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon)
sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah. Pada respons imun humoral
juga berlaku respons imun primer yang membentuk klon sel B memory. Setiap klon limfosit
diprogramkan untuk membentuk satu jenis antibody spesifik terhadap antigen tertentu (Clonal
slection). Antibodi ini akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen –
antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya antigen tersebut.
Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan bantuan limfosit T-
penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC maupun sinyal yang
dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody. Selain oleh sel T- penolong,
produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga produksi antibody
seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
4. Sistem imun adaptif ini terutama diperankan oleh limfosit B dan limfosit T. Ada tiga jenis
molekul yang penting dalam hal ini yaitu protein MHC, antibodi (imunoglobulin), dan
reseptor sel T (TCR, T cell receptor). Mekanisme sistem imun adaptif dapat dijelaskan
sebagai berikut : Patogen dapat mengembangkan strategi untuk mengecoh atau bertahan
sistem sistem imun bawaan untuk mempertahankan infeksi yang telah dijangkitnya. Respons
imun adaptif diperankan oleh sel efektor dan molekul yang terkait, sekitar hari keempat atau
kelima setelah infeksi awal. Setelah kadar antigen menurun ke bawah ambang batas sistem
imun adaptif, respons akan berhenti, namun antibodi dan memori imunologis akan tetap
bertahan dan memberikan perlindungan yang panjang untuk infeksi ulang yang dapat terjadi.
Induksi yang pertama, terjadi saat sel dendritik yang berada pada jaringan tempat yang
terindikasi, teraktivasi menjadi sel penyaji antigen (APC) , kemudian bermigrasi ke dalam
sistem limfatik dan berakhir di nodus limfa , limpa , atau jaringan limfoid mukosa (MALT).
Sel T yang bermigrasi dari satu nodus limfa menuju ke nodus yang lain, akan menempel pada
APC dan berusaha untuk mewujudkan antigen dengan memindai sel tersebut pada bagian
MHC kelas II. Antigen yang tidak dikenali akan segera ditanggapi oleh sel T untuk meminta
sel T yang lain hingga akhirnya dikenali. Pada saat tersebut, sel T akan berhenti bermigrasi
dan akan mengikat erat APC. Kemudian teraktivasi untuk senjata sistem imun adaptif. Sel T
CD4 naif (sel Th0) yang dirancang oleh antigen molekul melalui MHC kelas II pada sel
dendritik akan mengaktivasi LFA-1 yang menyebabkan ikatan kuat antara sel T dengan APC.
Setelah itu akan terjadi proliferasi dan diferensiasi sel T, yang menghasilkan sejumlah sel T
CD4 baru yang fungsional ( bahasa Inggris : powered -effector T cell ). Diferensiasi sel T
sebagai berikut:
a. sel T H 1 akan dihasilkan JIKA virus ATAU Bakteri menginduksi sekresi IL-12 Dari
APC.
b. sel T H 2 akan dihasilkan dengan aktivasi LFA-1 yang terjadi dengan stimulasi IL-4 yang
disekresi oleh sel NKT karena stimulasi dari jenis patogen lain. T H 2 akan mensekresi
IL-4, IL-5, IL-13.
Sel T H 1 akan bertindak sebagai stimulator makrofag , sedangkan sel T H 2 akan berfungsi
sebagai aktivator sel B .
Komponen seluler
a. Diferensiasi sel T CD4 menjadi sel T pembantu.
b. Diferensiasi sel T CD4 menjadi sel T pembantu.
Aktivasi penuh sel T CD4 membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 hari. Setelah itu, beberapa
pembantu bermigrasi dari sistem limfatik menuju jaringan tempat infeksi. Di dalam jaringan,
sel T efektor yang melayani antigen akan menseresikan sitokin seperti TNF-α untuk
mengaktivasi sel endotelial agar terjadi sekresi E-selektin, VCAM-1 dan ICAM-2 dan
kemokin RANTES . Semuanya itu untuk merekrut lebih banyak sel T efektor, monosit , dan
granulosit . TNF-α dan IFN-γ yang disekresi sel Pembantu yang telah teraktivasi juga bersifat
sinergis dengan proses peradangan berupa ekstravasasi.
5. A. Imunoglubulin G (IgG) merupakan 74% imunoglobulin yang ada pada serum. Berat
molekul 150kDa. Bisa masuk ke placenta (kecuali IgG4). Dapat berikatan dengan
komplemen. Mengandung karbohidrat 3%. Antibodi yang paling dominan saat respon imun
sekunder (anamnesis)
B. Imunoglobulin A (lgA) merupakan 19% antibodi dalam serum. Berat molekul 160kDa
(monomer) Mengandung 10% karbohidrat. Ditemukan pada serum, kolostrum, membran
mukosa pencernaan dan pernapasan, dan air mata. Komponen imunitas yang penting di kulit
C. Imunoglobulin M (IgM) merupakan 7% antibodi dalam serum. Disebut juga
makroglobulin. Berat molekul 900kDa. Mengandung 15% karbohidrat. Antibodi pertama
yang muncul pada ontogenyAntibodi pertama yang ada pada respon imun primer
D. Imunoglobulin D (IgD) merupakan 1% antibodi dalam serum. Berat molekul 1 50kDa.
Mengandung 18% karbohidrat. Fungsinya dalam serum belum diketahui. Bekerja sebagai
reseptor pada permukaan sel B
E. Imunoglobulin E (IgE) merupakan 0,01% antibodi dalam serum. Berat molekul 200kDa.
Mengandung 18% karbohirat Terlibat dalam reaksi alergi
6. Vaksinasi adalah Pemberian antigen untuk menstimulasi respon imun. Menginduksi sel atau
molekul efektor system imun.
Vaksin:
• Substansi immuno-biological
• Menghasilkan pertahanan spesifik
• Antigenik tetapi tidak patogenik
Prinsip Vaksinasi :
• Menginduksi kekebalan primer
• Setelah terpapar patogen, respon kekeba sekunder cepat dihasilkan
• Kekebalan mencegah infeksi atau penya Keberhasilan bergantung pada produksi T
dan sel B memori serta keberadaan antibodi penetralisir dalam serum

Anda mungkin juga menyukai