A. Konsep Dasar
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolism yang kronis terjadi pada defesiensi insulin atau retensi
insulin, ditandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (Hiperglikemia) dan glukosa dalam urin
(glucosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan
metabolisme karbohidrat , lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut /
relative dan atau adanya gangguan fungsi insulin . Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer ,2010)
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogeny yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth,2012). Diabetes melitus merupakan penyakit
sistemis ,kronis, dan multifaktoral yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipohglikemia (Mary,2009)
2.Epidemiologi
3.Etiologi
a.Faktor genetic
Penderita DM tidak memvariasi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan
genetic kea rah terjadinya DM Tipe 1
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA(Human Leucocyte Antigen) tertentu .HLA
merupakan kumpulan gas yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainya .
b.Faktor imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggap seolah olah sebagai jaringan asing
c.Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimnulkan destruksi sel beta
Meknisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe
II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin . selain itu
terdapat factor factor resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
b.Obesitas
c.Riwayat keluarga
d.Kelompok etnik
4.Klasifikasi
1.Diabetes melitus
- Gemuk
- Tidak gemuk
- Penyakit pancreas
- Hormonal
- Obata tau bahan kimia
- Kelainan reseptor
3. Diabetes Gestasional
Dalam keadaan normal , jika terdapat insulin , asupan glukosa /produksi glukosa yang melebihi kalori akan di
simpan sebagai glikogen dalam sel sel otot . proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa
darah >110 mg/dl).Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi
3.Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikoen berkurang dan glukosa hati dicurahkkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan
4.Glikogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan
asam amino dan lemak
Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel-sel telah dihancurkan oleh proses
autoimun.Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati , maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi
klokosa dalam darah tinggi , ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa , akibatnya glukosa muncul dalam
urine (glucosuria).Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit (Diuresis osmotic).Akibat kehilangan cairan berlebihan , pasien akan mengalami peningktan
berkemih ( poli uri) dan rasa haus(polidipsi).Definisi insulin juga mengganggu metabolism protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan . pasien juga mengalami peningkatan selera makan
( polifagi) akibat penurunan simpanan kalori . gejala lainya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pada DM tipe II terdapat 2 masalah utama yaitu yang berhubungan dengan insulin , yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin . Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan . Pada gangguan sekresi
insulin berlebihan , kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat .Namun
jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar gula darah meningkat .
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka DM Tipe II Dapat berjalan tanpa
tanpa terdeteksi .Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan , iritabilitas ,poliuri,polidipsi,
luka pada kulit yang lama sembuh , infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat
tinggi
6.Manifes
tasi klinis
Keluhan umum pasien diabetes melitus seperti polyuria ,polydipsia ,polifagia pada lansia umumnya tidak
ada .Osmotik diuresis akibat glucosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,dan dapat muncul
keluhan nocturia disertai dengan gangguan tidur atau bahkan inkontinensia urin . perasasaan haus pada pasien
DM lansia kurang dirasakan akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi .karena itu tidak
terjadi polydipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah
keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh darah dan syaraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisioligi akibat proes menua ,sehingga gambaran klinisnya bervariasi
dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas.Keluhan yang muncul adalah adamnya
gangguan penglihatan karena katarak , rasa kesemutan pada tangkai serta kelemahan otot (neuropati perifer )
dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala – gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah
a. Katarak
b. Glaucoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur dikulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati visceral
k. Amiotropi
l. Ulkus neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit coroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi
7. Penatalaksanaan
Tujuan penataklasaknaan klien dengan Diabetes Melitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan menceegah
timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang di deritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hypogikemia. Penatalksanaan diabetes terganung pada ketepatan interaksi
dari tiga factor aktivitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan Kesehatan awal dan kelanjutan penting dalam membantu klien mengatai kondisi ini.
8. Komplikasi
1. Akut
a.Ketoasidosi diabetic
b.Hipoglikemi
d.Efek somogyi ( Penurunan kadar gula darah pada malam hari diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
a. Makroangiopati
9. Test Diagnostik
Kriteria diagnostic menurut WHO (1985) untuk diabetes melitus pada orang dewasa tidak hamil, pada
sedikitnya dua kali pemeriksaan:
1. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal karbohidrat (KH),
protein, lemak yang sesuai keecukupan gizi:
a. KH 60-70%
b. Protein 10-15%
c. Lemak 20-25%
Beberapa cara menentukan jumlah kalori untuk pasien DM melalui perhitungan menurut Bocca: Berat
badan (BB) Ideal: (TB – 10)-10%kg
2.Latihan jasmani
Dianjurkan Latihan jasmani secara teratur ( 3-4 x seminggu ) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta . Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan
kaki,jogging,lari,renng,bersepeda dan mendayung
3.Pengelolaan farmakologi
2. Pemeriksaan Fisik
a.status Kesehatan umum
meliputi keadaan penderita , kesadaran , suara bicara, tinggi badan,berat badan dan
tanda tanda vital
b.Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala , keaadan rambut , adakah pembesaran pada leher , telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran , lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental , gigi mudah goyah , gusi mudaah bengkak dan berdarah , apakah
pengelihatan kabur/ganda,diplopia,lensa mata keruh
c.Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka , kelembaban dan
shu kulit diaerah sekitar ulkus dan gangrene< kemrahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku .
d.Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas , batuk , sputum,nyeri dada pada penderita DM mudah terjadinya
infeksi
e.Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun , nadi perifer lemah atau berkurang takikardi/bradikardi,
hipertensi / Hipotensi ,aritmia,kardiomegalis
f.Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi ,polidipsi,mual,muntah,diare,konsytipasi,dehidrasi,perubahan berat
badan ,peningkatan lingkar abdomen,obesitas
g.Sistem urinary
Poliuri , retensio urine , inkontensia urine , rasa panas atau sakit saat berkemih
h.Sistem musuloskeletal
penyebaran lemak , penyebaran masa otot,perubahan tinggi badan, cepat Lelah, lemah
dan nyeri , adanya gangrene diekstrimitas
i.Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parathesia,anastesia,letargi,mengantuk, reflek lambat ,
kacau mental , disorientasi
3.Pemeriksaan laboratorium
a.Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl , gula darah puasa >120mg/dl dan dua
jam post prandial >200mg/DL
b.Urine
Pemeriksan didapatkan adanya glukosa dalam urine , pemeriksaan dilakukan dengan cara
benedict( reduksi) . Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+),
kuning (++) , merah ( + + +) dan merah bata (+ + + + )
c.Kultur pus
mengetahi jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai dengan jenis
kuman
b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan Analisa serta sontesa
data . Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data objektif dan berpedoman pada teori
Abraham Maslow yang teridri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih saying
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang dikelompokan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah
keperawatan dan kemungkinan penyebab , yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnose
keperawatan meliputi actual ,potensial, dan kemungkinan
2 .Diagnosa Keoerawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu , keluarga atau komunitas
terhadap proses kehidupan / masalah Kesehatan . actual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan
Tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut
Adapun Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien gangrene kaki dia betes sebagai berikut:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunya aliran darah ke daerah
gangrene akibat adanya obstruksi pembuluh darah
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangrene pada ekstremitas
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tingginya gula darah
3.Perencanaan
Setelah merumuskan diagnose keperawatan , maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan
untuk mengurangi , menghilangkan , dan mencegah masalah keperwatan penderita . tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuna prioritas ,diagnose keperawatan , sasaran dan tujuan ,
evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
a.Diagnosa no 1
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunya aliran darah ke daerah
gangrene akibat adanya obstruksi pembuluh darah
Rencana Tindakan :
Hindari diet tinggi kolesteol ,Teknik relaksasi , menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan
obat vasokontritis
Rasional : Kolesterol tiggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebakan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah , relaksasi untuk mengurangu efek dan stress
3. Kerja sama tim Kesehatan lain dalam pemberian vasodilator , pemeriksaan gula darah secara rutin dan
terapi oksigen (HBO)
Rasional : Pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pebuluh darah sehingga perfusi jaringan
dapat diperbaiki , sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan
keadaan pasien , HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus /gangrene
b.Diagnosa no .2
Rencana Tindakan :
c.Diagnosa no 3
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang
Rencana Tindakan :
Rasional : untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan
Tindakan dan pengaturan diet yang adekuat
2.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan
Rasional : Mengethaui perkembangan berat badan pasien merupakan salah satu indikasi untuk menentukan
diet
Rasional: mengethaui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan
5.Kerja sama tim Kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetic
Rasioanl ; pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah
menurun , pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurun gula darah dan mencegah komplikasi
4.Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana Tindakan keperawatan yang telah ditetapkan
untuk perawat bersama pasien , implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan interpersonal , intelektual,teknikal yang dilakuan
dengan cermat dan efisisne pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamaan fisik dan
psikoslogis . setelah selesai implementasi , dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien
5.Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan . Kegiatan evaluasi ini adalah mebandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkam dalam
perencanaan
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai ;
1. Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
ditujuan
2. Tercapai Sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan
3. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan
4.