Anda di halaman 1dari 32

BAB VIII

KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN

8.1. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat
kontaminasi garam, gypsum dan semen.
2. Memahami cara penanggulangan kontaminasi lumpur.

8.2. DASAR TEORI


Sejak digunakannya teknik rotary drilling dalam operasi pemboran
lapangan minyak, lumpur pemboran menjadi sangat penting. Bahkan lumpur
pemboran menjadi salah satu pertimbangan dalam mengoptimasikan operasi
pemboran. Oleh sebab itu mutlaklah untuk memelihara atau mengontrol sifat-sifat
fisik lumpur pemboran agar sesuai dengan yang diinginkan.

Salah satu penyebabnya berubahnya sifat-sifat fisik lumpur adalah adanya


material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke dalam
lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering
terjadi adalah sebagai berikut :

1. Kontaminasi Sodium Clorida


Kontaminasi ini sering terjadi pada saat pemboran menembus kubah
garam (salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang mengandung
konsentrasi garam cukup tinggi atau akibat air formasi yang berkadar garam
tinggi dan masuk ke dalam sistem lumpur. Akibat adanya kontaminasi ini, akan
mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti viscosity, yield point, gel
strength dan filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula terjadi
bersamaan dengan kehadiran garam pada sistem lumpur.

2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur pada saat pemboran menembus
formasi gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada formasi shale atau

101
102

limestone. Akibat adanya gypsum dalam jumlah yang cukup banyak dalam
lumpur pemboran, maka akan merubah sifat fisik lumpur tersebut seperti
viscositas plastic, yield point, gel strength dan flltration loss.

3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang
sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, float collar dan
casing shoe. Kontaminasi semen akan merubah viscositas plastik, yield point,
gel strength, fluid loss dan pH lumpur.

Selain dari ketiga kontaminasi di atas, bentuk kontaminasi yang lain yang
dapat terjadi selama operasi pemboran adalah :

a. Kontaminasi “Hard Water“ atau kontaminasi oleh air yang


mengandung ion calsium dan magnesium yang cukup tinggi.
b. Kontaminasi Carbon Dioxide.
c. Kontaminasi Hydrogen Sulfide.
d. Kontaminasi Oxygen.
Dalam praktikum ini akan dipelajari perubahan sifat lumpur akibat
kontaminasi yang sering terjadi sekaligus cara penanggulangannya.
103

8.3. ALAT DAN BAHAN


8.3.1. Alat
 Fann VG meter
 Timbangan digital
 Mud mixer
 Stop watch
 pH strips
 Filter Press
 Jangka sorong
 Filter paper
 Gelas ukur
 Baroid Wall Building Tester
8.3.2. Bahan
 Aquadest
 Bentonite
 NaCl
 Semen
 Gypsum
 Soda Ash
 Monosodium Phospate
 Asam Sulfat
 Indicator Methyl Jingga
 Indicator Phenolpthalein
104

8.3.3. GAMBAR ALAT

1
4

6
4
Keterangan:

1. Skala
2. Dial Reading
3. Rotor
4. Cup (bejana)
5. Gear Shift Rod
6. Motor
7. Speed Control Switch

Gambar 8.1. Viscometer Fann VG


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
105

Gambar 8.2. Timbangan Digital


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
106

1 3
2
Keterangan:

1. Mixer Cup
2. Mixer Hanging
3. Mixer

Gambar 8.3. Multi Mixer


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
107

Gambar 8.4. Stopwatch


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
108

Gambar 8.5. Ph Strips


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
109

Gambar 8.6. Jangka Sorong


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
110

2 3
1

Keterangan:

1. Gelas Ukur
2. Gelas Beker
3. Erlenmeyer

Gambar 8.7. Gelas Ukur


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
111

Gambar 8.8. Filter Paper


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
112

2
3
4 5

10 8

Keterangan:

1. T-Screw 6. Base Cup


2. Pressure Inlet 7. Support Rod
3. Top Cup 8. Thumb Screw
4. Frame 9. Graduated Cilinder
5. Cell 10. Support

Gambar 8.9. Filter Press


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
113

Keterangan
1. 2Lid
1 3
2. Cup 4 5
3. Reader
4. Arm Balance
5. Calibrator

Gambar 8.10. Mud Balance


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
114

8.4. PROSEDUR PERCOBAAN


8.4.1. Kontaminasi NaCl
1. Membuat lumpur dasar dengan komposisi 22,5 gr bentonite + 350 cc
aquadest, kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel Strength, Fluid Loss,
dan ketebalan Mud Cake.
2. Menambahkan NaCl sebanyak 1 gram ke dalam lumpur standar,
3. Mengukur viscositas dan gel strength dengan menggunakan Fann VG.
Diperoleh dial reading pada 600 RPM dan 300 RPM, sehingga dapat
dihitung Plastic Viscosity dan Yield Point. Kemudian dilakukan
pengamatan untuk gel strength 10 detik dan 10 menit.
4. Memasukkan lumpur ke dalam alat filtration loss selama 30 menit
dengan tekanan 100 psi. Air yang tertampung pada gelas ukur dicatat
sebagai volume filtrat, dan diukur dengan kertas indicator pH untuk
mengetahui pH lumpur.
5. Mengukur ketebalan mud cake yang menempel pada kertas saring dengan
menggunakan jangka sorong.
8.4.2. Kontaminasi Gypsum
1. Membuat Lumpur standar kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel
Strength, Fluid Loss, dan ketebalan Mud Cake.
2. Membuat lumpur baru dengan komposisi: Lumpur standar + 0,225 gr
gypsum. Kemudian mengukur parameter pada langkah satu.
3. Melakukan langkah dua dengan penambahan gr gypsum yang berbeda.
4. Membuat Lumpur baru dengan komposisi baru: Lumpur Standar + gr
gypsum + gr soda ash. Kemudian mengukur lagi parameter sebelumnya
melakukan langkah empat dengan penambahan soda ash.
8.4.3. Kontaminasi Semen
1. Membuat lumpur standar, kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel
Strength, Fluid Loss, dan ketebalan Mud Cake.
6. Membuat lumpur baru dengan komposisi : lumpur standar + 0,225 gr
semen. kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel Strength, Fluid Loss, dan
ketebalan Mud Cake.
115

7. Melakukan langkah 2 dengan penambahan masing-masing 0,5 gr, 1,0 gr


dan 1,5 gr semen. kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel Strength, Fluid
Loss, dan ketebalan Mud Cake.
8. Membuat lumpur baru dengan komposisi : lumpur standar + 1,5 gr semen
+ 0,2 gr Monosodium Phosphate, kemudian mengukur pH, Viscosity, Gel
Strength, Fluid Loss, dan ketebalan Mud Cake.
9. Melakukan langkah 4 dengan penambahan 1,0 gr Monosodium
Phosphate
116

8.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


8.5.1 Hasil percobaan
Tabel VIII-1

Tabel Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran

8.5.2. Perhitungan
1. Percobaan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength
Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 gram bentonite + 9 gram garam

Densitas = 8.8 ppg

2. Pengukuran Viskositas Plastik, Yield Point, dan Gel Strength


 C300 = 16
 C600 = 26
 PV = C600- C300
= 26 - 16

= 10

 YP = C300 - PV
= 16 - 10

=6
117

 GS 10 detik = 6 lb/ft2
 GS 10 menit = 4 lb/ft2
3. Percobaan Pengukuran Filtrasi dan Mud Cake (Filter Press)
Lumpur dasar: 350 ml air + 22,5 gram bentonite + 9 gram garam

 Volume Filtrat = 48.8 ml


 Mud Cake = 4.55 cm
 PH = 7.5
 Mud Weight = 8.8 ppg
8.5.3. Grafik

Grafik 8.1.
Kontaminan Vs Additive
118
Grafik 8.2.
Kontaminan Vs Pv
119
Grafik 8.3.
Kontaminan Vs Yp
120
Grafik 8.4.
Kontaminan Vs Gel Strength 10’
121
Grafik 8.5.
Kontaminan Vs Gel Strength 10’’
122
Grafik 8.6.
Kontaminan Vs Volume Filtrat
123
Grafik 8.7.
Kontaminan Vs Mud Cake
124
Grafik 8.8.
Kontaminan Vs pH
125
126

8.6. PEMBAHASAN
Pada praktikum minggu ke-4 acara ke-7 Analisa Lumpur Pemboran
berjudul Kontaminasi Lumpur Pemboran. Praktikum penentuan kontaminasi
lumpur pemboran bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat
kontaminasi garam gypsum, dan semen, dan memahami cara penanggulangan
kontaminasi kapur. Salah satu penyebab berubahnya sifa-sifat fisik lumpur adalah
adanya material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke
dalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan. Adapun perubahan itu
terjadi pada parameter-parameter anatara lain viscositas, gel strength, volume
filtrat, ketebalan mud cake dan pH.

Kontaminasi yang sering terjadi terjadi adalah kontaminasi sodium


chloride, gypsum, dan semen.Pada praktikum kontaminasi lumpur pemboran, alat
yang digunakan adalah Viscometer Fann VG, mud mixer, stop watch, titration
dek, jangka sorong, filter paper, baroid wall building tester, neraca, pH indikator,
compressor, dan gelas ukur. Adapun bahan yang kita gunakan pada praktikum
kali ini, yaitu Aquadest NaCl, semen, monosodium phosphate, larutan buffer pH
10, EDTA standar, asam sulfat, indikator Methyl Orange, bentonite, gypsum, soda
ash, caustic soda, indikator EBT, murexid, dan indikator phenolphthalein. Adapun
prinsip kerja dari alat Viscometer Fann VG yaitu pemberian shear stress pada
lumpur yang direpresentasikan oleh dial reading. Selanjutnya prinsip kerja filter
press yaitu melakukan filtrasi dengan pemberian tekanan, adapun tekanan yang
diberikan sebesar 100 psi sebagai representasi dengan kondisi lapangan serta 100
psi tidak melebihi atau pun kuran dari tekanan formasi maupun tekanan rekah
formasi.

Prosedur percobaan ini diawali dengan menimbang bentonite sebanyak


22,5 gram, menyiapkan air sebanyak 350 ml, dan gypsum sebanyak 3 gr sebagai
bahan kontaminan untuk simulasi yang dapat merepresentasikan keadaan di
lapangan. Prosedur dari percobaan ini dimulai dengan membuat lumpur yang akan
diuji dengan mencampurkan air 350 ml dan bentonite 22,5 gr dan additive gypsum
3 gr di multi mixer hingga tercampur dengan baik dan tidak ada gumpalan
127

bentonite. Setelah membuat lumpur dilakukan pengukuran densitas dari lumpur


dengan menggunakan mud balance yang telah dikalibrasi sebelumnya, kemudian
memasukan lumpur kedalam cup hingga penuh, setelah itu dilakukan pengukuran
densitas dengan mengatur rider hingga pada level glass sudah seimbang dan
mencatatnya. Selanjutnya akan dilakukan pengukuran dari rheologi lumpur
dengan menggunakan Viscometer Fann VG, langkah pertama yang dilakukan
adalah mempersiapkan alatnya, setelah itu lumpur pemboran dimasukan ke dalam
cup dan meletakan nya diatas stage. Naikan stage hingga rotor dan bob masuk
dalam lumpur. Kemudian menggerakan rotor pada posisi high dan mengatur
kecepatan pada skala C600 RPM. Mengamati dial hingga konstan dan mencatat
hasil yang diamati. Kemudian melakukan hal yang sama pada kecepatan 300, 200,
100, 6, dan 3 RPM dan mencatat hasil nya masing-masing untuk menentukan
plastic viscosity dan yield point. Untuk menentukan gel strength dengan
Viscometer Fann VG kita memutar rotor dengan kecepatan 600 RPM selama 10
detik setelah 10 detik matikan dan diamkan lumpur selama 10 detik. Putar
kembali rotor dengan kecepatan 3 RPM dan baca simpangan terjauh pada skala
penunjuk. Selanjutnya melakukan langkah yang sama seperti di atas tetapi waktu
yang dibiarkan menjadi 10 menit dan mencatat simpangan terjauh yang terlihat.
Untuk pengukuran filtration loss dan ketebalan mud cake menggunakan alat filter
press, langkahnya pertama mempersiapkan alat filter press. Segera memasang
filter paper dan screen serapat mungkin pada top mud cup. Kemudian membasahi
filter paper yang telah dipasang pada top mud cup. Pembasahan ini bertujuan
sebagai simulasi batuan di lapangan yang mana dalam keadaan basah. Kemudian
menuangkan campuran lumpur ke dalam silinder dan segera menutup rapat.
Selanjutnya, meletakkan gelas ukur di bawah silinder untuk menampung fluida
filtrat. Kemudian mengalirkan udara dengan tekanan 100 psi. Tekanan 100 psi
digunakan karena perbedaan tekanan yang terjadi antara tekanan formasi (Pf) dan
tekanan hidrostatik (Ph) di lapangan biasanya diatur antara 100-200 psi.
Selanjutnya fluida filtrat akan keluar, fluida yang keluar adalah bersifat keruh.
Fluida keruh tersebut dibuang dan akan keluar fluida yang bening. Pencatatan
volume filtrat menggunakan stopwatch dilakukan selama 30 menit. Setelah 30
128

menit. Kemudian menghentikan penekanan udara, membuang tekanan udara


dalam silinder (bleed off). Terakhir mengukur tebal dari mud cake yang tertempel
di filter paper dengan menggunakan jangka sorong dan mengukur juga pH dari
filtrat yang dihasilkan menggunakan kertas pH paper untuk menentukan apakah
termasuk asam, netral atau basa.

Pada praktikum ini, dihasilkan beberapa grafik. Pada Grafik 8.1


Kontaminan vs Densitas didapatkan hasil bahwa kontaminasi garam dan gypsum
mengakibatkan harga densitas pada grafik cenderung naik, Hal tersebut sudah
sesuai dimana penambahan kontaminan akan meningkatkan densitas, serta hal ini
tidak bersesuaian dengan grafik kontaminan semen dimana memiliki hasil yang
relatif konstan, tetapi pada grafik mengalami kenaikan dan penurunan sehingga
densitas dapat meningkat dan menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan
praktikan ataupun dikarenakan kerusakan alat. Pada Grafik 8.2 Kontaminan vs
Plastic Viscosity didapatkan hasil bahwa kontaminasi dari gypsum menyebabkan
harga PV relatif naik, Hal tersebut sudah sesuai dimana penambahan kontaminan
akan meningkatkan nilai PV. Sedangkan hal ini tidak bersesuaian pada grafik
kontaminan garam dan semen yang terlihat pada grafik yaitu cenderung terjadi
penurunan PV. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan praktikan ataupun
dikarenakan kerusakan alat. Pada Grafik 8.3 Kontaminan vs Yield Point didapat
hasil bahwa kontaminan garam cenderung naik, Hal tersebut sudah sesuai dimana
penambahan kontaminan akan meningkatkan nilai YP, sedangkan hal ini tidak
bersesuaian dengan grafik kontaminan gypsum dan semen cenderung turun. Hal
ini disebabkan oleh adanya kesalahan praktikan ataupun dikarenakan kerusakan
alat. Pada Grafik 8.4 dan 8.5 Kontaminasi vs Gel Strength 10’ dan Kontaminasi
Vs Gel Strength 10”, kontaminasi semen cenderung menaikkan Gel Strength,
serta pada garam terjadi fluktuatif yaitu cenderung naik pada Gel Strength 10’ dan
cenderung turun pada Gel Strength 10”. Hal tersebut sudah sesuai dimana
penambahan kontaminan akan meningkatkan nilai gel strength. Sedangkan hal ini
tidak bersesuaian dengan grafik kontaminan gypsum menyebabkan harga Gel
Strength cenderung turun. Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan praktikan
ataupun dikarenakan kerusakan alat. Pada Grafik 8.6 Kontaminan vs Volume
129

Filtrat, kontaminasi garan, gypsum, dan semen cenderung menaikkan harga


volume filtrat. Hal tersebut sudah sesuai dimana penambahan kontaminan akan
meningkatkan nilai filtration loss Pada Grafik 8.7 Kontaminasn vs Mud Cake,
kontaminasi semen dan gypsum menyebabkan tebal mud cake meningkat. Hal
tersebut sudah sesuai dimana penambahan kontaminan akan meningkatkan tebal
mud cake. Sedangkan hal ini tidak bersesuaian pada grafik kontaminan garam
yang menyebabkan penurunan tebal mud cake. Hal ini disebabkan oleh adanya
kesalahan praktikan ataupun dikarenakan kerusakan alat. Pada Grafik 8.8
Kontaminan vs pH kontaminasi semen kurvanya cenderung naik sehingga lumpur
menjadi semakin basa, hal tersebut sudah sesuai dikarenakan semen yang bersifat
basa, sedangkan kontaminasi gypsum dan garam kurvanya relatif mengalami
penurunan dan menurunkan pH lumpur karena sifat gypsum yang asam.

Aplikasi lapangan dari percobaan ini yaitu, apabila terjadi peningkatan gel
strength, viscosity dan yield point, maka kerja pompa lumpur di permukaan akan
menjadi semakin besar. Selain itu pemisahan cutting di conditioning area juga
menjadi lebih sukar. Sedangkan, apabila gel strength terlalu kecil maka lumpur
tidak dapat menahan cutting pada saat round trip. Kemudian, apabila filtration
loss terlalu besar maka mud cake yang terbentuk akan semakin tebal sehingga
dapat menimbulkan masalah pipe sticking. pH juga harus tetap dijaga agar tidak
terjadi korosif (lumpur bersifat terlalu asam) pada rangkaian drill string atau
terjadi flokulasi (penggumpalan) karena lumpur bersifat terlalu basa. Karena
adanya kontaminasi pada lumpur akan membuat sifat fisik dari lumpur tersebut
berubah dan menyebabkan masalah pada saat pemboran berlangsung. Jika yang
terjadi kontaminasi NaCl maka dapat menambahkan fresh water sehingga
mengurangi konsentrasi Cl- dan juga dapat menambahkan additive defloculant
agar tidak terjadi flokulasi. Sedangkan apabila sudah high contamination dapat
mengganti lumpur menjadi Salt Saturated Mud System atau Oil Base Mud. Untuk
kontaminasi Gypsum untuk menghilangkan ion Ca2+ dapat ditambahkan dengan
soda ash (NaHCO3) sehingga dapat memisahkan padatan yang berada didalam
lumpur membentuk CaCO3, kemudian dapat mengubah lumpur menjadi Calcium
Base Fluid. Untuk kontaminasi semen yang tidak terlalu parah, penanganannya
130

dapat menambahkan sodium bikarbonat (NaHCO3) untuk menetralisir Ca2+.


Sedangkan apabila sudah high contamination dapat mengganti lumpur menjadi
Calcium Base Mud.
131

8.7. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpula sebagai berikut :
1. Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut:
 Densitas = 8, .8ppg
 Plastic viscosity = 10 cp
 Yield point = 6 lb/100 ft2
 Gel strength 10” = 6 lb/100 ft2
 Gel Strength 10’ = 4 lb/100 ft2
 Filtration loss 30 menit = 48.8 ml
 Tebal mud cake = 4.55 mm
 pH = 7.5
2. Kontaminasi terhadap lumpur pemboran sering terjadi pada saat pemboran
berlangsung. Zat kontaminan tersebut antara lain: NaCl, gypsum, semen,
hard water, carbondioxide, hydrogen sulfide dan oxygen.
3. Kontaminasi semen terjadi karena adanya drilling cement ataupun indikasi
semen belum kering.
4. Sumber kontaminasi gypsum yaitu formasi limestone/shale
5. Kontaminasi NaCl yaitu menembus formasi saltdome.
6. Kontaminasi lumpur pemboran dapat menyebabkan perubahan terhadap
nilai pH, plastic viscosity, gel strength, filtration loss dan ketebalan mud
cake. Sehingga pengetahuan mengenai kontaminasi lumpur sangat penting
dalam hal penanggulangan masalah yang timbul dalam proses pemboran
yang disebabkan oleh kontaminan.
7. Aplikasi lapangannya adanya kontaminsasi terhadap lumpur pemboran akan
merubah sifat fisik lumpur sehingga dengan mengetahui permasalahan yang
mungkin terjadi akibat kontaminasi maka dapat diambil langkah yang tepat
dalam penangannya seperti penambahan soda ash untuk penaganan
kontaminan gypsum penambahn dispersant dan caustic soda untuk
kontaminan NaCl dan penambahan sodium acid phro phosphate untuk
kontaminan semen.
132

Anda mungkin juga menyukai