Anda di halaman 1dari 9

Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science eISSN 2615-496X

Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan Eklampsia Terhadap Luaran


Janin (Fetal outcome) di RSUD Ulin Banjarmasin

Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra,1 Bambang Abimanyu,2 Pudji Andayani3


1
PPDS Obstetri dan Ginekologi FK ULM–RSUD Ulin Banjarmasin
2
Divisi Fetomaternal SMF Obstetri dan Ginekologi FK ULM−RSUD Ulin Banjarmasin
3
Divisi Neonatologi SMF Ilmu Kesehatan Anak FK ULM−RSUD Ulin Banjarmasin
Korespondensi: Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra, Email: yohanesadhitya@yahoo.com

Abstrak
Tujuan : Mengetahui hubungan antara preeklampsia berat, sindrom HELLP, dan eklampsia terhadap luaran janin
(kecil masa kehamilan, asfiksia, dan prematuritas) di RSUD Ulin Banjarmasin
Metode : Menggunakan metode potong lintang berdasarkan data sekunder yang diambil dari rekam medis.
Sampel yang diambil merupakan total sampel yaitu seluruh rekam medis ibu yang melahirkan dan luaran janin di
kamar bersalin RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Januari - Desember tahun 2017. Penelitian ini mendapatkan
sampel sebanyak 1.259 sampel. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square yang dilanjutkan dengan analisis
multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p<0,05 untuk analisis statistik.
Hasil : Penelitian ini mendapatkan 1.259 sampel dari total sampel yang adalah seluruh ibu yang melahirkan
di kamar bersalin RSUD Ulin tahun 2017. Preeklampsia berat, sindrom HELLP, dan eklampsia masing-masing
terdapat 156, 32, 30 sampel sedangkan luaran janin kecil masa kehamilan, asfiksia, dan prematuritas masing-
masing terdapat 225, 32, dan 30 sampel. Analisis chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara preeklampsia berat, sindrom HELLP, dan eklampsia terhadap luaran janin. Analisis multivariat dengan
menggunakan uji regresi logistik mendapatkan kecil masa kehamilan sebagai luaran janin yang paling berhubungan
dengan preeklampsia berat dan sindrom HELLP.
Kesimpulan : Preeklampsia berat, sindrom HELLP, dan eklampsia mempunyai hubungan terhadap luaran janin.
Preeklampsia berat dan sindorm HELLP paling berhubungan terhadap hasil luaran janin kecil masa kehamilan.

Kata kunci : Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, Eklampsia, Luaran Janin, RSUD Ulin

Severe Preeclampsia, HELLP Syndrome, and Eclampsia against Fetal


Outcome at Banjarmasin Ulin Hospital
Abstract
Objective: To study the correlation between severe preeclampsia, HELLP syndrome, and eclampsia on fetal
outcome (small gestational age, asphyxia, and prematurity) at Ulin Banjarmasin General Hospital.
Methods: This study used cross-sectional method using secondary data obtained from medical record. The
sampling method used was total sampling which involved all medical records of mothers giving birth and fetal
outcomes in Ulin General Hospital delivery room in January – December 2017. This study obtained a total of 1259
samples. The data undergone bivariate analysis using chi-square test proceeded by multivariate analysis using
logistic regression with significance value p <0,05 for statistical analysis.
Results: This study obtained 1,259 samples from the total samples of mothers giving birth in Ulin General Hospital
delivery room in 2017. Severe preeclampsia, HELLP and eclampsia each have 156, 32, 30 samples while the fetal
outcome was small gestational age, asphyxia, and prematurity each have 225, 32, and 30 samples. Chi-square
analysis showed a significant relationship between severe preeclampsia, HELLP syndrome, and eclampsia on fetal
outcomes. Multivariate analysis using logistic regression showed small gestational age as the fetal outcome that
has the most significant correlation with severe preeclampsia and HEELP syndrome.
Conclusions: Severe preeclampsia, HELLP syndrome, and eclampsia have a correlation with fetal outcome.
Severe preeclampsia and HELLP syndrome are most correlation fetal outcome of a small gestational age.

Key words: Severe Preeclampsia, HELLP Syndrome, Eclampsia, Fetal Outcome, Ulin General Hospital

143
Obgynia, Volume 2 Nomor 2 September 2019

Pendahuluan yang dikarenakan perdarahan akan semakin


menurun. Hal tersebut tidak berlaku bagi
Angka kematian ibu (AKI) dan angka preeklampsia karena sampai saat ini penyebab
kematian bayi (AKB) di Indonesia masih terjadinya preeklampsia pada ibu hamil
menjadi masalah yang serius dan belum bisa masih belum sepenuhnya diketahui. Hal ini
terselesaikan sampai saat ini. Angka kematian lah yang menjadi penyebab preeklampsia
ibu di Indonesia pada tahun 2015 adalah masih menjadi masalah yang serius dalam
305 per 100.000 kelahiran hidup yang mana menyebabkan kematian ibu di Indonesia dan
menempatkan Indonesia pada peringkat ke– belum dapat diatasi.9 Selain menyebabkan
10 di dunia dan peringkat ke–2 di ASEAN morbiditas pada ibu, preeklampsia juga bisa
sebagai negara dengan angka kematian ibu menyebabkan morbiditas pada janin yang
terbanyak. Hal ini menandakan bahwa angka berada dalam kandungan ibu yang menderita
kematian ibu di Indonesia masih jauh dari preeklampsia.10 Efek dari preeklampsia
target yang dikeluarkan oleh pemerintah terhadap janin sangat besar karena pada
Indonesia yaitu 102 per 100.000 kelahiran preeklampsia terjadi implantasi plasenta
hidup pada tahun 2015. Angka kematian yang tidak sempurna sehingga menyebabkan
bayi di Indonesia pada tahun 2015 adalah buruknya aliran darah dari ibu ke janin.
27 per 1000 kelahiran hidup yang mana juga Akibat dari hal tersebut adalah terjadinya
masih lebih tinggi dibandingkan target yang dampak terhadap janin yang berada dalam
dikeluarkan oleh pemerintah yaitu 25 per kandungan ibu.11
1000 kelahiran hidup.1,2 Banyak faktor yang Diagnosis minimal preeklampsia adalah
menjadi penyebab tingginya angka kematian TD≥140/90 mmHg setelah kehamilan 20
ibu di Indonesia antara lain adalah perdarahan minggu dan adanya proteinuria ≥300 mg/24
yang masih merupakan penyebab paling jam atau ≥ +1 dipstik, rasio protein: kreatinin
banyak kematian ibu di Indonesia.3 Penyebab ≥30 mg/mmol. Diagnosis preeklampsia berat
yang lainnya adalah hipertensi, yang ditegakkan bila ditemukan keadaan hipertensi
termasuk didalamnya adalah preeklampsia. berat/hipertensi urgensi (TD≥160/110)
Selain itu, penyebab lainnya seperti infeksi, dengan proteinuria berat (≥5 g/hr atau tes
partus lama, dan abortus juga menjadi faktor urin dipstik ≥ positif 2), atau disertai dengan
penyebab utama tingginya angka kematian keterlibatan organ lain.
ibu di Indonesia.4 Hipertensi pada kehamilan Kriteria lain preeklampsia berat yaitu
merupakan salah satu penyulit kehamilan bila ditemukan gejala dan tanda disfungsi
yang paling umum terjadi. Sebagian besar organ, seperti kejang, edema paru, oliguria,
negara masih mengaitkan kematian maternal trombositopeni, peningkatan enzim hati,
akibat komplikasi obstetrik sebanyak 18.5% nyeri perut epigastrik atau kuadran kanan
dengan hipertensi pada kehamilan.5,6 Selain atas dengan mual dan muntah, serta gejala
memberikan efek buruk bagi ibu, hipertensi serebral menetap (sakit kepala, pandangan
pada kehamilan juga mempengaruhi hasil kabur, penurunan visus atau kebutaan kortikal
luaran janin seperti kecil masa kehamilan, dan penurunan kesadaran).12 Kematian bayi
asfiksia, dan prematuritas.7 baru lahir disebabkan karena berbagai hal
Preeklampsia termasuk dalam hipertensi yang saling berkaitan antara sebab medis,
pada kehamilan yang merupakan penyebab faktor sosial, dan kegagalan berbagai sistem
kedua kematian ibu di Indonesia.8 Saat ini, yang banyak dipengaruhi oleh budaya.13,14
dengan berkembangnya kemajuan di bidang Dalam banyak hal, kesehatan bayi baru
kedokteran, perdarahan mulai dapat diatasi lahir berkaitan erat dengan kesehatan ibu.
sehingga semakin lama jumlah kematian ibu Walaupun diagnosis penyebab kematian

144
Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra: Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan Eklampsia

ibu dan neonatal berbeda, namun penyebab bulan Januari sampai dengan Desember 2017.
yang mendasari kematian keduanya hampir Sampel yang berjumlah 1.259 tersebut terdiri
sama, yaitu ketidakmampuan memperoleh dari 1.041 sampel rekam medis ibu hamil
akses perawatan ibu dan bayi.14,15 Pola normal (tanpa preeklampsia berat, sindrom
penyakit penyebab kematian bayi baru HELLP, dan eklampsia) dan 769 sampel
lahir lebih banyak disebabkan oleh masalah rekam medis janin yang dilahirkan normal
prematuritas, bayi berat lahir rendah, dan sedangkan sampel rekam medis ibu hamil
asfiksia.16,17 Kematian bayi yang terjadi sangat dengan preeklampsia berat, sindrom HELLP,
berkaitan erat dengan kondisi penyakit ibu dan eklampsia masing-masing didapatkan
saat hamil. 18 Salah satu penyakit yang sangat sebanyak 156, 32, dan 30 sampel serta sampel
mempengaruhi janin dalam kandungan rekam medis janin yang dilahirkan dengan
adalah preeklampsia.19Ibu hamil dengan kecil masa kehamilan, asfiksia, dan prematur
suatu penyakit menyebabkan berbagai masing–masing didapatkan sebanyak
dampak yang serius terhadap janin yang 225, 163, dan 102 sampel. Penelitian ini
dikandungnya. Hal ini menarik perhatian bersifat potong lintang (cross sectional)
peneliti untuk melakukan penelitian tentang dari pengambilan data sekunder yaitu rekam
salah satu penyakit yang paling sering terjadi medis pasien. Data yang diperoleh diolah
pada ibu hamil yaitu preeklampsia yang secara komputerisasi dengan menggunakan
dapat menyebabkan dampak buruk hasil software SPSS. Analisis data dilakukan secara
luaran janin (kecil masa kehamilan, asfiksia, statistik bivariate dengan menggunakan uji
prematuritas) yang dilahirkan tersebut. chi-square kemudian dilanjutkan analisis
data secara multivariat dengan menggunakan
Metode uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan
dengan p<0.05.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Ulin
Banjarmasin pada bulan Januari−Desember Hasil
tahun 2017. Teknik pengumpulan data dengan
cara total sampel selama satu tahun dengan Angka kejadian PEB, sindrom HELLP,
menggunakan data sekunder yaitu rekam dan eklampsia di RSUD Ulin Banjarmasin
medis seluruh ibu hamil yang melahirkan masing-masing sebesar 156 kasus (12,39%),
dan janin yang dilahirkan di RSUD Ulin 32 kasus (2,54%), dan 30 kasus (2,38%) dari
Banjarmasin pada tahun 2017 dengan seluruh persalinan pada bulan Januari sampai
sebelumnya menetapkan kriteria inklusi dan dengan Desember tahun 2017 (Tabel 1).
eksklusinya. Kriteria inklusi pada penelitian Tabel 1 Angka Kejadian PEB, Sindrom
ini adalah rekam medis seluruh ibu hamil HELLP, dan Eklampsia
yang melahirkan dan janin yang dilahirkan
di RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Jumlah Persentase
Januari sampai dengan Desember tahun 2017 Persalinan
(n) (%)
dan data rekam medis pasien tersebut harus PEB 156 12,39
lengkap dan jelas. Kriteria eksklusi pada Sindrom HELLP 32 2,54
penelitian ini adalah data rekam medis yang Eklampsia 30 2,38
kurang lengkap atau tidak jelas sehingga Normal 1.041 82,69
kurang dipahami maksudnya. Sampel yang
Jumlah 1.259 100
didapatkan sebanyak 1.259 sampel rekam
medis ibu hamil dan janin yang seluruhnya * PEB : Preeklampsia berat
* Sindrom HELLP: sindrom Hemolysis, Elevated
dilahirkan di RSUD Ulin Banjarmasin pada liver enzyme, Low platelet

145
Obgynia, Volume 2 Nomor 2 September 2019

Tabel 2 Angka Luaran janin (Fetal Pada tabel 3 menunjukkan perbandingan


outcome) PEB, sindrom HELLP, dan eklampsia
Persentase terhadap kecil masa kehamilan masing-
Variabel Jumlah
(%) masing didapatkan sebanyak 69 kasus
Berat lahir menurut (44,23%), 11 kasus (34,37%), dan 9 kasus
masa kehamilan (30%). Perbandingan PEB, sindrom HELLP,
KMK 225 17,87 dan eklampsia dengan asfiksia pada janin
Non KMK 1.034 82,13 dapat dilihat pada tabel 4, masing-masaing
APGAR didapatkan jumlah kasus asfiksia sebanyak
Asfiksia 163 12,94
36 kasus (23,07%), 10 kasus (31,25%), dan
8 kasus (26,66%).
Non asfiksia 1.096 87,06
Tabel 5 memperlihatkan perbandingan
Usia kehamilan
PEB, sindrom HELLP, dan eklampsia
< 34 minggu 24 1,91
terhadap prematuritas, masing-masing
34 - <37 minggu 78 6,19
didapatkan 23 kasus (14,73%), 22 kasus
> 37 minggu 1.157 91,90 (36,49%), dan 6 kasus (19,99%).
* KMK : Kecil masa kehamilan Tabel 6 menunjukkan hubungan PEB,
* APGAR : American Pediatric Gross Assessment sindrom HELLP, dan eklampsia terhadap
Record (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) ketiga variabel luaran janin yaitu KMK,
asfiksia, dan prematuritas. Ketiga variabel
Tabel 2 menunjukkan jumlah luaran luaran janin tersebut dihubungkan dan
janin di RSUD Ulin tahun 2017. Didapatkan dianalisis secara bersamaan. Dapat dilihat
225 kasus KMK, 163 kasus asfiksia, 24 kasus dari tabel tersebut didapatkan nilai PR PEB
prematuritas < 34 minggu, dan 78 kasus dan sindrom HELLP terhadap KMK masing-
prematuritas antara 34 - < 37 minggu. masing adalah 11,81 dan 4,91 dengan nilai
sig. masing-masing 0,00 dan 0,01.
Tabel 3 Perbandingan PEB, Sindrom HELLP, dan Eklampsia Terhadap Berat lahir

KMK Non KMK Jumlah


Persalinan Nilai p PR(95%CI)
n (%) n (%) N (%)
PEB 69 44,23 87 55,77 156 100 0,000 5,19 (3,60-7,46)
Sindrom HELLP 11 34,37 21 65,63 32 100 0,000 4,47 (2,16-9,27)
Eklampsia 9 30 21 70 30 100 0,015 2,80 (1,25-6,24)

Tabel 4 Perbandingan PEB, Sindrom HELLP, dan Eklampsia Terhadap Asfiksia


Asfiksia Non Asfiksia Jumlah
Persalinan Nilai p PR(95%CI)
n (%) n (%) N (%)
PEB 36 23,07 120 76,93 156 100 0,000 2,56 (1,68-3,91)
Sindrom HELLP 10 31,25 22 68,75 32 100 0,001 3,88 (1,79-8,42)
Eklampsia 8 26,66 22 73,34 30 100 0,012 3,10 (1,35-7,15

146
Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra: Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan Eklampsia

Tabel 5 Perbandingan PEB, Sindrom HELLP, dan Eklampsia Terhadap Prematuritas


34 - <37 > 37
< 34 minggu Jumlah
minggu minggu Nilai
Persalinan PR(95%CI)
p
n (%) n (%) n (%) n (%)
PEB 5 3,20 18 11,53 133 85,27 156 100 0,000 2,82 (1,69-4,72)
Sindrom HELLP 11 34,37 1 3,12 20 62,51 32 100 0,001 5,45 (2,34-12,64)
Eklampsia 1 3,33 5 16,66 23 80,01 30 100 0,008 4,08 (1,61-10,37)

Tabel 6 Analisis Multivariate dengan menggunakan Regresi logistik pada PEB,


Sindrom HELLP, Eklampsia Terhadap Luaran janin

PEB
Variabel
B Wald Sig. PR 95%CI

KMK 2,46 78,77 0,00 11,81 6,84-20,37


Asfiksia 1,45 13,07 0,00 0,23 0,10-0,51
Prematuritas 0,36 0,86 0,35 1,44 0,66-3,14
Sindrom HELLP
Variabel
B Wald Sig. PR 95%CI
KMK 1,59 6,01 0,01 4,91 1,37-17,55
Asfiksia 0,93 0,97 0,32 0,39 0,06-2,50
Prematuritas 1,18 2,11 0,14 3,26 0,66-16,09
Eklampsia
Variabel
B Wald Sig. PR 95%CI
KMK 0,39 0,14 0,70 1,48 0,19-11,40
Asfiksia 0,16 0,01 0,89 1,18 0,10-13,63
Prematuritas 0,89 1,14 0,28 2,45 0,47-12,68

Pembahasan kejadian preeklampsia berat, sindrom


HELLP, dan eklampsia yang terjadi pada
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ibu hamil terhadap kecil masa kehamilan
di RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan yang masing-masing ditunjukkan dengan
Januari sampai dengan Desember tahun 2017 nilai p = 0.000, 0.000, dan 0.015. Dari hasil
didapatkan angka kejadian preeklampsia analisis didapatkan masing-masing nilai PR
berat, sindrom HELLP, dan eklampsia masing- = 5.19, 4.47, dan 2.80 yang berarti janin yang
masing mencapai 156 kasus (12,39%), 32 dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia
kasus (2,54%), dan 30 kasus (2,38) dari berat, sindrom HELLP, dan eklampsia
1.259 persalinan. Kejadian tersebut termasuk masing-masing berpeluang 5,1 kali, 4,7 kali,
tinggi jika dibandingkan dengan kejadian dan 2,8 kali mengalami KMK. Hal serupa
preeklampsia di India Utara pada tahun 2013 dikemukakan pula oleh Wicaksono pada
yaitu sekitar 32 kasus dari 1.850 persalinan. tahun 2015 yang menunjukkan peluang
Analisis penelitian ini memperlihatkan bayi KMK 1,32 kali pada ibu dengan PEB.20
adanya hubungan yang signifikan antara Janin pada ibu dengan preeklampsia dapat

147
Obgynia, Volume 2 Nomor 2 September 2019

mengalami pertumbuhan yang terhambat. menyebabkan hipotensi, dan gangguan


Hal ini dapat terjadi karena buruknya kontraksi uterus akan menyebabkan
sirkulasi retroplasental. Sirkulasi tersebut penurunan aliran oksigen.14
berperan dalam pertukaran oksigen dan Hipotesis lainnya menyebutkan bahwa
karbondiok sida serta nutrisi dari maternal ke preeklampsia menyebabkan stress pada
janin. Spasme pembuluh darah arteriol dan maternal yang akan mengaktivasi sumbu
hipovolemik yang berlangsung lama akan hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA aksis)
mengganggu pertumbuhan hipovolemik dan sistem saraf simpatik-adrenal medula yang
pada janin.12,14 Spasme yang terjadi ini akan menyebabkan peningkatan produksi
disebabkan oleh kerusakan endotel sistemik corticotropine releasing hormone (CRH),
akibat mikrodeposisi partikel dari membrane adrenocorticotropine hormone (ACTH),
mikrovili sinsitiotrofoblas. Kondisi tersebut kortisol, dan noradrenalin maternal. Jumlah
diperburuk oleh adanya apoptosis plasenta kortisol yang meningkat pada maternal akan
yang distimulasi akibat berkurangnya suplai menstimulasi peningkatan produksi CRH
oksigen.21 Selain itu, terdapat juga hubungan plasenta (pCRH). Puncak peningkatan pCRH
dari peningkatan ekspresi gen p53 pada ibu pada preeklampsia terjadi pada kehamilan
dengan preeklampsia yang menyebabkan 18 sampai dengan 20 minggu. Selanjutnaya
hipoperfusi dan hipoksia jaringan karena pCRH akan masuk ke dalam sirkulasi janin
gen p53 merupakan salah satu yang akan melalui vena umbilicalis untuk mendorong
menyebabkan apoptosis pada sel.22 aktivitas aksis HPA janin. Setelah aksis HPA
Hasil analisis lainnya pada penelitian janin tersebut meningkat, maka kemudia
ini menunjukkan adanya hubungan yang akan meningkatkan produksi dan sekresi
bermakna antara preeklampsia berat, sindrom ACTH, kortisol, dan androgen dehydro-
HELLP, dan eklampsia pada ibu hamil epiandrosterone-sulphate (DHEA-S).
terhadap kejadian asfiksia yang terjadi pada Percepatan maturasi organ neuromuskular
janin yang dilahirkan. Hasil analisis diperoleh dan paru-paru ini disebabkan oleh kortisol
masing-masing nilai PR =2.56, 3.88, dan yang meningkat kemudian produksi DHEA-S
3.10 yang artinya janin yang dilahirkan oleh yang meningkat akan mempercepat kelahiran
ibu dengan preeklampsia berat, sindrom dan dapat menyebabkan terjadinya kelahiran
HELLP, dan eklampsia berpeluang 2,5 kali, prematur.24
3,8 kali, dan 3,1 kali mengalami kejadian Perbandingan yang signifikan juga
asfiksia. Hal ini didukung dengan penelitian ditunjukkan pada penelitian ini antara ibu
yang dilakukan oleh Sharma tahun 2017 dengan preeklampsia berat, sindrom HELLP,
didapatkan 25.68% kasus asfiksia janin dan eklampsia terhadap kejadian prematuritas
yang lahir dari ibu dengan preeklampsia.23 pada janin. Pada analisis didapatkan masing-
Asfiksia yang terjadi pada janin disebabkan masing nilai PR = 2.82, 5.45, dan 4.08 yang
karena adanya abnormalitas invasi trofoblas berarti bahwa janin yang dilahirkan oleh
pada arteri maternal dan desidual. Hal ini seorang ibu dengan PEB, sindrom HELLP,
yang berperan dalam menurunkan perfusi dan eklampsia masing-masing mempunyai
aliran darah dan iskemik plasental relative. peluang prematuritas sebanyak 2,8 kali, 5,4
Aliran darah retroplasental yang menurun kali, dan 4 kali. Penelitian yang dilakukan oleh
pada ibu hamil dengan preeklampsia akan Villar pada tahun 2006 mendapatkan hasil
menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen bahwa janin yang dikandung oleh ibu dengan
dan karbondioksida sehingga menyebabkan preeklampsia berpeluang sebesar 3,9 kali
asfiksia janin. Hipertensi pada kehamilan terjadi prematuritas.25 Kejadian preeklampsia
termasuk preeklampsia, perdarahan yang terhadap prematuritas dihubungkan dengan

148
Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra: Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan Eklampsia

adanya peningkatan paparan stress oksidatif tersebut. Dalam dinding rahim, sitotrofoblas
pada janin. Beberapa penelitian juga sangat menyerang arteri spiralis. Sitotrofoblas
menghubungkan dengan iskemik, stress pada bermigrasi ke pembuluh-pembuluh ini dan
maternal dan janin yang dapat menyebabkan menggantikannya dengan cara retrograde
prematuritas. pCRH pada kondisi stress pada lapisan endotel maternal. Sitotrofoblas
termasuk pada preeklampsia mampu juga berimplantasi di antara sel-sel otot polos
menyebabkan peningkatan aktivitas kerja yang membentuk tunika media. Akibat dari
oksitosin dan prostaglandin yang kemudian hal tersebut adalah arteri spiralis mencapai
akan meningkatkan aktivitas miometrium sifat fisiologis yang diperlukan untuk
sehingga persalinan premature dapat terjadi.24 meratakan plasenta secara adekuat sehingga
Setelah dilakukan analisis bivariate, aliran darah dari maternal ke janin terjadi
pada penelitian ini dilanjutkan dengan secara adekuat. Sebagai perbandingan, invasi
analisis multivariate menggunakan uji dari sisi vena sirkulasi uterus minimal, cukup
regresi logistik untuk melihat variabel luaran untuk memungkinkan pengembalian dari
janin yang paling terpengaruh terhadap vena.26
kejadian preeklampsia berat, sindrom Pada preeklampsia, invasi sitotrofoblas
HELLP, dan eklampsia. Hasil analisis dapat dari kompartemen uterus interstisial sering
disimpulkan bahwa luaran janin yang paling kali terjadi secara dangkal. Di banyak
terpengaruh terhadap preeklampsia berat lokasi, invasi arteri spiral menjadi tidak
dan sindrom HELLP adalah kecil masa lengkap. Sitotofroblas endovaskular, dan
kehamilan sedangkan analisis multivariate beberapa pembuluh mempertahankan
pada eklampsia terhadap variabel luaran bagian dari lapisan endotel mereka dengan
janin secara statistik tidak ada yang lebih lapisan otot yang relatif utuh. Defek yang
berpengaruh satu variabel dibandingkan terjadi ini mencerminkan defisit dalam
variabel lainnya. program diferensiasi yang memungkinkan
Penyebab dari preeklamsia masih invasi sitotrofoblas ke dinding uterus. Pada
tetap menjadi salah satu hal yang belum preeklamsia, proses mimikri vaskular tidak
dapat diselesaikan dan belum ditemukan lengkap sehingga menghambat interaksi
secara pasti ssampai saat ini. Teori saat ini sel dengan arteri spiralis sehingga terjadi
yang mendukung terjadinya preeklampsia penurunan perfusi dari maternal ke janin.12,26
diperkirakan terjadi dalam tahap plasentasi
abnormal yang mengarah ke respons Simpulan, berdasarkan hasil penelitian
inflamasi maternal. Daerah spesifik dari yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin
plasenta memiliki bagian patologis yang dengan mengambil sampel penelitian pada
berbeda. Selama kehamilan normal, bulan Januari sampai dengan Desember 2017
sitotrofoblas bermigrasi dari vili korionik ini dapat disimpulkan bahwa ibu dengan
kemudian menginvasi uterus dan mencapai preeklampsia berat, sindrom HELLP, dan
sepertiga bagian dalam miometrium. Proses eklampsia mempunyai hasil luaran janin
yang terjadi ini dikarenakan sel-sel plasenta dengan kecil masa kehamilan, asfiksia, dan
mempunyai sifat semiallogenic yaitu suatu prematuritas.
benda asing yang ada di dalam tubuh yang Preeklampsia berat dan sindrom HELLP
tidak dirusak oleh antibody dalam tubuh pada ibu hamil merupakan hal yang paling
karena mempunyai beberapa bagian yang mempengaruhi pada hasil luaran janin kecil
mirip dengan tubuh. Selain itu, juga terdapat masa kehamilan.
co-expressing genom pada maternal dan
paternal sehingga dapat terjadi proses

149
Obgynia, Volume 2 Nomor 2 September 2019

Saran Clinical Guidelines Program.


Hypertensive disorders of pregnancy.
Penelitian ini merupakan penelitian dasar 2013 [diunduh 7 Desember 2018].
untuk melihat hubungan antara PEB, sindrom Tersedia dari: www.health.qld.gov.au/
HELLP, dan eklampsia terhadap luaran qcg/documents/g_hdp5-o.pdf
janin seperti kecil masa kehamilan (KMK), 7. New York State Department of Health.
asfiksia, dan prematuritas khususnya di Hypertensive disorders in pregnancy
RSUD Ulin Banjarmasin. Perlu dilakukan guideline summary. 2013 [diunduh 7
penelitian selanjutnya yang lebih dalam Desember 2018]. Tersedia dari: https://
tentang preeklampsia berat, sindrom HELLP, www.health.ny.gov/professionals/
dan eklampsia serta efeknya terhadap janin. protocols_and_guidelines/hypertensive_
disorders/2013_hdp_executive_
Ucapan terima kasih summary.pdf
8. Uzma SJ, Shamsi A, Zuberi N, Qadri
Penulis mengucapkan banyak terima kasih Z, Saleem S. A multicenter matched
pertama – tama kepada Tuhan YME sehingga case control study of risk factors for
penelitian ini dapat berjalan dengan baik. preeklampsia in healthy women in
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima Pakistan. BMC Women’s Health.
kasih kepada dr. Bambang Abimanyu, 2010;10(4):1-7.
Sp.OG(K) dan dr. Pudji Andayani, Sp.A(K) 9. Djannah SN, Arianti IS. Gambaran
sebagai pembimbing pada penelitian ini. epidemiologi kejadian preeklampsia dan
eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah
Daftar Pustaka Yogyakarta 2007-2009. BPSK.
2010;13(4):378−85.
1. BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF 10. Carbonnel JU, Olivier P, Roland A, Ayoubi
International. Survei demografi dan JM. Pre-eklampsia pathophysiology,
kesehatan Indoneisa (SDKI) Tahun 2015. diagnosis, and management. Dove Press.
Jakarta : Kemenkes RI; 2015. 2011;201(7):467−74
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian 11. Backes CH, Markham K, Moorehead
Kesehatan. Situasi Kesehatan Ibu. Situasi P, Cordero L, Nankervis CA, Giannone
Kesehatan Ibu. 2014. hal.8. PJ. Maternal preeklampsia and neonatal
3. Unicef. Kesehatan ibu dan anak. 2012. outcome. Hindawi Pub Coorp J
[diunduh 4 Desember 2014]. Tersedia Pregnancy. [diunduh 9 Desember 2018].
dari: http://www.unicef.org/indonesia/ Tersedia dari: https://www.hindawi.com/
id/A5_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan journals/jp/2011/214365.pdf
_REV.pdf 12. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom
4. WHO. Maternal mortality. [Homepage SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
on the internet]. [Update Februari 2018; Hypertensive disorders in pregnancy.
diunduh 5 Desember 2018]. Tersedia Williams Obstetrics. Edisi ke-23. New
dari: http://www.who.int/mediacentre/ York: McGraw Hill Medical; 2010.
factsheets/fs348/en/ 13. Doddamani U. Perinatal outcome in
5. Zulfiqar AB, Black RE. Global maternal, preeklampsia: a prospective study.
newborn, and chSSSSild health – so near SJAMS. 2014;2(1c):291 – 3.
and yet so far. NEJM. 2013;369(23):2227- 14. Irdawati W. Hubungan preeklampsia
8. dengan kondisi bayi yang dilahirkan
6. Queensland Maternity and Neonatal secara section caesarea di RSUD Dr.

150
Yohanes Adhitya Prakasa Sukoco Putra: Preeklampsia Berat, Sindrom HELLP, dan Eklampsia

Moewardi Surakarta. Berita Ilmu effects on pregnancy and the (unborn)


Keperawatan 2009;2(1):1−6. child. Early Human Development.
15. Sultana AJ. Risk factor for preeklampsia 2012;70(1-2):3−14.
and its perinatal outcome. Scholars 25. Villar J, Carroli G, Wojdyla D, Abalos
Research Library. 2013;4(10):1−5 E, Giordano D, Ba’aqeel H, Farnot U,
16. Sachan R, Patel ML, Sachan P, Gaurav Bergsjø P, Bakketeig L, Lumbiganon
A, Singh M, Bansal B. Outcomes in P, Campodo´nico L, Al-Mazrou Y,
hypertensive disorders of pregnancy Lindheimer M, Kramer M. Preeklampsia,
in the north indian population. Intern J gestational hypertension and small
Women’s Health. 2013;5:101−8. gestational age, related or independent
17. Regina M. Preeklampsia: effect on the conditions?. American J Obstet and
fetus and newborn. J Am Acad Ped. Gynecol. 2016; 194, 921–31.
2011;12(4):198−206. 26. Fisher AJ. Why is placentation abnormal
18. Ayaz A, Muhammad T, Hussain in preeklampsia? Obstetrics Expert
SA, Habib S. Neonatal outcome in Review. American J Obstet and Gynecol.
preeclamptic patients. J Ayub Medical 2015.115−122.
College Abbottabad. 2011;21(2):53−5.
19. Lisonkova S, Joseph KS. Incidence of
preeklampsia: risk factors and outcomes
associated with early- versus late-
onset disease. Am J Obstet Gynecol.
2013;209(6):544.e1-544.e12
20. Budi W, Ryan I, Budi U. Relationship
between severe preeklampsia onset with
IUGR incidence at Dr. Soetomo General
Hospital in 2013. An Int J of Women’s
Cardiovascular Health.2015(5):209–258
21. Prasetyorini KK, Madeline J.
Amount apoptotic trophoblast cells in
preeklampsia/ eklampsia are higher
than in normal pregnant. J Kedokteran
Brawijaya. 2010;24(2):1−7.
22. Sharp AN, Heazell AEP, Baczyk D,
Dunk CE, Lacey HA, Jones CJP,
dkk. Preeklampsia is associated with
alterations in the p53 pathway in villous
trophoblast. Plos One J. 2014;9(1):1-14.
23. Sharma C, Gupta S, Tyagi M, Mani P,
Dhingra J, Rana R. Maternal & Perinatal
outcome in Hypertensive Disorders of
Pregnancy in a Tertiary Care Hospital
in Northern India. MedCrave Obstet &
Gynecol Int J. 2017,6(6):00229
24. Mulder EJH, de Medina PGR, Huizink
AC, Van den Bergh BRH, Buitelaar JK,
Visser GHA. Prenatal maternal stress:

151

Anda mungkin juga menyukai