Anda di halaman 1dari 5

1

D. Upaya Pnegakan HAM dalam Perspektif Pancasila

1. Kedudukan Pancsila sebagai Upaya Penegakan HAM


Pancasila sebagai dasar negara memiliki beberapa kedudukan, salah satunya sebagai sumber
dari segala sumber hukum. Ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966 yang memuat judul tentang
memorandum DPRGR mengenai sumber tertib hukum RI dan tata urutan peraturan
perundang-undangan RI, dalam lampiranya ditegaskan bahwa “Pancasila Sumber Dari
Segala Sumber Hukum”. Artinya, setiap peraturan perundang-undangan di Indonesia harus
mengacu kepadanya tidak menyimpang dari ketentuan serta asas-asas yang terkandung
didalmnya (Munir, 2016:50).
Pancasila sebagai Dasar Negara, mengatur penyelenggaraan negara memiliki nilai-nilai
yang bersifat universal. Artniya, nilai-nilai Pancasila harus diimplementasikan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam pembangunan hukum.
Pembentukan peraturan perundang-undangan, yang mengatur tentang HAM diarahkan
untuk mencapai tujuan negara. Seleuruh peraturan perundang-undnaga harus disesuaikan dan
berijak pada nilai-nilai Pancasila. Hans Nawiasky, dalam teori hirarki dan norma hukum
berpendapat bahawa norma hukum itu berjennjang dan berlapis dalam suatu hirarchi tata
susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasarkan pada
norma yang lebih tinggi.
2. Bentuk Upaya Penegakan HAM
a. Upaya Preventif
Upaya preventif merupakan segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
pelanggaran HAM
1) Membuat peraturan Perundang-undangan HAM
Peraturan Yang Mmengatur tentang Pelaksanaan HAM

No Peraturan Yang Mengatur HAM


1 UUD NRI Tahun 1945 terutama pasal 28A-28J
2 Ketetapan MPR No XVII Tahun 1998 mengatur tentang pengesahan konversi
menentang penyiksaan
3 UU RI No 5 Tahun 1998 mengatur tentang pengesahan konvensi menentang
penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat manusia.
4 UU RI No 39/1999 mengatur tentang HAM
5 UU RI No 26/2000 menatur tentang pengadilan HAM
6 UU RI No 11/2005 mengatur tentang konvensi Internasional tentanghak-hak
sipil dan politik
7 UU RI Nomor 12 Tahun 2005 tentang konvensi Internasional tentag hak-hak
sosial, ekonomi dan budaya
8 PP No 2 Tahun 2000 tentang tata cara perlindungan korban an saksi dalam
pelanggaran HAM Berat
9 PP No 3 Tahun 2002 mengatiur tentang ompensasi, retribusi, rehabilitasi
terhadap korban pelanggaran HAM berat
10 PP No 50 Tahun 1993 tentang Komnas Ham
11 PP No 93 Tahun 1998 Pengeahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasa
2

Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi


12 Kpres N0 31 Tahun 2001 pembentukan Pengadilan HAM pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, PN Surabaya dan PN Makasar
13 Kepres No 96 Tahun 2001 tentang perubahan kepres no 53 tahun 2001 tentang
pembentukan pengadilan HAM Ad Hoc pada PN jakarta Pusat
14 Kepres No 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia
Tahun 2004-2009

2) Membentuk lembaga pemantau dan pengawas Pelaksanaan HAM


Di Indonesia terdapat lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan HAM, yang
disertai dengan hak dan wewenang yang dijamin oleh negara. Pembentukan lembaga-
lembaga pelaksanaan HAM tersebut tentunya hasur didaasrkan pada peraturan
perundang-undangan yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Jadi pembentukan
lembaga-lembaga pelaksanaan HAM idak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Itulah arti upaya penegakan HAM dalam perspektif Pancasila. Adaupun
lembaga-lembaga pelaksana HAM yang dimaksud adalah:
a) Kontras
b) ELSAM
c) KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK
d) KOMNAS ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
3) Melakukan sosialisasi HAM kepada Masyarakat
Kesadaran HAM yang rendah menjadi salah satu faktor pelanggaran HAM. Kesadaran
HAM perlu ditingkatkan melalui kegiatan sosial. Melalui sosialisasi, HAM akan
mampu dikenal, dipahami dan dihayati oleh masyarakat. Sosialisasi tentang penegakan
dan pengamalan nilai HAM akan mampu meningkatkan pemahaman HAM
masyarakat. Meningkatnya pemahaman masyarakat akan berujung pada kesadaran
HAM yang tinggi
4) Memasukkan materi HAM dalam mata pelajarn PPKn
Materi PPKn memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945 RI
tahun 1945. Materi PPKn dibagi menjadi 8 ruang lingkup. Menurut UU No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup PPKn terdiri atas a) persatuan dan kesatuan
bangsa, b) norma, hukm dan peraturan, c) HAM, d) Kebutuhan Warga negara, e)
konstitusi negara, f) Kekuasaan dan politik, g) Pancasila dan h) Globalisasi. Masuknya
materi muatan tentang HAM dalam mata pelajaran PPKn akan membuat peserta didik
paham akan hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,
instrumen nasional dan instrumen internasional HAM, serta pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM
b. Upaya Represif
Upaya represif adalah upaya penggabungan terhadap pelanggaran. Upaya represif dapat
dilakukan dengan memproses pelanggaran HAM berat. Pelanggaran HAM yang terjadi
dapat dilaporkan pada lembaga KOMNAS HAM untuk mendapat perlindungan .
3

pelanggaran HAM selanjutnya akan diproses menlalui pengadilan khusus HAM yang
dibentuk untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat. Berikut upaya represif
untuk menagani pelanggaran HAM:
1) Komnas HAM
Sebagai negara hukum Indonesia mengakui dan melindungi HAM. Dalam rangka
menjamin perlindungan atas HAM, pemerintah mendirikan komisi nasional hak asasi
manusia yang disingkat KOMNAS HAM. Komnas HAM dibentuk oleh negara
berdasarkan UU no 39 Tahun 1999 tentang HAM. Komnas HAM merupakan lembaga
mandiri yang kedudukanya setinggi dengan lembaga negara lain. Komnas HAM
berfungsi meneyelenggarakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan
mediasi HAM. Menurut UU, kean komnas HAM bertujuan meningkatkan
perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuanya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Anggota komnas HAM berjumlah 35 orang yang dipilih DPR dan diresmikan oleh
presiden. Komnas HAM dipimpin oleh seorang ketua dan dua orang wakil ketua.
Keanggotaan komnas HAM menjabat selama lima tahun. Hak dan kewajiban komnas
Ham adalah sebagai berikut:
a) Hak Komnas Ham
(1) Menyampaikan usulan dan pendapat kepada sidang paripurna dan sub komisi
(2) Memberikan suara dalam pengambilan keputusan sidang paripurna dan sub
komisi
(3) Mengajukan dan memilih calon ketua dan wakil ketua komnas HAM dalam
sidang paripurna
(4) Mengajukan bakal calon anggota komnas HAM dalam sidang paripurna untuk
pergantian periodek dan antar waktu
b) Kewajiban Komnas HAM
(1) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Berpartisipasi aktif untuk tercapainya tujuan komnas HAM
(3) Menjaga kerahasiaan keterangan yang bersifat rahasia.
Fungsi komnas HAM :
a) Fungsi Pengkajian dan Penelitian
(1) Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional dan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan HAM
(2) Menerbitkan hasil pengkajian dan penelitian
(3) Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banfing di negara lain mengenai
HAM
(4) Membahas permasalahan perlindungan, perlindungan, penegakan dan
pemajuan HAM
(5) Melakukan kerja sama dengan organisasi atau lembaga lain dalam bidang
HAM, baik ditingkat regional, nasional atau internasional
b) Fungsi Penyuluhan
(1) Menyebarkan wawasan mengenai HAM kepada masyarakat
4

(2) Melakuakan upaya peningkatan kesadaran masyarakat


c) Fungsi Pemantauan
(1) Menyusuns hasil pengamatan pelaksanaan HAM
(2) Menyelidikai dan memeriksa peristiwa yang diduga melanggar HAM
(3) Memanggil pihak pengadu atau korban untuk dimintai keterangan
(4) Memanggil saksi untuk menyerahkan bukti yang diperlukan
(5) Meninjau tempat kejadian
d) Fungsi Mediasi
(1) Mendamaikan kedua belah pihak
(2) Menyelasaikan perkara melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
penilaian ahli
(3) Memberi sara lepada pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketa
melalui pengadilan
(4) Menyampaikan rekomendasi atas kasus pelanggaran HAM untuk
ditindaklanjuti penyelesaianya
(5) Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada
pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesainya.
2) Pengadilan HAM
Pemerintah membentuk pengadilan HAM demi penegakan HAM dan menciptakan
keadilan. Menurut UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pengadilan HAM
adalah pengadilankhusus terhadap pelanggaran HAM yang berat. Akan tetapi,
pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
HAM berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah delapan belas
tahun pada usia kejahatan.
Peradilan HAM berada di lingkungan peradilan umum. Pengadilan HAM
berkekdudukan di daerah kabupaten atau Kota yang daerah hukumnya meliputi daerah
hukum pengadilan HAM yang bersangkutan. Pelanggaran HAM berat akan diproses
oleh pengadilan HAM melalui proses sebagai berikut:
a) Penangkapan tersangka.
Penagkapan dilakukan demi kepentingan penyidikan terhadap seseorang yang
diduga keras melakukan pelanggaran HAM yang berat berdasarkan bukti
permulaan yang cukup. Penagkapan dilakukan oleh penyidik dengan
memperlihatkan surat tugas dan memberikan surat perintah kepad tersangka.
Dalam hal tertangkap tangan, penagkapan dilakukan tapa surat perintah.
b) Penahanan
Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap tersangka atau
terdakwa yang diduga keras melakukan pelanggaran HAM berat berdasarkan bukti
yang cukp. Jaksa agung sebagai penyidik dan penuntut umum berwenang
melakukan penahanan untuk penyidikan dan penuntutan. Untuk kepentingan
pemeriksaan disidang pengadilan , penahanan dilakukan oleh hakim pengadilan
HAM.penahanan untuk kepentingan penyidikan dan pemeriksaan dapat dilakukan
paling lama 90 hari. Sesmntara itu, penahanan untuk kepentingan penuntutan dapat
5

dilakukan paling lama 30 hari. Apabila penyelidikan atau penuntutan belum dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang telah dutetapkan, penahanan dapat
diperpanjang oleh ketua pengadilan HAM sesuai daerah hukumnya.
Penahanan untuk kepentingan banding dan kasasi dilakukan paling lama 60 hari.
Jangka waktu penahanan dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 30 hari
oleh ketua MA.
c) Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh komnas HAM. Komnas HAM dapat membentuk tim
Ad Hoc yang terdiri atas komnas HAM dan unsur masyarakat. Dalam melakukan
penyelidikan, penyelidik berwenang:
(1) Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan pelanggaran HAM
(2) Menerima laporan atau pengaduan serta mencari keterangan dan bukti
(3) Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yan diadukan untuk diminta dan
didengar keteranganya
(4) Memanggil saksi untuk dimintai dan didengar kesaksianya
(5) Meninjau dan mengumpulkan keterangan ditempat kejadian dan tempat lainya
yang dianggap perlu
(6) Memanggil pihak terkait untuk memberikan keterangan secara tertulis atau
menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya
(7) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa pemeriksaan surat,
penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan tempat yang diduduki atau
dimiliki, serta mendatangkan ahli.
d) Penyidikan
Penyidikan dilakukan oleh jaksa agung dengan mengangkat penyidik Ad Hoc yang
terdiri atas unsur pemerintah maupun masyarakat. Penyidikan dapat dilakukan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan maupun dengan perpanjangan
waktu.
e) Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh jaksa agung. Komnas HAM sewaktu-waktu dpaat
meminta keterangan secara tertulis kepada jaksa agung mengenai perkembangan
penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran HAM berat.

Anda mungkin juga menyukai