1
PENDAHULUAN Tanaman produksi 15 ton, pada tahun 2016
kedelai (Glycine max L. Merril) dan 2017 dengan luas panen 37 ha
merupakan salah satu komoditi namun juga tdak diperoleh data
pangan dari famili leguminoseae produksi kedelai.
yang dibutuhkan dalam pelengkap Rendahnya produksi kedelai
gizi makanan. Kedelai memiliki dapat dipengaruhi oleh berbagai
kandungan gizi yang berperan untuk macam faktor misalnya produksi
membentuk sel-sel tubuh dan yang dihasilkan petani menurun
menjaga sel-sel tersebut. Kedelai karena luas areal untuk tanaman
mengandung protein 75 – 80% dan kedelai masih sangat sedikit. Salah
lemak mencapai 16 - 20% serta satu upaya peningkatan produksi
beberapa asam kasei (Suhardi, adalah dengan perluasan areal
2002). tanaman kedelai, dalam peluang
Kedelai termasuk bahan pangan peningkatan produksi tanaman
yang bermanfaat sebagai bahan pangan mendukung ketahanan
makanan manusia, pengobatan pangan nasional adalah pemanfaatan
(terapi) dan bahan pakan ternak, lahan kering.
kedelai dapat di olah menjadi Lahan kering merupakan salah
berbagai macam bahan makanan satu lahan marjinal, karena
seperti tauge, susu kedelai, tahu, kekeringan menyebabkan berbagai
tempe, kecap dan bahan penyedap. dampak negatif pada tanaman.
Kedelai untuk pengobatan berkhasiat Kekeringan akan menyebabkan
mencegah penyakit jantung, terganggunya proses metabolisme
osteoporosis, kanker payudara dan tanaman seperti terhambatnya
melancarkan metabolisme tubuh pembelahan dan pembesaran sel,
(Astawan, 2009). penurunan aktifitas enzim serta
Produksi kedelai Indonesia saat penutupan stomata sehingga
ini masih dalam tingkat yang belum pertumbuhan dan perkembangan
dapat mengimbangi laju peningkatan tanaman menjadi terhambat.
kebutuhan kedelai sehingga Kekeringan merupakan faktor
Indonesia termasuk pengimpor yang sangat mempengaruhi terhadap
kedelai yang cukup banyak. hasil tanaman kedelai serta
Rendahnya produktivitas kedelai di kandungan hara tanah yang rendah
Indonesia antara lain disebabkan oleh dan pH yang tidak optimum. Kondisi
faktor alam, biotik, teknik budidaya cekaman kekeringan pada stadia
serta fisiologi tanaman kedelai vegetatif dapat menurunkan tinggi
(Kristianingsih, 2004). tanaman dan luas daun. Kekurangan
Berdasarkan data Badan Pusat air pada proses fotosintesis akan
Statistik (BPS) di Kabupaten berakibat pada kecepatannya, akibat
Gorontalo Utara luas panen pada dari menutupnya stomata,
tahun 2013 yaitu 15 ha dengan permasalahan utama yang ditemui di
produksi 20 ton, tahun 2014 luas lahan kering adalah masalah
panen tanaman kedelai adalah 11 ha ketersediaan air terutama pada
namun tidak diperoleh data hasil musim kemarau dan ketersediaan
produksi, sedangkan pada tahun hara. Kendala kekurangan air
2015 luas panen 11 ha dengan terutama pada musim kemarau sering
2
menyebabkan terjadinya cekaman percobaan terdiri atas 5 sampel
kekeringan yang mengakibatkan tanaman.
rendahnya produksi kedelai Perlakuan pemberian air terdiri atas:
(Rismaneswati, 2006). P1 = 200 ml air/ polybag
Untuk peningkatan produksi P2 = 400 ml air/ polybag
kedelai di lahan kering dapat P3 = 600 ml air/ polybag
ditempuh dengan cara menyediakan P4 = 800 ml air/ polybag
varietas yang adaptif atau toleran Dengan demikian terdapat 4
pada kondisi lingkungan setempat. perlakuan dengan ulangan sebanyak
Penanaman varietas kedelai yang 4 kali, setiap perlakuan terdiri atas 5
toleran pada lahan kering merupakan tanaman yang diamati dalam
salah satu alternatif dalam polybag.
pengembangan dan peningkatan Parameter Yang Diamati
budidaya dan pertanaman kedelai.
Besarnya kerugian hasil kedelai a. Tinggi Tanaman (Cm)
ditentukan oleh varietas, lamanya Tinggi tanaman diukur pada umur
cekaman, dan stadia tumbuh. Di 2 MST, 4 MST, 6 MST dan 8 MST.
lapangan, cekaman kekeringan
pengukuran dimulai dari permukaan
selama fase generatif menurunkan
hasil kedelai sebesar 34% (Suhartina, tanah sampai dengan titik tumbuh
2011). tertinggi dengan menggunakan
Waktu dan Tempat mistar.
b. Jumlah Daun (Helai)
Hasil perhitungan menunjukkan Jumlah daun dihitung sejak
bahwa perlakuan pemberian air 600
tanaman berumur 2 MST, 4 MST, 6
ml (P3) dan 800 ml (P4)
menghasilkan produktivitas tanaman MST, dan 8 MST. Jumlah daun
kedelai yang lebih tinggi dilakukan dengan cara menghitung
dibandingkan perlakuan P1 (200 ml) semua jumlah daun yang telah
dan P2 (400 ml) masing - masing membuka sempurna
sebesar 2,07 dan 2,17 ton per hektar. c. Jumlah Polong Pertanaman
Hal tersebut menunjukkan bahwa Jumlah polong pertanaman
semakin tinggi air yang diberikan dihitung pada waktu panen dengan
semakin meningkatkan produktivitas menghitung jumlah polong yang
tanaman kedelai. terbentuk pada tanaman sampel.
Metode Penelitian d. Jumlah Bobot 100 Biji
Biji yang sudah mengering akan
Penelitian ini dilakukan dengan
dipilih secara acak 100 butir dari
menggunakan Rancangan Acak
setiap tanaman sampel perplot lalu
Kelompok (RAK) faktor tunggal
ditimbang menggunakan timbangan
yaitu pemberian air dengan 4
digital.
perlakuan diulangi sebanyak 4 kali,
Metode Analisis Data
sehingga terdapat 16 satuan
Menurut Mattjik dan
percobaan. Setiap satuan percobaan
Sumertajaya (2006), data yang
terdiri atas 10 tanaman sehingga total
diperoleh dianalisis dengan
terdapat 160 tanaman. Setiap satuan
menggunakan rumus model linear
3
dari perlakuan satu faktor dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
rancangan acak kelompok (RAK) 1. Tinggi tanaman
yang diabstrasikan melalui model Hasil analisis ragam menunjukkan
persamaan berikut ini : bahwa perlakuan pemberian air tidak
Yij = µ + ƛi + βj + Ƹij berpengaruh pada variabel tinggi
Keterangan : tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8
Yij = Pengamatan pada perlakuan minggu setelah tanam. Adapun rata -
ke-i dan kelompok ke-j rata tinggi tanaman dapat dilihat
µ = Nilai Rata-rata pada tabel 1.
ƛi = Pengaruh perlakuan ke-i Tabel 1. Rata - rata tinggi tanaman
Kedelai (cm) pada beberapa umur
βj = Pengaruh perlakuan ke-j
pengamatan.
Ƹij = Pengaruh acak pada perlakuan
ke-i dan kelompok ke-j
Perlakuan Waktu Pengamatan (MST)
pemberian air (ml) 2 4 6 8
4
Tabel 2. Rata - rata jumlah daun tanaman kedelai pada beberapa umur
pengamatan
Perlakuan pemberian Jumlah Polong Bobot 100 biji Bobot biji per
air (ml) per tanaman (g) tanaman (g)
P1 (200 ml) 38 a 15,0 28,59 a
P2 (400 ml) 39 a 14,8 28,85 a
P3 (600 ml) 57 b 14,8 41,90 b
P4 (800 ml) 58 b 15,0 43,49 b
5
KK% 12,7 2,1 6,4
BNJ 9,99 6,79
4. Produktivitas Tanaman Kedelai Perhitungan dilakukan dengan
Perhitungan produktivitas mengukur produksi biji kedelai per
tanaman kedelai berdasarkan plot kemudian dikonversikan dalam
perlakuan dilakukan untuk satu hektar. Hasil perhitungan
mengetahui perkiraan jumlah kedelai produktivitas tanaman kedelai dapat
yang dapat dihasilkan sesuai dengan dilihat pada Gambar 4.
perlakuan yang diberikan.
2.50
2.17
2.07
Produktivitas (Ton/Hektar))
2.00
1.43 1.45
1.50
1.00
0.50
0.00
P0 P1 P2 P3
Perlakuan
6
Saran Polyetilen Gligol (PEG).
http:// elib.pdii.lipi.go.id.
Berdasarkan kesimpulan hasil
Astawan, M. 2009. Sehat Dengan
penelitian dapat disarankan
Hidangan Kacang Dan Biji-
sebagai berikut :
Bijian. Penebar Swadaya,
1. Untuk peneliti selanjutnya
Jakarta.
disarankan agar menggunakan
Ashri, K. 2006. Akumulasi Enzim
pemberian air pada tanaman yang
Antioksidan Dan Prolin Pada
berbeda.
Beberapa Varietas Kedelai
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut
Toleran Dan Peka Cekaman
terkait dengan pengaruh
Kekeringan. Institut Pertanian
pemberian air yang dicobakan
Bogor.
pada tanaman yang berbeda.
Budi Dan Tim Ricardo, 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Pengolahan
Kedelai, Ricardo. Jakarta.
Adisarwanto, T. 2014. Kedelai
Tropika Produktivitas. Penebar Candogan BN, Sincik M,
Swadaya Jakarta. Buyukcangaz H, Demirtas C,
Adisarwanto, 2008. Budidaya Goksoy AT, Yazgan S. 2013.
Kedelai Tropika. Penebar Yield, Quality and Crop
Swadaya Jakarta. Water Stress Index
Relationships for Deficit-
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya
Irrigated Soybean (Glycine
Dengan Pemupukan Yang
max L. Merr.) in Sub-Humid
Efektif Dan Pengoptimalan
Climatic Conditions.
Peran Bintil Akar Kedelai.
Agricultural Water Management
Penebar Swadaya Bogor.
113– 121.
Adisarwanto, 2002. Budidaya Cahyono, B. 2007. Kedelai Tehnik
Kedelai Tropika. Penebar Budidaya Dan Analisis Usaha
Swadaya Jakarta. Tani. Aneka Ilmu, Semarang.
Ahmad, R. 2007. The Effect of Darman, 2008. Kedelai Sumber
Water Deficit in Tipical Soil Pertumbuhan Produksi Dan
Types on Yield and Water Teknik Budidaya. Gramedia:
Requirement of Soybean Bogor.
(Glycine max L. Merril) in Daryono, D.K. Suanda, dan I G. A.
Indonesia. Jurnal Bisnis M. Sri Agung. 2003. Evaluasi
Darmajaya. 41 (1): 47-52. Zona Agroklimat Oldeman
Andrianto, Indarto. 2004. Budidaya Daerah Bali Berdasarkan
Dan Analisis Usaha Tani: Pemutakhiran Data Curah
Kedelai, Kacang Hijau Dan Hujan Hingga Tahun 2000.
Kacang Panjang. Absolut. Jurnal Agritop, Jurnal Ilmu-ilmu
Yogyakarta. Pertanian. 3(2). :93-97.
Arabi, M. 2004. Uji Ketahanan Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman
Beberapa Varietas Kedelai Budidaya. UI Press: Jakarta.
Terhadap Kekeringan Pada Hapsoh, Yahya, S., Purwoko, B.S.,
Berbagai Kosentrasi Dan A.S. Hanafiah. 2005. Hasil
7
Beberapa Genotip Kedelai Dan Hasil Kedelai. (Skripsi)
Yang Diinokulasi MVA Pada Fakultas Pertanian Universitas
Berbagai Tingkat Cekaman Brawijaya. Malang.p59.
Kekeringan Tanah Ultisol.
Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura Mubiyanto, B.M. 2007. Tanggapan
40 (2) : 77 – 83. Tanaman Kopi Terhadap
Cekaman Air. Warta Puslit
Hidayat, O.D. 2000. Morfologi dan Kakao. Jurnal Produksi
Tanaman Kedelai. Tanaman 13 (2) : 83-95.
Puslibangtan. Bogor.
Nurhayati, 2009. Cekaman Air
Kobraee, S. 2011. Soybean Pada Dua Jenis Tanah
Production Under Water Terhadap Pertumbuhan Dan
Deficit Conditions. Analysis Of Hasil Tanaman Kedelai
Biology Journal. 2 (2) : 423-434. (Glycine Max L. Merril).
Jurnal Floratek. 4(1) : 55-64.
Lakitan, B. 2004. Dasar dasar
Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Prihatman, K. 2000. Budidaya
Grafindo Persada. Jakarta. Hlm Pertanian: Kedelai. Deputi
73–80. Menegristek Pendayagunaan dan
Pemasyarakan Ilmu Pengetahuan
Liu, F. 2004. Physiological Dan Teknologi.
Regulation Of Pod Set In
Soybean (Glycine Max L. Rahayu, S. 2008. Kajian
Merril) During Drought at Kemampuan PEG 6000 Pada
Early Reproduktif Stages. Tahap Perkecambahan Untuk
Ph. D. Dissertation. Menduga Ketahanan 2
Departemen Of Agricultural Varietas Kedelai (Glycine Max
Sciences, The Royal L.) Terhadap Kekeringan.
Veterinary And Agricultural (Skripsi). Sarjana Pertanian
Uniersity, Copenhagen. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Hlm. 14–18.
Mattjik, A.A., Dan Sumertajaya.
2006. Peracangan Percobaan. Rismaneswati, 2006. Pengaruh
Jilid 1 edisi ke-2. IPB Press : Teracottem, Kompos dan
Bogor. Hal 64. Mulsa Jerami Terhadap Sifat
Fisik Tanah, Pertumbuhan
Mapegau, 2006. Pengaruh dan Produksi Kedelai Pada
Cekaman Air Terhadap Tanah. Alfisols. Agrivigor. 6
Pertumbuhan Dan Hasil (1):49–56.
Tanaman Kedelai (Glycine
Max L. Merril). Jurnal Ilmiah Septiatin, A. 2008. Meningkatkan
Pertanian Kultura 41(1) : 43-49 Produksi Kedelai Di Lahan
Kering, Sawah Dan Pasang
Mimbar, S.M. 1991. Pengaruh Surut. Yrama Widya : Jakarta.
Kerapatan Terhadap
Keguguran Organ-Organ
Reproduksi Retensi Polong
8
Suhardi, 2002. Hutan Dan Kebun Suprapto, 2001. Bertanam Kedelai.
Sebagai Sumber Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kanisius. Yogyakarta. Suprapto, 2004. Bertanam Kedelai.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhartina, 2011. Pemuliaan Suhartono, 2008. Pengaruh Interval
Tanaman Kedelai Toleran Pemberian Air Terhadap
Terhadap Cekaman Pertumbuhan Dan Hasil
Kekeringan. Bul Palawija. 21: Tanaman Kedelai (Glycine
26–38. Max L. Merril) Pada
Berbagai Jenis Tanah. Jurnal
Sumarno, Suyamto, Widjono, A,.
Embryo.Vol.5.
Hermanto, Dan Kasim, H. 2007.
Kedelai : Teknik Produksi Taiz, L. And E. Zeiger. 2002. Plant
Dan Pengembangan Badan Physiology. 3rd Edition.
Penelitian Dan Pengembangan Sinauer Associates.
Tanaman Pangan. Bogor. Sunderland. pp.116-119.
Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Yasemin. 2005. The Effect of
Menanam Kedelai, Drought on Plant And
NUANSA, bandung. Tolerance Mechanisme. G.U
Journal of Science.