Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yulia Safitri

NIM : 201910070311041
Kelas : Biologi 3 A
Buatlah analisis perbedaan prinsipiil antara kurikulum 1968, 1975, 1984, dan 1994!
Kurikulum 1968
Pada awal pemerintahan Orde Baru, tahun 1968 kurikulum dikembangkan dengan muatan
politis. Rencana Pendidikan 1964 diganti dan diperbarui. Kurikulum 1968 disebut pula dengan
Kurikulum Bulat, karena pendekatan kurikulum ini ditekankan pada pendekatan organisasi
materi. Kurikulum 1968 dianggap belum sempurna sekalipun penyusunannya berdasarkan hasil
kajian mendalam terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Seluruh sekolah asing kemudian dilarang untuk hadir dalam negeri, sedangkan lembaga
pendidikan dilakukan penyederhanaan, baik jumlah maupun struktur. Yang menarik adalah
penegasan lahirnya undang-undang wajib mengajar karena saat itu jumlah tenaga pengajar
sangat terbatas. Lebih tepatnya, ini ditujukan agar jumlah pengajar bisa bertambah banyak
sehingga proses pendidikan dapat dilangsungkan dengan baik. Dalam konteks demikian, ada
komitmen politik dari pemerintah supaya pendidikan betul-betul dilakukan dengan sedemikian
rupa demi masa depan Indonesia yang lebih maju ke depannya.

Kurikulum 1975

Pada kurikulum 1975 terdapat 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
adalah rumusan yang bersifat umum yang menggambarkan kualifikasi umum seorang lulusan
setiap lembaga pendidikan Tujuan umum pendidikan menurut kurikulum SD 1975 adalah: (1)
Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, (2)
Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran,
mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. Ciri-ciri kurikulum 1975
adalah: (1) Berorientasi pada tujuan pembelajaran, (2) Kurikulum dikembangkan dengan
pendekatan integratif, (3) Kurikulum diarahkan kepada pendekatan sistem instruksionhal dengan
produk yang berupa PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), dan (4) Kurikulum
dikembangkan dengan menekankan pada konsep strimulus-respon. Jadi kurikulum 1975 yang
dikatakan sebagai pengganti kurikulum 1968 ini tujuan menjadi orientasi utama dimaksudkan
agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih efisien dan efektif. Tujuan umum selanjutnya
dijabarkan mmenjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus yang menggambarkan kualifikasi yang
harus dimiliki oleh para lulusan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk berbagai
bidang pelajaran

Kurikulum 1984

Kurikulum 1984
Mencermati laju pembangunan nasional yang pesat, termasuk berdampak pada lahirnya ruang-
ruang baru dalam pembangunan pendidikan nasional diperlukan kurikulum baru yang respons
terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan. Dalam konteks ini, Dr. Daoed Joesoef, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, melahirkan kebijakan sistem pendidikan nasional yang memiliki
ciri-ciri: 1) Semesta, yakni mencakup semua unsur kebudayaan, seperti logika, etika, estetika,
keterampilan, nilai-nilai moral, dan spiritual; 2) menyeluruh, yakni mencakup pendidikan secara
formal maupun informasi; dan 3) terpadu, satu kesatuan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan
nasional, ibarat dua sisi mata uang dalam satu koin. Ingin menghendaki sistem dan pelaksanaan
tunggal dan pendidikan. Bersamaan itu pula lahir GBHN 1978 dan 1983. Hal itu kemudian
memperkokoh satu keinginan lebih progresif agar kurikulum baru segera dimunculkan sehingga
dengan kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) apa yang bisa diajarkan; 2)
mengapa diajarkan; dan 3) bagaimana cara mengajarkannya.
Kurikulum 1984 sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya menekankan pada Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA). Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia tiap kali ada
penggantian kurikulum dengan pendekatannya. Pada tahun 1976 Kurikulum 1975 menggantikan
kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini berorientasi pada tujuan dan menggunakan pendekatan
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) yang dikembangkan melalui satuan
pelajaran. Pada tahun 1984 Kurikulum 1975 diganti dengan Kurikulum 1984 yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses yang pelaksanaannya menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif). Khusus untuk pelajaran bahasa digunakan pendekatan komunikatif dan untuk mendukung
pendekatan ini dimasukkan pokok bahasan pragmatik.

Kurikulum 1994
Kurikulum 1994
Sebagaimana kebiasaan buruk yang dilakukan di masa Orde Baru yang selalu melakukan
bongkar pasang kurikulum 1984 tidak digunakan lagi. Ciri utama kurikulum tersebut adalah
pendidikan diarahkan pada pembentukkan karakter anak didik yang memiliki kemampuan dasar
siap bekerja dengan skill yang baik sehingga bisa digunakan di perusahaan-perusahaan atau
pabrik-pabrik. Lebih tepatnya, pendidikan bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan
yang siap pakai. Oleh karena itu, pendidikan dalam konteks tersebut buka lagi menciptakan
ruang berfikir anak-anak didik yang dirangsang dewasa ke depan dan mampu melakukan
aktualisasi diri secara kreatif.
Dalam pandangan penguasa Orde Baru, kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan dan
dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan sosial di masa depan sehingga
membutuhkan keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri.
Melakukan bongkar pasang kurikulum bukan sepenuhnya ingin melayani pendidikan yang baik
terhadap rakyat, namun ingin membungkam nalar kritis masyarakat. Pendidikan di era Orde Baru
bertujuan untuk menutup ruang kebebasan anak didik agar bisa berpikir kritis dan mampu
membaca persoalan-persoalan sekitar (Yamin 2009:128). Pendidikan di masa tersebut
menciptakan kemandekan berpikir sehingga menggring anak didik untuk berfikir pasif dan
lemah dalam analisis sosial. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah
dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam
satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya yaitu
pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai
akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya
yaitu beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-
hari. Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi,
pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran. Penyempurnaan
kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai