Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh merupakan kesatuan dari bermacam-macam jaringan yang mempunyai sifat,
bentuk, ukuran dan tujuan yang sama yaitu mendukung berlangsungnya aktifitas dari
sistem organ tubuh.  Sistem-sistem dalam tubuh yang saling berkoordinasi akan mampu
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh (homeostasis) (Rutland, 1976).
Menurut Junquiera 1980, cabang ilmu biologi yang secara spesifik mempelajari
tentang struktur jaringan secara mendetail dengan menggunakan bantuan mikroskop
adalah histologi. Sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama
sehingga membentuk suatu kesatuan struktural dan fungsional yang disebut jaringan.
Jaringan akan bergabung membentuk suatu organ dan organ pun akan membentuk satu
kesatuan yang disebut sistem organ .
Histologi adalah bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang sruktur jaringan
secara mendetail dengan menggunakan mikroskopis. Jaringan adalah sekumpulan sel
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama sehingga membentuk suatu kesatuan
struktural dan fungsional yang nantinya akan membentuk suatu organ (Junguira dan Jose
Carneiro, 1980).
Sekumpulan organ yang saling berkoordinasi untuk melaksanakan proses
pencernaan sehingga tubuh dapat memperoleh energi dari proses metabolisme. Sistem
perncernaan pada manusia dimulai dari mulut hingga tempat pembuangan feses yaitu
anus. Sistem pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan
kelenjarnya yang melaksanakan fungsi untuk memecah makanan yang masuk menjadi
unit-unit kecil, agar dapat diserap jaringan untuk mempertahankan kehidupan
organisme. Sistem percernaan jika dilihat dari histologinya dimulai dari lumen sampai
ke permukaan terdiri atas tunika mukosa (lapisan lendir), dengan bagiannya epitel,
lamina propia, dan muskularis mukosa. Lapisan kedua yaitu tunika submucosa, dan yang
ketiga yaitu tunika muskularis (lapisan otot) dengan bagiannya sirkuler (melingkar) dan
longitudinal (memanjang), lapisan terakhir yaitu tunika adventitia (tunika serosa).
Bagian pencernaan pada umumnya mengandung kelenjar yangmemiliki getah berlendir.
Lendir itu mengandung enzim untuk mencerna makanan secara kimia. Kelenjar itu ada
yang berada dalam tunika mukosa, ada pula dalam tunika submukosa (Campbell, 2002).
Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam menunjang
kehidupan sebab sistem pencernaan manusia terdiri dari semua organ yang berfungsi
untuk mengunyah, menelan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan serta

1
mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna tubuh. Pada dasarnya, sistem ini
melakukan lima tugas terpisah yang berhububungan dengan proses dan penyebaran
nutrisi. Pertama, ia mengatur asupan atau pengambilan makanan. Kedua, ia mengirim
makanan ke organ-organ untuk penyimpanan sementara. Ketiga ia mengendalikan
mekanisme pemecahan makanan dan pencernaan kimiawinya (Watson, 2002).
       Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan, di
mulaidari mulut, esofagus, ventrikel, intertenum tenue, intestenum crossum, rektum, dan
anus serta kelenjar-kelenjar yang terkait seperti kelenjer liur, hati, dan pankreas.
Fungsinya adalah untuk mendapatkan metabolit-metabolit dari makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk memenuhi kbutuhan energi tubuh. Molekul-
molekul makanan seperti protein, lemak, karbohidrat kompleks, dan asam nukleat
diuraikan menjadi molekul-molekul kecil yang mudah diserap melalui dinding saluran
cerna. Air vitamin, mineral juga diserap dari makanan hasil pencernaan. Selain itu,
lapisan dari saluran cerna merupakan batas dari pertahana antara isi lumen saluran cerna
dengan lingkunga internal tubuh (Tambayong, 1995).
Keseluruhan saluran cerna memliki ciri struktural umum tertentu. Saluran
cerna adalah tabung berongga, terdiri atas lumen dengan garis tengah bervariasi, yang
dikelilingi oleh dinding dengan empat lapisan utama, yaitu mukosa, submukosa,
muskularis eksterna, dan serosa (Tambayong, 1995).
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh terjadi di sepanjang
saluran pencernaan (tractus digestivus) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah
proses penyerapan sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses
pengeluaran sisa makanan melalui anus. Sistem pencernaan terdiri atas saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan dimulai dari mulut, esofagus,
ventrikel, intertinum tenue, intestinum crassum, rektum, dan anus. Sedangkan kelenjar-
kelenjar yang terkait dalam proses pencernaan ini adalah kelenjar ludah, hati, dan
pancreas. Air, vitamin, mineral juga diserap dari makanan hasil pencernaan. Selain itu,
lapisan dari saluran cerna merupakan batas dari pertahanan antara isi lumen saluran
cerna dengan lingkungan internal tubuh (Tambayong, 1995).
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui jaringan penyusun sistem
pencernaan, maka diperlukan adanya praktikum dan pengamatan mengenai histologi
yang menyusun pencernaan melalui preparat permanen. Dengan tujuan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai histologi pencernaan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum histologi pencernaan ini adalah mengetaui, memahami,
dan mengamati bagian-bagian yang terdapat pada histologi pencernaan dan fungsi dari
bagian-bagian tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pencernaan merupakan sekumpulan organ yang saling berkoordinasi untuk


melaksanakan proses pencernaan sehingga tubuh dapat memperoleh energi dari proses
metabolisme. Sistem perncernaan pada manusia dimulai dari mulut hingga tempat
pembuangan feses yaitu anus. System pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk
buluh dengan kelenjarnya yang melaksanakan fungsi untuk memecah makanan yang
masuk menjadi unti-unit kecil, agar dapat diserap jaringan untuk mempertahankan
kehidupan organisme. Sistem reproduksi merupakan suatu sistem yang pada dasarnya
berfungsi untuk menghasulkan keturunan, sehingga suatu generasi dapat dipertahankan
dan tidak punah. Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, namun keduanya
menghasilkan hormon seks dan sel gamet yang berfungsi pada saat fertilisasi. Sstem
percernaan jika dilihat dari histologinya dimulai dari lumen sampai ke permukaan terdiri
atas,   Tunika mucosa (lapisan lendir), dengan bagian: epitel, lamina propia, dan
muscularis mucosa, Tunika submucosa, Tunika muscularis (lapisan otot) dengan bagian:
sirkuler, (melingkar) dan longitudinal (memanjang).    Tunika adventitia (atau tunika
serosa). Tiap bagian pencernaan pada umumnya mengandung kelenjar yang
menggetahkan lendir. Lendir itu berisi enzim untuk mencernakan makanan secara kimia.
Kelenjar itu ada dalam tunica mucosa, ada pula dalam tunica submucosa
(Campbell,1997).
Struktur alat pencernaan berbeda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada
tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan. Tidak hanya tingkatan klasifikasi, jenis
makanan yang di makannya juga mempengaruhi sistem pencernaan. Pada hewan
invertebrata alat pencernaan umumnya masih sederhana. Hewan invertebrata melakukan
proses pencernaan secara fagositosis dan secara intrasel. Sedangkan pada hewan
vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara
eksternal (Gunarso et al, 1979).
Kelenjar pencernaan yang terdiri dari pankreas dan hepar. Pankreas adalah
campuran saluran kelenjar endokrin dan eksokrin yang memproduksi enzim dan hormon
pencernaan. Enzim yang diproduksi disimpan dan dilepaskan oleh bagian sel eksokrin.
Hormonnya disintesis oleh sel jaringan endokrin yang di kenal sebagai pulau langerhans.
Hati merupakan organ kelenjar yang berwarna merah dan berfungsi sebagai penetralisir
racun (Harjana, 2011).
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Secara struktural, saluran pencernaan terdiri dari empat lapisan yaitu, lapisan mukosa,
lapisan submukosa, lapisan otot, dan serosa.  Lapisan mukosa terdiri atas epitel
pembatas, lamina propia yang terdiri dari jaringan penyambung, jaringan yang kaya

3
akan pembuluh darah kapiler limfe dan sel-se otot polos terkadang juga mengandung
kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa
terdiri atas jaringan penyambung jarang yang banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus
saraf submukosa (juga dinamakan meissner), dan kelenjar-kelenjar atau jaringan limfoid.
Lapisan otot terdiri atas sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibagi menjadi dua
sub lapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam dekat lumen, umumnya
tersusun melingkar (sirkuler), pada sub lapisan luar, kebanyakan memanjang
(longitudinal), yang kedua susunan saraf disebut pleksus otot, pembuluh darah, dan
limfe (Junquiera et al, 1980).
Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis pipih tanpa lapis tanduk. Sel-sel
permukaannya mempunyai inti dengan sedikit granulatin di dalamnya. Didalam ronga
mulut terdapat lidah, lidah adalah masa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang
strukturnya bervariasi menuut daerah yang diamati. Membran mukosa melekat dengan
erat pada otot, karena jaringan ikat dari lamina propia menyusup ke dalam celah di
antara berkas-berkas otot. Pada permukaan bawah lidah mukosanya licin. Permukaan
dorsal tidak teratur, bagian anterior ditutupi banyak papila yang berbentuk tonjolan kecil
(Tambayong et al, 1995).
           Esofagus, bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis
pipih tanpa banyak tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompok kelenjar
esofagus yang mensekresikan mukus. Pada bagian distal campuran lapisan otot hanya
terdiri atas sel-sel otot polos, pada bagian tengah campura otot lurik dan oot polos, dan
pada ujung proksimal, hanya terdiri dari sel-sel otot lurik (Campbell et al, 2002).
Faring merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernafasan.
Faring dibatasi oleh epitel berlapis pipih, jenis mukosa kecuali pada daerah bagian-
bagian pernafasan yang tidak mengalami alurasi (Mahardana, 1979).
Lambung, merupakan ogan endokrin dan eksokrin campuran yang mencerna
makanan dan mensekresikan hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang
melebar dengan fungsi utama menambahakan cairan asam pada makanan yang masuk,
dan mengubahnya melalui aktifitas otot menjadi masca kental (khimus), dan
melanjutkan proses pencernaan yang dimulai dalam rongga mulut dan menghasilkan
enzim proteolik pepsin. Pada pengamatan mikroskopis lambung dibagi menjadi empat
bagian, yaitu kardiak, fundus, korpus, dan pilorus. Mukosa lambung terdiri atas epitel
permukaan yang menekuk dengan ke dalaman bervariasi ke dalam lamina propia,
membentuk foeola gastrika (sumur lambung/ gastric pit) (Tambayong et al, 1995).
Intestinum tenue terdiri atas 3 segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Membran mukosa Intestinum tenue menunjukkan sederetan lipatan permanen yang
disebut plika sirkularis atau valvula kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang
kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar
intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar- kelenjar intestinal mempunyai
epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa Intestinum tenue
dibatasi oleh beberapa jenis sel dan yang paling banyak adalah sel epitel toraks

4
(absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin. Lamina
propria Intestinum tenue terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh darah
dan limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos (Campbell et al, 2002).
Usus besar atau intestinum crassum terdiri dari 4 bagian yaitu caecum (usus
buntu), appendiks (umbai cacing), colon (usus besar) dan rektum (poros usus). Pada
persambungan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu empang berbentuk cincin.
Jaringan penyusun usus besar terdiri dari Tunika mucosa yang tidak memiliki villi.
Jaringan epitel terdiri atas sel-sel batang yang pada puncaknya terdapat banyak
microvilli. Membran sel ke arah lumen diselaputi oleh kutikula. Kelenjar yang terdapat
pada usus besar yaitu kelenjar Lieberkuhn. Kelenjar ini berbentuk panjang dan banyak
mengandung sel goblet. Kelenjar pada usus besar mengandung sel goblet, sel Paneth,
dan sel APUD. Namun yang dominan adalah sel goblet. Sel Paneth sukar ditemukan.
Sedangkan sel APUD terdapat cukup banyak. Pada usus besar, terdapat banyak lamina
propia yang mengandung nodul limfa dan menerobos masuk menuju ke tunika
submukosa (Mader,1998).  
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan,
terletak dibagian depan rongga badan, dan menglilingi usus, bentuknya tidak tegas.
Fungsi hati menghasilkan empedu yang di simpan dalam  kantung empedu, berwarna
kehijauan terletak disebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung.
Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu. Pancreas merupakan organ yang
berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain
menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan hormon insulin (Syarifuddin, 2006).
Kantung empedu (Vesica fellea) merupakan suatu kantung kecil yang melekat
pada hati serta merupakan tempat penimbunan empedu yang dihasilkan oleh hati.
Kantung empedu ini memliki warna hijau. Dalam kantung empedu, empedu mengalami
konsentrasi dengan penyerapan air serta garam anorganik. Dalam keadaan kosong,
selaput lendir kantung empedu membentuk lipatan tinggi. Bila berisi empedu, lipatan
selaput lendir jadi rendah, sehingga permukaannya tampak halus. Pancreas adalah
sebuah kelenjar tubuloasionar ganda yang tidak memiliki kapsula, lobules yang jelas dan
terdiri dari unit kelenjar eksokrin dan endokrin. Unit endokrin yang disebut pulau
pancreas (pulaulangerhans) terutama menghasilkan insulin dan glukagon (Dellman et
al, 1992).
Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Usus dua belas jari bertanggung jawab
untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner
yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel
yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot (Hurkat, 1976).

5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum Struktur Hewan tentang histologi pencernaan dilaksanakan pada hari Selasa,
1 November 2016, pukul 08.00 WIB di Laboratorium Teaching 2 Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan untuk praktikum histologi pencernaan yaitu mikroskop, buku
gambar, alat tulis serta kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah preparat
permanen organ pencernaan colon, lingua, esophagus, duodenum, intestinum crasum,
caecum, mandibular gland, hepar dan ventriculus,

3.3 Cara Kerja


Disiapkan mikroskop dan preparat permanen yang akan diamati. Kemudian dilakukan
pengamatan pada masing-masing preparat tersebut. Setelas selesai diamati hasil
pengamatan difoto, kemudian digambarkan pada buku kerja. Setelah selesai praktikum,
alat dan bahan dirapikan kembali.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 histologi Lingua

(a) (b)

(c)
Gambar 1. (a) histologi lingua (hasil pratikum perbesaran 4x10 (A.epitel B.submukosa C.papila
filiformis D.papila fungiformis E.papila sirkumvalata (b) histologi lingua dari literatur
(digilib.unila.ac.id).

Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa bagian-bagian dari lingua ada papila
sirkumvalata, test bud, papila fungiformis, dan papila filiformis. Menurut Irianto (2004)
bahwa lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot – otot lidah

7
melekat pada tulang hyoid. Lidah mengandung dua jenis otot yaitu otot ektrinsik yang
berorigo diluar lidah, inseri dilidah dan otot intrinsik yang berorigo dan inseri didalam
lidah. Otot – otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah menyebar kedalam lidah
membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsic yang terdapat pada lidah. M.
Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian
dalam yang menyebar sampai ke radiks lingua.
Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai
tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting
pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela
antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya. Papilae foliatae, tersusun sebagai
tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini
mengandung banyak puting kecap. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang
sangat besar yang permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate
tersebar pada daerah “V” pada bagian posterior lidah (Junquiera et al, 1980).

4.2 Histologi Mandibular

(a) (b)
Gambar 2 : (a) gambar histologi mandibular gland pratikum perbesaran 4x10 (a.mukosa
muskularis,sumber:kelompok 3b) (b) gambar histologi mandibular gland dari literatur (Gulwani,
2012).

Dari hasil praktikum didapatkan histologi mandibular gland adalah mukosa muskularis.
Menurut Mahardana (1979) Glandula saliva terbagi atas dua yaitu glandula saliva mayor
dan glandula saliva minor. Glandula parotis terbesar yang letaknya pada permukaan otot
masester yang berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga.
Glandula parotis menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar
merupakan cairan serus.
Glandula submandibula letaknya dibagian medial sudut bawah mandibula.
Glandula submandibula menghasilkan 60-65% dari volume total saliva di rongga mulut

8
yang merupakan campuran cairan serus dan mukus. Glandula sublingual yaitu dasar
mulut bagian anterior. Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang
menghasilkan 10% dari volume total saliva di rongga mulut dimana sekresinya
didominasi oleh cairan mukus (Mahardana, 1979)
Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar
enzim antara lain amilase, lisozim, dan aldolase. Kelenjar parotis adalah kelenjar
tubuloasinosa kompleksyang pada manusia yaitu serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi
oleh kapsula jaringan ikat yang tebal. Saluran keluar utamanya yaitu ductus parotidiktus
(Mahardana, 1979).

4.3 Histologi Duodenum

A
B

(a) (b)
Gambar 3. (a) gambar histologi duodenum pratikum perbesaran 4x10 (a.Cript
Lieberkuhn b.epitel c.fili) (b) gambar histologi duodenum dari literatur
(digilib.unila.ac.id).
Dari gambar, dapar dilihat bahwa jaringan penyusun duodenum adalah hillus, lamina
propria. Menurut Harjana (2011) mengatakan secara garis besar histologi usus halus
tediri dari duodenum, jejenum, dan illeum. Perbedaannya adalah antara lain bahwa
semakin ke ujung mata kelenjar semakin sedikit dan limfonodus makin banyak. Sama
halnya dengan ogan lain, secara histologi usus halus mempunyai lapisan yang sama.
Pada lapisan submukosa terdapat kelenjar bruneri yang menghasilkan cairan seperti
lendir dan alkalis.
Lapisan mucosa pada duodenum atau intestinum tenue memiliki lipatan-lipatan
yang disebut dengan plica circulares atau kerckring valves dengan bentuk dapat berupa
semilunar, sirkular atau spiral. Selain itu juga terdapat intestinal vili yang merupakan
tonjolan-tonjolan ke arah lumen dengan panjang 0,5-1,5 mm. Vili tersebut berbentuk
seperti daun pada duodenum. Vili tersebut terdiri atas sel-sel epitel silinder, sel
penyerapan dan sel goblet (Janguiera, 1980).
Pada dasar vili terdapat kelenjar-kelenjar usus atau yang disebut dengan crypt of
lieberkuhn. Bagian setengah atas dari kelenjar ini tertutupi oleh epitel silinder dan sel

9
goblet dan bagian setengah bawahnya terdiri atas kumpulan sel-sel sekresi yang disebut
dengan sel Paneth (Gasperz, 1991). Muskularis mukosa terdiri atas 2 lapisan otot polos,
suatu lapisan dalam dan lapisan membujur luar. Lapisan submucosa duodenum berupa
jaringan areoler yang mengandung pembuluh darah dan saraf-saraf pleksus Heller dan
Meissner. Lapisan submukosa duodenum berbeda dengan kedua segmen dari intestinum
tenue lainnya. Pada duodenum terdapat kelenjar Brunner pada lapisan submukosa.
Kelenjar ini banyak terdapat pada bagian yang dekat dengan ventriculus dan berkurang
jumlahnya pada bagian distal duodenum yang dekat dengan jejunum. Sekresi mucus
yang bersifat alkaline dari kelenjar ini berfungsi untuk menetralkan chime yang bersifat
asam dan melindungi permukaan sel epitel dari pencernaan enzimatik dan dari luka yang
ditimbulkan oleh zat asam (Linda, 1988).

4.4 Histologi Colon

(a) (b)
Gambar 4 : (a) gambar histologi colon pratikum perbesaran 10x10 (a.lumen b.adventitia c.sub
mukosa Sumber : Kelompok VB) (b) gambar histologi colon dari literatur (Wisconsin university,
2015). Sumber : Kelompok VB

Dari gambar dapat dilihat bahwa bagian dari colon adalah lumen, mukosa, submukosa,
dan adventitia. Menurut Tambayong, (1995) Gambaran histologis usus besar secara
umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada
tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan
mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus lamina propria usus
besar terdiri atas jaringan ikat retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus,
tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan
lapisan longitudinal sebelah luar.
Tunika mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner.
Di sebelah luar tunika mukosa terdapat tunika muskularis mukosa dan tunika serosa.
Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat subserosa (Raharjo,1990).
Tidak terdapat villi permukaan mukosa halus. Ditandai dengan penambahan sel goblet.

10
Pada sub mukosa ditemukan jaringan limfoid sampai dengan ke lapisan muskularis
mukosa.

4.5 Histologi Esofagus

(a) (b)
Gambar 5. (a) gambar histologi esofagus pratikum perbesaran 4x10 (a.Cript Liberkuhn b.epitel
c.fili) (b) gambar histologi duodenum dari literatur (repository.usu.ac.id).

Dari hasil praktikum didapatkan hasil pada esophagus terdapat lumen, lamina propria,
dan muskularis. Menurut Gunarso (1979), panjang esophagus ±10 inc. Meluas dari
faring sampai lambung dibelakang trakea, sebagian besar dari rongga thoraks dan
menembus diafragma masuk rongga abdomen. Esophagus terdiri atas tunika mukosa,
epitel squamosa kompleks non keratin, lamina propia, muskularis mukosa. Tunika
Submukosayang tersusun dari jaringan ikat longgar mengandung sel lemak, pembuluh
darah, dan kelenjar esophageal propia. Tunika Muskularis terdiri atas otot sirkular
(bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara otot tersebut sedikit dipisah
jaringan ikat. Pada ⅓ bagian atas esophagus terdiri otot rangka, ⅓ bagian tengah terdiri
otot polos dan otot rangka, ⅓ bagian bawah dibentuk otot polos. Adventisia yang di
dalamnya terdapat pembuluh darah, saraf, jaringan lemak. Adventisia merupakan lapisan
terluar dari esophagus bagian atas sedangkan serosa merupakan lapisan esophagus
bagian bawah.
Esofagus adalah suatu organ berbentuk silindris berongga dengan panjang sekitar
25 cm, terbentang dari hipofaring pada daerah pertemuan faring dan esofagus (vertebra
servikal 5-6) di bawah kartilago krikoid, kemudian melewati diafragma melalui hiatus
diafragma (vertebra torakal 10) hingga ke daerah pertemuan esofagus dan lambung dan
berakhir di orifisum kardia lambung (vertebra torakal 11). Esofagus memiliki diameter
yang bervariasi tergantung ada tidaknya bolus makanan atau cairan yang melewatinya.
Diantara proses menelan, esofagus ada pada keadaan kolaps, tetapi lumen esofagus
dapat melebar kurang lebih 2 cm di bagian anterior dan posterior serta ke 3 cm ke lateral
untuk memudahkan dalam proses menelan makanan (Syarifuddin, 2006).

11
4.6 Histologi Caecum

b
A
B
c

(a) (b)
Gambar 6: (a) gambar histologi caecum pratikum perbesaran 4x10 (a.epitel b.submuosa c.fili)
keterangan B dan C perbesaran 10x10 (b) gambar histologi hepar dari literatur (Wisconsin
university, 2015).

Dari gambar dapat dilihat bahwa histologi caecum terdiri dari lumen, mukosa,
submukosa, dan adventitia. Menurut Dellmann (1992) Dinding Caecum menyerupai
dinding kolon tetapi menebal karena akumulasi jaringan limfoid.Lamina propia terdiri
dari lamina basalis, serabut kolagen halus,dalam jalinan ikat tidak teratur, dan selabut
elastik yang tersusun longitudinal dan pekat. Lamina propia juga mengandung pembuluh
darah kecil, pembuluh limfe dan ujung saraf.
Caecum tersusun atas tunica mucosa tidak membentuk lipatan, plica atau villa
sehingga permukaan dalamnya halus. Adanya lekukan ke dalam oleh incisura luar
menyebabkan di dalam terdapat bangunan sebagai lipatan yang diikuti seluruh lapisan
dinding, yang disebut plica semilunaris. Epitel permukaan berbentuk silindris selapis
dengan striated border yang tipis. Diantara sel-sel epitel ini terdapat sel piala. Kelenjar-
kelenjarnya lebih panjang dari yang terdapat di usus halus, maka tunica mucosa lebih
tebal. Kelenjar-kelenjar tersebut tersusun teratur dan sangat rapat(Gunarso, 1979).
Hampir seluruhnya sel-sel kelenjar terdiri atas sel piala. Kadang-kadang terdapat
sel argentafin. Sedang sel paneth sangat jarang. Lamina propria Susunan jaringan
pengikat seperti pada intestinum tenue. Lebih banyak pula nodulus lymphaticus
soliterius yang kadang-kadang meluas ke tunica submucosa. Lamina muscularis
mucosae Jelas adanya dua lapisan. Tunica submucosa, Tidak ada keistimewaan, tunica
muscularis dan tunica serosa (Gunarso, 1979).

4.7 Histologi Hepar

12
A

(a) (b)
Gambar 7: (a) gambar histologi hepar pratikum perbesaran 4x10 (a.hepatosit) (b) gambar
histologi hepar dari literatur (Wisconsin university, 2015).

Dari hasil praktikum didapatkan hasil histologi hepar terdiri dari cebtral vein dan
sinusoid. Berdasarkan literatur, hepar merupakan organ terbesar dari tubuh. Hati terdiri
dari dua lobus yaitu sentral vern dan portal vern. Hepar tersusun atas lapisan submukosa
yang terdiri dari jarngan ikat. Hepar merupakan organ yang penting pada tubuh bagi
tubuh yaitu berfungsi untuk menetralisir racun (Campbell, 2002).
Hati (hepar) merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, dan khas karena
memiliki multifungsi kompleks, misalnya eksresi (metabolit), sekresi (empedu),
penyimpanan (lipid,vitamin A dan B, gflikogen), sistesis (fibrinogen, globulin, albumin,
protombin), fagositosis (benda asing), detoksikasi (obat yang larut dalam lipid),
konjugasi (zat beracun, hormon steroid), esterifikasi (asam lemak bebas menjadi
trigliserida), metabolisme (protein, hidrat arang, lemak, hemoglobin, obat), dan
hemopoisis (pada kehidupan embrionik dan secara potensial pada hewan dewasa).
Dengan memahasistruktur hati yang vital akan memudahkan dalam menginterpretasi
berbagai proses yang terjadi didalamnya (Dellmann, 1992).
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu.
Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Sebagian dari
bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila
bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan
kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung
bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran (feses). Bila tingkatnya sangat tinggi,
kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus. Albumin
adalah protein yang mengalir dalam darah. Albumin dibuat oleh hati dan dikeluarkan
pada darah (Bevelander, 1988).
4.8 Histologi Intestinum Crasum

13
a

c
d

A B
Gambar 8 histologi intestinum crasum perbesaran 10 x 4 a) lumen, b) muskularis, c)
mukosa, d) adventitia, A) hasil praktikum, B) repisitory.usu.ac.id

Dari hasil praktikum didapatkan hasil histologi intestinum crasum terdiri dari lumen,
muskularis, mukosa, adventitia. Menurut Raharjo (1990) gambaran histologis usus besar
secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus
pada tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk
silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus  Lamina
propria usus besar terdiri atas jaringan ikat retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada
usus halus, tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri atas lapisan sirkular
sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar. Tunika mukosa terdiri atas jaringan
ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah luar tunika mukosa terdapat
tunika muskularis mukosa dan tunika serosa. Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium
dan jaringan ikat subserosa.

BAB V
PENUTUP

14
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum histologi pencernaan yang telah dilaksanakan, dapat kita ambil
kesimpulan bahwa:
1. Pada lingua terdapat papila, yang terdiri dari papilia filiformis yang berbentuk
seperti rambut, papila fungiformis berbentuk jamur, dan papila sirkumvalata yang
merupakan penonjolan dari papila jenis lain.
2. Pada esofagus tersusun atas lapisan dasar saluran pencernaan seperti mukosa,
submukosa, muskularis, dan adventitia. Pada mukosa epitel berlapis banyak bertanduk,
tunika muskularis terdiri dari jaringan otot lurik.
3. Pada ventriculus terdapat epitel selapis silinder pada tunika mukosa, Gastric pits,
dan muskular.
4. Pada duodenum terdiri dari lapisan villus dan lamina propria.
5. Pada Colon bagian penyusun organ kolon terdiri dari mukosa, sub mukosa, dan
muskularis mukosa.
6. Pada Caecum terdiri dari jaringan lumen, mukosa, submukosa dan adventitia.
7. Pada hepar terdiri dari sel-sel yang berbentuk heksagonal dan berinti bulat,
terkelompok dari lobulus hati .
8. Pada intestinum crasum didapatkan hasil histologi intestinum crasum terdiri dari
lumen, muskularis, mukosa, adventitia.
9. pada mandibular gland adalah mukosa muskularis.

5.2  Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum histologi pencernaan ini adalah sebagai
Berikut Seharusnya praktikan mencari dan mempelajari dulu bagian serta bentuk dari
lapisan pada histologi sistem pencernaan supaya tidak menghasilkan gambar yang
abstrak ketika menggambar. Sebaiknya praktikan benar-benar melihat perbesaran pada
preparat agar hasil yang didapat sesuai dengan apa yang ada di literatur.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bevelander, Gerrit. 1988. Dasar–Dasar Histologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.


Campbell, dkk. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Campbell, Neil. 1997. Biology.Fourth Edition. California : The Benjamin Publishing
Inc.
Dellmann, D.1992. Histologi Veteriner. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gasperz, V.1991. Histologi Pencernaan. Jakarta: Rineka cipta.
Gunarso, Wisnu.1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Harjana, Tri.2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi
Universitas egeri Yogyakarta.
Hurkat, P. and Mathur. 1976., A Text Book of Animal Physiology. S Chand and Co. Ltd.,
New Delhi.
Junguiera, LC dan Jose Carneiro.1980. Basic Histologi. Caifornia: Lange Medical
Publications.
Mahardana. 1979.Sistem Pencernaan. Surabaya: Intermassa.
Raharjo.1990. Dasar-Dasar Histologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Rutland, J. 1976. Tubuh Manusia.Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Widyadara.
Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
Tambayong, J.1995. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Watson, R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai