Anda di halaman 1dari 2

KISAH SANG PERISAI PANGLIMA TNI A.

H NASUTION

G30SPKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan


Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh
D.N. Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Gerakan ini
mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tujuh perwira TNI AD ditemukan selang beberapa
hari kemudian. Sementara itu, Panglima TNI A.H. Nasution yang menjadi target utama berhasil
meloloskan diri. Namun, putrinya Ade Irma Suryani tewas tertembak.
Ade Irma Suryani merupakan anak bungsu Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, atau
yang biasa dikenal dengan nama A.H. Nasution. Ia lahir pada 19 Februari 1960. Pada tanggal 1
Oktober 1965 sekitar pukul 4.00 dini hari, pasukan yang menyebut diri dengan Gerakan 30
September mencoba menculik perwira Angkatan Darat, termasuk A.H. Nasution. Penjaga rumah
yang sedang berada di pos jaga rumah A.H. Nasution saat itu sempat melihatnya, tetapi setelah
mengetahui bahwa mereka adalah tentara, ia tidak menaruh curiga. Pada waktu itu yang
bertanggung jawab menjaga rumah adalah Sersan Iskaq. Sersan Iskaq berada di ruang jaga depan
bersama beberapa tentara. Saat itu juga terdapat seorang penjaga sedang tidur di bagian taman
depan, satu orang berada di belakang rumah, dan di sebuah pondok yang terpisah terdapat dua
ajudan A.H. Nasution yang sedang tidur, yaitu Pierre Tendean dan Hamdan Mansjur. Sebelum
alarm sempat menyala, pasukan Cakrabirawa melompat pagar dan menguasai penjaga yang
mengantuk di ruang jaga. Kemudian beberapa tentara masuk ke dalam rumah. Sebenarnya, A.H.
Nasution dan istrinya, Johanna Sunarti, tidak sadar apabila pasukan penjaga sudah dikuasai.
Akan tetapi Johanna Sunarti mendengar suara pintu yang dibuka dengan paksa. Ketika
memeriksa pintu kamar tidur, ia mendapati tentara Cakrabirawa yang bersenjata lengkap dan
siap menembak. Ketika A.H. Nasution hendak memeriksa, tentara tersebut menembak ke
arahnya. Ia pun langsung melemparkan diri ke lantai dan berusaha menyelematkan diri.
Saat sedang berlangsung penyerbuan, Ade Irma Suryani berada bersama A.H.
Nasution dan Johanna Sunarti. Johanna Sunarti mencoba melindungi A.H. Nasution. Oleh karena
itu ia menyerahkan Ade Irma Suryani kepada adik iparnya. Adik A.H. Nasution menuruti
permintaan Johanna Sunarti, ia menggendong Ade Irma Suryani. Namun, mereka terkena
tembakan dari pasukan. Peluru itu melewati tangan adik A.H. Nasution hingga tembus ke
badan Ade Irma Suryani.
Singkat cerita, A.H. Nasution berhasil menyelamatkan diri ke Kedutaan Irak yang berada
di sebelah kediamannya. Ade Irma Suryani sempat dibawa ke RSPAD untuk diberikan
pertolongan. Kala itu Ade Irma Suryani sempat berbicara kepada sang kakak untuk jangan
menangis karena kondisinya baik-baik saja. Ia juga sempat bertanya kepada sang ibu alasan
kenapa sang ayah hendak dibunuh. Setelah mendapatkan perawatan, pada akhirnya nyawa Ade
Irma Suryani tidak tertolong. Ade Irma Suryani menghembuskan nafas terakhir pada 6 Oktober
1965. Di depan nisan Ade Irma Suryani, tertulis kata-kata Jenderal Besar TNI A.H. Nasution
yang berbalut haru, "Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai
ayahmu."

Anda mungkin juga menyukai