Tentang
Disusun Oleh :
Kelompok 7
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................i
Daftar Isi......................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang......................................................................1
1.2 Tujuan makalah....................................................................2
Bab II Pendahuluan
2.1 Sectio Caesarae (SC)............................................................3
A. Perawatan Sc..............................................................3
B. Etiologi........................................................................3
C. Patofisiologi................................................................4
D. Tujuan SC..................................................................5
E. Jenis-jenis operasi SC................................................6
F. Manifestasi klinis........................................................8
G. Pemeriksaan diagnostik/penunjang.........................9
H. Penatalaksanaan........................................................9
I. Komplikasi SC.............................................................11
2.2 Kehamilan Ektopik..............................................................12
A. Definisi kehamilan Ektopik......................................12
B. Etiologi........................................................................13
C. Klasifikasi...................................................................14
D. Patofisiologi................................................................15
E. Manifestasi klinis.......................................................16
F. Tanda dan gejala........................................................17
G. Pemeriksaan penunjang............................................18
H. Penatalaksanaan........................................................18
Bab III Asuhan Keperawatan
ii
3.1 Perawatan Sc.........................................................................21
A. Pengkajian..................................................................21
B. Diagnosa dan intervensi............................................21
3.2 Perawatan Kehamilan ektopik............................................26
A. Pengkajian..................................................................26
B. Diagnosa dan intervensi............................................26
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan............................................................................29
4.2 Saran......................................................................................29
Daftar Pusataka..........................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamila etopik adalah suatu kehamilan dimna sel telur yang dibuahi
beri implentasi dan tumbuh diluar endometrium kavum.uteri kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau nuptur pada dinding tuba dan perirtiwa ini disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu . sebagian besar kehamilan ektopik
1
terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus .
sangat jarang terjadi ovarium rongga abdomen , maupun uterus keadaaan-
keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang, panggul,pemakain antibiotika pada penyakit randang panggul,pemakai
alat kontrasepsi dalam Rahim IUD (intra uterine Device) riwayat kehamilan
ektopik sebelumya,infertilitas kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan
aborsi .
2
3
BAB II
PENDAHULUAN
B. Etiologi
1. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
4
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
C. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
5
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
6
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus
uteri y a n g m e m p u n y a i kelebihan mengeluarkan janin lebih
c e p a t , tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal . Sedangkan kekurangan
dari cara ini adalahinfeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak
ada reperitonealisasi yang baik danuntuk persalinan berikutnya lebih sering
terjadi ruptura uteri spontan.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan
kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri
spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar kekiri,
bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan pendarahan yang banyak serta
keluhan pada kandung kemih.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
d) Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)
e) Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira 10cm. berikut adalah Kelebihanya :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
7
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial
yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun.Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik.Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
f) Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan :
a) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
8
b) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
9
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
H. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
a) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
b) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
c) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
d) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
e) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
10
f) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda sesuai indikasi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
11
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara
tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.(Manuaba,
1999)
12
“berada di luar tempat yang semestinya”.Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
B. Etiologi
13
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
A. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
B. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen
C. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
D. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha
untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
E. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia
F. Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal
b. Refluks menstruasi
14
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron
d. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
e. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
C. Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain:
1. Tuba Fallopii
a. Pars-interstisialis
b. Isthmus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
D. Patofisiologi
15
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar.Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikitmendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
16
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur.Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah,
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
17
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik.Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
2. Gejala:
A. Nyeri:
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus
kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi
atau tersebar.
B. Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan.Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
18
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus
biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi
pada 75% kasus.
C. Amenorhea
D. Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak
menyadari bahwa mereka hamil.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Kadar HCG menurun
3. Laparaskopi
4. HB
5. Leukosit
6. Kuldossintesis
H. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
19
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif.Apakah
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik di lakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang
belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung
menghindari tindakan pembedah
20
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 Perawatan SC
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara.
4. Data Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
21
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.Menunjukkan labilitas
emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
9) Seksualitas
10) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
22
pernah obat analgesik yang
menunjukan (1) diresepkan
ditnjukan ke 3. Evaluasi kemampuan
kadang-kadang pasien untuk berperan
menunjukan (3) serta dalam pemilihan
analgesik, rute dan dosis
dan keterlibatan pasien
sesuai kebutuhan
4. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika lebih
dari satu diberikan
5. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi
untuk memfasilitasi
penurunan nyeri
2. Pelambatan Pemulihan Peraqatan 1. Jelaskan prosedur
pemulihan pasca pembedahan : daerah pada pasien, gunakan
bedah b/d nyeri penyembuhan (area) persiapan sensorik
d/d hambatan dengan sayatan 2. Periksa daerah
mobilitas indikator sayatan terhadap
penyembuhan kemerahan, bengkak,
luka atau tanda-tanda
dipertahankan descbisence atau
pada deviasi eviserasi
berat dari 3. Catat karakteristik
23
kisaran normal drainase
(1) ditingkatkan 4. Monitor
ke deviasi penyembuhan di daerah
sedang dengan sayatan
kisaran normal 5. Monitor sayatan
(3) untuk tanda dan gejala
infeksi
A. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
24
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Perkusi
25
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.
26
dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim,
saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
o Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
o Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
o Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi
Laparotomi
Kuldosintesis
27
terganggu (1) (misalnyaa,
ditingkatkan ke crackles,elevasi CVP
cukup terganggu (3) atau tekanan kapiler
paru-paru yang
terganjal, edema,
distensi vena leher,
dan asites)
3. distribusi asupan
cairan selama 24 jam
4. Dukung pasien
dan keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
5.Tawari makanan
ringan (misalnya,
minuman rinngan
dan buah-buahan
segar/jus buah)
2. Kurang Perilaku kesehatan: Proses penyakit 1. Jelaskan
pengetahuan Kriteria: patofisiologi dari
b.d tidak Pasien dan penyakit dan
mengetahui keluarga bagaimana hal ini
sumber-sumber menyatakan berhubungan dengan
informasi pemahaman anatomi dan fisiologi
tentang dengan cara yang
penyakit,kondis tepat
i,dan program 2. Gambarkan tanda
pengobatan dan gejala yang biasa
Pasien dan muncul pada
keluarga penyakit dengan cara
mampu yang tepat
melaksanakan 3. Gambarkan proses
prosedur yang penyakit
dijelaskan 4. Identifikasi
secara benar kemungkinan
28
Pasien dan penyebab dengan
keluarga cara yang tepat
mampu 5. Sediakan
menjelaskan informasi pada
kembali apa pasien tentang
yang dijelaskan kondisi dengan cara
perawat. yang tepat
6. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
7. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
dan proses
pengontrolan
penyakit.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan fase terakhir dalam kehamilan kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan hamil di sebut dengan masa nifas masa
berlangsung selama 6-8 minggu .selama masa nifas.
Kehamila etopik adalah suatu kehamilan dimna sel telur yang dibuahi beri implentasi dan
tumbuh diluar endometrium kavum.uteri kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau
nuptur pada dinding tuba dan perirtiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.
4.2 Saran
Kami berharap Dalam menangani kasus seperti ini diharapkan teman-teman dapat
mengetahui Asuhan Keperawatan dari penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro. Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
http://piteasha.blogspot.com/2013/05/bab-ii-perawatan-luka-post-op-sc.html
DAFTAR PUSTAKA