Disusun oleh:
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun oleh:
NIP : 199008012019021003
Mengetahui,
Coach Mentor
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diseminarkan,
Di : Semarang
Hari, tanggal : Jum’at, 14 Juni 2019
ii
PRAKATA
iii
6. Keluarga dan kedua orangtua atas doa, dukungan, dan
motivasinya.
7. Keluarga besar UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
atas dukungan dan kerjasamanya.
8. Keluarga besar peserta Diklat Latsar Golongan III Angkatan LVII
tahun 2019.
Penulis
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii
PRAKATA............................................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Identifikasi Isu.........................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................8
D. Manfaat.................................................................................................13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap Perilaku Bela Negara..................................................................14
B. Nilai Dasar PNS....................................................................................21
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI.............................................32
D. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Hipertensi......................................37
BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi..................................................................................42
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi.......................................42
2. Visi, Misi, Nilai, dan Tujuan Organisasi.........................................43
3. Struktur Organisasi........................................................................45
4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya Lain.........................46
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat.............................................................51
C. Role Model...........................................................................................53
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan
Nilai ANEKA.........................................................................................55
B. Jadwal Laporan aktualisasi.................................................................81
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala......................................82
BAB V PENUTUP..............................................................................................84
v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................86
DAFTAR TABEL
vi
Tabel 1.1 Identifikasi Isu........................................................................ 5
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang Mempengaruhi
Kinerja PNS...........................................................................17
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan yang tertuang dalam Undang undang nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) menekankan bahwa dalam
rangka pewujudan cita-cita bangsa dan merealisasikan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam pembukaan undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibentuk Aparatur Sipil
Negara yang memiliki nilai-nilai pribadi seperti integritas, professional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme. ASN di tuntut cakap menyelenggarakan
pelayanan publik yang baik bagi masyarakat yang sanggup berperan
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana cita-cit
a dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kehadiran ASN dalam pembangunan Nasional sangatlah penti
ng, sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia aparatur harus segera dan wajib dilaksanakan untuk
menjawab penilaian sumbang dari masyarakat terhadap kualitas
kinerja instansi publik, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik,
sehingga dunia usaha dan masyarakat dapat terlayani dengan maksi
mal dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan social yang
pada akhirnya akan meningkatkan kemajuan dan kesejahtraan Indone
sia.
Untuk mewujudkan ASN yang profesional, bersih dan melayani,
pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan terintegrasi
bagi calon ASN selama satu tahun masa percobaan. Tujuan dari
pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan
1
demikian UU ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan
pembangunan karakter pada diri setiap ASN. Berdasarkan Peraturan
Kepala LAN Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil, pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal
dan non-klasikal di tempat pelatihan serta di tempat kerja, yang
memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan dan
mengaktualisasikan serta membuatnya menjadi kebiasaan dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai
karakter PNS yang profesional.
Dalam pembelajaran Pelatihan Dasar Calon ASN, setiap
peserta pelatihan dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi
materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui proses pembiasaan
diri yang difasilitasi dalam agenda Habituasi. Agenda Habituasi
memfasilitasi calon ASN melakukan kegiatan pembelajaran aktualisasi
mata pelatihan yang telah dipelajari selama pembelajaran klasikal (on
campus) dan untuk diimplementasikan pada kegiatan di tempat kerja
(off campus).
Adapun materi pembelajaran yang didapatkan ketika on
campus antara lain materi mengenai nilai-nilai dasar profesi ASN yang
terdiri dari ANEKA (Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi) dan materi mengenai kedudukan dan peran
ASN dalam NKRI (Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of
Government).
Selanjutnya, setelah mendapatkan materi dalam pembelajaran
klasikal, calon ASN diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang
telah dipelajari pada kegiatan di tempat kerja (off campus) dengan
cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada satuan
kerja masing-masing, sehingga calon ASN merasakan manfaatnya
secara langsung. Calon ASN dituntut untuk merancang dan
mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN dalam
melaksanakan tugasnya di unit kerja masing-masing dalam bentuk
sebuah “Laporan Aktualisasi”. Laporan aktualisasi adalah suatu
2
bentuk perencanaan yang menggambarkan tentang cara Calon ASN
dalam menterjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep
menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan.
Dengan demikian calon ASN diharapkan untuk mampu
mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai dasar profesi ASN
tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing di tempat kerja. Selain menginternalisasi lima nilai dasar ASN
tesebut diatas, calon ASN juga diharapkan untuk mampu
menganalisis dampak apa saja yang akan ditimbulkan apabila kelima
nilai dasar tesebut tidak diinternalisasikan dalam proses menjalakan
tugas nantinya. Dalam hal ini penulis mengaktualisasikan nilai dasar
ASN di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
UPT Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara merupakan
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan) Kabupaten yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya. UPT Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Dengan demikian UPT Puskesmas berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
strata pertama.
Salah satu permasalahan kesehatan yang ada di UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara adalah meningkatnya angka
kunjungan pasien dengan hipertensi. Menurut data hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 didapatkan hasil prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
umur > 18 tahun adalah 34,1 %. Angka ini mengalami peningkatan
dari hasil Riskesdas tahun 2013 yang hasil prevalensi hipertensi pada
penduduk umur > 18 tahun adalah 31,7 %. Hal ini juga serupa terjadi
pada hasil Riskesdas 2013 – 2018 untuk prevalensi hipertensi di Jawa
Tengah yang mengalami peningkatan dari 26,5 % menjadi 35,2 %.
3
Menurut data sistem informasi kesehatan Puskesmas Mayong II tahun
2018, hipertensi menduduki peringkat pertama jumlah kunjungan
pasien dari kelompok penyakit menular. Peningkatan kunjungan
pasien dengan hipertensi terjadi di UPTD Puskesmas Mayong II, pada
bulan Januari - April tahun 2019 angka kunjungan pasien dengan
hipertensi sebanyak 367 pasien padahal pada periode yang sama
pada tahun 2018 angka kunjungan pasien hipertensi sebesar 312
pasien. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menjadi
prioritas utama masalah kesehatan khususnya dalam kelompok
penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas Mayong II.
Hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena
penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan yang berarti.
Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal,
gangguan fungsi kognitif / stroke dan gangguan fungsi yang lain.
Penyakit hipertensi selain menyebabkan angka kematian yang tinggi
juga berdampak kepada biaya pengobatan dan perawatan yang tinggi
serta dapat berdampak pada kualitas hidup penderita.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis perlu membuat
rancangan aktualisasi nilai dasar profesi ASN dengan judul
“Optimalisasi Penanggulangan dan Pengelolaan Penyakit Hipertensi
di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
4
Mutu Pelayanan UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
ditemukan beberapa isu yang berkaitan dengan nilai-nilai
Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan Whole of Government.
Sebagai pelayan publik isu-isu tersebut sangat berpengaruh
sehingga menjadi perlu untuk dianalisis penyebabnya dan
ditemukan solusi untuk menanganinya berdasarkan prinsip-prinsip
kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Daftar isu yang diperoleh di UPTD Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara yang dikaitkan dengan agenda Pelatihan Dasar
CPNS (Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan
Pelayanan Publik) dapat ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Identifikasi Isu
No. Isu Sumber Kondisi Saat Ini Kondisi Yang
Isu Diharapkan
1 2 3 4 5
1. Rendahnya Pelayanan Masih Meningkatnya
penemuan kasus Publik rendahnya angka cakupan
baru suspek TBC cakupan penemuan kasus
paru di wilayah penemuan baru suspek TBC
kerja UPTD kasus baru paru di wilayah kerja
Puskesmas suspek TBC UPTD Puskesmas
Mayong II paru di wilayah Mayong II
Kabupaten kerja UPTD Kabupaten Jepara.
Jepara. Puskesmas
Mayong II
Kabupaten
Jepara.
2. Kurang Pelayanan Kurang Optimalnya
optimalnya Publik optimalnya penanggulangan
penanggulangan penanggulanga dan pengelolaan
dan pengelolaan n dan penyakit hipertensi
penyakit pengelolaan sehingga angka
5
hipertensi di penyakit penderita hipertensi
UPTD hipertensi di wilayah kerja di
Puskesmas sehingga terjadi UPTD puskesmas
Mayong II peningkatan Mayong II tidak
Kabupaten angka penderita bertambah.
Jepara. hipertensi di
wilayah kerja
UPTD
Puskesmas
Mayong II.
3. Meningkatnya Pelayanan Meningkatnya Angka kejadian HIV-
angka kejadian Publik angka kejadian AIDS di wilayah
HIV-AIDS di HIV-AIDS di kerja UPTD
wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Mayong
UPTD UPTD II Kabupaten Jepara
Puskesmas Puskesmas tidak bertambah
Mayong II Mayong II
Kabupaten Kabupaten
Jepara. Jepara.
4. Kurang Manajemen Karyawan Karyawan
disiplinnya Aparatur Puskesmas Puskesmas Mayong
penerapan Sipil Negara Mayong II II Kabupaten Jepara
program 5 (ASN) Kabupaten sudah secara
momen cuci Jepara masih disiplin dalam
tangan pada belum disiplin melakukan
karyawan di dalam kebiasaan
Puskesmas melakukan penerapan program
Mayong II kebiasaan 5 momen cuci
Kabupaten penerapan tangan.
Jepara. program 5
momen cuci
tangan.
5. Rendahnya Pelayanan Masih Terpenuhinya angka
6
angka cakupan Publik kurangnya cakupan konsultasi
konsultasi gizi angka cakupan gizi pada pasien
pada pasien konsultasi gizi rawat jalan di Unit
rawat jalan di Unit pada pasien Gizi UPTD
Gizi UPTD rawat jalan di Puskesmas Mayong
Puskesmas Unit Gizi UPTD II Kabupaten
Mayong II Puskesmas Jepara.
Kabupaten Mayong II
Jepara. Kabupaten
Jepara.
7
Tabel 1.2 Parameter APKL
No Indikator Keterangan
1 2 3
Isu yang sedang terjadi atau dalam proses
kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
1 Aktual (A)
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
Isu yang menyimpang dari harapan standar,
2 Problematik (P) ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak, masyarakat pelanggan pada
3 Kekhalayakan (K) umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.
Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
4 Layak (L) dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.
8
Kriteria
No. Isu A P K L Keterangan
9
No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu.
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain
kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain).
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.
10
akibat yang ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.
Analisis USG dilakukan dengan memberikan nilai dengan
rentang antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat
kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar,
dan nilai 5 berarti sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas yang akan ditetapkan untuk diselesaikan
dengan kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Tabel 1. 5 Analisis USG Isu
Kurang optimalnya
penanggulangan dan pengelolaan
2. penyakit hipertensi di UPTD 5 5 5 15 I
Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara.
11
4. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan
Dampak isu “kurang optimalnya penanggulangan dan
pengelolaan penyakit hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara“ apabila tidak segera di lakukan pemecahan
masalahnya adalah :
a. Meningkatnya angka kejadian pasien dengan hipertensi di UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
b. Berkembangnya penyakit – penyakit komplikasi dari penyakit
hipertensi akibat kurang baiknya pengelolaan pasien hipertensi.
5. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan adalah “bagaimana cara dalam
mengoptimalkan penanggulangan dan pengelolaan penyakit
hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara ?”
C. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini adalah pe
ngoptimalan penanganan dan pengelolaan penyakit hipertensi di UPT
D Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara sehingga tidak terjadi peni
ngkatan angka kejadian pasien dengan hipertensi dan tidak berkemba
ngnya penyakit-penyakit komplikasi dari penyakit hipertensi di masyar
akat. Rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ini merupakan cara untuk
internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS sehingga mampu mel
aksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, Akuntabel, Sinergi
s, Transparan dan inovasi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelaya
n publik, perekat dan pemersatu bangsa.
D. MANFAAT
Manfaat kegiatan dalam rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar i
ni adalah sebagai berikut :
12
1. Manfaat bagi peserta Latsar
a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan
perannya dalam lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan
nilai-nilai dasar ASN yang telah didapakan selama mengkuti
inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasi keterkaitan
prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan whole of
Government.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
14
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia
serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-
persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam
setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi
oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela
negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam
diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
15
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami
penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu
kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-
budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap
kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras
untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka
harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
16
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.
17
semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan
hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun
pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal
yang menjadi pemicunya adalah berkembang pesatnya teknologi
informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru dunia
dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang
di penjuru dunia lainnya.
18
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
19
dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari
warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama
untuk melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam
UUD Negara RI 1945 tersebut.
20
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
21
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.
f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada
sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.
g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan
tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.
Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
22
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
PNS memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
23
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
24
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
25
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
26
3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
27
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans
untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan manusia
yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
28
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai
dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.
Pada level puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu
layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
29
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic
business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan
target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab
atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-unit
pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
masing-masing unit kerja.
5. Anti Korupsi
30
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
31
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
32
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas
umum nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
33
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen
Aparatur Sipil Negara, 2014).
34
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga
negara
35
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi
3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno
& Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.
36
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.
37
pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid,
hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang
dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena
hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi
ginjal (renal hypertension).
3. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan The Joint National Commite VIII tekanan
darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit
tertentu. Diantaranya adalah:
Tabel 2.1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National
Commite VIII
Batasan tekanan darah Kategori
(mmHg)
≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit
diabetes dan cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit
penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit
diabetes
38
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
39
Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan
mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat.
d. Mengontrol kesehatan
Penderita hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri
sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Keteraturan berobat
sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien dalam
batas normal dan untuk menghindari komplikasi yang dapat
terjadi akibat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol.
e. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot
tubuh seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik.
f. Manajemen pengobatan hipertensi
Prinsip pengobatan dengan antihipertensi adalah sebagai
berikut:
1) Tujuan pengobatan hipertensi yaitu untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah
tinggi.
2) Manfaat terapi hipertensi menurunkan tekanan darah
dengan antihipertensi yang telah terbukti menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, yaitu stroke,
iskemia jantung, gagal jantung kongestif, dan memberatnya
hipertensi.
3) Memutuskan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak
hanya ditentukan dengan tingginya tekanan darah tetapi
adanya faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya.
4) Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika
tekanan darah tidak dikendalikan). Penderita hipertensi pada
40
tahap awal atau tahap 1 memulai dengan jenis obat
antihipertensi diuretik, β- bloker, penghambat ACE,
antagonis Kalsium dan α - bloker dengan memodifikasi pola
hidup serta menkonsumsi obat monoterapi antihipertensi.
6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti :
a. Payah Jantung (Congestive heart failure)
Payah jantung adalah kondisi jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat
berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan
dari gumpalan darah yang macet dipembuluh yang sudah
menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran
tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring
lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.
d. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di
mata, sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau
buta. Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan
menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus
41
mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan
hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi.
42
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu Paradigma
Sehat; Pertanggungjawaban Wilayah; Kemandirian masyarakat;
Pemerataan; Teknologi tepat guna; dan Keterpaduan dan
kesinambungan
Dasar Hukum Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Kinik Pratama
Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek mandiri
Dokter Gigi;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman Manajemen Puskesmas.
2. Visi, Misi, Tujuan, Tata Nilai, dan Tujuan
a. Visi
Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang mudah, ramah, cepat dan
akurat
2) Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme petugas
pelayanan
3) Meningkatkan sarana penunjang pelayanan
c. Tujuan
Mendukung terciptanya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yaitu meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup
sehat
d. Tata Nilai
1) Taqwa
2) Jujur
3) Tanggung Jawab
4) Sabar
5) Kreatif
6) Inovatif
e. Moto
Melayani dengan sepenuh hati bersama kami
f. Tujuan
Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan
tanggung jawabnya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
44
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau
oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.
45
3. Struktur Organisasi
46
4.
47
5) Kabupaten : Jepara
6) Propinsi : Jawa Tengah,
7) Telepon : (0291) 7512112
8) Email : puskesmasmayong2@gmail.com
48
Wilayah kerja UPT Puskesmas Mayong II terdiri 10 desa,
yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mayong II
N NAMA DESA JUMLAH PKD JARAK KE
O POSYANDU PUSKESMAS
1 JEBOL 5 Tidak 0 KM
ada
2 SINGOROJO 7 Ada 2 KM
3 PELEMKEREP 5 Tidak 3 KM
Ada
4 MAYONGLOR 8 Tidak 5 KM
Ada
5 MAYONGKIDUL 5 Tidak 6 KM
Ada
6 PAREN 2 Ada 7 KM
7 KUANYAR 3 Ada 7 KM
8 TIGAJURU 5 Ada 6 KM
9 PELANG 5 Ada 7 KM
10 SENGON 6 Tidak 7 KM
BUGEL ada
Jumlah 51
49
b. Data fasilitas pelayanan kesehatan
Di wilayah kerja UPT Puskesmas Mayong II terdapat
beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan ke masyarakat, diantaranya :
1. Puskesmas induk : 1 buah
2. Puskesmas pembantu : 1 buah
3. PKD : 8 buah ( 5 buah punya gedung,
2 buah ikut nempel di balai desa, 1 buah gabung dengan
PUSTU Mayongkidul dan 2 desa belum ada PKD ( Desa
Sengonbugel dan Desa Jebol)
4. Praktek Dokter Swasta : 4 buah
d. Data Kepegawaian
50
Tabel 3.3 Data Kepegawaian UPTD Puskesmas Mayong II
TOTA
Status Kepegawaian
N L
JENIS SDM
O PN BLU
Honda PTT
S D
1 S1 Dokter Umum 3 - - 3
2 S1 Dokter Gigi 1 - - 1
3 S2 M.Kes 1 - - 1
4 S1 Keperawatan 2 - - 2
5 SKM 1 1
6 D3 Keperawatan 2 - - 2
7 D3 Keperawatan gigi 1 - - 1
8 D4 Kebidanan 3 - 3
9 D3 Kebidanan 9 2 1 12
10 D4 Nutrisionis 1 - - 1
11 Analis Kesehatan 1 1 - 2
12 Asisten Apoteker 1 - - 1
13 Sanitarian 1 - - 1
14 Rekam Medik 1 - - 1
1 - - 1
15 S1 Administrasi
3 - 1 4
16 Administrasi( SMA )
17 Administrasi ( SD ) 1 - - 1
1 - - 1
18 Penjaga Malam (SD )
19 Cleaning service - 1 - 1
- - - 1 1
20 Sopir
- 4 1 3 41
Jumlah Total
e. Kependudukan
1) Berdasarkan Jenis Kelamin, sebaran penduduk di wilayah
Puskesmas Mayong II, sebagai berikut :
Tabel 3.4 Data Jumlah Penduduk
51
1 Jebol 3.601 1.755 1.846
2 Singorojo 6.419 3.128 3.291
3 Pelemkerep 5.694 2.801 2.893
4 Mayonglor 12.476 6.286 6.190
5 Mayongkidul 5.468 2.682 2.786
6 Paren 1.940 965 975
7 Tigajuru 2.777 1.415 1.362
8 Kuanyar 3.926 1.965 1.961
9 Pelang 5.472 2.707 2.765
10 Sengon Bugel 7.277 2.446 4.831
Jumlah 55.050 26.150 28.900
2) Data Kependudukan
a) Jumlah penduduk : 51.934
b) Jumlah Bumil : 1033
c) Jumlah Bulin : 986
d) Jumlah Anak Balita (1-< 5 th) : 3.756
e) Jumlah Bayi (0-1 th) : 939
f) Jumlah Anak Pra Sekolah (5-6 th) : 1.520
g) Jumlah remaja 10-14 tahun : 4.674
h) Jumlah remaja 15 -< 18 tahun : 3.534
i) Jumlah Wanita Usia Subur : 11.374
j) Jumlah Pasangan Usia Subur : 2.112
k) Jumlah ibu meneteki : 969
52
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kewajiban ASN adalah sebagai berikut:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
2. Tugas Pokok Dokter Ahli Pertama
Tugas pokok dokter sebagaimana yang tercantum pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2013 adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan.
b. Melaksanakan pelayanan medis rawat inap.
c. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis.
d. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA.
e. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai
dengan pedoman kerja untuk menyusun catatan medis pasien.
f. Menyusun draft visum et repertum.
g. Melaksanakan tugas jaga.
53
h. Menyusun Draft laporan pelaksanaan tugas.
i. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas.
j. Menyusun laporan lain-lain.
Sedangkan untuk rincian kegiatan dokter ahli pertama
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 139 Tahun 2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
dan Angka Kreditnya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter
umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederahana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan Pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan Pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan Pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan Pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan Pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan Medik rawat jalan;
22. Membuat catatan Medik rawat inap;
54
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan Visum et repertum tingkat sederhana;
28. Melakukan Visum et repertum kompleks tingkat I;
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium;
32. Melakukan Tugas jaga panggilan/on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan
tingkat sederhana.
C. Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang
patut ditiru atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan,
perbuatan, sifat dan sebagainya.
Role Model dari penulis adalah ayah dari penulis sendiri
Bapak H. Sutejo, SKM, M.M. Beliau juga merupakan sosok ayah serta
sosok ASN yang menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi
penulis.
Beliau mempunyai tanggung jawab dan integritas yang tinggi sebagai
ASN. Beliau juga sosok yang sangat bekerja keras dan tidak mudah
menyerah. Beliau merintis ASN dari golongan rendah sampai menjadi
golongan tinggi dengan semangat kerja keras. Beliau juga sosok yang
sangat bersahaja dengan ASN yang lain dan sangat di kenal baik di
lingkungan kerja maupun di lingkungan masyarakat. Beliau sosok
ASN yang sangat mementingkan kepentingan masyarakat dan negara
di banding dengan kepentingan keluarga maupun golongan.
55
Penulis mendaftar menjadi ASN juga karena termotivasi dari
nilai-nilai yang ditunjukkan oleh beliau sebagai ASN. Beliau juga
sering memberikan nasehat untuk selalu menjadi orang yang jujur,
kerja keras, dan selalu membantu orang yang membutuhkan.
56
BAB IV
57
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Mayong II
Identifikasi Isu :
58
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Penyuluhan 1. Berkonsultasi dengan 1. Persetujuan dan Etika Pubik Kegiatan penyuluhan Kegiatan ini
tentang penyakit kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Menghargai tentang penyakit memberikan
hipertensi tentang kegiatan penyuluhan hipertensi komunikasi, hipertensi melalui penguatan nilai
melalui media penyuluhan hipertensi. oleh kepala konsultasi, dan media leaflet ini organisasi taqwa,
leaflet. puskesmas. kerjasama dengan merupakan upaya tanggung jawab,
atasan ketika akan untuk mencapai misi sabar, kreatif serta
mengadakan suatu Puskesmas Mayong II inovatif.
kegiatan, yaitu memberikan
mengutamakan pelayanan yang
kepemimpinan, mudah, ramah, cepat
selain itu dan akurat serta
berkomitmen untuk meningkatkan
memberikan kemampuan dan
pelayanan publik profesionalisme
yang berkualitas) petugas pelayanan
59
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
sasaran serta waktu konsultasi dengan
pelaksanaan kegiatan atasan dan
penyuluhan hipertensi berkoordinasi
dengan pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
60
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
leaflet dan materi
penyuluhan agar
menarik dan mudah
dipahami oleh
peserta penyuluhan)
4. Melaksanakan kegiatan
4. Terlaksananya Akuntabilitas
penyuluhan hipertensi.
kegiatan penyuluhan (Dalam melakukan
dan adanya keaktifan penyuluhan saya
dari peserta bertanggung jawab
penyuluhan. Adanya dengan isi dan
daftar kehadiran dari penyampaian
peserta penyuluhan penyuluhan dengan
dan dokumentasi penuh kejelasan dan
dalam bentuk foto konsisten sehingga
maupun video selama penyuluhan dapat
pelaksanaan diterima dengan baik
penyuluhan hipertensi.
61
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2. Promosi 1. Membuat rancangan 1. Rancangan poster Komitmen Mutu Kegiatan promosi Kegiatan ini
kesehatan poster dan mencari dalam bentuk softcopy (Dalam membuat kesehatan ini memberikan
tentang referensi video yang akan serta tersedianya poster dan merupakan upaya penguatan nilai
hipertensi di putar tentang beberapa pilihan video pencarian video untuk mencapai misi organisasi taqwa,
melalui poster hipertensi edukasi tentang edukasi tentang Puskesmas Mayong II jujur, tanggung
dan video. hipertensi hipertensi, saya yaitu memberikan jawab, kreatif serta
membuatnya pelayanan yang inovatif.
dengan berorientasi mudah, ramah, cepat
mutu untuk dan akurat. Serta
mendapatkan hasil mencapai misi
poster dan video meningkatkan sarana
yang terbaik. Serta penunjang pelayanan.
inovatif dalam
membuat rancangan
poster agar menarik
dan mudah
dipahami oleh
masyarakat)
2. Berkonsultasi dengan 2. Persetujuan dan Etika Pubik
62
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Menghargai
tentang promosi promosi kesehatan komunikasi,
kesehatan tentang tentang hipertensi oleh konsultasi, dan
hipertensi melalui poster kepala puskesmas. kerjasama dengan
dan video. Persetujuan atasan ketika akan
rancangan poster serta mengadakan suatu
terpilihnya satu video kegiatan)
yang akan di putar.
63
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
4. Proses percetakan poster 4. Tersedianya poster Anti Korupsi
tentang penyakit (Dalam proses
hipertensi percetakan poster
dengan pihak
percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu
meminta nota yang
sesuai dengan
poster yang telah
5. Pelaksanaan
dipesan.
penempelan poster pada
5. Tertempelnya poster – Komitmen Mutu
tempat – tempat yang
poster di tempat yang Dalam
sudah di tentukan.
sudah ditentukan. menempelkan
Adanya dokumentasi poster di lakukan
kegiatan penempelan yang
64
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
efektif dan efisien
sehingga sasaran
untuk poster dapat
6. Pemutaran video tentang 6. Terputarnya video tercapai.
hipertensi di ruang tentang hipertensi di Komitmen Mutu
tunggu Puskesmas. ruang Puskesmas dan Dalam melakukan
di lihat serta di pemutaran video
perhatikan oleh para dapat meningkatkan
pengunjung orientasi mutu
Puskesmas. Adanya organisasi serta
dokumentasi kegiatan menjadi kegiatan
yang inovatif.
65
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3. Pengenalan 1. Membuat rancangan 1. Terciptanya rancangan Komitmen Mutu Kegiatan pengenalan Kegiatan ini
Pemanfaatan leaflet dan presentasi leaflet dalam bentuk (Dalam membuat pemanfaatan TOGA memberikan
TOGA tentang pengenalan softcopy serta leaflet dan materi (Tanaman Obat penguatan nilai
(Tanaman Obat pemanfaatan TOGA tersedianya materi pengenalan Keluarga) sebagai organisasi taqwa,
Keluarga) (Tanaman Obat presentasi tentang pemanfaatan TOGA pengobatan tradisional jujur, tanggung
sebagai Keluarga) sebagai pengenalan TOGA sebagai pengobatan hipertensi. ini jawab, sabar,
pengobatan pengobatan tradisional (Tanaman Obat tradisional merupakan upaya kreatif serta
tradisional hipertensi. Keluarga) sebagai hipertensi, saya untuk mencapai misi inovatif.
hipertensi. pengobatan tradisional membuatnya Puskesmas Mayong II
hipertensi. dengan penuh yaitu memberikan
profesionalisme. pelayanan yang
Saya juga inovatif mudah, ramah, cepat
dalam membuat dan akurat. Serta
rancangan leaflet dapat meingkatkan
dan materi kemampuan dan
penyuluhan agar profesionalisme
menarik dan mudah petugas pelayanan.
dipahami oleh
peserta kegiatan).
2. Berkonsultasi dengan 2. Persetujuan dan Etika Pubik
66
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan
tentang kegiatan, oleh kepala konsultasi tercipta
rancangan leaflet, dan puskesmas. suasana saling
materi presentasi. Persetujuan menghargai
rancangan leaflet dan komunikasi,
materi presentasi. konsultasi, dan
kerjasama dengan
atasan ketika akan
mengadakan suatu
kegiatan)
3. Berkoordinasi dengan 3. Dukungan dari Nasionalisme /
pemegang program PTM pemegang program. Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) Notulensi hasil diskusi (Ketika saya
dan dengan pemegang dan adanya penentuan melakukan
program Posbindu PTM. sasaran dan waktu konsultasi dengan
dilakukannya kegiatan. atasan dan
berkoordinasi
dengan pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
67
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
4. Proses percetakan leaflet 4. Tersedianya leaflet Anti Korupsi
tentang pemanfaatan (Dalam proses
TOGA sebagai pencetakan leaflet
pengobatan tradisional dengan pihak
hipertensi. percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu
meminta nota yang
sesuai dengan
poster yang telah
68
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
pengenalan pengenalan sebagai obat
pemanfaatan TOGA pemanfaatan TOGA tradisional hipertensi
sebagai pengobatan sebagai pengobatan yang efektif dan
tradisional hipertensi. tradisional hipertensi. efisien, saya
berinovasi
menyediakan contoh
TOGA sebagai
media dalam
penyampaian
pengenalan
6. Pelaksanaan pengenalan pemanfaatan TOGA
pemanfaatan TOGA sebagai pengobatan
sebagai pengobatan 6. Terlaksananya tradisional
tradisional hipertensi kegiatan pengenalan hipertensi.
pemanfaatan TOGA Akuntabilitas
sebagai pengobatan (Dalam melakukan
tradisional hipertensi kegiatan saya
dan adanya keaktifan bertanggung jawab
dari peserta. Adanya dengan isi materi
daftar kehadiran dari yang akan saya
peserta penyuluhan bawakan. Saya juga
69
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
dan dokumentasi akan menyampaikan
dalam bentuk foto materi dengan
maupun video selama penuh kejelasan dan
pelaksanaan kegiatan. konsistensi sehingga
pengetahuan
tentang TOGA
sebagai obat
tradisional hipertensi
dapat diterima
dengan baik.
70
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4. Pemantauan 1. 1. Terciptanya rancangan Komitmen Mutu Kegiatan pemantauan Kegiatan ini
pasien saku hipertensi Buku saku hipertensi (Dalam membuat pasien hipertensi memberikan
hipertensi rancangan buku melalui “BUSUSI” penguatan nilai
melalui saku hipertensi, (Buku Saku organisasi taqwa,
“BUSUSI” (Buku saya membuatnya Hipertensi) ini jujur, tanggung
Saku dengan penuh merupakan upaya jawab, sabar,
Hipertensi). profesionalisme. untuk mencapai misi kreatif serta
Saya juga inovatif Puskesmas Mayong II inovatif.
dalam membuat yaitu memberikan
rancangan buku pelayanan yang
saku hipertensi agar mudah, ramah, cepat
dapat mudah dan akurat. Serta
dipergunakan). mencapai misi
2. 2. Persetujuan dan Etika Pubik meningkatkan sarana
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan penunjang pelayanan.
tentang kegiatan yang oleh kepala konsultasi tercipta
akan di lakukan. puskesmas. suasana saling
Persetujuan menghargai
rancangan buku saku komunikasi,
hipertensi. konsultasi, dan
71
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
kerjasama dengan
atasan ketika akan
mengadakan suatu
kegiatan)
3. 3. Dukungan dari Nasionalisme /
pemegang program PTM pemegang program Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) dan sejawat dokter. (Ketika saya
dan dengan sejawat Notulensi hasil diskusi. melakukan
dokter Puskesmas konsultasi dengan
Mayong II. atasan dan
berkoordinasi
dengan pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
4. 4. Tersedianya buku
saku hipertensi saku hipertensi. Anti Korupsi
72
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
(Dalam proses
pencetakan buku
saku hipertensi
dengan pihak
percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu
meminta nota yang
sesuai dengan
5. 5. Terlaksananya pesanan.)
hipertensi kepada sosialisasi buku saku Etika Publik
seluruh karyawan hipertensi kepada (dalam melakukan
puskesmas. seluruh karyawan sosialisasi saya
puskesmas ketika apel tetap
pagi. Sosialisasi di melaksanakannya
dokumentasikan dengan integritas
melalui video dan foto. yang tinggi dan tetap
respect dengan
karyawan lain.
73
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
6. Selain itu saya juga
pembagian Buku saku harus luwes dan arif
hipertensi kepada setiap dalam penyampaian
pasien hipertensi yang 6. Pasien hipertensi yang sosialisasi.
datang di poli umum datang di poli umum Komitmen Mutu
puskesmas. puskesmas Akuntabilitas
mendapatkan Nasionalisme
kejelasan tentang buku (saya harus bersikap
saku hipertensi dan adil, jelas dan
pasien yang sudah konsisten.
mendapatkan 1 buku Berinteraksi dengan
saku hipertensi pasien saya juga
menandatangani bersikap sepenuh
formulir penerimaan hati melayani dan
buku saku hipertensi. berorientasi mutu
pelayanan yang
terbaik serta tetap
menjunjung tinggi
sikap kemanusiaan.
74
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
5. Penunjukkan 1. 1. Persetujuan dan Etika Pubik Kegiatan Kegiatan ini
PMO kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan penunjukkan PMO memberikan
(Pengawas tentang kegiatan yang oleh kepala konsultasi tercipta (Pengawas Minum penguatan nilai
Minum Obat) akan di lakukan. puskesmas. suasana saling Obat) untuk setiap organisasi taqwa,
untuk setiap menghargai pasien hipertensi ini tanggung jawab,
pasien komunikasi, merupakan upaya sabar, kreatif
hipertensi. konsultasi, dan untuk mencapai misi serta inovatif.
kerjasama dengan Puskesmas Mayong
atasan ketika akan II yaitu memberikan
mengadakan pelayanan yang
suatu kegiatan,) mudah, ramah,
2. 2. Dukungan dari Nasionalisme / cepat dan akurat.
pemegang program pemegang program Pancasila sila ke
PTM (Penyakit Tidak dan penanggung 4 (Ketika saya
Menular) dan jawab UKP. melakukan
penanggung jawab Notulensi hasil konsultasi dengan
75
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi
UKP (Upaya diskusi. atasan dan
Kesehatan berkoordinasi
Perorangan) dengan
pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat
dan hasil dari
diskusi yang telah
dilakukan.)
3. 3. Terlaksananya Etika Publik
karyawan puskesmas sosialisasi program (dalam melakukan
lain tentang program kepada seluruh sosialisasi saya
penunjukan satu orang karyawan tetap
keluarga sebagai PMO puskesmas ketika melaksanakannya
(Pengawas Minum apel pagi. Sosialisasi dengan integritas
Obat) untuk setiap di dokumentasikan yang tinggi dan
76
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi
pasien hipertensi. melalui video dan tetap respect
foto. dengan karyawan
lain. Selain itu
saya juga harus
luwes dan arif
dalam
penyampaian
sosialisasi.
4.
PMO (Pengawas 4. Tertunjuk PMO Komitmen Mutu
Minum Obat) dari (Pengawas minum Akuntabilitas
orang yang serumah obat) untuk pasien Nasionalisme,
untuk setiap pasien hipertensi. PMO Sila ke 2.
hipertensi yang datang memahami tugasnya (Dalam
ke poli umum dan menandatangani penunjukan dan
puskesmas dan nota kesepakatan. penjelasan tugas
memberikan PMO hipertensi
penjelasan tentang kepada tertunjuk
77
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi
tugas sebagai PMO. PMO pasien
hipertensi, saya
harus bersikap
adil, jelas dan
konsisten. Dalam
berinteraksi
dengan pasien dan
keluarga pasien
saya juga bersikap
sepenuh hati
melayani dan
berorientasi mutu
pelayanan yang
terbaik serta tetap
menjunjung tinggi
sikap
kemanusiaan.
78
79
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
6. Home visite 1. 1. Persetujuan dan Etika Pubik Kegiatan Home visite Kegiatan ini
untuk pasien kepala Puskesmas dukungan kegiatan oleh (Dalam melakukan untuk pasien memberikan
hipertensi yang tentang kegiatan yang kepala puskesmas. konsultasi tercipta hipertensi yang tidak penguatan nilai
tidak terkontrol. akan di lakukan. suasana saling terkontrol. ini organisasi taqwa,
menghargai merupakan upaya jujur, tanggung
komunikasi, untuk mencapai misi jawab, sabar,
konsultasi, dan Puskesmas Mayong II kreatif serta
kerjasama dengan yaitu memberikan inovatif.
atasan ketika akan pelayanan yang
mengadakan suatu mudah, ramah, cepat
kegiatan) dan akurat. Serta
2. 2. Dukungan dari Nasionalisme / mencapai misi
pemegang program PTM pemegang program dan Pancasila sila ke 4 meningkatkan
(Penyakit Tidak Menular) penanggung jawab (Ketika saya kemampuan dan
dan penanggung jawab UKP. Notulensi hasil melakukan profesionalisme
UKP (Upaya Kesehatan diskusi. konsultasi dengan petugas pelayanan
Perorangan) atasan dan dan meningkatkan
berkoordinasi sarana penunjang
dengan pemegang pelayanan.
program, saya
80
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
3. 3. Adanya SK tim Akuntabilitas
home visite pasien pelaksana home visite Dalam
hipertensi yang tidak pasien hipertensi yang pembentukan tim
terkontrol. tidak terkontrol. diperlukan
kepemimpinan,
keadilan,
kepercayaan dan
keseimbangan.
4. 4. Terlaksananya Etika Publik
karyawan puskesmas sosialisasi program (dalam melakukan
lain tentang program kepada seluruh sosialisasi saya
home visite pasien karyawan puskesmas tetap
hipertensi yang tidak ketika apel pagi. melaksanakannya
terkontrol. Sosialisasi di dengan integritas
dokumentasikan melalui yang tinggi dan tetap
81
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
video dan foto. respect dengan
karyawan lain.
Selain itu saya juga
harus luwes dan arif
dalam penyampaian
5. sosialisasi.
pasien hipertensi yang 5. Daftar nama pasien Komitmen Mutu
tidak terkontrol melalui dengan hipertensi yang Pendataan
Sistem Informasi tidak terkontrol. dilakukan secara
Kesehatan dan rekam efektif dan efisien
medik pasien. dengan memanfaat
teknologi berupa
aplikasi Sistem
Informasi
6. Kesehatan.
visite kepada pasien 6. Terlaksananya kegiatan Komitmen Mutu
hipertensi yang tidak home visite kepada Dalam melakukan
terkontrol. Kegiatan pasien hipertensi yang pemeriksaan
berupa : tidak terkontrol. Di berdasarkan
a. Pemeriksaan ulang dokumentasikan berupa orientasi mutu dan
pasien hipertensi video dan foto. dengan sepenuh
82
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi
(anamnesis, hati.
pemeriksaan tanda Akuntabilitas
vital, dan Pemeriksaan
pemeriksaan fisik) dilakukan dengan
b. Pemberian integritas yang tinggi
pengobatan. dan bertanggung
c. Pemberian edukasi. jawab dengan tugas.
Nasionalisme, Sila
ke 2 dan 4.
Dalam melakukan
home visite pasien
berarti telah
menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan
dan memberikan
pertolongan kepada
orang lain.
83
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Tabel 4.2. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
84
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akan dilaksanakan
pada minggu ketiga bulan Juni 2019 sampai dengan minggu keempat
bulan Juli 2019 pada institusi tempat kerja. Dalam pelaksanaannya
dimungkinkan terjadinya kendala-kendala yang berisiko menghambat
kegiatan yang telah direncanakan menjadi kurang optimal. Oleh
karena itu diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala
tersebut, sehingga dampak yang menghambat kegiatan tersebut
dapat diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala
selama aktualisasi dapat dijelaskan lebih lanjut pada tabel dibawah ini:
85
pengobatan tidak tersedia TOGA.
tradisoinal dilingkungan warga
hipertensi.
4 Pemantauan Buku saku mudah rusak Memberikan bahan
pasien dan robek perlindung pada buku saku.
hipertensi
melalu
“BUSUSI” (Buku
Saku
Hipertensi).
5 Penunjukan Pasien hipertensi tinggal Meminta kepada tetangga
PMO seorang diri di rumah terdekat unuk menjadi PMO
(Pengawas
Minum Obat)
untuk setiap
pasien
hipertensi.
6 Home visite Pasien tidak ada dirumah Meminta bantuan ke ketua
untuk pasien pada saat kunjungan di RT untuk menjadwalkan
hipertensi yang rumah. bertemu dengan pasien.
tidak terkontrol.
86
BAB V
PENUTUP
87
DAFTAR PUSTAKA
Go, A.S., dkk. 2014, Heart Disease and Stroke Statistic 2014 Update : A
Report From the American Heart Association. Circulation, 129, 28-
292.
88
Lampiran Biodata
A. Identitas Diri
Formasi
3 Dokter Ahli Pertama
Jabatan
Gamong RT 01 RW 01,
6 Alamat Rumah
Kec.Kaliwungu, Kab.Kudus.
7 Nomor Hp 085640833934
B. Riwayat Pendidikan
89