Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASAM BASA
Tugas Mandiri pada Mata Kuliah FARMASI FISIKA CAIRAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

DEVAHIMER H.ROSI, M. farm., Apt

Disusun oleh:
NOVIA RISTANTI
(2018.01.00.02.034)

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR


BUKITTINGGI
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa,
larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat
basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda,
sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan
suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara, yaitu pertama
menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna
merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam
larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat
ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH
lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan
dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Menurut
penjelasan tersebut menjelaskan tentang keseimbangan asam basa serta
berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan
asam basa.
I.2 Tujuan
  1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang materi asam basa dan
keseimbangan asam basa
2.  Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan
asam bassa, keseimbangan asam  basa,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Asam dan basa


a. Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H + ke zat
lain (disebut sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat
menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai akseptor proton). Suatu
asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima
proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida
(HCL), yang berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H +) dan
ion klorida (CL-) demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam
air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).
Asam kuat adalah  asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama
melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL.
Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk
mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan
H+. Contohnya H2CO3.
b. Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat (HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat
bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Demikian juga (HPO4) adalah suatu basa karena dia dapat
menerima satu ion hidrogen untuk membentuk (H 2PO4). Protein- protein
dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino
yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-
ion  hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein
dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling
penting.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang
khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ).
Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan dengan H+
secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam
cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa
normal adalah asam dan basa lemah.

 Teori Asam Basa


1. Teori Asam Basa Arrhenius (Svante August Arrhenius)
Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan
pada larutan berair (aqueous solution).
 Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam
larutan berair.
contoh: HCl, H2SO4, H2CO3, H3PO4,HCN, HNO3
HCl + H2O à H+ + Cl- + H2O
 Basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair.
contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2
NH3 + H2O à NH4+ + OH-
Secara umum :
Asam + Basa Garam + Air

Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga
tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan
dimana tidak ada H+ dan OH-.

2. Teori Asam Basa Brønsted-Lowry (Bronsted dan Lowry)


Teori asam basa Brønsted-Lowry didasarkan pada transfer proton.
 Asam adalah spesies pemberi (donor) proton.
 Basa adalah spesies penerima (akseptor) proton.
Amfiprotik/ Amfoter: bisa bersifat asam atau basa
Contoh : H2O, NH3, HCH3COO, H2PO4-
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam basa
H2O + NH3 à NH4+ + OH-
Asam basa
Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton
dari asam ke basa dan membentuk asam dan basa konjugasi.
 Asam kuat: basa konjugasi lemah
 Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O à H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2

1. Teori Asam Basa Lewis (Lewis)


Teori asam basa Lewis didasarkan pada transfer pasangan elektron.
 Asam adalah spesies penerima (akseptor) pasangan elektron.
Contohnya : H+, kation logam (Fe3+, Al3+)
 Basa adalah spesies pemberi (donor) pasangan elektron.
Contohnya : OH-, atom dan ion dari golongan V - VII (F-,Cl-)
Reaksi asam basa merupakan pemakaian bersama pasangan elektron
(contohnya : pada ikatan kovalen koordinasi) dan semua asam basa
Arrhenius adalah asam basa Lewis

c. Amphiprotik/Amfoter
Amfoter adalah sifat suatu zat/senyawa yang dapat bersifat
asam atau basa (tergantung lingkungannya). Sebagai contoh adalah
air.
• dalam suasana asam basa
HCl(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
asam basa
• dalam suasana basa asam

NH3(aq) + H2O NH4+(aq) + OH-(aq)

 Sifat- Sifat Asam dan Basa


Ada beberapa sifat-sifat khusus untuk membedakan suatu zat atau
senyawa berupa asam atau basa yaitu:
1. Sifat Asam
Karena Ion hidrogen mempunyai muatan positif (makanya dikasih
tanda plus (+) disebelah atas belakang H). Secara umum, Asam memiliki
sifat sebagai berikut:
 Rasa masam jika dilarutkan dalam air (hanya untuk asam lemah)
 Sentuhan : terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kulit
(terutama jika asam pekat)
 Bersifat korosif terhadap logam. Dapat menyebabkan karat, dapat pula
merusak jaringan kulit/iritasi dan melubangi benda yang terbuat dari
kain, kayu atau kertas jika konsentrasinya tinggi (pengalaman pribadi,
kalian mau coba? Dio kayanya semangat nih)
 Hantaran listrik : merupakan cairan elektrolit walaupun tidak selalu
ionik (dapat menghantarkan listrik walau tidak selalu berbentuk ion)
 Derajat keasaman (pH) lebih kecil dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna merah

2. Sifat Basa
Sedangkan Ion hidroksida mempunyai muatan negatif (makanya
dikasih tanda minus (-) disebelah atas belakang OH). Basa adalah
lawan dari asam. Secara umum, Basa memiliki sifat sebagai berikut:
 Rasa pahit jika dilarutkan dalam air (hanya untuk basa lemah)
 Sentuhan : terasa licin seperti sabun bila disentuh (hanya untuk basa
lemah)
 Bersifat kaustik (dapat merusak jaringan kulit/iritasi)
 Hantaran listrik : dapat menghantarkan listrik (merupakan larutan
elektrolit)
 Derajat keasaman (pH) lebih besar dari 7
 Mengubah warna lakmus menjadi berwarna biru
 Dalam keadaan murni umumnya berupa kristal padat
Dapat mengemulsi minyak

2.2. Keseimbangan Asam dan Basa


Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada
tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang
sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun
produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat
banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar
rendah pH 7,4.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam
dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem
organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2)
dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1.   Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis
bila pH > 7.45
2.    CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan
sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan komponen
respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3.    HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut
juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24
mEq/L.
4.    Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5.    Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

 Pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama
dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk
mencapai homeostatis. Harus ada keseimbangan antara asupan atau
produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan
seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam
pengaturan-pengaturan ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi
ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak
daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga
banyak mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel,
dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen
normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Dalam hal ini berbagai mekanisme yang turut membantu mengatur
konsentrasi ion hidrogen, dengan penekanan khusus pada kontrol sekresi
ion hidrogen ginjal dan reabsorpsi, produksi, dan ekskresi ion – ion
bikarbonat oleh ginjal, yaitu salah satu komponen kunci sistem kontrol
asam basa dalam berbagai cairan tubuh.
Konsentrasi ion hidrogen dan pH cairan tubuh normal serta perubahan
yang terjadi pada asidosis dan alkalosis. Konsentrasi ion hidrogen darah
secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar
0,00004 mEq/liter ( 40 nEq/liter ). Variasi normal hanya sekitar 3 sampai 5
mEq/liter, tetapi dalam kondisi yang ekstrim, konsentrasi ion hidrogen
yang bervariasi dari serendah 10 nEq/liter sampai setinggi 160 nEq/liter
tampa menyebabkan kematian.
Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan dalam
jumlah yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen
disebutkan dalam skala logaritma, dengan menggunakan satuan pH. pH
berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen.
pH normal darah arteri adalah 7,4 , sedangkan pH darah vena dan cairan
interstetial sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbondioksida ( CO 2 ) yang
dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal
darah arteri 7,4 seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat pH turun
dibawah nilai ini dan mengalami alkolisis saat pH meningkat diatas 7,4.
Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam
adalah sekitar 6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.
pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma
karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. Bergantung
pada jenis sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan
7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah yang buruk ke jaringan dapat
menyebabkan pengumpulan asam dan itu dapat menurunkan pH
intraseluler.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 sampai 8,0 bergantung pada status asam
basa cairan ekstraseluler. Contoh ekstrim dari suatu cairan tubuh yang
bersifat asam adalah HCL yang diekskresikan kedalam lambung oleh
oksintik  ( sel-sel parietal ) dari mukosa lambung.

 Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Asam dan Basa


Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui
koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem Buffer
Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang
dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah
perubahan konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat
temporer dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama system buffer
adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam
fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer,
system ini memiliki keterbatasan yaitu:
a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang
disebabkan karena peningkatan CO2.
b. System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat
pengendali system pernafasan bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.
Ada 4 sistem buffer:
1. Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel
terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel
3. Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat
4. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan
cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-
basa sementara. Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-
paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan,
kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan
ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H
dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki
dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme
paru dan ginjal dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan
mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat
serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru
sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH
dengan system buffer. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk
mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.
2. Sistem Paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan
karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan asam
karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan
menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap jumlah karbon
dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan yang kuat untuk
respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri
(PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun demikian, efeknya
tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan
meningkat sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih
besar (untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis
metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida (untuk meningkatkan beban asam).
3. Sistem Ginjal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal
mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion
hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal
ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan
pembentukan ammonia. Ion hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke
dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh
mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut,
asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat
berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi
bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar
yang sangat rendahpun, ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada
system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul
biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim
dan ekstabilitas membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi
normal tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses
fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus
meneru1s di dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen
sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion
hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil
metabolism karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau
ketogenesis.

 Jenis Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa


1. Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi
paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH
darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
2. Asidosis Metabolik
sidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan
benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh
untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut
bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak
asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.

3. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi
basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah..
4. Alkalosis Metabolik
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
a. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–.
b. Menurut Bronsted-Lowry. Asam adalah zat yang menyediakan proton
dan basa penerima proton.
c. Menurut Lewis asam sebagai akseptor pasangan elektron, dan suatu
basa sebagai donor pasangan tersebut.
d. Asam adalah zat yang berasa asam dengan pH dibawah tujuh sedangkan
basa adalah zat yang bersifat kaustik dengan pH diatas tujuh dan
senyawa yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
e. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi
asam sangat lemah di dalam reaksi asam – basa, sedangkan basa lemah
adalah larutan basa tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida
dalam larutan.
f. Prinsip HSAB menggolongkan asam basa menjadi asam basa keras dan
lunak.
g. Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam
dan basa. Indikator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat
bersifat asam atau basa.
3.1.1 Saran

Dengan adanya penjelasan mengenai teori asam basa yang


dikemukakan oleh para ahli kimia, kita menjadi lebih mengetahui dan
memahami apa dan mengapa suatu zat atau senyawa dapat dikatakan
sebagai asam maupun basa. Namun di samping dari beberapa penjelasan
teori asam basa ini kita sebagai siswa/i diharapkan tidak hanya
mengonsumsi teori tersebut namun dapat dikaji kembali dan dikembangkan
lagi agar nantinya menghasilkan kajian ilmu yang lebih luas dan
bermanfaat bagi makhluk hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Cotton F.A dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.


Jakarta: UI-Press.

Huheey, J.E., Keiter, E.A., and Keiter, R.L. 1993. Inorganic


Chemistry. New York. HarperCollins College Publisher.

Petrucci, Ralph. H.1985. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anonim. 2013. Materi Kimia Kelas X Asam Basa.


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-basa/
pada tanggal 3 Mei 2015 pukul 13.00.

Anonim. 2013.http://santrinitas.wordpress.com. Di akses pada 3


Mei 2015 pukul 13.00.

Kotz., John.C, Purcel, K.F., 1987, Chemistry and Chemical Reactivity,


Saunders College Publishing, New York, USA

Anda mungkin juga menyukai