HIPERTENSI
a)Pengertian
b)Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama
buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
c)Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan
yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan,
merokok (M.Adib,2009).
d)Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat
beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah,
sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo,
mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari
hidung).
e)Komplikasi
Efek pada organ:
1.otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel otak stroke).
2.ginjal (malam banyak bak, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal)
3.jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung) .
Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal.Dengan pendekatan per organ sistem, dapat diketahui
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain Jantung;
infark miokard, angina pectoris, gagal jantung kongestif.Sistem Saraf Pusat;
stroke, hipertensive encephalopathy.Ginjal; penyakit ginjal kronik.Mata;
hipertensive retinopathy.pembuluh darah perifer; peripheral vascular disease
(Anonim, 2009).
b.Beta Bloker
c.Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
e.Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).
f.Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.Contoh :
valsartan (diovan).
g.Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia: mengurangi
berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol,
mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara
lain Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting
dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi
pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani
hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan darah yang ringan.
Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam menangani
hipertensi ringan pada lansia.
A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Aktifitas/istirahat
Tanda:
1.frekuensi jantung meningkat
3.takipnea
2. Sirkulasi
Tanda:
1.kenaikan TD.
3.Integritas ego
Gejala:
Tanda:
4.Eliminasi
Gejala:gangguan gijal saat ini atau yang lalu(seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal yang lalu.
5. Makanan/cairan
Gejala:
2.mual,muntah.
Tanda:
2.adanya oedema.
6. Neurosensori
Gejala:
1.keluhan pening/pusing.
4.gangguan penglihatan
5.episode epistaksis
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala:
4. nyeri abdomen/massa(feokromositoma).
8. Pernafasan
Gejala:
4.riwayat merokok.
Tanda:
3.sianosis.
9. Keamanan
Gejala:
3.hipotensi postural.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala:
Pengkajian sekunder
3.telinga:terdapat serumen/secret
b.paru:bunyi tambahan.
d.sesak nafas(dipsnea)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri kepala b.d peningkatan tekanan pembuluh darah otak.
2. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload vasokontiksi.
3. Resiko injuri b.d kesadaran menurun.
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jarinan otak b.d sirkulasi darah yang kurang ke otak.
C. Rencana Tindakan
Daftar pustaka
https://www.slideshare.net/mobile/setiwanlilikbudi/askep-hipertensi-29829394
Http://www.academia.edu