Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pencapaian dan peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik (KBKM) dan kemandirian belajar peserta didik melalui implementasi
Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMP Negeri
di Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas VIII yang mewakili satu sekolah
level tinggi dan satu sekolah level sedang. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen
dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Instrumen yang digunakan yaitu tes KBKM, skala
kemandirian belajar peserta didik, dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji Kruskal
Wallis. Dari hasil penelitian disimpulkan: 1) Pencapaian dan peningkatan KBKM kelompok PMR
lebih baik dari kelompok PK; dan 2) Pencapaian dan peningkatan kemandirian belajar kelompok
PMR lebih baik dari kelompok PK.
Kata Kunci: Kemampuan berpikir kreatif matematik, kemandirian belajar, Pendidikan Matematik
Realistik.
Abstract
The purposes of this study are to describe the enhancement and the achievement of students’
Mathematical Creative Thinking Skills (MCTS) and Self Regulated Learning (SRL) through
implementation of Realistic Mathematics Education (RME) and Conventional Learning (CL). The
population of this study were Junior High School students in Tasikmalaya City. The sample of this
study were eighth grade students representing the high school level and the medium school level.
This research is a quasi-experimental design with pretest-posttest control group. The instrument
used is a test MCTS, scale independence of learners, and the observation sheet. Analysis of data
using Kruskal Wallis test. The final conclusion: 1) Achievement and improvement of MCTS RME
group is better than CL group; and 2) Achievement and improvement of Self Regulated Learning
(SRL) RME group is better than CL group.
Keyword: Mathematical creative thinking skills, self regulated learning, Realistic Mathematics
Education (RME).
oleh Hasanah (2011), Moma, Kusumah, peserta didik adalah dengan menggunakan
Sabandar & Dahlan (2013), Kurniati (2014), pembelajaran dengan pendekatan
dan Fatah, Suryadi, Sabandar, & Turmudi pendidikan matematika realistik (PMR).
(2016). Kemampuan berpikir kreatif Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
matematik merupakan bagian untuk menggambarkan pencapaian dan
keterampilan hidup yang perlu peningkatan kemampuan berpikir kreatif
dikembangkan terutama dalam matematik (KBKM) dan kemandirian
menghadapi era informasi dan suasana belajar peserta didik sebagai implementasi
bersaing yang semakin ketat (Sumarmo, Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
2013:4). Oleh karena itu kemampuan dan Pembelajaran Konvensional (PK).
berpikir kreatif matematik sangat penting Berpikir kreatif dipandang sebagai
dimiliki peserta didik untuk menghadapi suatu proses yang digunakan ketika
perubahan-perubahan dan mampu seorang individu mendatangkan atau
menghasilkan sesuatu yang baru di masa memunculkan suatu ide baru. Ide baru
depan. tersebut merupakan gabungan dari ide-ide
Kemampuan lain yang harus dimiliki sebelumnya yang belum pernah
peserta didik selain berpikir kreatif adalah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd, 2001).
kemampuan untuk mandiri, yaitu sikap Hal ini sejalan dengan pendapat Coleman
dan perilaku yang tidak mudah bergantung dan Hammen (Sumarmo, 2013:202) yang
pada orang lain dalam menyelesaikan menyatakan, “berpikir kreatif merupakan
tugas-tugas. Hasil studi Ratnaningsih cara berpikir yang menghasilkan sesuatu
(Sumarmo, 2013: 118) mengatakan bahwa yang baru dalam konsep, pengertian,
semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif penemuan, dan karya seni”.
matematik peserta didik, maka semakin Pengertian ini lebih memfokuskan pada
tinggi pula kemandirian belajar matematik proses individu untuk memunculkan ide
peserta didik, begitu juga sebaliknya. baru yang merupakan gabungan ide-ide
Menurut Paris dan Winograd (Sumarmo, sebelumnya yang belum diwujudkan atau
U., 2013:110) karakteristik yang termuat masih dalam pemikiran. Pengertian
dalam sikap mandiri adalah kesadaran berpikir kreatif ini ditandai dengan adanya
berpikir, penggunaan strategi, dan ide baru yang dimunculkan sebagai hasil
motivasi yang berkelanjutan. dari proses berpikir tersebut. Berdasarkan
Berdasarkan latar belakang masalah pendapat-pendapat tersebut, maka dapat
yang dikemukakan dan hasil-hasil disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah
penelitian yang telah dilakukan suatu kegiatan mental yang digunakan
sebelumnya, maka salah satu alternatif seseorang untuk membangun,
pembelajaran untuk mengatasi menghasilkan ide atau gagasan yang baru.
permasalahan kemampuan berpikir kreatif Alvino (Sumarmo, 2013:201)
matematik dan kemandirian belajar menyatakan terdapat empat komponen
dalam berpikir kreatif, yaitu sebagai menghasilkan ide-ide baru dan orisinil
berikut: dalam menyelesaikan suatu masalah
1. Kelancaran (fluency) membuat matematik atau dalam menanggapi situasi
berbagai ide. matematik tertentu yang ditandai dengan
2. Kelenturan (flexibility) kelihaian adanya aspek kelancaran, kelenturan,
memandang ke depan dengan keaslian, dan elaborasi.
mudah. Kemandirian belajar merupakan arti
3. Keaslian (originality) menyusun dari kata Self-Regulated Learning.
sesuatu yang baru. Zimmerman adalah akademik pertama
4. Elaborasi (elaboration) membangun yang mengusulkan konstruk self regulated
sesuatu dari ide-ide lainnya. learning dalam psikologi pendidikan.
Selanjutnya Munandar (Sumarmo, Zimmerman (Cheng, 2011) menjelaskan
2013:201) merinci keempat komponen bahwa self regulated learning merupakan
tersebut, sebagai berikut: suatu proses pembelajaran dimana
1. Kelancaran (fluency): mencetuskan peserta didik menggunakan keterampilan
banyak ide, jawaban, cara atau saran pengaturan diri (self-regulatory), seperti
untuk melakukan berbagai hal. penilaian diri (self-assessing), self-
2. Kelenturan (flexibility): menghasilkan directing, pengontrolan (controlling) dan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan penyesuaian (adjusting), dalam rangka
yang bervariasi, melihat suatu untuk memperoleh pengetahuan.
masalah dari sudut pandang yang Selanjutnya menurut Cheng (2011), dalam
berbeda-beda, mampu mengubah proses kemandirian belajar, peserta didik
cara pendekatan atau cara pemikiran. memantau dan menyesuaikan strategi
3. Keaslian (originality): melahirkan belajar mereka. Pemantauan kegiatan
ungkapan yang baru dan unik, termasuk memeriksa isi studi, menilai
memikirkan cara yang tidak lazim, kesulitan pembelajaran, menilai kemajuan,
membuat kombinasi-kombinasi yang dan memprediksi hasil belajar.
tidak lazim dari bagian-bagiannya. Pendapat lain dikemukakan Wolters,
4. Elaborasi (elaboration): memperkaya Pintrich, & Karabenick (2003) bahwa
dan mengembangkan suatu gagasan kemandirian belajar adalah suatu proses
atau produk, menambah atau konstruktif dan aktif dimana peserta didik
memperinci detil-detil dari suatu menentukan tujuan belajarnya, mencoba
obyek, gagasan, atau situasi sehingga untuk memonitor, mengatur, dan
menjadi lebih menarik. mengendalikan kognisi, motivasi, dan
Berdasarkan pendapat-pendapat perilaku dengan dibimbing dan dibatasi
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa oleh tujuan dan karakteristik kontekstual
kemampuan berpikir kreatif matematik dalam lingkungan. Pendapat ini
merupakan kemampuan berpikir untuk mengandung kesamaan dengan pendapat
http://www.brainstroming.co.uk/tutor ftp://202.83.110.129/Volume_1/from
ials/tutorialcontent.html1 %202TB/FAC%20FOUND%20STUDIES/
Kurniati. (2014). Peningkatan Kemampuan FYLHR9~3/Subject%20Components/G
Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis rey%20matters/R54ZK1~G/Project%2
serta Soft Skill Mahasiswa Pendidikan 0Zero/www.pz.harvard.edu/Research/
Guru Sekolah Dasar melalui UCPpapers/P2NARST03.pdf.
Pendekatan Pembelajaran Moma, L., Kusumah, Y.S. Sabandar, J. &
Kontekstual. Unpublished Dahlan, J.A. (2013). The enhancement
Dissertation. Bandung: SPs Universitas of junior high school students
Pendidikan Indonesia. mathematical creative thinking
Lioe, L.T, Fai, H.K. & Hedberg, J.G. (2006). abilities through Generative learning.
Students’metacognitive problem Mathematical Theory and Modeling,
solving strategies in solving open- 3(8), 146-157.
ended problems in pairs. [Online]. Mullis, I.V.S., Martin O, Michael, Foy, P. &
Diakses dari Arora, A. (2012). TIMSS 2011
http://conference.nie.edu.sg/paper/n international result in
ew converted/aboo 287.pdf. Mathematics.TIMSS &PIRLS
Mann, E. L. (2005). Mathematical international study center lynch
creativity and school Mathematics: school of ed. Boston college, Cheotnut
Indicators of mathematical creativity Hill, MA USA and IEA Amsterdam.
in middle school students. Disertasi [Online]. Diakses dari
University of Connectitut. [Online]. http://timssandpirs.bc.edu/timss2011
Diakses dari /downloads/T11_
http://www.gifted.uconn.edu/siegle/ IR_Mathematics_Fullbook.pdf.
Dissertations/Eric%20Mann.pdf". Munandar, U. (2012). Pengembangan
Meltzer, D.E. (2002). The relationship kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT
between mathematics preparation Rineka Cipta.
and conceptual learning gains in Paris, S. G. & Winograd, P. (2004). The role
physics: a posible “hidden variable” in of self-regulated learning in
diagnostic pretest scores. American contextual teaching: Principles and
Journal of Physics, 70(12), 1259-1268. practices for teacher preparation 1[1].
Mittlefehldt, S & Grotzer, T. (2003). Using [Online] Diakses dari
metacognition to facilitate the http://www.ciera.org/library/archive/
transfer of causal models in learning 200104/ 0104parwin.htm
density and pressure. Presented at the Rohaeti, E.E. (2010). Critical and creative
National Association of Research in mathematical thinking of Junior High
Science Teaching (NARST) Conference School student. Educationist Journal,
Philadelphia. [Online] Diakses dari 4(2), 99-106.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Zumbrunn, S, Tadlock, J., & Roberts, E.D.
Membantu Guru Mengembangkan (2011). Encouraging Self Regulated
Kompetensinya dalam Pengajaran Learning in The Classroom: A Review
Matematika Untuk Meningkatkan of the Literature. Virginia
CBSA. Bandung: Tarsito. Commonwealth University. [Online].
Schraw, G., Crippen, K.J, & Hartley, K. Diakses dari http://www.self-
(2006). Promoting self-regulation in regulation.ca/uploads/5/6/2/6/56264
Science education: Metacognition as 915/encouraging_self_regulated_lear
part of a broader perspective on ning_in_the_classroom.pdf.
learning. Research in Science Zulkardi (2002). Developing a Learning
Education, 36(1), 111–139. Environment on Realistic Mathematics
Starko, A. J. (2010). Creativity in the Education for Indonesian Student
Teachers.Thesis University of Twente,
classroom. New York: Routledge.
Enschede.
Sumarmo, Utari (2013). Kumpulan Walia, P. (2012). Effect of 5E Instructional
Makalah Berpikir dan Disposisi
Model on Mathematical Creativity of
Matematik serta Pembelajarannya.
Bandung: FPMIPA UPI. Students. Golden Research Thoughts.
Suwarsono. (2001). Beberapa 1 (X). 1-4.
permasalahan yang terkait dengan Wijaya, Ariyadi (2012). Pendidikan
upaya implementasi pendidikan Matematika Realistik – Suatu
matematika realistik di indonesia. Alternatif Pendekatan Pembelajaran
Makalah. Disampaikan dalam Seminar Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasional Pendidikan Matematika
Realistik di USD, 14-15 November RIWAYAT HIDUP PENULIS
2001. Dedi Muhtadi, M.Pd.
Tim MKPBM (2001). Strategi Pembelajaran Staf pengajar di Universitas
Matematika Kontemporer. UPI Siliwangi, Tasikmalaya. Studi
Bandung: JICA. S3 Pendidikan Matematika
Treffer (1991). Didactical Background of a Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, sampai
Mathemetics program for Primary dengan sekarang.
Education. Dalam Streefland, L. (Ed).
Realistic Mathematics Education in Sukirman, M.Si.
Primary School. Utrecht: Press.
Wolters, C. A., Pintrich. P.R., & Karabenick, Staf pengajar di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa,
S.A. (2003). Assessing academic self- Banten. Studi S3 Pendidikan
regulated learning. [Online]. Diakses Matematika Universitas
Pendidikan Indonesia,
dari http://www.childtrends.org/wp-
Bandung, sampai dengan
content/uploads/2013/05/ sekarang.
Child_Trends2003_03_12_PD_PDConf
WPK.pdf