Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN INVESTASI

BAB 3 : PASAR MODAL INDONESIA

Dosen Pengampu :
Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM

Kelompok 1 :
1. Elsa Sabrina Agustia Putri (19013010238)
2. Nafila Maradipta (19013010264)
3. Fikri Azhari Ramadhani (19013010270)
4. Niniet Tasya Violita (19013010285)
5. Jones Andreas Purba (19013010287)
6. Malda Mega Rahmania (19013010290)
7. Alexander Defly Cannavio M. (19013010294)
8. Mia Puspitasari (19013010301)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021
● SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
1. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Sistem ekonomi indonesia yang pertama kali diterapkan adalah sistem ekonomi liberal. Sistem
ekonomi ini berlangsung dari tahun 1950 hingga tahun 1957, artinya beberapa tahun setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Saat itu, perubahan kabinet yang sering sekali terjadi pada
saat itu berdampak negatif pada lemahnya ekonomi di Indonesia Untuk menanggulanginya,
diterapkanlah kebijakan menggunting uang kertas Rp 5 menjadi dua bagian, bagian pertama
yang bernilai Rp 2,5 digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, dan bagian Rp 2,5 yang lain
digunakan untuk membeli obligasi pinjaman nasional. Kebijakan ini diambil oleh menteri
keuangan yang saat itu tengah menjabat, yaitu Bapak Syafruddin Prawiranegara. Selain
kebijakan menggunting uang kertas, pada saat itu juga terjadi gerakan banteng untuk merubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Kebijakan ini dinyatakan oleh Dr.
Sumitro Djojohadikusumo , seorang ahli ekonomi pada masa kabinet Natsir. Gerakan ini
dilakukan untuk melindungi para pengusaha dalam negeri dengan memberikan suatu bantuan
berupa kredit dan bimbingan yang konkret.
2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pada masa demokrasi terpimpin, sistem ekonomi Indonesia mengalami perubahan dari yang
awalnya ekonomi liberal berubah menjadi sistem ekonomi etatisme, dimana seluruh sistem
ekonomi ini diatur dan dikuasai oleh pihak negara, baik itu dalam aspek sosial, ekonomi, ataupun
politik. Sistem ekonomi ini dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno di tahun 1959. Sistem ekonomi
ini dilakukan karena sistem ekonomi liberal membuat setiap pengusaha dalam negeri tidak
mampu bersaing dengan pengusaha asing. Sehingga, dibentuklah Dewan Perancang Nasional
atau Depernas di tahun yang sama yang dipimpin oleh Moh. Yamin untuk mempersiapkan
rancangan undang-undang pembangunan nasional. Pada kalai itu, terjadi penurunan nilai uang,
seperti uang kertas yang nilainya Rp 500 menurun menjadi Rp 50, dan uang kertas Rp 1000
menjadi Rp 100 saja. Namun, usaha ini belum mampu mengatasi penurunan ekonomi di bidang
finansial.
3. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)
Demokrasi ekonomi terjadi pada tahun 1967 hingga tahun 1998, atau pada masa pemerintahan
orde baru yang kala itu di pimpin oleh Bapak Soeharto. Pada masa ini, sistem ekonomi Indonesia
menganut sistem ekonomi campuran, yang di dalamnya terdapat campur tangan pemerintah
bersama masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan kegiatan ekonomi. Pemerintah
berperan sebagai pengendali ekonomi dan masyarakat berperan penuh sebagai pelaku produksi,
distribusi dan sekaligus konsumennya. Usaha pemerintah ini bertujuan untuk membantu
masyarakat agar terhindar dari masalah ekonomi modern seperti kesulitan dalam menentukan
harga barang atau jasa yang akan diproduksi. Kebijakan Bapak Soeharto dalam bidang ekonomi
ini meliputi:
1) Bergabungnya kembali Indonesia dengan IMF atau International Monetary Fund ,
sehingga ada bantuan utang keuangan dari negara asing yang masuk ke Indonesia.
2) Menghapus kebijakan hiperinflasi dengan melarang adanya pendanaan domestik untuk
mencetak uang.
3) Melakukan pembebasan bea cukai import dan mengatasi devaluasi rupiah, sehingga
mampu meningkatkan nilai ekspor ke tingkat internasional.

4. Masa Demokrasi Pancasila (1998-Sekarang)


Pada tahun 1998 hingga saat ini, sistem ekonomi Indonesia menggunakan sistem ekonomi
Pancasila. Sistem ekonomi ini adalah bentuk pengembangan dari sistem ekonomi campuran.
Koperasi salah satu wujud dari diterapkannya sistem ekonomi Pancasila yang berlandaskan pada
pilar ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan amanat undang-
undang tahun 1992 pasal 3, yang didalamnya dijelaskan bahwa tujuan koperasi adalah untuk
mensejahterakan anggotanya serta turut serta dalam membangun tatanan perekonomian negara
agar mampu mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Pengelolaan sistem ekonomi
ini dilakukan berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan oleh perwakilan rakyat.
● Investor internasional
Beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh investor internasional untuk memasuki investasi di
suatu negara, yang ditandai dengan empat pra kondisi berikut : (1) Stabilitas politik, (2)
Konsistensi penegakan hukum, (3) Sistem dan prospek ekonomi, (4) Keadilan social.
1. Stabilitas politik
Tolok ukur stabilitas politik tapi investor internasional antara lain :
● Pergantian pemimpin negara tanpa gejolak berdarah.
● Pergantian pemimpin negara seusai masa jabatan.
● Tidak terjadi konflik antara pemerintah dan lembaga wakil rakyat.
● Pemilihan umum berjalan aman.
● Tidak sering terjadi demonstrasi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM),
organisasi buruh atau mahasiswa terhadap pemerintah atau lembaga wakil rakyat.
2. Konsistensi penegakan hukum
Beberapa indicator berikut ini mencerminkan penegakan hukum yang tidak konsisten:
● Sering terjadi demonstrasi oleh LSM berlatarbelakang hukum.
● Pergantian rezim pemerintahan dibarengi dengan pergantian undang undang.
● Pemerintah baru membatalkan perjanjian yang dibuat oleh pemerintah
sebelumnya.
● Membatalkan perjanjian internasional secara sepihak karena tekanan public
● Vonis hukum berkekuatan tetap selalu melalui tahapan Panjang dan peninjauan
Kembali tanpa batas waktu sehingga menjadi berkekuatan tetapi tetap atau tidak
ada kepastian hukum.
● Revisi undang undang dilakukan dalam tempo sangat singkat.
3. Sistem dan prospek ekonomi
Investor akan memberikan perhatian khusus pada hal hal berikut ini :
(1) Risiko valuta asing
(2) Devisa bebas
(3) Kualitas pasar modal
(4) Fasilitas bedging
(5) Sistem ekonomi
4. Keadilan social
Perbedaan antara anggota masyarakat yang kaya dan yang miskin sangat berpengaruh terhadap
keamanan suatu negara. Apabila kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin terlalu jauh, hal
ini dapat menimbulkan pertikaian social dan akan mengakibatkan munculnya rasa tidak aman
untuk investasi di negara tersebut. Indikator ketidakadilan social tampak jelas di masyarakat:
maraknya perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, dan pemukiman kumuh
mencerminkan kondisi keadilan social masyarakat yang rendah. Di sinilah peran pemerintah
diperlukan untuk mengurangi jurang perbedaan tersebut dan melakukan pemerataan
Kemakmuran dan keadilan social.

● Sejarah Pasar Modal Indonesia


1) Perdagangan efek di masa penjajahan
Perkembangan pasar modal Indonesia mengikuti naik turunnya suhu politik dan naik turunnya
kondisi ekonomi. Sejak jaman penjajahan Belanda di Indonesia, kegiatan perdagangan saham
sudah ada pada tahun 1892 , bertempat di Jakarta (dahulu Batavia) setakat kantor cabang bursa
efek Amsterdam. Efek yang diperdagangkan meliputi efek dari Inggris, amerika Serikat,
tiongkok dan Belanda baik dalam bentuk saham, obligasi dan depository receipts yang tercatat di
bursa Amsterdam. Pada 14 Desember 1912 di Batavia dibuka bursa efek resmi dengan anggota
bursa sebanyak 13 perusahaan, Sebagian berbadan hukum firma sil dan Sebagian lagi bentuk
perseroan. Perdagangan bertempat di De Javasche Bank ( Bank Indonesia ). Kegiatan
perdagangan efek di Semarang dibuka pada 1 Agustus 1925, ganti Surabaya pada tanggal 11
Januari 1925 dengan enam anggota bursa berstatus firma. Dari enam anggota bursa tersebut lima
berkantor pusat di Surabaya dan satu berkantor pusat di Jakarta.
● Masa orde lama
Kegiatan perdagangan efek berheti pada tahun 1940 pada saat Perang Dunia II. Perdagangan di
bursa dibuka Kembali 1950, dengan obligasi RI 3% tahun 1950 dengan masa jatuh tempo 30
tahun yang diterbitkan pemerintah republic Indonesia menjadi efek utama yang diperdagangkan.
Peraturan resmi mengenai pasar modal mulai diterapkan pemerintah dengan dikeluarkannya
undang undang bursa nomor 15 tahun 1952.
Pada 3 Juni 1952 menteri keuangan soemitro djojohadikusumo meresmikan bursa efek di Jakarta
yang berlokasi di bank Indonesia, di Jakarta kota. Efek yang banyak diperdagangkan adalah
obligasi baik diterbitkan oleh pemerintah ataupun Kotapraja dan Yayasan Pendidikan. Pada 1
November 1951 pelaksana perdagangan diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan
Efek (PPUE) yang bertempat di bank Indonesia. Pengawas perdagangan efek dilakukan oleh
bank Indonesia dan mekanisme perdagangan dilakukan oleh pemimpin call.
● Masa orde Baru
Pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia pada tahun 1977 didasarkan pada keputusan
presiden republic Indonesia nomor 52/ 1976 dan dilanjutkan dengan surat keputusan Menteri
keuangan. Undang undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 dan peraturan pemerintah nomor 45
dan 46 keluar setelah pasar modal berjalan selama 18 tahun.
- Kebangkitan pasar modal Indonesia
Beberapa hambatan setelah pengaktifan Kembali pasar modal:
1. Penentuan harga perdana harus mendapat persetujuan dari bapepam.
2. Calon emiten harus untung dan membagi dividen 5 tahun berturut turut.
3. Fluktuasi harga saham dibatasi 4% perhari.
4. Bunga deposito dibebaskan dari pajak.
5. Investor asing tidak diperbolehkan pada investasi di pasar modal.

● Hambatan Pasar Modal Indonesia


Indonesia adalah negara besar, hampir sebesar Amerika Serikat dilihat dari luasnya
negeri, sumber daya alamnya yang melimpah dan sumber daya manusianya yang besar.
Bedanya, Indonesia kalau dalam segi kualitas sumber daya manusianya. Orang-orang pandai dan
negara seberang datang ke Amerika Serikat untuk mencari nafkah dan menjadi warga negara
Amerika Serikat. Jumlah penduduk hanya lebih besar daripada jumlah penduduk Indonesia yaitu
sekitar 300 juta jiwa, namun kebanyakan penduduk AS memiliki kualitas yang lebih tinggi
daripada Indonesia.
Selain kualitas SDM yang rendah, indonesia juga memiliki kelemahan dalam berbagai
sistem yang menjadi hambatan pasar modal Indonesia yaitu:
a) Sistem politik yang lemah
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 sampai dengan tahun 1965, kondisi politik
Indonesia selalu gonjang ganjing dengan pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah,
bermusuhan dengan Belanda karena memperebutkan kembali Irian Barat (sekarang Papua Barat)
dan berkonfrontasi dengan Malaysia karena Indonesia memenuhi kapitalis/imperalis/kolonialis.
Praktis periode tersebut tidak ada kemajuan pasar modal. Kemunduran ekonomi terjadi,
kesengsaraan rakyat dalam bidang ekonomi mencapai puncaknya dan pemerintah orde lama
jatuh dengan pertumpahan darah.

b) Nilai rupiah yang lemah


Indonesia pernah mengalami kejayaan nilai mata uang rupiah. Pada masa penjajahan Belanda di
Indonesia (dahulu Hindia Belanda) nilai mata uang “golden” yang berlaku di Indonesia lebih
tinggi daripada nilai dolar AS. Setelah Indonesia merdeka, nilai rupiah masih kuat terhadap dolar
AS sampai dengan tahun 1964. Selama penerapan sistem parlementer, di mana presiden hanya
bertindak sebagai kepala negara sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri,
kurs rupiah terhadap dolar AS dijaga tetap stabil sehingga pada akhir tahun 1964 1 dolar AS
bernilai Rp.45,00.
c) Perekonomian sentralis
Perekonomian sentralistis tercermin dari jumlah uang beredar, di mana 70% berada di Jakarta
sebagai ibukota negara sementara sisanya yang 30% disebarkan ke sekitar 34 provinsi yang luas
wilayahnya berbeda-beda. Jumlah uang beredar di Jawa Timur–provinsi yang memiliki
penduduk terpadat- hanya 7% apalagi provinsi lainnya tentu amat sedikit. Pembangunan yang
mengandalkan APBN sangat tidak berarti bagi daerah dibandingkan dengan kebutuhan lapangan
kerja yang harus disediakan oleh daerah masing-masing.
d) Bursa efek yang sentralistis
Pada saat kebangkitan pasar modal di Indonesia di tahun 1989 telah berdiri 3 bursa efek di
Indonesia yaitu: Bursa Paralel Indonesia (BPI), Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Masing-masing bursa efek merupakan badan hukum penerusan yang berdiri
sendiri. Tiap bursa mempunyai peraturan keanggotaan, pencatatan, dan perdagangan yang
berbeda. Akan tetapi jenis produk yang dijual, yaotu saham dan obligasi, relatif sama. Demikian
juga anggota bursa di 3 bursa efek. Hal ini menjadi beban berat bagi emiten karena mereka harus
membayar listing fee tiga kali. Begitu pula halnya bagi anggota bursa, mereka harus membayar 3
kali member fee. Tiga bursa efek tersebut bersaing ketat dalam perdagangan saham yang sama.
Oleh sebab itu, pihak yang memenangkan persaingan adalah pihak yang berada dalam kondisi
lingkungan ekonomi yang kuat. Perbedaan jumlah uang beredar yang sangat timpang membuat
BEJ-lah yang muncul sebagai pemenangnya.
● Pasar Modal
Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya permintaan dan penawaran atas
instrumen keuangan untuk jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Undang-undang
Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Tujuan
dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu (1) sudut pandang negara (2)
sudut pandang emiten dan (3) sudut pandang masyarakat.

1) Sudut Pandang Negara


Pasar modal dibangun dengan maksud menggerakkan perekonomian suatu negara melalui
kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
mengatur bidang perekonomian dan tidak harus memiliki perusahaan sendiri.
2) Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan
untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di
pasar modal. Modal pinjaman dalam bentuk obligasi jauh lebih murah daripada kredit jangka
panjang perbankan. Meningkatkan modal sendiri lebih baik daripada meningkatkan modal
pinjaman, khusunya untuk menghadapi persaingan yang sangat keras di era globalisasi.
Perusahaan yang semula memiliki utang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik
memiliki modal sendiri lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Jadi pasar
modal merupakan sarna untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
3) Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula
dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat diinvestasikan dalam
bentuk saham dan obligasi. Apabila investasi di rumah atau tanah butuh uang ratusan juta rupiah,
maka investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana di bawah Rp. 5 juta. Jadi pasar
modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu
besar bagi kebanyakan masyarakat.
● Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga berupa: saham,
obligasi, bukti right, bukti waran, serta produk turunan atau biasa disebut derivative.
1) Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan perusahaan. Pemilik saham disebut juga
pemegang saham (shareholder atau stockholder). Bukti bahwa sescorang atau suatu pihak dapat
dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila seseorang atau suatu pihak sudah tercatat
sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut daftar pemegang saham (DPS), Pada
umumnya DPS disajikan beberapa hari sebelum rapat umum pemegang saham (RUPS)
diselenggarakan dan setiap pihak dapat melihat DPS tersebut. Bukti bahwa sescorang adalah
pemegang sahan juga dapat dilihat pada lembaran saham di halaman belakang saham di mana
namanya sudah diregistrasi oleh perusahaan (emiten).
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu
untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif dimaksudkan bahwa hak
laba yang tidak didapat pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada
tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak
istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana
ke sewaktu perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
3) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah bagian
laba saham preferen dibayarkan. Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa
Menderita terlebih dahulu. Penghitungan Apabila indeks harga saham didasarkan pada harga
saham biasa.
4) Obligasi
Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada
masyarakat, yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi
(bondbolder). Pemegang obligasi menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang
dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan,
pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi.
5) Bukti Right
Buku right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama. Harga tertentu artinya harga
sudah ditetapkan di muka biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau
exercise price). Umumnya strike price dari bukti right di bawah harga pasar saat diterbitkan.
Sementara jangka waktu tertentu berarti waktunya kurang dari 6 bulan sejak diterbitkan sudah
harus dilaksanakan. Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti right tidak mampu atau
tidak berkehendak untuk menukar right dengan saham, maka bukti right tersebut dapat dijual di
bursa efek melalui pialang/broker efek. Apabila pemegang bukti right lalai tidak menukarkannya
dengan saham dan waktu penukaran sudah kadaluwarsa, maka bukti right tersebut tidak berharga
lagi, atau pemegang bukti right pasti menderita rugi.
6) Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering
diberikan kepada pemegang obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan
menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka di atas harga
pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, dapat juga setelah 3, 5, atau
1O tahun. Pemegang waran tidak akan menerima kerugian apa pun seandainya waran itu tidak
dilaksanakan. Pada saat harga pasar melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya
untuk ditukar dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat menunggu sampai harga
saham mencapai nilai yang dianggap tinggi sepanjang waktu berlakunya belum kadaluwarsa.
7) Derivatif
Contoh produk derivatif di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks obligasi.
Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan
spekulasi dan lindung nilai (bedging). Perdagangan tidak mernerlukan penyerahan barang secara
fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisith antara harga beli dan harga jual.
Berbeda dengan saham, obligasi, bukti right, dan waran, maka indeks saham dan indeks obligasi
diperdagangkan secara berjangka. Mekanisme perdagangan produk derivatif ini dilakukan secara
future dan option.
● Kategori / Jenis Pasar Modal

1. Pasar Perdana (initial public offering – IPO)


Pasar perdana adalah jenis pasar modal yang melakukan penjualan perdana efek / penjualan efek
oleh perusahaan yang menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada
pasar perdana, efek dijual denga harga emisi, sehingga perusahaan yang menerbitkan emisi
hanya memproleh dana dari penjualan tersebut

2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah jenis pasar modal yang melakukan penjualan efek setelah penjualan pada
pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek
tersebut. Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan
dan penawaran efek tersebut.Bagi ef ek yang mempunyai syarat listing dapat menjual efeknya
didalam bursa efek,sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual
efeknya di luar bursa efek.

3. Pasar Pararel
Bursa pararel adalah jenis pasar modal sebagai pelengkap bursa efek yang ada.Bagi perusahaan
yang menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa
pararel.Bursa pararel diselenggarakan oleh persatuan perdagangan uang dan efek-efek (PPUE)

● Sistem Bursa Efek


Ada beberapa system bursa efek yaitu: central system, branch system, dan unit system.
1) Central System
Dalam central system, hanya terdapat satu bursa efek dalam satu negara dan tidak membuka
kantor cabang melainkan hanya menggiatkan perusahaan efek untuk beroperasi diseluruh kota
yang ada.
2) Unit System
Negara yang membuka banyak unit bursa efek yang secara hukum berdiri sendiri berarti telah
menganut unit system ( misal: Jepang, India, dan Indonesia).
3) Branch System
Suatu negara yang mempunyai satu bursa efek saja, tetapi membuka cabang-cabang di kota-kota
besar dalam satu system jaringan pedagangan, berarti negara tersebut menganut branch system
(system cabang).
4) Intermarket Trading system
Intermarket trading system adalah bursa efek yang berdiri di kota-kota besar, yang masing –
masing berbadan sendiri.
● Sistem perdagangan
1) scripless trading adalah suatu tata cara perdagangan efek tanpa adanya fisik efek berupa
sertifikat saham, obligasi, dan lainnya.
2) Imobilisasi adalah apabila investor hendak menjual sahamnya , maka saham tersebut harus
diregistrasikan terlebih dahulu di KSEI. Dan dengan imobilisasi saham masih dapat dipegang
oleh investor apalagi menginginkannya
3) Dematerilisasi yaitu Investor hanya menerima konfirmasi bulanan secara tertulis tentang
status kepemilikannya dan saham yang dibeli nasabah akan dikredit dan saham yang dijual
akan didebit oleh custodian sentral efek Indonesia (KSEI)
4) Floor Trading yaitu jumlah efek yang tercatat di bursa ini pada mulanya dapat berjalan
lancer karena jumlah efek yang masih tercatat di bursa masih terbatas
5) Floorless trading yaitu mekanisme transaksi saham di bursa efek sebenarnya cukup rumit
karena system perdagangan saham secara otomatis dengan menggunakan bursa efek
Indonesia
Organisasi terkait di Pasar Modal:
● Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri keuangan. Memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan,
pengaturan dan pengawasan Pasar Modal di Indonesia.
Fungsi Bapepam-LK adalah:

● Penyusunan dan penegakan peraturan di bidang pasar modal primer dan sekunder
● Penegakan peraturan di bidang pasar modal;
● Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan,
pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di pasar modal
● Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan

Sistem Market Maker

Sistem market market juga bisa disebut dealer driven ataupu Over The Counter (OTC) ini sanagt
cocok untuk menangani perusahaan yang berskala kecil dan menengah untuk menghindari aksi
menggoreng harga. Namun karena tawaran beli dan jual berada di tangan market maker, maka
setiap market maker harus selalu memiliki uang (dana) dan persediaan saham yang besar.
Transparansi (Keterbukaan)
Asas keterbukaan informasi sangat penting bagi masyarakat investor. Informasi yang
baik ataupun buruk yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan harus sampai ke tangan
investor sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan baik. Pihak yang wajib
menyampaikan informasi adalah emiten, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, perusahaan
penilai, bursa efek dan Bapepam.Pihak yang tidak diwajibkan tetapi sering kali membuka
informasi penting bagi masyarakat investor adalah media massa.
Undang-undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 Pasal 86 mewajibkan emiten segera
melaporkan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material
yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 setelah
terjadinya peristiwa tersebut. Sementara Pasal 68 UUPM tersebut mewajibkan kepada akuntan
publik untuk menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam selambat-
lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak ditemukan adanya hal-hal sebagai berikut:
(a) Pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya
(b) Hal-hal yang dapat membahayakan lembaga dimaksud atau kepentingan nasabahnya.

Good Corporate Governance


Contoh tata kelola perusahaan yang baik adalah adanya pemisahan yang tegas baik antara
fungsi yang ada dalam organisasi top management dengan personel yang mengisi fungsi-fungsi
tersebut. Pemegang saham terpisah dari komisaris dan direksi, sementara komisaris terpisah dari
direksi. Masyarakat investor berkepentingan mengetahui tingkatan tata kelola perusahaan yang
baik yang telah dilaksanakan oleh setiap emiten. Emiten yang profesional akan melaksanakan
pemisahan antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Emiten yang tradisional akan
tercermin dari ikut campurnya pemegang saham dalam posisi direksi dan komisaris, Agar
masyarakat investor mengetahui katagori manajemen mana yang termasuk profesional atau
tradisional, sudah seharusnya akuntan publik menginformasikan mengenai realisasi dari tata
kelola perusahaan yang baik misalnya, pemisahan fungsi dan personel antara pemegang saham,
komisaris, dan direksi di dalam laporan hasil audit.
Pelaksanaan pasal 68 ayat (1) UUPM nomor 8 Tahun 1995 membutuhkan sistem
pemantauan dari akuntan publik terhadap nasabahnya. Kewajiban emiten untuk memberikan
informasi ringkas, secara bulanan sesuai dengan format laporan yang diciptakan oleh akuntan
publik itu sendiri akan sangat membantu akuntan publik untuk mencegah kesalahan yang
mungkin terlanjur dibuat oleh emiten secara tidak sengaja atau disengaja. Akuntan publik
sebagai pihak yang merniliki akses langsung terhadap emiten, selayaknya dapat berbuat banyak
dan tetap dapat bertindak independen untuk mengarahkan agar emiten melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik. Emiten membutuhkan bantuan dari akuntan publik untuk
melaksanakannya.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memahami keuntungan atau kerugian
secara Ekonomis, bukan secara akuntansi. Oleh karena itu, laporan keuangan wajib diterbitkan
dalam 3 versi kepentingan yang tidak melanggar perundangan, yaitu: (1) laporan keuangan
fiskal, (2) laporan keuangan akuntansi, (3) laporan keuangan manajerial. Suatu sistem informasi
harus diciptakan agar dapat menerbitkan 3 versi laporan keuangan itu secara bulanan.
Daftar Pustaka
Samsul, Muhamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio.

Anda mungkin juga menyukai