Perda No. 03 THN 2015 IMTA
Perda No. 03 THN 2015 IMTA
TENTANG
WALIKOTA BANDUNG,
3. Undang-Undang …
9. Peraturan …
3
Dengan …
4
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI
PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA
ASING.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Bandung.
2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Bandung.
3. Walikota adalah Walikota Bandung.
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Bandung.
5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Bandung.
6. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang diberi tugas
tertentu dibidang Retribusi Daerah dan mendapat
pendelegasian wewenang dari Walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,
adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
8. Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
9. Retribusi …
5
17. Surat …
6
BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut Retribusi
sebagai pembayaran atas pemberian Perpanjangan IMTA.
Pasal 3 …
7
Pasal 3
(1) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
adalah pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja
Tenaga Kerja Asing yang telah memiliki IMTA dari Menteri
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau
Pejabat yang ditunjuk di lingkungan Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi.
(2) Tidak termasuk objek Retribusi Perpanjangan IMTA bagi
instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan
internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan
jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan.
Pasal 4
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Perpanjangan IMTA digolongkan sebagai Retribusi
Perizinan Tertentu.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah
penerbitan dan jangka waktu Perpanjangan IMTA.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Perpanjangan IMTA didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan Perpanjangan
IMTA.
(2) Biaya …
8
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Struktur tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan
berdasarkan tingkat penggunaan jasa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7.
(2) Besarnya tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan sebesar USD 100 (seratus dollar Amerika) per
orang tiap bulan.
(3) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan
dengan Rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada
saat pembayaran retribusi oleh Wajib Retribusi.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi Perpanjangan IMTA yang terutang dipungut di wilayah
Daerah.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
(1) Masa retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) Saat retribusi terutang adalah saat diterbitkannya SKRD.
BAB IX
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 11
(1) Besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang ditetapkan
dengan SKRD.
(2) Ketentuan …
9
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
pemungutan Retribusi diatur dalam Peraturan Walikota.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sesuai
dengan masa Perpanjangan IMTA.
(2) Pembayaran Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disetorkan ke Kas Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran,
tempat pembayaran, penyetoran dan pengembalian retribusi
diatur dalam Peraturan Walikota.
Pasal 14
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap
bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
Pasal 15
(1) Penagihan Retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar
dilakukan dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didahului dengan surat teguran atau peringatan
atau surat lain yang sejenis.
(3) Surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis
tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi diterbitkan
oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk, paling lama 7
(tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(4) Dalam …
10
BAB XII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1) Walikota dapat memberikan keringanan, pengurangan dan
pembebasan Retribusi.
(2) Keringanan dan pengurangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan melihat kemampuan Wajib
Retribusi.
(3) Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi diatur
dalam Peraturan Walikota.
BAB XIII
KEDALUWARSA
Pasal 17
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi
kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika
Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi,
baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan …
11
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 21
(1) PPNS tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran
perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang
retribusi;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi;
g. menyuruh …
13
Pasal 24
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 3 Maret 2015
WALIKOTA BANDUNG,
TTD.
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 3 Maret 2015
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDUNG,
TTD.
YOSSI IRIANTO
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2015 NOMOR
TENTANG
RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING
I. UMUM
Sesuai ketentuan Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis retribusi daerah dapat
ditambah sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-
Undang. Penambahan jenis Retribusi Daerah tersebut ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi
Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing, Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan sebagai jenis
Retribusi Daerah yang baru.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan yang dimaksud dalam
ketentuan ini berpedoman pada Peraturan Menteri yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
3
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Pengembalian retribusi kepada Badan selaku Wajib Retribusi yang
mempekerjakan Mr. X (TKA), melakukan pembayaran perpanjangan IMTA
untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Namun, dalam pelaksanaannya
Mr. X hanya bekerja selama 8 (delapan) bulan, sehingga terdapat kelebihan
pembayaran selama 4 (empat) bulan. Atas kelebihan pembayaran
dimaksud, Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembalikan kepada
Badan selaku Wajib Retribusi yang mempekerjakan TKA tersebut.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
4
Ayat (4)
Peraturan Walikota mengenai tata cara pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan Retribusi sekurang-kurangnya
mengatur tata cara penyampaian permohonan dan jangka waktu
pemberian keputusan atas permohonan pengurangan, keringanan,
dan pembebasan Retribusi.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
5
Pasal 24
Cukup jelas.