TINJAUAN PUSTAKA
A. Clarifier Tank
Alat ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partitel halus yang tidak mengendap di
water basin, hal ini disebabkan karena partikel-partikel halus tersebut memiliki berat jenis yang
hampir sama dengan berat jenis air. Untuk membantu proses pengendapan di Clarifier maka
pada proses pengendapa ini harus ditambahkan zat kimia yang dapat membantu proses
pengendapan partikel-partikel halus tersebut. Zat kimia ini berfungsi sebagai pemersatu partikel-
partikel halus yang mengakibatkan partikel-partikel tersebut menjadi sebuah gumpalan yang
mengakibatkan partikel-partikel halus tersebut menjadi bertambah berat jenisnta dan dapat
mengendap didasar air. Dibawah ini merupakan bentuk konstruksi tangki Clarifier .
Koloid merupakan partikel-partikel yang terkandung di dalam air dan sangat sulit untuk
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke
segala jurusan. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga
langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika di diamkan.
3. Adsorbsi koloid
Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan
dalam proses:
b. Norit.
c. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare. Adapun beberapa bentuk-bentuk umum koloid diantaranya sebagai berikut :
Biji kelor ini termasuk famili Moringaceace merupakan suatu genus tunggal dari famili
pohon semak belukar yang dibudidayakan di seluruh daerah tropis dan dimanfaatkan berbagai
kepentingan (Rambe, 2009). Biji kelor ini dapat di jadikan sebagai pengganti tawas yang
berfungsi untuk menjernihkan air. Bahan koagulan yang terkandung didalam biji kelor adalah
protein kationil, yang terlarut didalam air. Potensial zeta larutan 5% biji kelor tanpa kulit adalah
sekitar +6mv, hal ini menunjukan bahwa larutan ini didominasi tegangan positip meskipun
merupakan campuran heterogen yang kompleks (Rambe, 2009). Biji kelor akan bekerja secara
efektif sangat ditentukan oleh protein kationik yang bertegangan rapat dengan berat molekul
Selain itu ada beberapa pemanfaatan yang dapat diambil dari tumbuhan Biji kelor ini
yaitu daun dan buah mudanya dapat digunakan sebagai sayuran yang memiliki gizi yang sangat
tinggi atau dapat juga dijadikan sebagai pakan ternak. Bunganya dapat untuk dibuat teh. Biji dari
buahnya yang masih bewarna hijau dapat di makan seperti kacang-kacangan (direbus atau
digoreng). Bijinya yang sudah tua mengandung sekitar 40% minyak yang dapat digunakan untuk
memasak,bahan pembuat sabun dan kosmetika atau sebagai minyak lampu. Kayu kelor sangat
baik dijadikan pulp, sementara untuk kulit kayunya dapat dibuat menjadi keset kaki dan tali
(Rambe, 2009).
Dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masing-
masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 Biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk
Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan
biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya. Hasil analisa elemen yang di miliki
biji kelor untuk biji dengan kulit adalah 6,1% N, 54,8% C dan 8,5% H, sedangkan untuk biji
Tawas merupakan bahan kimia yang sering digunakan oleh industri-industri yang
melakukan proses penjernihan untuk air sebagai penunjang kegiatan produksi di sebuah industri.
Tawas merupakan sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2(SO4)3 11 H2O atau 14 H2O atau 18
H2O. Umumnya tawas yang sering digunakan oleh industri adalah tawas 18 H2O. Tawas
merupakan jenis koagulan yang termurah, sehingga itu salah satu alasan banyak industri yang
menggunakan bahan tersebut untuk menjernihkan air. Keristal tawas sangat mudah larut dalam
air dan kelarutanya berbeda-beda karena tergantung pada jenis logam dan suhu (Tauhid, 2010)
Adapun bentuk tawas yang dapat penulis sajikan adalah sebagai berikut:
Dok: Google
Air yang akan dijernihkan dengan menggunakan tawas, maka air tersebut harus
mengandung alkalinitas yang cukup tinggi sehingga proses pembentukan flok hidroksida bias
berjalan dengan sempurna. Apabila air yang ingin dijernihkan tidak mengandung alkalinitas yang
cukup maka air tersebut harus ditambahkan alkalinitas. Untuk penambahan alkalinitas biasanya
bisa menggunakan kalsium hidroksida atau kapur hidrat dan juga bisa menggunakan natrium
karbonat atau soda abu. Tawas atau alumuniun sulfat umumnya terdapat dalam bentuk kering
dan cair.untuk tawas yang berbentuk kering biasanya berbentuk butiran halus, bubuk dan
bongkahan namun biasanya yang digunakan adalah tawas yang berbentuk butiran halus. Alasan
menggunakan tawas yang berbentuk butiran halus karena butiran halus tersebut mengandung 15-
22% Al2O3 yang meliputi 14 kristal air dengan berat sekitar 60-63 lb/ft³ dan dapat di gunakan
langsung.Sedangkan tawas yang berbentuk cair mengandung 50% alum (Rambe, 2009).
E. Flokulasi
Partikel-partikel koloid dapat menggumpal dengan mudah diakibatkan karena gaya tolak
menolak elektrostatik antara partikelnya yang dikurangi dan transportasi partikel harus
menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Partikel-partikel yang telah
mengalami destabilisasi harus membawa partikel-partikel tersebut kedalam suatu kontak antara
satu dengan yang lainya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar,
proses ini dapat berlangsung secara epektif apabila adanya dilakukan adukan secara lambat dan
hati-hati. Tujuan Flokulasi ini adalah membuat partikel-partikel saling bertabrakan dan tetap
bersatu sehingga tumbuh menjadi gumpalan yang berukuran besar dan siap untuk mengendap.
Apabila pengadukan dilakukan terlalu sering dan pengadukan dilakukan dengan tempo yang
sangat cepat maka hal ini dapat mengakibatkan flok-flok yang ada menjadi lebih kecil dan proses
pengendapanpun akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang biasanya.
bertabrakan atau bersentuhan antara partikel satu dengan yang lainya yang terjadi pada proses
pengendapan. Dalam hal ini tabrakan-tabrakan antara partikel yang satu dengan yang lainya
1. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerak termal (panas), yang dikenal sebagai
gerak Brown. Flokulasi yang terjadi oleh adanya gerak Brown ini disebut flokulasi
perikinetik. Gerak Brown adalah gerakan terus menerus dari suatu partikel zat cair
ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau
sepenuhnya diam. Suhu juga dapat mempengaruhi gerak Brown, jadi semakin panas
suhu system koloid maka semakin besar energi kinetic yang di miliki partikel-partikel
terdispersinya semakin cepat begitu juga sebaliknya semakin rendah suhu sisitem
2. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerakan media air, misalnya karena adanya
pengadukan, flokulasi yang terjadi akibat fluida ini disebut flokulasi ortokinetik.
3. Kontak yang terjadi akibat perbedaan laju pengendapan dari masing-masing partikel.
F. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan merupakan salah satu sifat yang optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan
absorbsi cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah proses pengukuran suatu sifat optik dari
sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan partikel yang didapat
didalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang dapat diukur sangat bergantung pada macam-
1. Ukuran
2. Bentuk
3. Indeks refraksi dari partikel
Kekeruhan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang
terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refraksi dari berbagai partikel mempunyai efek
Ada beberapa cara untuk mengukur Kekeruhan diantaranya adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai kekeruhan akan di gunakan metode
Neflometrik dengan cara, Menggunakan alat Turbidimeter portable 2100P yang merupakan alat
untuk menganalisis kekeruhan. Sampel dimasukan ke dalam botol Turbiditimeter dan diusahakan
tidak ada gelembung udara, kemudian tabung tersebut ditempatkan pada tempat pengukuran dan
Total Suspended Solid atau sering disebut TSS adalah jumlah berat dalam mg/L kering
lumpur yang terdapat didalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran yang
berukuran 0,45 mikron (Rambe, 2009). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk
mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik dan juga berguna untuk penentuan
Adapun cara untuk menentukan kadar zat padat tersuspensi adalah kertas saring
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ˚C selama 1 (satu) jam, kemudian dinginkan didalam
desikator lalu ditimbang sampai mencapai berat yang konstan (B gram), lalu masukan 10 mL
sampel yang di saring.Setelah itu kertas saring dan residu di panaskan dalam oven pada suhu105
˚C selama 1 (satu) jam, kemudian bila telah selesai di panaskan dinginkan kedalam desikator dan
(A-B) x 1000
TSS (mg\L) =
C
A = Berat filter dan residu sesudah pemanasan 105 ˚C (mg)
H. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan unit yang berfungsi memisahkan padatan dan cairan dengan
terdapat dalam cairan tersebut (Dinas PU Kota Bantul, 2013). Sedimentasi terjadi akibat adanya
gaya gravitasi dan adanya perbedaan berat jenis antara partikel yang terkandung didalam air. Bak
sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada proses koagulasi dan
flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi berjalan dengan baik, terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menyangkut karakteristik aliran dalam bak
sedimentasi yang akan dibangun. Untuk mencapai pengendapan yang baik, bentuk bak
sedimentasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut
memiliki aliran yang laminar dan tidak mengalami aliran mati (Dinas PU Kota Bantul, 2013).