Resha Adriana Putri-FKIK - Difusi Franz
Resha Adriana Putri-FKIK - Difusi Franz
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
1. Kedua orang tua, ibunda tersayang Relawati dan ayahanda Sudadi, yang
selalu memberikan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, semangat serta
dukungan baik moril dan materil.
2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc.,Apt selaku pembimbing I dan Supandi,
M.Si.,Apt selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran serta dengan sabar membimbing dan memberikan saran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr.Nurmeilis, M.Si.,Apt selau Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan.
vii
6. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi Riau yang telah memberikan bantuan
beasiswa kepada penulis sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
S1.
7. Seluruh Staf labor: Ibu Rani Hesti Ningrum, Kak Lisna, Kak Rahmadi, Kak
Eris, Kak Anis, Kak Walid, Kak Yaenab dan Kak Tiwi, yang selalu membagi
pengetahuan, membantu dan memberikan masukan kepada penulis selama
melakukan penelitian di laboratorium.
8. Kakak dan adik-adikku tersayang Resti Ayu Pratiwi dan Tri Handoyo Adi
Putra serta seluruh keluarga besar atas semangat, pengertian, dukungan dan
doa yang tiada henti kepada penulis.
9. Teman seperjuangan Zaenab Salsabila dan Yunnica Sri Hapsari atas
masukan, bantuan, kesabaran dan semangat selama masa penelitian hingga
penyusunan skripsi.
10. Sahabat-sahabat terbaikku: Elsa, Lilis, Rani, Youlan, Rema, Nufus, Ani atas
kebersamaan dan kesediaanya mendengar keluh kesah penulis.
11. Tulip’s family: Afra, Umay, Uyuy, Eha dan Pipit yang sudah seperti keluarga
kedua dan telah membuat penulis merasa nyaman berada di Ciputat selama
lebih kurang 4 tahun ini.
12. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2012 khususnya kelas BD atas
kebersamaan, serta berbagi suka dan duka selama perkuliahan, terimakasih
atas kebersamaan kita selama 4 tahun ini.
13. Seluruh pihak yang banyak membantu penulis dalam penelitian dan
penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
xi
2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi ...........................20
2.6 Uji Difusi .....................................................................................................22
2.6.1 Definisi Difusi ...................................................................................22
2.6.2 Pengujan Difusi Obat .......................................................................22
2.7 Metode Sampling .........................................................................................26
2.7.1 Definisi Sampel .................................................................................26
2.7.2 Teknik Pengambilan Sampel .............................................................26
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
penelitian Angela, 2015 angka peresepan obat generik pada pasien BPJS
rawat jalan di salah satu RSUP dinyatakan terdapat kenaikan dengan rata–
rata peresepan mencapai 72,82 %. Dari hasil studi tersebut dapat dikatakan
pelayanan program JKN berhasil menekan biaya pengeluaran pasien
terhadap obat khususnya terhadap terapi jangka panjang. Namun, sejalan
dengan ini juga diperlukan publikasi dan informasi mutu obat generik,
karena kurangnya pengetahuan masyarakat seputar obat generik dan obat
paten merupakan salah satu faktor penyebab obat generik dipandang
sebelah mata. Disisi lain pandangan masyarakat yang memandang obat
paten sebagai obat bagus tentu tidak sepenuhnya salah, tetapi menganggap
obat generik sebagai obat kelas bawah dan bermutu rendah ini tidak benar.
Pandangan rendah terhadap obat generik jelas menimbulkan masalah
dalam pelayanan kesehatan di tanah air (Rantetasak K, 2011).
Dalam hal penentuan mutu kualitas obat generik dan bermerek dapat
dinilai dari respon terapetik. Umumnya, produk tablet mengalami suatu
rangkaian proses, meliputi disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan
obat, disolusi obat dalam media aqueous, dan absorpsi melewati membran
sel menuju sirkulasi sistemik dan menimbulkan respon terapetik (Shargel
dan Kanfer, 2005).
Ranitidin Hidroklorida, merupakan salah satu obat yang sangat
mudah larut dalam air dan termasuk Bioclassification System Class (BSC)
III, sehingga memerlukan uji ekivalensi in-vitro. Untuk itu pada penelitian
ini dilakukan uji disolusi terbanding yang merupakan suatu metode fisika
yang penting sebagai parameter dalam pengembangan mutu sediaan obat
yang didasarkan pada pengukuran kecepatan pelepasan dan pelarutan zat
aktif dari sediaannya. Uji disolusi digunakan untuk uji bioavailabilitas
secara in-vitro, karena hasil uji disolusi berhubungan dengan ketersediaan
hayati obat dalam tubuh (Banakar,1992). Uji disolusi terbanding dapat
digunakan untuk memastikan kualitas dan sifat–sifat produk obat dengan
perubahan minor dalam formulasi atau pembuatan setelah izin pemasaran.
Uji difusi juga dibutuhkan untuk memprediksi penyerapan in-vivo
suatu sediaan obat. Terutama untuk obat dengan BCS Class III, meskipun
1.3 Hipotesa
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tablet Ranitidin generik
dan generik bermerek baik dari segi profil disolusi , difusi dan jumlah
kadar zat aktif yang terkandung.
5
6
diameter tablet. Ketiga uji kekuatan mekanik tablet dalam hal ini termasuk
kekuatan/ kekerasan tablet, kerapuhan tablet, kekuatan tarik dan brittle
fracture index dan keempat adalah uji waktu hancur tablet dengan
menggunakan instrumen disintegrator tablet (Farmakope Indonesia edisi
IV (1995)).
2. Penetapan Kadar
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar
zat aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang
tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-
masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat
tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk
dikonsumsi (Syamsuni, 2007).
3. Uji Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk
padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi
di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada pemberian yang
dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat
(Syamsuni, 2007).
granul. Sedangkan granul atau partikel kecil menjadi partikel halus disebut
deagregasi (Lachman et al., 1994).
Efektifitas dari suatu tablet dalam melepaskan zat aktif untuk
diabsorpsi sistemik bergantung pada laju disintegrasi dari bentuk sediaan
dan deagregasi dari granul-granul tersebut. Tetapi yang biasanya lebih
penting adalah laju disolusi dari obat padat tersebut (Martin et al., 1993).
Gambar 2.3 Ilustrasi Skema Proses Disolusi dari Bentuk Sediaan Padat
Sumber : Wagner, 1971 dalam Biopharmaceutics and Relevant Pharmacokinetics”, First
Edition, Drug Intelligence Publication, Hamilton, Ilinois (sudah dimodifikasi).
b) Metode Dayung
Metode ini disebut juga metode Alat 2, yang pada dasarnya terdiri
atas batang dan daun pengaduk yang merupakan dayung berputar dengan
dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu dengan dasar
bundar. Metode ini dapat mengatasi berbagai kekurangan dari Alat tipe 1
dan dapat pula untuk diterapkan sistem automatisasi (Siregar, 2010).
a) b)
Gambar 2.4 Alat Uji Disolusi
Sumber : Journal of Applied Pharmaceutical Science 01 (03); 2011: 50-56
J=
J=-D
Gambar 2.7 sel difusi unutk permeasi melaui laisan kulit yang diisolasi.
Sumber : Buku Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Ed V : 2006, hal : 395
METODE PENELITIAN
3.3.2 Alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Ultramate 3000 Dionex) yang
terdiri dari pompa, autosampler, kolom, detektor, dan program kompter
PC, Spektrofotometer (Hitachi U-2910), disolusion tester (Erweka) ,
timbangan analitik (KERN ACJ/AC5) , alat–alat gelas, mikropipet, pH meter
(Navi), termometer, sonikator (Elmasonic), vakum, labu tentukur, pipet
tetes, syringe dan filter.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pemilihan Sampel
Sampel obat yang dilakukan penelitian adalah tablet Ranitidin yang
diambil di apotek yang ditemukan dibeberapa apotek dengan masa expired
date yang mendekati sama atau dalam jangka waktu yang lebih dari satu
tahun dan dalam batch yang sama tiap sampel uji, sehingga dapat
meminimalisir faktor kesalahan luar yang dapat menurunkan mutu obat.
28
29
gerak hingga diperoleh larutan dengan kadar yang sama dengan larutan
baku.
30, 60, 90, 120, 180, 210, dan 240 diambil 3 mL dan ditambahkan juga
sejumlah larutan dapar fosfat pH 7,4 dengan volume yang sama.
Kemudian larutan tersebut diencerkan dan dianalisis dengan mengunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum ( Davendra, 2013 ).
35
36
313,3
panjang gelombang
Gambar 4.1 Kurva hubungan antara panjang gelombang dan absorban dari
standar Ranitidin HCl dalam aquadest konsntrasi 10 ppm
absorbansi
313,6
panjang gelombang
Gambar 4.2 Kurva hubungan antara panjang gelombang dan absorban dari
standar Ranitidin HCl dalam Fosfat pH 7,8 konsentrasi 10 ppm
absorbansi
322 nm
panjang gelombang
Gambar 4.3 Kurva hubungan antara panjang gelombang dan absorban dari
standar Ranitidin HCl dalam Fase Gerak Metanol:Amonium Asetat
0,1 M konsentrasi 10 ppm
149,88 99,9
Generik 152,24 101,49 100,705 1,183 1,176
151,05 100,7
141,16 94,1
Obat A
(Generik 142,37 94,9 94,19 1,024 1,087
Bermerek)
140,33 93,6
145,05 96,70
Obat B
(Generik 144,98 96,65 97,27 1,561 1,605
Bermerek)
147,72 98,48
148,21 98,8
Inovator
(Generik 150,76 100,5 99,594 1,288 1,293
Bermerek)
149,20 99,5
Keterangan : Inovator , Generik dan Generik Bermerek Obat A dan Obat B
Tabel 4.3 Data Rata-Rata Persen Ranitidin HCl yang Terlepas dari Keempat
Merek Obat.
Tabel 4.4 Data Uji Disolusi Menit ke-45 dari keenam Tablet Uji
120
80 Kadar
Disolusi Obat
(%) Generik
60
Kadar
40 Disolusi Obat
(%) Obat A
20 Kadar
Disolusi Obat
0 (%) Obat B
0 20 40 60 80
Waktu (menit)
Dari grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat hasil uji disolusi semua
produk yang diuji memiliki profil disolusi yang memiliki pola yang mirip.
Profil disolusi tersebut khas untuk pola profil disolusi produk tablet
immediate release. Kadar obat yang terlepas antar sampel tidak serupa dapat
dilihat terjadi perlonjakan tajam pada menit kesepuluh oleh tablet generik
dan dapat dilihat kadar zat aktif yang dilepaskan dari sampel generik
ternyata lebih besar dibandingkan ketiga sampel uji.
Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab perbedaan profil
disolusi antara obat inovator dan generiknya, antara lain formulasi, cara
pembuatan tablet, jumlah dan jenis eksipien yang dipakai (Jones D.
fasttrack, 2008 dan Augsburger L, 2008). Oleh sebab itu, sifat akhir suatu
sediaan, seperti ketersediaan hayati dan stabilitasnya, sangat bergantung
pada eksipien yang dipilih, jumlah eksipien yang dipakai, dan interaksinya
dengan zat aktif atau sesama eksipien.
Tabel 4.5. Hasil Uji Mann-Whitney Data Persen Pelepasan Ranitidin HCl dari
Obat Inovator, Generik , Obat Bemerek A dan Obat Bermerek B.
Waktu Berbeda Secara Bermakna Tidak Berbeda Secara
(p≤0,05) Bermakna
(p≥0,05)
Menit 5 Inovator dengan Generik Inovator dengan Obat B
Inovatro dengan Obat A Generik dengan Obat A
Generik dengan Obat B
Obat A dengan Obat B
Menit 10 Inovator dengan generik Inovator dengan Obat B
Inovator dengan Obat A
Generik dengan Obat B
Generik dengan Obat A
Obat A dengan Obat B
Menit 15 Inovator dengan Generik Inovator dengan Obat B
Inovator dengan Obat A
Generik dengan obat A
Generik dengan Obat B
Obat A dengan Obat B
Menit 30 Inovator dengan Generik Inovator dengan Obat A
Generik dengan Obat B Generik dengan obat A
Inovator dengan Obat B
Generik dengan obat A
Menit 45 Inovator dengan Generik Inovator dengan Obat A
Generik dengan Obat B Generik dengan obat A
Inovator dengan Obat B
Menit 60 Inovator dengan Generik
Inovator dengan Obat A
Generik dengan obat A
Generik dengan Obat B
Tabel 4.6 Jumlah Persen Difusi Tablet Ranitidin dari Keempat Merek Uji
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
-10
waktu (menit)
Inovator
Paten Generik
Generik obatA A
Obat Obat
Obat B B
Dari hasil difusi Ranitidin HCl selama 3 jam pada Tabel 4.5 dapat
dilihat bahwa nilai persentase dan jumlah difusi zat aktif melalui membran
usus kambing tertinggi dihasilkan oleh tablet generik yaitu 60,168% yang
diikuti Obat B yaitu 49,418 %, kemudian obat inovator yaitu 48,287 dan
yang nilai terendah adalah Obat A yaitu 33,796%. Nilai tersebut
menunjukan kadar Ranitidin yang terdapat dalam reseptor. Ranitidin yang
berdifusi sebagian tertinggal dalam jaringan membran usus kambing yang
digunakan sebagai membran. Oleh karena itu, jumlah total Ranitidin yang
berdifusi sebenarnya lebih besar dari nilai yang terukur dalam cairan
reseptor (Anggraeni, 2013). Nilai difusi ini dapat menggambarkan
bioavalabilitas obat, semakin tinggi nilai difusi maka semakin tinggi
bioavalibalitasnya yang berpengaruh terhadap efektivitas obat, karena
terkait dengan sifat zat aktif ranitidin sendiri permeabilitas rendah sehingga
data uji disolusi belum bisa menggambarkan kemmpuan zat aktif yang
mencapai reseptor.
5.1 Kesimpulan
49
50
ketiga tablet uji lainnya baik penetapan kadar dengan nilai 100,705% ±
1,183, uji disolusi Q45 102,01% ± 1,364 dan uji difusi 60,168% ±0,309.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara kualitas
dan harga.
5.2 Saran
3. Diharapkan para dokter tidak perlu ragu lagi dalam memberikan resep
tablet Ranitidin HCl 150 mg generik karena tidak ada perbedaan mutu
antara tablet Ranitidin HCl 150 mg generik dengan generik bermerek
dalam hal terpenuhinya syarat baku menurut Farmakope Indonesia IV.
Dash, S., Murthy, P.N, Nath, L., Chowdhury, P. (2010). Kinetik Modeling on
Drug Release from Controlled Drug Delivery System. Acta Poloniae
Pharmaceutics-drug Reseaerch, 67 (3), 217-223.
Devendra Singh, Pankaj Kumar Sharmadan udai Vir Singh Sara. (2013).
Development, optimization and evaluation of solid dosage form of
Thiocolchicoside by using absorption enhancers. Scholars Research
Library Der Pharmacia Lettre, 2013, 5 (3):405-414.
Deferme, S., Annaert, P., & Augustijns, P. (2008). In vitro screening models to
assess intestinal drug absorption and metabolism. Drug absorption studies:
In situ, in vitro and in silico models. Springer (pp. 182-215).
51
52
Depkes RI. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 189/
Menkes/SK/III/2006. Kebijakan Obat Nasional.
Goodman and Gilman. (2002). Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta. EGC: Vol 2.
Jennifer B., Dressman. (2000). Oral Drug Absorbstion Predicted and Assessment.
New York : Marcel Dekker, Inc.
Johnson, L.E. dan Stevenson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Alih Bahasa
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Lachman, L., Liebermann, H.A. dan J.I. Kanig. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Meyer, V.R. (2004). HPLC A Practical User’s Guide, 2nd Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Mouzam, I., Dehghan, M. H. G,. Asif S., Sahuji, T., Chudiwal, P. (2011).
Development of a Novel Floating Ring Capsule-Type Dosage Form for
Stomach Spesific Delivery. Saudi Phamaceutical Journal.
Shargel, L., and Kanfer, I. (2005), Generic Drug Product Development : Solid
Oral Dossage Form, Marcel Dekker Inc, New York.
Siepmann ,J. Dan Peppas, N.A.(2001). Modeling of Drug Release From Delivery
System Based on Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC). Advanced
Drug Delivery Reviews, 28;139-157.
Snyder, L.R., J.J. Kirkland, and J.L. Glajch. (1997). Practical HPLC Method
Development. 2 nd Edition. New York: John Willey & Sons, Inc. p. 119-
144.
Produk Ranitidin
Inovator, Generik,
bermerek PMA dan
PMDN .
Pembuatan Ranitidin
Purposive Sampling Larutan BPFI
Ranitidin
Linearitas Akurasi
Sampel
Penetapan Kadar
dengan KCKT
55
56
b c
1,2
1
absorbansi
0,2
0
0 5 10 15 20 25 30
konsentrasi (ppm)
Lampiran 14. Kurva Kalibrasi Ranitidin HCl dalam Medium Buffer Fosfat pH 7,8
0,8
y = 0,0431x + 0,0029
absorbansi
R² = 0,9997
0,6 R = 0,9999
0,4
0,2
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
100
80
Luas Area
60 y = 0,8015x + 4,2959
R² = 0,9994
40 R = 0,9996
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140
konsentrasi (ppm)
Larutan Prosedur
Amonium Asetat 0,1 M Sebanyak 1,7089 gram Amonium
Asetat ditimbang, kemudian dilarutkan
dalam aquadestilata sebanyak 1 liter.
Fosfat pH 7,8 Sebanyak 0,58 gram kalium
dihidrogen fosfat (Monobasic
Potassium Phospate) ditimbang, dan
8,86 gram Natrium Fosfat anhidrat
(dibasic sodium phosphate anhydrous,
kemudian dilarutkan dengan 1000 mL
aquadestilata dan di adjust dengan
10% asam fosfat atau Natrium
Hidroksida hingga pH 7,8.
Larutan baku (kurva kalibrasi) dalam Ditimbang 50 mg Ranitidin HCl,
aquadestilata dilarutkan dalam labu ukur 50 mL
aquadest sehinga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 1000 ppm.
Kemudian dilaukan pengenceran
bertingkat unutk mendapatkan
konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20 dan 25
ppm dengan mengambil sejumlah
Konsentrasi Absorbansi
0 0
5 0,270
10 0,513
15 0,788
20 1,050
25 1,282
Lampiran 18. Data Kurva Kalibrasi Ranitidin HCl dalam Dapar Fosfat pH 7,8
Konsentrasi Absorbansi
0 0
5 0,215
10 0,436
15 0,654
20 0,872
25 1,069
Lampiran 19. Data Kurva Kalibrasi Ranitidin HCl dalam Medium Metanol:
Amonium Asetat (70:30)
Lampiran 20. Data Penetapan Kadar dari Keempat Merek Tablet Salut Ranitidin
HCl
Lampiran 22. Uji Difusi Tablet Ranitidin HCl Merek A,B,C dan D
N 24 24 24 24 24 24
Keterangan : Signifikansi menit 5-60 < 0,05 , data tidak terdistribusi homogen
sehinnga analisa statistik dilanjutkan dengan analisis nonparametrik
Kruskal Wallis.
Ranks
OBAT N Mean Rank
zantac 6 5,50
generik 6 16,83
Total 24
zantac 6 7,50
generik 6 15,67
Menit_10 obat bermerk A 6 21,33
obat bermerek B 6 5,50
Total 24
zantac 6 6,50
generik 6 20,83
Menit_15 obat bermerk A 6 16,17
obat bermerek B 6 6,50
Total 24
zantac 6 9,67
generik 6 20,50
Menit_30 obat bermerk A 6 13,00
obat bermerek B 6 6,83
Total 24
zantac 6 5,50
generik 6 11,50
Menit_45 obat bermerk A 6 13,33
obat bermerek B 6 19,67
Total 24
zantac 6 9,67
generik 6 11,67
Total 24
Test Statisticsa,b
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : Signifikansi <0,05 pada menit 5-45 data berbeda secara signifikan
analisa dilanjutkan dengan analisis nonparametrik Mann Whitney.
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_10 generik 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_15 generik 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_30 generik 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_45 generik 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 5,67 34,00
Total 12
Test Statisticsa
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : Signifikansi < 0,05 obat inovator dan generik berbeda bermakna
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_10 obat bermerk A 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_15 obat bermerk A 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 5,67 34,00
Menit_30 obat bermerk A 6 7,33 44,00
Total 12
zantac 6 5,50 33,00
Menit_45 obat bermerk A 6 7,50 45,00
Total 12
zantac 6 5,50 33,00
Total 12
Test Statisticsa
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : Signifikansi mulai dari menit 30-60 > 0,05, obat Inovator dan obat
bermerek A tidak berbeda bermakna
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
zantac 6 7,50 45,00
Menit_10 obat bermerek B 6 5,50 33,00
Total 12
zantac 6 6,50 39,00
Menit_15 obat bermerek B 6 6,50 39,00
Total 12
zantac 6 7,50 45,00
Menit_30 obat bermerek B 6 5,50 33,00
Total 12
zantac 6 3,50 21,00
Menit_45 obat bermerek B 6 9,50 57,00
Total 12
zantac 6 5,50 33,00
Total 12
Test Statisticsa
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : signifikansi > 0,05 pada menit 5-30 dan 60 obat Inovator dan obat
bermerek B tidak berbeda bermakna.
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
generik 6 3,67 22,00
Menit_10 obat bermerk A 6 9,33 56,00
Total 12
generik 6 8,83 53,00
Menit_15 obat bermerk A 6 4,17 25,00
Total 12
generik 6 8,50 51,00
Menit_30 obat bermerk A 6 4,50 27,00
Total 12
generik 6 5,50 33,00
Menit_45 obat bermerk A 6 7,50 45,00
Total 12
generik 6 5,67 34,00
Total 12
Test Statisticsa
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : signifikan > 0.05 pada menit 5, 30-60 , obat generik dan bermerek A
tidak berbedda secara bermakna.
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
generik 6 9,50 57,00
Menit_10 obat bermerek B 6 3,50 21,00
Total 12
generik 6 9,50 57,00
Menit_15 obat bermerek B 6 3,50 21,00
Total 12
generik 6 9,50 57,00
Menit_30 obat bermerek B 6 3,50 21,00
Total 12
generik 6 3,50 21,00
Menit_45 obat bermerek B 6 9,50 57,00
Total 12
generik 6 5,67 34,00
Total 12
Test Statisticsa
Menit_5 Menit_10 Menit_15 Menit_30 Menit_45 Menit_60
Keterangan : Siginikansi < 0,05 kecuali pada menit 60 , obat genrik dan bermerek
B berbeda secara bermakna.
Ranks
OBAT N Mean Rank Sum of Ranks
Total 12
obat bermerk A 6 9,50 57,00
Menit_10 obat bermerek B 6 3,50 21,00
Total 12
obat bermerk A 6 9,50 57,00
Menit_15 obat bermerek B 6 3,50 21,00
Total 12
obat bermerk A 6 8,17 49,00
Menit_30 obat bermerek B 6 4,83 29,00
Total 12
obat bermerk A 6 5,33 32,00
Menit_45 obat bermerek B 6 7,67 46,00
Total 12
obat bermerk A 6 6,00 36,00
Total 12
Test Statisticsa
Keterangan : Signifikansi > 0,05 pada menit 30-60 , obat bermerek A dan obat
bermerek B tidak berbeda secara bermakna.
menit_0 menit_5 menit_15 menit_30 menit_60 menit_75 menit_90 menit_120 menit_180 menit_210
N 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Mean ,242770 4,704253 7,512311 12,275126 17,150220 20,266852 23,834116 29,723678 42,743073 47,922322
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,2475874 1,9419334 3,3538016 6,5386561 7,3318213 7,9628799 7,8328851 7,2446361 7,5195803 10,0231598
Absolute ,378 ,216 ,207 ,243 ,296 ,284 ,313 ,294 ,288 ,263
Most Extreme Differences Positive ,378 ,216 ,207 ,243 ,296 ,284 ,313 ,278 ,180 ,170
Negative -,233 -,137 -,155 -,154 -,259 -,236 -,227 -,294 -,288 -,263
Kolmogorov-Smirnov Z 1,070 ,610 ,586 ,686 ,837 ,804 ,884 ,833 ,814 ,744
Asymp. Sig. (2-tailed) ,202 ,851 ,883 ,734 ,485 ,537 ,414 ,492 ,522 ,638
81
82
Kruskal-Wallis Test
Ranks
OBAT N Mean Rank
inovator 1 6,00
generik 2 5,00
obatbermerekB 2 4,50
Total 7
inovator 1 1,00
generik 2 6,50
menit_5 obatbermerekA 2 2,50
obatbermerekB 2 4,50
Total 7
inovator 1 1,00
generik 2 4,50
menit_15 obatbermerekA 2 2,50
obatbermerekB 2 6,50
Total 7
inovator 1 1,00
generik 2 4,50
menit_30 obatbermerekA 2 2,50
obatbermerekB 2 6,50
Total 7
inovator 1 1,00
generik 2 4,50
menit_60 obatbermerekA 2 2,50
obatbermerekB 2 6,50
Total 7
inovator 1 3,00
generik 2 4,50
menit_75 obatbermerekA 2 1,50
obatbermerekB 2 6,50
Total 7
inovator 1 1,00
generik 2 4,50
menit_90
obatbermerekA 2 2,50
obatbermerekB 2 6,50
83
Total 7
inovator 1 3,00
generik 2 4,50
menit_120 obatbermerekA 2 1,50
obatbermerekB 2 6,50
Total 7
inovator 1 3,00
generik 2 6,50
menit_180 obatbermerekA 2 1,50
obatbermerekB 2 4,50
Total 7
inovator 1 3,00
generik 2 6,50
obatbermerekB 2 4,50
Total 7
Test Statisticsa,b
menit_0 menit_5 menit_15 menit_30 menit_60 menit_75 menit_90 menit_120 menit_180 menit_210
Chi-Square 4,071 5,679 5,679 5,679 5,679 5,679 5,679 5,679 5,679 5,679
df 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. ,254 ,128 ,128 ,128 ,128 ,128 ,128 ,128 ,128 ,128
84
Lampiran 28. Contoh Perhitungan
1. Penetapan Kadar
Timbang setara :
Mg zat aktif
x bobot total 10 tablet (mg).
𝑚𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 10 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Persen kadar :
Kadar (mg) = kons (ppm) x Vol. Larutan x Faktor pengenceran
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 (𝑚𝑔)
Kadar (%) = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 (𝑚𝑔) x 100%
Contoh :
Kadar mg Obat A = 125, 14 x 0,05 L x 2 = 141, 2 mg
141,2 𝑚𝑔
Kadar (%) = x 100 mg = 94,11 %
150 𝑚𝑔
85