AB DENGAN HIPERTENSI
PADA Tn. AB DI NTT
DISUSUN OLEH :
ROMENSON WOLLA
1904084
Laporan ini telah disetujui dan diterima sebagai syarat untuk memenuhi tugas
Keperawatan Keluarga di STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. AB dengan hipertensi pada Tn. AB di NTT. Penyusunan laporan ini
bertujuan untuk melengkapi tugas keperawatan keluarga yang diterapkan
langsung di lapangan.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Ethic Palupi., S.Kep., Ns., MNS., selaku Ka. Prodi Profesi Ners STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Indrayanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku koordinator
preseptor praktik stase keperawatan komunitas
4. Ibu Ignasia Yunitasari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing akademik
5. Rekan-rekan mahasiswa Profesi Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
khususnya ners angkatan XI yang telah bekerja sama dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ………………………………………………………………
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1988 dalam Zaidin
Ali, 2010). Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada “keluarga” sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan “sehat” sebagai tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya
(Bailon, 1978 dalam Zaidin Ali, 2010). Asuhan keperawatan keluarga adalah
suatu tindakan keperawatan dengan sasaran keluarga yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu
meliputi : Pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, rencana asuhan
keperawatan, intervensi, evaluasi keperawatan. Melalui proses pendekatan
tersebut maka akan diketahui masalah dan solusi terhadap masalah kesehatan
keluarga tersebut.
1
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas juga memberikan ruang bagi
mahasiswa untuk melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga. Berdasarkan
hasil pengkajian awal pada keluarga Tn. AB ditemukan bahwa Tn. AB
memiliki tekanan darah 160/100, mengeluh sering nyeri lutut. Berdasarkan
hasil tersebut penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn.
AB.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. AB
dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. AB, keluarga
mampu:
a. Meningkatkan kemandirian keluarga
b. Meningkatkan tugas kesehatan keluarga
2
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan pengalaman dan meningkatkan kompetensi di dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
2. Bagi Keluarga
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
dalam melaksanakan tindakan yang tepat, merawat keluarga yang
memiliki gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan (menciptakan dan
mempertahankan suasana rumah yang sehat), dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat dengan tepat.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran
masing-masing (Suprajitno, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok
keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikut sertakan dalam
kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu
rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara
satu dengan yang lainnya (Stanhope dan Lancester, 1996 dalam Tantut,
2012).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial,
peran dan tugas (Allender dan Spradley, 2001 dalam Tantut, 2012).
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah (Depkes, 2002 dalam Tantut 2012):
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial, seperti: suami, istri, anak, kakak, adik.
d. Mempunyai tujuan: meciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
[ CITATION
Tan12 \l 1033 ]
4
2. Struktur Keluarga
Menurut Suprajitno (2012), keluarga memiliki struktur yang dikepalai
oleh kepala keluarga, yaitu:
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Keluarga
Keluarga memiliki ciri – ciri yang berbeda – beda di setiap negara,
menurut Ali (2010) ciri – ciri keluarga:
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri dari dua orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai
hubungan yang intim, pertalian darah / perkawinan.
c. Terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah tangga (biasanya
bapak atau ibu atau keluarga lain yang dominan) yang saling
berhubungan dengan satu dengan lainnya, saling bergantung antar
anggota keluarga.
d. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing – masing
yang dikoordinasikan oleh kepala keluarga.
e. Mempunyai keunikan masing – masing serta nilai dan norma hidup
yang didasari sistem kebudayaan.
29
f. Mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya misalnya
dalam hal kesehatan keluarga.
4. Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,
dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan non tradisional seperti:
a. Tradisional:
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak Fsudah memisahkan diri
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,
orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
30
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi,
telpon, dll).
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati.
b. Non-tradisional:
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
31
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
32
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
5. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menurut Effendi (2011), meliputi:
a. Peranan ayah: Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya,
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak: Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
6. Fungsi Keluarga
Menurut Suprajitno (2012), fungsi keluarga meliputi:
a. Fungsi biologis:
1) Meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
33
b. Fungsi Psikologis:
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi:
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi:
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).
e. Fungsi pendidikan:
34
Mengenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan
nyeri sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan
rasa takut akibat masalah yang di ketahui.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan
oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah,
maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup memcahkan
masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang
penyakit, misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan
penyakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Di karenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha
penyakit nyeri sendi.
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat
guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami
keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari
masyarakat.
8. Tipe dan Bentuk Keluarga
Pembagian tipe keluarga menurut Effendi (2011), yaitu:
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi
atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi).
35
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
1) Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang
terjadi
karena perceraia/kematian.
2) Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga
yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
3) Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang
menjadi satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.
9. Peran keluarga
Peran formal keluarga menurut Suprajitno (2011) antara lain:
a. Peran parental dan perkawinan
Ada 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai
suami-ayah dan istri-ibu antara lain yaitu, peran sebagai provider
(penyedia), peran sebagai rumah tangga, peran perawat anak, peran
perawatan anak, peran rekreasi, peran persaudaraan/kinshin
(memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal), peran
terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan), peran seksual.
Peran perkawinan. Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu
hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak
terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi dengan
anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan
merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.
36
2) Insiator-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru
atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan
kelompok.
3) Pendamai: merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan
ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya, atau
menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.
4) Perawat keluarga: Orang yang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga: Mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan/
keakraban.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah aktivitas yang berhubungan dengan
deteksi dini dan treatment. Fokus pencegahan ini adalah dengan
melakukan skrining untuk mendeteksi penyakit pada fase awal.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mencegah penyakit tidak bertambah parah (kronis) dan tidak
37
menimbulkan ketidakmampuan pada individu. Pencegahan tersier
dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi kepada individu
yang meliputi rehabilitasi fisik, psikis, dan spiritual (Hitchcook,
Stubert & Thomas, 1999 dalam Tantut 2012).
Tingkat I √ √
Tingkat II √ √ √ √ √
Tingkat III √ √ √ √ √ √
Tingkat IV √ √ √ √ √ √ √
38
2) Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
b. Tingkat II
1) Keluarga menerima perawat
2) Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3) Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan keseahatan
sesuai anjuran
5) Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai
anjuran
c. Tingkat III
1) Keluarga menerima perawat
2) Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3) Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan keseahatan
sesuai anjuran
5) Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai
anjuran
6) Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
d. Tingkat IV
1) Keluarga menerima perawat
2) Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluargn
3) Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan keseahatan
seasuai anjuran
39
5) Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai
anjuran
6) Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7) Keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif
40
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk.
a. Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi lebih dewasa.
Tugas keluarga anak remaja:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
41
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal.
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
f. Perawatan Kesehatan Keluarga
42
1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Secara
umum, tujuan asuhan keperawtan keluarga adalah ditingkatkannya
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah ditingkatkannya kemampuan
keluarga :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah keluarga
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau
keluarga yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan
keluarga.
d. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misalnya
puskesmas, posyandu, dan sarana kesehatan lain) untuk memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
2. Pengkajian
Pada kegiatan pengkajian, ada beberapa tahap yang dilakukan, yaitu:
a. Membina hubungan yang baik antara perawat dan klien (keluarga)
merupakan modal utama pelaksanaan asuhan keperawatan.
1) Diawali dengan perawat mampu memperkenalkan diri dengan
sopan dan ramah
2) Menjelaskan tujuan kunjungan
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
4) Menjelaskan kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
43
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatn lain yang menjadi
jaringan perawat.
b. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai dengan data yang
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
c. Pengkajian lanjutan (tahap 2). Pengkajian ini adalah tahap pengkajian
untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan
keluarga yang beorientasi pada pengkajian awal.
3. Diagnosis Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai
berikut:
a. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sisntesis pada asuhan ke
perawtan klinik.Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian dalam
data objektif dan subjektif disetiap diagnosis keperawatan.
b. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Komponen diagnosis keperawatan meliputi :
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan maslah dengan mengacu pada lima tugas keluarga
yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga, memelihara lingkungan atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif atau objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung ataupun tidak
langsung.
44
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Maglay
a (2009). Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawat
an dengan cara :
1) Tentukan skor sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2) Skor dibagai dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
d. Penyusunan Diagnosis Keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan pada skor tertinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah, namun pera
wat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan yang perlu diatasi segera.
e. Perencanaan Keperawatan
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuh
an skala prioritas dan rencana perawatan (Suprayitno, 2013).
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarg
a harus didasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah
f. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawat
an terhadap keluarga yaitu:
1) Sumber daya keluarga
2) Tingkat pendidikan keluarga
3) Adat istiadat yang berlaku
4) Respon dan penerimaan keluarga
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
45
g. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementas
i dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberh
asilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana pera
watan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik
maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivi
tas yang telah dicapai (Friedman,1998)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
1) S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyekt
if oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
2) O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggu
nakan pengamatan yang obyektif.
3) A: Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif
dan obyektif.
4) P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
(Suprajitno,2013)
2. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), penyebab hipertensi dibagi berdasarkan jenis
hipertensi, yaitu:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
46
Hipertensi primer merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial, yaitu:
1) Genetik
Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi
memiliki resiko tinggi terkena penyakit ini[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki yang berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi[ CITATION Waj10 \l
1033 ].
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi[ CITATION Waj10 \l
1033 ].
4) Berat badan
Seseorang dengan obesitas (>25% di atas BB ideal) memiliki resiko
terkena hipertensi[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
5) Gaya hidup
Seseorang yang memiliki gaya hidup merokok dan mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
b. Hipertensi sekunder
Etiologi hipertensi sekunder adalah sebagai berikut:
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal
kembali setelah beberapa bulan[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar yang disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous
47
dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan
struktur, serta fungsi ginjal[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin (Udjianti,
2010).
4) Coarctation aorta
Coarctation aorta merupakan penyempitan aorta kongenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta
abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui
lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di
atas area kontriksi[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
5) Kehamilan
Hipertensi pada kehamilan sering terjadi pada ibu multipara usia
lanjut, dan biasanya telah tampak kehamilan berusia 20
minggu[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
6) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang
pada akhirnya meningkatkan tekanan darah[ CITATION Waj10 \l
1033 ].
7) Neurogenik
Seperti tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
48
Prasetyaningrum (2014) menyebutkan beberapa faktor resiko penyebab
terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Usia
Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
usia seseorang. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok
lansia adalah isolated hypertension.
b. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dibandingkan
dengan orang yang berkulit putih.
c. Jenis kelamin
Insidensi terjadinya hipertensi pada pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Namun, kejadian hipertensi pada wanita
mulai meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia di atas 65
tahun insidensi hipertensi pada wanita lebih tinggi. Kondisi demikian
dipengaruhi oleh perbedaan hormon yang dimiliki laki-laki dan
perempuan. Perempuan yang memasuki masa menopause lebih beresiko
mengalami obesitas yang akan meningkatkan resiko hipertensi.
d. Obesitas
Seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas memiliki resiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Indikator yang biasa digunakan
untuk menentukan ada tidaknya obesitas pada seseorang adalah
pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) atau pengukuran lingkar perut
dengan alat meteran. Tetapi nilai IMT dan lingkar perut yang melebihi
nilai normal tidak menjadi dasar penentu seseorang menderita
hipertensi.
49
e. Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang
membutuhkan energi atau pergerakan tubuh yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan tubuh. Aktivitas fisik seseorang
mempengaruhi kesehatan tubuh dan organ tubuh yang bekerja teratur.
Paru-paru dan pembuluh darah juga merupakan organ yang bekerja saat
seseorang melakukan aktivitas fisik sehingga mencegah hipertensi
[CITATION Yun14 \t \l 1033 ].
3. Jenis Hipertensi
Menurut Udjianti (2010), hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik)[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
b. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau
gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder,
anatara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta,
neurogenik, kehamilan, peningkatan volume intavaskular, dan stress
[ CITATION Waj10 \l 1033 ].
50
4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh Seventh Report of
Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), yaitu:
Tabel 5.
Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun
Kategori Nilai Sistolik (mmHg) Nilai Diastolik (mmHg)
5. Patofisiologi / Pathway
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskular [ CITATION Waj10 \l
1033 ]. Baroreseptor arteri terdapat pada sinus karotis dan arkus
aorta[CITATION MAs161 \t \l 1033 ]. Baroreseptor ini memonitor derajat
tekanan arteri dengan meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui
mekanisme perlambatan kerja jantung oleh respon vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh
karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan baroreseptor meningkat [ CITATION Waj10 \l 1033 ].
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, maka tekanan darah meningkat
melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke
jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal
51
berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan
diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah
tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan
meningkatkan tekanan arteri sistemik [ CITATION Waj10 \l 1033 ].
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi
vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam
mengontrol hipertensi. Angiotensin II dan III menghambat ekskresi natrium
melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dengan akibat
peningkatan tekanan darah [ CITATION Waj10 \l 1033 ].
Sekresi renin yang tidak tepat menyebabkan peningkatan tahanan perifer
vaskular pada hipertensi esensial. Pada hipertensi, kadar renin yang tinggi
harus diturunkan karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan arteriolar
renal yang dapat menghambat sekresi renin [ CITATION Waj10 \l 1033 ].
Peningkatan tekanan darah yang terjadi terus-menerus pada hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ
vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hiperplasia medial (penebalan)
arteriol-arteriol. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan
infark miokard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal [ CITATION Waj10 \l
1033 ].
Autoregulasi vaskular merupakan suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh. Jika aliran berubah, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vaskular
sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vaskular berperan
52
penting dalam memicu hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air
dalam tubuh [ CITATION Waj10 \l 1033 ].
53
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas
Elastisitas, Arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Retensi Na
Edema
54
6. Tanda dan Gejala
Menurut Setiati (2014), pada tahap awal biasanya pasien tidak ada keluhan.
Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
a. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa
melayang (dizzy), dan impoten[ CITATION Sit14 \l 1033 ].
b. Penyakit jantung atau hipertensi vaskular seperti mudah capek, sesak
napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular
lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina, transient cerebral ischemic[ CITATION Sit14 \l 1033 ].
c. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria,
dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat
badan dengan emosi yang labil pada sindrom Chusing [ CITATION Sit14 \l
1033 ].
7.Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ridwan (2009), pemeriksaan penunjang hipertensi meliputi:
1) Hemoglobin/hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas dan anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal. Diabetes mellitus adalah
pencetus hipertensi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan.
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron sebagai
penyebab atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar kolesterol dapat mengindikasikan pencetus adanya
pembentukan plak ateromatosa/aterosklerosis.
55
6) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
8.Komplikasi
Menurut Corwin (2009), komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi,
antara lain:
a. Stroke
Stroke terjadi akibat perdarahan pada tekanan darah tinggi di otal, atau
akibat dari embolus yang terlepas dari pembuluh darah selain otak yang
terpajan aliran darah tinggi. Stroke terjadi pada hipertensi kronis ketika
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi atau penebalan,
sehingga aliran darah ke otak berkurang[ CITATION Eli09 \l 1033 ].
b. Infark Miokard
Infark miokard dapat terjadi ketika arteri koroner yang aterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi sehingga terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark[ CITATION Eli09 \l 1033 ].
c. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Kerusakan glomerulus
mengakibatkan aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membran glomerulus menyebabkan protein keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan timbul
edema. Biasanya sering dijumpai pada hipertensi kronis [ CITATION
Eli09 \l 1033 ].
d. Ensefalopati
56
Ensefalopati atau kerusakan otak dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstitial di susunan saraf pusat[ CITATION
Eli09 \l 1033 ].
e. Kejang
Kejang terjadi pada wanita pre-eklamsi. Bayi yang lahir memiliki berat
badan lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat. Jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan, bayi dapat
mengalami hipoksia dan asidosis [ CITATION Eli09 \l 1033 ].
9.Pencegahan
Garnadi (2012) menyimpulkan bahwa hipertensi dapat dihindari dengan
mengambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure),
antara lain:
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
garam dapur untuk diet setiap hari[ CITATION Yud12 \l 1033 ].
b. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Endapan
kolesterol yang terus bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
mengganggu peredaran darah sehingga akan memperberat kerja jantung
dan secara tidak langsung memperparah hipertensi [ CITATION Yud12 \l
1033 ].
c. Menghindari obesitas
Hindari kegemukan dengan menjaga berat badan normal agar tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih dari 10%
dari berat badan normal[ CITATION Yud12 \l 1033 ].
d. Olahraga teratur
57
Olahraga teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan
kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik dan
dinamik), seperti gerak jalan, berenang, dan naik sepeda. Tidak
dianjurkan melakukan olahraga atau latihan yang berat karena dapat
menimbulkan hipertensi[ CITATION Yud12 \l 1033 ].
e. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,
indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat dlakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi[ CITATION Yud12 \l 1033 ].
f. Berusaha membina hidup yang positif
Kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi beban stres bagi setiap orang.
Tekanan stres yang terlampau besar akan menimbulkan sakit kepala,
mudah marah, tidak bisa tidur, bahkan timbul hipertensi. Dampak
negatif tersebut dapat dihindari dengan berusaha membina hidup yang
positif.
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif menurut Garnadi (2012),
yaitu:
a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah, menyediakan waktu
istirahat atau waktu untuk kegiatan santai
b. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya
c. Belajar berdamai dan mengalah
d. Mencoba untuk menolong orang lain yang membutuhkan
e. Menghilangkan perasaan iri dan dengki
g. Tidak merokok dan minum alkohol
h. Makan banyak buah dan sayuran segar
58
10. Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi pada umumnya bertujuan untuk mencapai tekanan
dalam batas-batas normal [ CITATION Goe08 \l 1033 ]. Penatalaksanaan
hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis merupakan pengobatan hipertensi
tanpa menggunakan obat kimia dan penanganan medik.
Berberapa macam pengobatan non farmakologis, antara lain:
1) Membatasi asupan garam
Natrium atau yang lebih dikenal sebagai garam dapur bersifat
mengikat cairan dalam tubuh. Penderita hipertensi dianjurkan
mengurangi asupan garam untuk menurunkan terjadinya pengikatan
cairan di tubuh.
2) Pengurangan berat badan
Penderita dengan hipertensi obesitas dianjurkan mengurangi berat
badan hingga mencapai berat badan ideal. Membatasi asupan kalori
dan meningkatkan pemakaian kalori dengan latihan fisik teratur.
3) Berhenti merokok
Rokok merupakan faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
dan kardiovaskular.
4) Melakukan aktivitas fisik
Latihan fisik mempengaruhi vasodilatasi pembuluh darah sehingga
melancarkan sirkulasi aliran darah tubuh. Aktivitas fisik baik
dilakukan penderita hipertensi dengan kelebihan berat badan guna
meningkatkan pemakaian energi sehingga berat badan dapat
berkurang.
b. Farmakologis
Menurut Pudiastuti (2011), pengobatan hipertensi diberikan ketika
perubahan Gaya hidup dan diet hipertensi tidak berhasil. Tujuan
59
penatalaksanaan farmakologis pada hipertensi adalah untuk mencegah
angka kematian dan angka kesakitan akibat komplikasi hipertensi.
Penggunaan teknik farmakologis berarti menurunkan tekanan darah
serendah mungkin tanpa mengganggu fungsi multi organ, seperti ginjal,
otak, jantung maupun kualitas hidup penderita hipertensi. Penderita
hipertensi wajib mengkonsumsi obat-obatan selama hidupnya untuk
mengontrol tekanan darah.
Jenis golongan obat anti hipertensi, antara lain:
1) Diuretik
Merupakan golongan obat hipertensi yang bekerja dengan
mengeluarkan cairan tubuh lewat urin dan membuang potasium
melalui urin sehingga Kadar potasium dalam tubuh penderita
hipertensi harus dikontrol. Contoh obat diuretik: lasik, manitol,
furosemid[ CITATION Rat11 \l 1033 ].
2) Beta Blocker
Merupakan obat pengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi
sistem kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah. Obat beta
blocker memperlambat kerja jantung dan pemompaan darah
sehingga aliran darah dalam pembuluh darah besar dapat terkontrol.
Contoh obat beta blocker adalah propanolol dan artenolol[ CITATION
Rat11 \l 1033 ].
3) Calcium Channel Blocker
Merupakan obat yang bekerja merelaksasi pembuluh darah serta
melebarkan pembuluh darah. Contoh obat calcium channel blocker
adalah kaptopril, dan diltiazem [ CITATION Rat11 \l 1033 ]
60
61
BAB III
PENGELOLAAN KASUS
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. AB
b. Usia Kepala Keluarga : 46 Tahun
c. Alamat : RT 00, RW 00 Sumba Barat Daya
d. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Komposisi Keluarga :
Hubunga
N Jenis Usia
Nama n dengan Pendidikan Pekerjaan
o Kelamin (Tahun)
KK
1 Ny. A Perempuan Istri 48 SMA IRT
2 Sdr. R Laki-laki Anak 22 Sarjana Mahasiswa
3 Sdri. R Perempuan Anak 20 SMA Mahasiswa
4 Sdr. E Laki-laki Anak 19 SMA Mahasiswa
5 Sdr. I Laki-laki Anak 14 SMP Pelajar
Genogram
Keterangan
Laki-laki : Perempuan :
Klien : Meninggal :
Hubungan Keluarga : Tinggal S0erumah :
62
61
4) Pembuangan sampah
Keluarga mengatakan sampah rumah tangga dari keluarga Tn. AB
dikumpulkan dalam satu wadah tertutup, dan diangkut oleh
petugas.
5) Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah dialirkan langsung ke got yang berada di
depan rumah keluarga Tn. AB.
6) Jamban/WC (tipe, jarak dengan sumber air)
Jamban/WC keluarga Tn. AB milik sendiri, menggunakan jamban
jongkok dan duduk, terdapat tempat cuci pakaian dan tempat
aktivitas cuci lainnya yang berada di halaman depan.
7) Denah (Rumah dan lingkungan)
Ruangan
Tempat
Tidur
WC &
Tempat Cuci
mampu dilewati oleh motor dan mobil. Mayoritas warga yang tinggal
di sekitar adalah suku sumba dan mayoritas beragama kristen. Warga
saling tolong-menolong jika ada kesulitan dan hidup rukun.
Kelompok usia yang mendominasi adalah usia dewasa, kegiatan
warga yang sering dilakukan di desa waimangura adalah pertemuan
ibu-ibu PKK, arisan ibu-ibu, arisan bapak-bapak. Keluarga
mengatakan nyaman hidup di lingkungan rumahnya. Masalah
kesehatan yang sering ada dilingkungan tersebut adalah batuk dan
pilek yang terkait dengan perubahan cuaca yang mendadak. Keluarga
mengatakan lingkungan cukup aman dan jarang terjadi kriminalitas,
walaupun tidak ada penjagaan keamanan khusus dilingkungan tempat
tinggal namun masyarakat saling siaga untuk menjaga keamanan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. AB bukan penduduk asli dan sudah tinggal selama
kurang lebih 40 tahun.
d. Transaksi dan Hubungan Keluarga dengan Komunitas
Keluarga dikenal sebagai keluarga yang ramah, mudah berkomunikasi
dengan keluarga yang lain, ramah saling membantu satu sama lain,
Tn. AB kaktif mengikuti kegiatan bapak-bapak.
e. Lingkungan Sosial Politik dan Kesehatan Keluarga
Tn. AB mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggal dulu pernah
dikunjungi oleh tokoh politik dalam rangka kegiatan politik.
Kesehatan keluarga, keluarga Tn. AB tidak menggunakan BPJS,
namun jika sakit biasanya berobat di PUSKESMAS dan rumah sakit.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi
Pola komunikasi keluarga Tn. AB terbuka dengan sanak saudara yang
lain. Tn. AB mengatakan tidak berlaku seenaknya dengan keluarganya
jika terdapat masalah maka akan didiskusikan bersama dengan istri
65
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Anggota keluarga Tn. AB saling terbuka dan menyayangi. Semua
anak keluarga Tn. AB petuh dengan orang tua. Tn. AB mengatakan
selalu mendukung anak-anaknya dalam menghadapi kehidupan
mereka.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. AB bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal. Tn. AB sering mengikuti kegiatan seperti pertemuan
warga.
66
8. Adaptasi Keluarga
Secara keseluruhan keluarga cukup mampu dalam mengatasi stressor dan
beradaptasi dengan masalah yang dihadapi. Tn. AB mengkonsumsi obat
pengontrol tekanan darah yaitu amlodipine 5 mg/hari tetapi jarang
mengikuti kegiatan senam yang diadakan di lingkungan tempat tinggal.
9. Harapan Keluarga
Harapan keluarga agar selalu diberikan kesehatan dan rezeki yang cukup,
Tn. AB mengatakan harapan yang paling besar adalah bisa sehat dan
tekanan darah dapat terkontrol sehingga dapat beraktifitas seperti sedia
kala serta terhindar dari penyakit-penyakit. Tn. Ab juga berharap agar
terus diberi kesehatan agar tetap dapat bekerja dan petugas kesehatan
melakukan survey secara konsisten untuk mengecek kesehatan warga.
ANALISA DATA
68
No Data Masalah
1 DS: Ketidakefektifan
Tn. AB mengatakan dirinya ada riwayat pemeliharaan
sakit hipertensi kurang lebih selama 2 kesehatan pada
tahun, Keluhan saat ini adalah kaku di keluarga Tn. AB
tengkuk, kepala pusing dan sering sakit
kepala. Tn. AB mengatakanaktif dalam
kegiatan pemeriksaan kesehatan di
lingkungan yang telah disiapkan. Tn. AB
juga mengatakan suka merokok sejak kecil
dan sampai sekarang masih merokok dan
sering minum teh pagi dan sore hari.
DO:
Tekanan darah Tn .AB = TD: 160/100
mmHg, mata kemerahan.
2 DS: Risiko
Tn. AB mengatakan mengkonsumsi Ketidakstabilan
amlodipine 1x5mg setiap hari dan Tn. AB tekanan darah Tn.
masih mengkonsumsi rokok dan teh. AB
DO:
Tekanan darah Tn .AB = TD: 160/100
mmHg,.
3 DS: Kesiapan
Tn. AB mengatakan memikirkan cara Meningkatkan
mengelola keuangan untuk kebutuhan Koping Keluarga
hidup sehari-hari.
Tn. AB mengatakan pekerjaan sebagai
pedagang dengan penghasilan yang tidak
seberapa kuatir dengan masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga yang sewaktu-
waktu dapat terjadi.
DO:
Tahap perkembangan keluarga Tn. AB
yang belum terpenuhi, anak belum ada
yang menikah.
Keluarga tidak memiliki asuransi kesehatan
BPJS.
PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga
Skala: Wellness 3
Aktual 3
Risiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Skala: Mudah 2 2 (1/2)x2 1
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah: 3
Skala: Tinggi 2 1 (2/3)x1 0,6
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah:
Skala: Segera 2
1 (2/2)x1 1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Total Nilai 3,6
Prioritas 1
Prioritas 2
1 Sifat masalah:
Skala: Wellness 3
Aktual 3 1 (1/3)x1 0,3
Risiko 2
Potensial 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah:
Skala: Mudah 2 2 (1/2)x2 1
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah: 3
Skala: Tinggi 2 1 (2/3)x1 0,6
Cukup 1
Rendah
4 Menonjolnya masalah:
Skala: Segera 2
1 (1/2)x1 0,5
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Total Nilai 2,4
Prioritas 3
RENCANA KEPERAWATAN
Alamat : NTT
73
DATA DIAGNOS TUJUAN NOC NIC
KEPERAWATAN
2. Keluarga mampu
memutuskan
tindakan untuk
2. Keluarga mampu merawat,
memutuskan tindakan meningkatkan atau
untuk merawat, memperbaiki
meningkatkan atau kesehatan:
memperbaiki a. Dukungan
kesehatan: membuat
a. Berpartisipasi keputusan
dalam memutuskan b. Bangun harapan
perawatan
kesehatan
b. Keyakinan
kesehatan
c. Berpartisipasi
dalam memutuskan
perawatan
kesehatan 3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga
3. Keluarga mampu
merawat keluarga a. Keluarga mampu
yang sakit merawat anggota
keluarga yang sakit
a. Mampu mengontrol
perilaku
kesehatan/pola hidup
74
DATA DIAGNOS TUJUAN NOC NIC
KEPERAWATAN
sehat 4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan:
4. Keluarga mampu a. Motivasi keluarga
memodifikasi untuk memodifikasi
lingkungan
hidup sehat
Deteksi dan kotrol risiko
a. Mempertahankan
lingkungan yang
bersih 5. Keluarga mampu
b. Mengembangkan memanfaatkan
strategi efektif untuk fasilitas
mengontrol tekanan
darah a. Pengajaran keluarga
5. Keluarga mampu tentang sumber
memanfaatkan fasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan
Perilaku mencari pelayana b. Motivasi keluarga
kesehatan memanfaatkan
a. Pengetahuan tentang fasilitas layanan
sumber kesehatan (1-
4) kesehatan
2. Kepatuhan Perilaku :
diet sehat
a. partisaipasi untuk
mencapai tujuan diet
dengan tenaga
profesional
b. memilih makanan dan
minuman sesuai
anjuran diet
c. menghindari makanan
dan minuman yang
tidak sesuai dengan
anjuran diet
d. mengikuti langkah-
langkah diet yang
dianjurkan
mimilih makanan
berdasarkan informasi
nutrisi yang
direkomendasikan
77
DATA DIAGNOS TUJUAN NOC NIC
KEPERAWATAN
Tn. AB mengatakan memikirkan keluarga. diharapkan keluarga
cara mengelola keuangan untuk dapat: 1. Kaji mekanisme
kebutuhan hidup sehari-hari. 1. Mengenal masalah koping keluarga
Tn. AB mengatakan pekerjaan kesehatan. Kesiapan meningkatkan 2. Motivasi keluarga
koping keluarga terpenuhi
sebagai pedagang dengan 2. Memutuskan binaan untuk
penghasilan yang tidak seberapa tindakan dan memanfaatkan sarana
kuatir dengan masalah kesehatan keyakinan keluarga pelayanan kesehatan
yang dialami oleh keluarga yang untuk meningkatkan yang ada
sewaktu-waktu dapat terjadi. atau memperbaiki 3. Anjurkan keluarga
DO: kesehatan. binaan mengikuti
Tahap perkembangan keluarga Tn. 3.Merawat/membantu kegiatan pelayan
AB yang belum terpenuhi, anak melaksanakan ADL. kesehatan di
belum ada yang menikah. 4. Memodifikasi lingkungan tempat
Keluarga tidak memiliki asuransi lingkungan untuk tinggal
kesehatan BPJS. mencegah, 4. Motivasi keluarga
mengurangi, atau binaan menggunakan
mengontrol ancaman program pemerintah
kesehatan. untuk meningkatkan
5. Memanfaatkan status kesehatan
fasilitas pelayanan keluarga.
kesehatan.
CATATAN PERKEMBANGAN
78
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
A:
TUK 2 tercapai
TUK 3 tercapai
P:
79
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
80
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
O: Reno
- TD Tn. AB : 140/80mmHg
A:
P : Lanjutkan intervensi
TUK 5 tercapai
P:
O:
82
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
P:
83
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
P:
TD Ny S 130/80 mmHg
Reno
A:
P : Lanjutkan intervensi
Reno
1. tanda-tanda vital
c.
84
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
O:
Reno
Tn. AB terlihat senyum-senyum
A:
P:
Konsultasikan ke puskesmas
85
No Tanggal, Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
A: Reno
P : Stop Intervensi
86
87
3 05 Juni 2020 Ketidakefektifan TUK 1 : S:
Jam 19.15 pemeliharaan kesehatan
WIB pada keluarga Tn. AB Memberikan - Keluarga megatakan sudah memahami cara Reno
pendidikan mencuci tangan dengan benar
kesehatan cara - Tn. AB mengatakan akan mempraktekkan
mencuci tangan cuci tangan yang benar. Reno
yang benar O:
Keluarga memperhatikan dan aktif saat di beri
penyuluhan
A:
Reno
TUK 1 tercapai
P:
Lanjutkan TUK 4
88
89
1 06 Juni 2020 Ketidakefektifan TUK 4 : S:
Jam 17.45 pemeliharaan kesehatan
WIB pada keluarga Tn. AB Memotivasi - Tn. AB mengatakan sudah melakukan cuci Reno
keluarga untuk tangan yang benar
memodifikasi hidup - Tn. AB mengatakan sudah mengurangi
sehat makanan bergaram Reno
- Tn. AB mengatakan tadi pagi jalan sehat di
sekeliling kompleks.
O:
Reno
Keluarga tampak lebih nyaman dan tampak
rileks
A:
TUK 4 tercapai
P : Stop Intervensi
90
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Secara teori bahwa hiprtensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu
kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah
arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan
darah terhadap dinding pembuluh darah [CITATION Edi131 \t \l 1033 ] .
Penyebab untuk penyakit Hipertensi, yang pertama adalah hipertensi esensial
atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. "terdapat sekitar
90% kasus. banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,sistem renin-angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-
faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol,merokok, serta
polisitemia. Dan yang kedua etiologi dari penyakit hipertensi adalah
hipertensi sekunder atau hipertensi renal "terdapat sekitar 10% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vakular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma.
Namun pada kasus penyakit hipertensi yang terjadi pada Tn. AB disebabkan
oleh hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hal ini didapatkan dari hasil
pengkajian yang didapatkan data pemeriksaan fisik Tn. AB didapatkan hasil
TD : 160/100 mmHg. Selain itu dalam pengkajian, Tn. AB mengatakan
bahwa keluarga memiliki riwayat hipertensi. Hal tersebut penulis simpulkan
karena Udjianti (2010) menyatakan bahwa hipertensi esensial atau hipertensi
91
primer dapat disebabkan oleh faktor ginetik, setres, psikologis, lingkungan,
makanan, obesitas, meokok, dan alkohol.
Tingkat kemandirian pasien masih pada tahap 1 yaitu : keluarga menerima
perawat dan keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga. Tahapan perkembangan keluarga merupakan tipe
keluarga Nuclear family (keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak), tinggal bersama dengan satu anaknya.
Menurut Suprijatno (2012), fungsi keluarga antara lain:
92
B. Perumusan Diagnosa
Wijaya & Putri (2013) menyatakan diagnosa keperawatan yang mungkin pada
penderita hipertensi yaitu :
1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur
3. Risiko ketidakstabilan tekanan darah
4. Intoleransi aktivitas
5. Risiko Ketidakefektifan pefusi jaringan serebral.
Namun dalam pengkajian, diagnosa keperawatan individu yang ditemukan
adalah risiko gangguan fungsi kardiovaskuler dengan hasil pengkajian yang
yaitu :
1. Ds :
a. Tn. AB megatakan sudah 3 tahun menderita hipertensi
2. Do :
a. TD : 160/100 mmHg
93
keperawatan keluarga harus menggunakan skala menyusun prioritas dari
Maglayan (2009) yang berdasarkan empat kriteria yaitu sifat masalah,
kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan
menonjolnya masalah (IPKKI, 2017). Setelah dilakukan scoring berdasarkan
Maglayan (2009) dalam IPKKI (2017) maka hasil yang didapatkan
berdasarkan pengkajian dan skoring yaitu:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. AB
2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada bagian tindakan keperawatan dengan diagnosa individu yaitu
ketidakstabilan tekanan darah terdiri dari 4 hal yaitu ONEC yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Observation : adalah rencana tindakan yang mengkaji atau observasi
terhadap kemajuan pasien dengan pemantauan secara langsung yang
dilakukan secara continue.
2. Nursing : bertujuan mengurangi, memperbaiki, mencegah perluasan
masalah. Berupa intervensi mandiri perawat yang bersumber pada ilmu,
kiat dan seni keperawatan
3. Education : adalah rencana tindakan yang ditetapkan bertujuan untuk
meningkatkan perawatan diri pasien dengan penekanan pada partisipasi
pasien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri terutama untuk
perawatan dirumah.
4. Colaboration : konsultasi tambahan yang diperlukan baik di dalam atau
diluar bidang keperawatan. Rencana tindakan kolaboratif harus ditulis
dengan jelas supaya tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya.
Langkah-langkah perencanaan pada diagnosa keperawatan keluarga meliputi
penetapan tujuan jangka panjang (Spesific, Measurable, Achivable,
Rasionable, Time) dan jangka pendek untuk setiap masalah keperawatan
dengan kriteria, standard dan intervensi/rencana tindakan. Pada kasus, penulis
94
merencanakan untuk masing-masing diagnosa/masalah yang berisi 5 tujuan
jangka pendek berdasarkan 5 tugas keluarga yaitu:
1. Pengenalan masalah kesehatan oleh keluarga
2. Pengambilan keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah kesehatan
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
4. Kemampuan untuk memodifikasi lingkungan dalam menunjan
pemecahan masalah
5. Penggunaan fasilitas kesehatan yang ada
Maka dari itu, penulis menyusun intervensi keperawatan pada diagnosa
keperawatan keluarga yang muncul pada keluarga Tn. AB yaitu
ketidakefektifan manajemen kesehatan pada keluarga dan
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga sesuai dengan
standar penyusunan intervensi keperawatan keluarga.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 6 kali pertemuan melalui video call, dimana s
emua anggota keluarga Tn. AB sangat aktif dan kooperatif sehingga pada saa
t dilakukan implementasi diagnosa pertama dapat teratasi pada kunjungan ke
6 dan implementasi dihentikan. Untuk diagnosa yang ke dua Keluarga terata
si pada kunjungan ke 6 dan implementasi di hentikan, untuk diagnosa yang k
etiga masalah teratasi pada hari ke 4 dan implementasi di hentikan. Secara ke
seluruhan pelaksanaan implementasi sedikit mengalami kendala seperti sinyal
yang buruk, video tidak ada suaranya tetapi keluarga Tn. AB sangat kooperati
f. Pendidikan kesehatan yang penulis berikan adalah antara lain hipertensi (pe
ngertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan),senam
hipertensi, Diit hipertensi (mengajarkan diit rendah garam), dan mengajarkan
6 langkah mencuci tangan.
95
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada keluarga Tn. AB selama 6 kali
kunjungan, evaluasi keperawatan yang di dapatkan oleh penulis sebagai
berikut
2. Masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan anggota keluarga TUK
1, 2, 3, 4, dan 5 sudah teratasi
3. Masalah ketidakstabilan tekanan darah teratasi
Kondisi keluarga pada saat evaluasi terakhir, yaitu keluarga Tn. AB mampu
mengenal masalah kesehatn, mampu membuat keputusan, dan mampu
merawat keluarga (yang sakit) dengan diet yang dilakukan (diit rendah
garam)
TD Tn. AB 130/80 mmHg. Keluarga Tn. AB tingkatkemandiriian
sebelumnya yaitu tingkat II dapat meningkat menjadi tingkat III (mencapai
kriteria 1-6) yang bermakna keluarga menerima perawat, menerima
pelayanan kesehatan sesuai perencanaan keperawatan keluarga, tahu dan
mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas
kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan yang sesuai
anjuran, melakukan tindakan pencegahan secara aktif.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi keluarga Tn. AB
Dengan adanya masalah kesehatan yang telah ditemukan, maka keluarga
diharapkan mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
yang tepat dalam melaksanakan tindakan yang tepat, merawat keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan
97
(menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat), dan
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang tepat.
2. Penulis
Dapat meningkatkan kompetensi didalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan keluarga
98
DAFTAR PUSTAKA
Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Hipertensi. Jakarta: Agro Media Pustaka.
IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok dan Komunitas
dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat.
Jakarta : Universitas Indonesia
Junaedi, E. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
Leny, R., & Johnson. (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI.
Riasmini, N. M., Sahar, J., Riyanto, & Wiarsih, W. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan
Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP,
NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Setiati, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
Suprajitno. (2011). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
Tantut, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Wijaya, Andra Saferi.,Putri, Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Zaidin, Ali. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
73
LAMPIRAN
74
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI DAN
SENAM HIPERTENSI PADA TN. AB DI DESA WAIMANGURA
NTT
DISUSUN OLEH:
ROMENSON WOLLA
(1904084)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
75
Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Kesehatan dengan topik “Senam Hipertensi”
ini sudah disetujui oleh Pembimbing Klinik Puskesmas Umbulharjo I dan Pembimbing
Akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Kordinator Akademik
(Ignasia Yunitasari S.Kep., Ns., M.Kep ) (Indrayanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom)
Tema : Hipertensi
Sub Tema : Senam Hipertensi
Hari/ Tanggal : Rabu, 10 Juni 2020
Waktu : 30 menit
Sasaran : Tn. AB
Tempat : Rumah Tn. AB via Online
76
Penyuluh : Romenson Wolla
IV. Metode
A. Ceramah via online
B. Tanya Jawab via online
C. Demonstrasi senam hipertensi via online
77
C. Aplikasi Videocall
78
VII. Sumber
Herlambang. (2013). Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher
79
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut (usia diatas 8 tahun) seperti
pada usia 55- tahun, dengan memperhatikan factor komorbid.
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs).
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
80
Yogyakarta, 10 Juni 2020
Penyuluh
Romenson Wolla
81
Lampiran Materi
SENAM HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penigkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri (nadi) secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi dapat dikategorikan sebagai berikut :
B. Klasifikasi Hipertensi
82
2. Hipertensi Sekunder Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan vaskuler, kerusakan
ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).
D. Tanda gejala Hipertensi
Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi adalah:
1. Sakit kepala ( rasa berat di tengkuk)
2. Kelelahan
3. Keringat berlebihan
4. Tremor otot
5. Mual, muntah
Adapun menurut Sustrani,et al (2004), bahawa tanda dan gejala hipertensi antara lain:
1. Sakit kepala
2. Jantung berdebar-debar
3. Sulit bernafas setelah bekerja keras
4. Mudah lelah
5. Penglihatan kabur
6. Dunia terasa berputar (vertigo)
7. Hidung berdarah
8. Wajah memarah
83
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau ketegaan
emosional dapat mempengaruhi system kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress
dianggap sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Marliani, 2007).
3. Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap
yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih
berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).
G. Penatalaksanaan hipertensi
Menurut Soenarta dkk (2015) penatalaksanaan antara lain:
1. Terapi non farmakologi
a. Mengurangi konsumsi garam
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan
tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan
dan sebagainya. Tidak jarang diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien derajat ≥2. Dianjurkan
umtuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
Melakukan aktivitas fisik teratur: senam anti hipertensi
b. Tidak merokok dan menghindari asap rokok
c. Diet dengan gizi seimbang
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan
buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dyslipidemia.
d. Mempertahankan berat badan ideal
e. Menghindari minum alkohol
2. Terapi farmakologi
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu:
a. Bila memungkinan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
84
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut (usia diatas 8 tahun) seperti pada usia 55-
tahun, dengan memperhatikan factor komorbid.
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
H. Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2013), pencegahan terjadi hipertensi meliputi :
1. Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr.
2. Mencegah kegemukan
3. Membatsi konsumsi lemak
4. Olah raga teratur
5. Makan buah dan sayuran segar
6. Hindari merokok dan tidak minum alcohol
7. Latihan relaksasi/ meditasi
8. Berusaha membina hidup yang positif
I. Pengertian senam hipertensi
Senam hipertensi adalah suatu pencegahan hipertensi dengan serangkaian gerak nada
yang teratur secara tersendiri atau berkelompok dengan tujuan merangsang aktifitas
kerja jantung. (Herlambang, 2013).
J. Manfaat senam hipertensi
Menurut Herlambang (2013) manfaat senam hipertensi adalah:
1. Meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru
2. Membakar lemak
3. Memperlancar peredaran darah
4. Menghilangkan stress
5. Mendapatkan kesegaran jasmani
K. Intensitas senam hipertensi
Senam hipertensi menurut Herlambang (2013) dianjurkan untuk dilakukan 2-3 kali
seminggu, namun akan lebih baik jika dilakukan setiap hari.
L. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien hipertensi
85
Hal yang perlu diperhatikan oleh penderita hipertensi menurut Herlambang (2013)
yaitu:
1. Penurunan berat badan yang berlebihan
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
3. Usahakan cukup asupan kalium
4. Batasi konsumsi alkohol dan merokok
M. Tahapan senam Hipertensi
1. Jalan di tempat: Posisi badan tegak dan kedua tangan digerakan kearah depan dan
belakang
2. Tepuk tangan: Kedua tangan lurus ke depan, posisi telapak tangan bagian dalam
berdampingan (seperti gerakan tepuk tangan)
3. Jalin tangan: Posisi tangan lurus ke depan. Setelah itu, kedua jari-jari tangan
direnggangkan lalu jari-jari saling bertemu.
4. Saling ibu jari: kedua ibu jari kanan dan kiri saling bertemu.
86
5. Adu sisi kelingking: Posisi tangan kanan dan kiri lurus dengan telapak tangan
menghadap ke atas, lalu kedua jari kelingking ditemukan.
6. Adu sisi telunjuk: Posisi tangan kanan dan kiri lurus dengan telapak tangan
telungkup, kedua jempol dibawah, lalu kedua telunjuk di temukan.
7. Ketok pergelangan tangan: Salah satu tangan lurus ke depan, tangan yang satu
menyilang dan ketok pergelangan tangan yang lurus ke depan.
8. Ketok nadi: Salah satu tangan lurus ke depan dengan posis tangan mengahadap ke
atas dan nadi (nadi radialis) di ketok.
87
9. Tekan jari-jari: Menyatukan kedua telapak tangan dan mengarahkan ke depan, lalu
melakukan gerakan menekan.
10. Buka dan mengepal: Kedua tangan lurus kedepan, memgepal dan membuka
dilakukan beberapa kali.
11. Tepuk punggung tangan: Salah satu tangan lurus kedepan dengan posis mengarah
ke bawah, satu tangan menyilang, lalu menepuk punggung tangan (saling
bergantian).
12. Tepuk lengan dan bahu: Salah satu tangan lurus ke depan dengan posis mengarah
ke bawah (telungkup), dan satu tangan menyilang, lalu menepuk punggung dan
bahu (saling bergantian).
13. Tepuk pinggang: Posisi badan tegak lurus, lalu tangan kanan dan kiri menepuk
bagian pinggang.
88
14. Tepuk paha: Posisi membungkukkan badan, lalu kedua tangan menepuk baha
bagian luar.
15. Tepuk betis: Posisi membungkukkan badan, lalu kedua tangan menepuk betis.
17. Tepuk perut: Posisi badan tegak dan kedua tangan menepuk bagian perut.
89
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S (2006). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama
Febry,A (2013). Ilmu gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta : Graha ilmu
Martuti (2009). Merawat dan menyembuhkan hipertensi. Bantul: Krasi wacara
Muwarni, A (2011). Perawatan pasien penyakit dalam. Yogyakarta: Gosyen
Potter & Perry (2009). Fundamental of nursing 7 th edition. USA: Mosby Elsevier
Rudianto, B (2013). Menaklukan hipertensi dan diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma
Sustrani (2004). hipertensi. Jakarta : PT Gramedia pustaka utama
Udjianti , Wajan J (2010). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Zhao,Yaling; Yan, Hong; Marshall, Roger J Dang, Shaonong; Yang,Rulhal; LI,Qiang;
Qin,Xueying. (2013). Trends in Population Blood pressure and Prevalence,Awareness,
Treatment, and Control of hypertension among Middleage and older adults in a Rural Area of
Northwest China. PLos one journal. ID document 13440330
90