Anda di halaman 1dari 2

Berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah

Kompetisi Dasar
Mengenal sejarah Muhammadiyah
Memahami maksud dan tujuan Muhammadiyah
Mengenal nama lambang dan lagu “Sang Surya”
Indikator
Menyebutkan pendiri Muhammadiyah
Menjelaskan surat dan ayat yang menjadi dasar berdirinya Muhammadiyah
Menjelaskan latar belakang berdirinya Muhammadiyah
Menyebutkan maksud Muhammadiyah
Menyebutkan tujuan Muhammadiyah
Menjelaskan pengertian masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Menyebutkan amal usaha dihasilkan K.H. Ahmad Dahlan

Pendidikan Kemuhamadiyahan MDTU Kelas I 1


Ayo Belajar

Pendalaman Materi

A. Dibawah penjajahan Belanda


Pada masa penjajahan banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam kesusahan dan
kesengsaraan. Kerja tanpa upah dan penuh siksaan yang sering dilakukan oleh para penjajah yang
menjadikan rakyat menjadi miskin tidak bisa makan layaknya manusia normal sekarang
Kemudian bergerak lah Semangat perjuangan di antaranya Tuanku Imam Bonjol, Pangeran
Diponegoro dan lain-lainnya, mereka membela rakyat yang lemah dan tidak kuat yang secara
terus-menerus tertindas oleh penjajah.
Para penjajah tidak mengalahkan rakyat hanya dengan kekerasan tetapi mereka juga membuat
rakyat Indonesia menjadi bodoh. Kebodohan yang menjadikan umat Islam semakin tidak mengerti
ajaran Islam yang sebenarnya.

B. Masa muda K.H. Ahmad Dahlan


Muhammad Darwisy (nama kecil K.H. Ahmad Dahlan) dilahirkan dari kedua orang tuanya yaitu
K.H. Abu Bakar (seorang ulama dan khotib terkemuka di masjid besar Kesultanan Yogyakarta) dan
Nyai Abu Bakar (putri dari Haji Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu Kesultanan juga). Ia
merupakan anak keempat dari 7 orang bersaudara yang keseluruhannya saudara-saudaranya
perempuan, kecuali adik bungsunya. Di umur 8 tahun Darwisy sudah lancar dan Tamat membaca
Al-Quran.
Semasa kecil Muhammad Darwisy juga senang bermain layang-layang dan gangsing seperti
anak-anak lainnya, serta pintar membuat barang-barang kerajinan dan mainan sendiri.
Kegemaran Darwisy yang lain adalah belajar.
Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang mengajarinya
pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji ketika berusia 15 tahun (1883),
lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Mekah selama 5 tahun di sinilah
ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaru dalam dunia Islam, seperti Muhammad
Abduh, Al-Afghani, dan Ibnu Taimiyah.

Dzikir Al-Maun
Pada masa penjajahan yang menjadikan rakyat miskin dan menderita membuat K.H. Ahmad
Dahlan terketuk hatinya Bagaimana rakyat yang tanah airnya subur Makmur menjadi sengsara.
Dan diikuti kesenjangan para bangsawan yang tak pernah perduli dengan rakyat kecil untuk
membantu yang lemah, maka tat kala mengajar K.H. Ahmad Dahlan kemudian berusaha
mengubah keadaan itu dengan mengajak murid-muridnya belajar.
K.H. Ahmad Dahlan di dalam langgarnya mengajarkan surat Al-Maun berkali-kali hingga
akhirnya muridnya bertanya-tanya mengapa tidak segera pindah ke surat berikutnya. Dengan
kewibawaan yang dimilikinya, K.H. Ahmad Dahlan menjawab bahwa surat tidak hanya untuk
dihafal dan dibaca sebagai bacaan shalat. Yang lebih penting adalah bagaimana pesan yang
disampaikan surat itu dipraktekkan atau tidak. Akhirnya, murid K.H. Ahmad Dahlan mengerti dan

Pendidikan Kemuhamadiyahan MDTU Kelas I 2

Anda mungkin juga menyukai