Anda di halaman 1dari 31

JURNAL PRAKTIKUM KI203

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PRAKTIKUM PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT


Tanggal: Senin, 14 Februari 2021
Dosen Pengampu:
Dr. Galuh Yuliani, M.Si., Ph.D.
Vidia Afina Nuraini, S.Si., M.Sc

Nama: Fannisa Hafidhia Suryana


NIM: 2007769
Kelompok: 2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan : 1. Mengetahui metode pemisahan campuran

berdasarkan perbedaan sifat fisika.

2. Mampu menganalisis data hasil percobaan

berdasarkan video pemisahan dan pemurnian zat.

2. Dasar Teori :

Campuran merupakan gabungan atau reaksi dari dua zat atau lebih yang
disatukan dalam satu wadah. Terdapat dua karakteristik khas dari campuran yaitu:
1. Masing-masing zat dalam campuran akan tetap mempertahankan sifat asalnya.
2. Campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen penyusunnya melalui
cara-cara fisika.
Karakteristik lainnya dari campuran yaitu komposisi zat-zat murni dalam
campuran adalah tidak tetap, sifat zat-zat murni dalam campurannya adalah sama
dengan sifat asalnya, zat-zat murni dalam campuran dapat dipisahkan secara fisis.
Jenis-jenis dari campurang antara lain:
1. Campuran homogen
Campuran homogen merupakan campuran yang tidak dapat dilihat perbedaan
terlarut dan pelarut seperti air yang dicampur dengan gula.
2. Campuran heterogen
Campuran heterogen merupakan campuran yang dapat dibedakan dengan jelas
antara zat pelarut dan terlarut seperti air yang dicampur dengan pasir.
3. Koloid
Koloid disebut sebagai dispersi koloidal atau suspensi koloidal yang dapat
didefinisikan sebagai campuran yang terdiri dari dua zat atau lebih yang berada
antara larutan sejati dan suspensi. Misalnya adalah susu segar, yang terdiri dari
butir-butir halus dari lemak mentega yang terdispersi dalam fase air yang juga
mengandung kasein (suatu protein) dan beberapa zat lainnya.
4. Suspensi
Suspensi merupakan campuran yang terdiri dari partikel padat yang tidak larut dan
terdispersi dalam fase zat cair. Suspense dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
suspensi yang siap digunakan dan suspensi yang direkonstitusikan dengan
sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.
Apabila jumlah dari salah satu zat dalam suatu campuran sangat besar
dibandingkan zat lainnya, maka campuran ini disebut sebagai zat yang tidak murni
(impure substance), dimana zat lainnya disebut sebagai pengotor (impurities).
Preparasi dari suatu zat biasanya memerlukan tahap pemisahan atau isolasi
dari pengotornya. Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan empat metode yaitu
dekantasi, sublimasi, filtrasi, ekstraksi, dan destilasi. Penjelasan dari keempeat metode
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Dekantasi
Dekantasi adalah proses pemisahan zat padat yang tidak ikut terlarut di dalam
pelarutnya dengan cara dituangkan, sehingga mengakibatkan cairan akan terpisah
dari dari zat padat yang tercampur. Prinsip kerja dekantasi yaitu adanya
perbedaan partikel, massa, dan wujudnya yang cukup besar.
2. Sublimasi
Sublimasi dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang dapat menyublim
dari campurannya yang tidak menyublim. Proses dimana molekul-molekul
langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap disebut peyubliman
(sublimation). Terdapat dua jenis proses sublimasi yaitu sublimasi buatan dan
alami. Sublimasi buatan adalah proses sublimasi yang terjadi secara sengaja yang
diperlukan dalam skala industri dan skala laboratorium. Sedangkan, sublimasi
alami adalah proses sublimasi yang terjadi secara natural atau alami akibat dari
proses alam itu sendiri. Misalnya sublimasi belerang yang terjadi pada kawah-
kawah gunung berapi
3. Filtrasi
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi
dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga diartikan sebagai proses
pemisahan liquid -liquid dengan cara melewatkan liquid melalui media berpori
atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau menghilangkan sebanyak-
banyaknya butiran-butiran halus zat padat tersuspensi dari liqud. Proses filtarsi
banyak dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan
kristal-kristal garam dari cairan induknya, pabrik kertas, dan lain-lain. Jenis-jenis
filtrasi:
 Filtrasi umum
Filtrasi umum adalah bentuk filtrasi paling dasar yang menggunakan gaya
gravitasi untuk menyaring campuran. Campuran dituangkan dari atas ke media
saring (misalnya kertas saring) dan adanya gaya gravitasi akan menarik cairan
ke bawah. Padatan selanjutnya akan tertinggal pada filer atau kertas saring,
sedangkan cairan mengalir di bawahnya.
 Filtrasi vakum
Prinsip kerja dari filtrasi vakum adalah labu Buchner dan selang difungsikan
dalam menarik vakum untuk menyedot cairan melalui saringan. Filtrasi vakum
dapat mempercepat pemisahan campuran dan bisa digunakan untuk
mengeringkan padatan. Pompa vakum diperlukan sebagai pendorong aliran air
melewati media filter agar lebih cepat. Vakum yang dibutuhkan untuk filtrasi
tidak perlu tekanan absolut yang terlalu besar.
 Filtrasi dingin
Filtrasi dingin digunakan untuk mendinginkan larutan secara cepat dan
mendorong terbentuknya kristal kecil. Teknik ini akan menghasilkan
pembentukan kristal yang sangat kecil dengan cara mendinginkan larutan di
bawah suhu kamar. Metode yang umum dilakukan dalam filtrasi dingin adalah
menempatkan wadah dengan  larutan dalam bak es sebelum penyaringan.
 Filtrasi panas
Filtrasi panas digunakan untuk memisahkan padatan dari larutan panas untuk
mencegah pembentukan kristal dalam corong saring dan peralatan lainya saat
kontak dengan larutan. Maka, peralatan dan larutan yang digunakan
dipanaskan untuk mencegah penurunan suhu yang cepat.
 Filtrasi hampa
Teknik filtrasi hampa sering digunakan untuk batch kecil larutan agar dapat
mengeringkan kristal kecil. Teknik penyaringan ini membutuhkan  corong
Buchner dan kertas saring dengan diameter lebih kecil untuk terhubung
dengan sumber vakum. Metode ini mengacu pada penggunaan lapisan
berlubang atau mesh tunggal untuk mempertahankan partikel besar sambil
membiarkan partikel berukuran lebih kecil keluar.
4. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan cari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dapat dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi zat terlarut (Mukhtarini, 2011). Jenis-jenis metode ekstraksi:

 Maserasi
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk padatan dan pelarut yang
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses
ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa
dalam pelarut dengan konsentrasi dalam padatan.
 Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan bantuan
ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk
sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan
untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga
pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan peningkatan kelarutan
senyawa dalam pelarut dan meninglatkan hasl ekstraksi.
 Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini
adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya
adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit
menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu.
 Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di
atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode
ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut
murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak
memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat
termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-menerus
berada pada titik didih.
 Reflux dan Destilasi Uap
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki
proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak
esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling
bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi (Seidel V 2006).
5. Destilasi
Distilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan tingkat volalitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan
tekanan tertentu. Distilasi merupakan proses fisika dan tidak terjadi adanya reaksi
kimia selama proses berlangsung (Anonim, 2013).
Dasar utama pemisahan dengan cara distilasi adalah perbedaan titik didih cairan
pada tekanan tertentu. Proses distilasi biasanya melibatkan suatu penguapan
campuran dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan. Jenis-jenis
metode destilasi:
 Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing. (Walangare et al., 2013)
 Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap
dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu
proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional.
Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi
pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung
cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang
atsiri lebih banyak kondensat. (Walangare et al., 2013)
 Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang
sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang
dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan
tinggi.
 Destilasi Uap (Walangare et al., 2013)
Untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara
destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi
dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air,
dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang
dapat menguap berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah
daripada dengan pemanasan langsung. (Walangare et al., 2013)
 Destilasi Vakum
Destilasi vakum dilakukan untuk memisahkan dua kompenen yang titik
didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan
tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga
menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya
tidak perlu terlalu tinggi. (Walangare et al., 2013)

6. Alat dan Bahan :

Alat :

 Neraca Analitik  Cawan penguapan


 Penjepit besi  Kaca arloji
 Kertas saring  Batu didih
 Batang pengaduk  Statif dan klem cincin
 Gelas ukur 50 mL dan 100  Corong pisah
mL  Labu Erlenmeyer
 Set alat destilasi  Gelas kimia
 Corong kaca

Bahan :
 Campuran NH4Cl, NaCl, dan pasir (2-3 gram)
 Akuades
 Larutan iodin dalam air
 Sikloheksana
 Etanol

7. Sifat Fisik dan Kimia Bahan

No
Nama Bahan Sifat Penanganan
.
1. NH4Cl Bentuk: cair Saran umum
Warna: tidak berwarna Pemberi pertolongan pertama harus
Bau: seperti-amonia melindungi dirinya. Setelah terhirup:
Ambang Bau: Tidak tersedia hirup udara segar. Panggil dokter.
informasi. Bila terjadi kontak kulit:
pH: 10,5 pada 20 °C Tanggalkan segera semua pakaian yang
Titik lebur: Tidak tersedia terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan
informasi. Titik didih: Tidak air/ pancuran air. Segera panggil dokter.
tersedia informasi. Titik nyala: Setelah kontak pada mata:
Tidak berlaku Bilaslah dengan air yang banyak.
Laju penguapan: Tidak tersedia Segera hubungi dokter mata. Lepaskan
informasi. lensa kontak.
Flamabilitas (padatan, gas): Tidak Setelah tertelan:
tersedia informasi. Beri air minum kepada korban (paling
Terendah batas ledakan: Tidak banyak dua gelas), hidari muntah
tersedia informasi. (resiko perforasi!). Segera panggil
Tertinggi batas ledakan: Tidak dokter. Jangan mencoba menetralisir.
tersedia informasi. Kehati-hatian dalam menangani
Tekanan uap: Tidak tersedia secara aman
informasi. Kerapatan (densitas) uap Langkah-langkah pencegahan untuk
relatif: Tidak tersedia informasi. penanganan yang aman: Taati label
Densitas: 0,978 g/cm3 tindakan pencegahan. Tindakan
Kerapatan (den-sitas) relatif: Tidak higienis: Segera ganti pakaian yang
tersedia informasi. terkontaminasi. Gunakan krim
Kelarutan dalam air: pada 20 °C pelindung kulit. Cuci tangan dan muka
larut Koefisien partisi (n- setelah bekerja dengan bahan tersebut.
oktanol/air): Tidak tersedia Kondisi penyimpanan yang aman,
informasi. termasuk adanya inkompatibilitas
Suhu dapat membakar sendiri Kondisi penyimpanan Tertutup sangat
(auto-ignition temperature): Tidak rapat. Suhu penyimpanan yang
tersedia informasi. direkomendasikan
Suhu penguraian: Tidak tersedia Penggunaan akhir khusus
informasi. Tidak ada penggunaan spesifik lain
Viskositas: dinamis Tidak tersedia yang diantisipasi.
informasi.
Sifat peledak: Tidak
diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator: tidak ada
Stabilitas kimia: Larutan Amonia
tidak mudah terbakar, tetapi dapat
membentuk campuran amo
nia/udara yang dapat terbakar
dengan penggasan.
2. NaCl Bentuk: padat Setelah terhirup
Warna: putih Hirup udara segar.Jika napas terhenti:
Bau: tidak berbau berikan napas buatan mulut ke mulut
Ambang Bau: Tidak berlaku atau secara mekanik. Berikan masker
pH: 4,5 - 7,0 pada 100 g/l 20 °C oksigen jika mungkin.Segera hubungi
Titik lebur: 801 °C dokter.
Titik didih/rentang didih: 1.461 °C Bila terjadi kontak kulit:
pada 1.013 hPa Bilaslah dengan air yang banyak.
Titik nyala: Tidak berlaku Hubungi dokter mata.
Laju penguapan: Tidak tersedia Setelah kontak pada mata
informasi. Bilaslah dengan air yang banyak.
Flamabilitas (padatan, gas): Produk Segera hubungi dokter mata.Lepaskan
ini tidak mudah-menyala. lensa kontak.
Terendah batas ledakan: Tidak Setelah tertelan
berlaku Tertinggi batas ledakan: Beri air minum (paling banyak dua
Tidak berlaku Tekanan uap: 1,3 gelas). Segera cari anjuran
hPa pada 865 °C Kerapatan pengobatan.Hanya di dalam kasus
(densitas) uap relatif: Tidak tersedia khusus, jika pertolongan tidak tersedia
informasi dalam satu jam, rangsang untuk muntah
Densitas: 2,17 g/cm3 pada 20 °C (hanya jika korban tidak sadarkan diri),
Kerapatan (den-sitas) relatif: Tidak telan karbon aktif and konsultasikan
tersedia informasi Kelarutan dalam kepada dokter secepatnya.
air 358 g/l pada 20 °C Kehati-hatian dalam menangani
Koefisien partisi (n-oktanol/air): secara aman
Tidak berlaku Langkah-langkah pencegahan untuk
Suhu dapat membakar sendiri: 309 penanganan yang aman: Tertutup sangat
°C Metoda: Suhu swa-sulut relatif rapat. Kering
untuk padatan Tindakan higienis: Segera ganti pakaian
Suhu penguraian: > 275 °C yang terkontaminasi. Gunakan krim
Viskositas, dinamis: Tidak tersedia pelindung kulit. Cuci tangan dan muka
informasi setelah bekerja dengan bahan tersebut.
Sifat peledak: Tidak Kondisi penyimpanan yang aman,
diklasifikasikan sebagai mudah termasuk adanya inkompatibilitas
meledak. Kondisi penyimpanan Tertutup sangat
Sifat oksidator: tidak ada rapat. Kering. Suhu penyimpanan yang
Reaktifitas: direkomendasikan, lihat label produk.
Beresiko meledak/reaksi Penggunaan akhir khusus
eksotermik dengan: Logam basa Tidak ada penggunaan spesifik lain
Reaksi eksotermik dengan: Litium yang diantisipasi
Stabilitas Kimia: Produk ini stabil
secara kimiawi di bawah kondisi
ruangan standar (suhu kamar).
3. Larutan Iodin Bentuk: cair Setelah terhirup
Warna: coklat tua Hirup udara segar. Panggil dokter.
Bau: agak Bila terjadi kontak kulit
Ambang Bau: Tidak berlaku Tanggalkan segera semua pakaian yang
pH: kira-kira 3,5 pada 20 °C terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan
Titik lebur: Tidak tersedia air/ pancuran air.
informasi. Setelah kontak pada mata
Titik didih/rentang didih: Tidak Bilaslah dengan air yang banyak.
tersedia informasi. Lepaskan lensa kontak.
Titik nyala: Tidak berlaku Setelah tertelan
Laju penguapan: Tidak tersedia Segera beri korban minum air putih
informasi. (dua gelas paling banyak). Periksakan
Flamabilitas (padatan, gas): Tidak ke dokter.
tersedia informasi. Kehati-hatian dalam menangani
Terendah batas ledakan: Tidak secara aman
berlaku Langkah-langkah pencegahan untuk
Tertinggi batas ledakan: Tidak penanganan yang aman: Taati label
berlaku tindakan pencegahan. Tindakan
Tekanan uap: Tidak tersedia higienis: Ganti pakaian yang
informasi. terkontaminasi. Penggunaan krim
Kerapatan (densitas) uap relatif: pelindung kulit dianjurkan. Cuci tangan
Tidak tersedia informasi. setelah bekerja dengan bahan tersebut.
Densitas 1,02 g/cm3 pada 20 °C Kondisi penyimpanan yang aman,
Kerapatan (den-sitas) relatif: Tidak termasuk adanya inkompatibilitas
tersedia informasi. Kondisi penyimpanan Tertutup sangat
Kelarutan dalam air: pada 20 °C rapat. Suhu penyimpanan yang
larut direkomendasikan, lihat label produk.
Koefisien partisi (n-oktanol/air):
Tidak tersedia informasi.
Suhu dapat membakar sendiri
(auto-ignition temperature): Tidak
tersedia informasi.
Suhu penguraian: Dapat didistilasi
dalam kondisi tidak terurai
(undecomposed) pada tekanan
normal.
Viskositas, dinamis: Tidak tersedia
informasi.
Sifat peledak: Tidak
diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator: tidak ada
Reaktifitas: Umumnya diketahui
pasangan reaksi terhadap air
Stabilitas Kimia: Produk ini stabil
secara kimiawi di bawah kondisi
ruangan standar (suhu kamar)
4. Sikloheksana Sifat Fisik: Setelah menghirup: hirup udara segar.
Berat molekul : 84,17 g/gmol Konsultasikan dengan dokter jika
Titik didih,1 atm : 80,73 oC merasa tak sehat. Setelah kontak pada
Panas pembakaran : -3690650 kulit: cuci dengan air yang banyak.
kJ/kmol Lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
Panas pembentukan : -123,140 Setelah kontak dengan mata: bilas
kJ/mol dengan air yang banyak dengan kelopak
Temperatur kritis : 280,39 oC mata terbuka lebar. Hubungi dokter
Tekanan kritis : 4075,00 kPa mata jika diperlukan.
Specific volume : 0,00334 m3 /kg Bila tertelan
Densitas liquid, 25 oC, 1 atm : Hati-hati Bahaya penghirupan Jaga
0.773 g/ml saluran pernapasan tetap terbuka.
Cp,25 oC, 1 atm : 162,07 J/mol.K Segera panggil dokter.
Viskositas gas, 25 oC, 1 atm : 0.901 Dalam kasus muntah secara spontan:
cP Resiko aspirasi. Kemungkinan terjadi
Fase : cair kerusakan paru-paru. Panggil dokter.
Warna : bening Kondisi penyimpanan yang aman,
Kemurnian : min 99,9% berat termasuk adanya inkompatibilitas
Impuritas : C6H6 dan C7H8 max Jauhkan dari panas dan sumber api.
0.1 % berat. Simpan wadah tertutup rapat di tempat
Sifat Kimia yang kering dan berventilasi baik.
Oxidation Simpan pada +15°C hingga +25°C.
Oksidasi fase cair dengan udara Penggunaan akhir khusus
menggunakan katalis cobalt atau Tidak ada penggunaan spesifik lain
asam borak menghasilkan yang diantisipasi.
cyclohexanol dan cyclohexanone.
5. Etanol Sifat Fisik dan Kimia: Jika terhirup
Etanol disebut juga etil alkohol Setelah menghirup: hirup udara segar.
dengan rumus kimia C2H5OH atau Jika kontak dengan kulit
CH3CH2OH dengan titik didihnya Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan
78,4° C. Etanol memiliki sifat tidak segera semua pakaian yang
berwarna, volatil dan dapat terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan
bercampur dengan air (Kartika air/ pancuran air.
dkk., 1997). Ada 2 jenis etanol Jika kontak dengan mata
menurut Rama (2008), etanol Setelah kontak pada mata : bilaslah
sintetik sering disebut metanol atau dengan air yang banyak. Hubungi
metil alkohol atau alkohol kayu, dokter mata. Lepaskan lensa kontak.
terbuat dari etilen, salah satu Jika tertelan
derivat minyak bumi atau batu bara. Setelah tertelan: segera beri korban
Bahan ini diperoleh dari sintesis minum air putih (dua gelas paling
kimia yang disebut hidrasi, banyak). Periksakan ke dokter.
sedangkan bioetanol direkayasa Kehati-hatian dalam menangani
dari biomassa (tanaman) melalui secara aman
proses biologi (enzimatik dan Langkah-langkah pencegahan untuk
fermentasi). Mengingat penanganan yang aman: Taati label
pemanfaatan bioetanol/ etanol tindakan pencegahan. Kenakan pakaian
beraneka ragam, sehingga grade pelindung. Jangan menghirup
etanol yang dimanfaatkan harus zat/campuran. Hindari terbentuknya
berbeda sesuai dengan uap/aerosol.
penggunaannya. Untuk etanol yang Nasehat mengenai perlindungan
mempunyai grade 90-96,5% dapat terhadap api dan ledakan: Jauhkan dari
digunakan pada industri, sedangkan nyala terbuka, permukaan panas, dan
etanol yang mempunyai grade 96- sumber penyulut. Lakukan dengan hati-
99,5% dapat digunakan sebagai hati tindakan melawan lucutan statis.
campuran untuk miras dan bahan Tindakan higienis: Segera ganti pakaian
dasar industri farmasi. Besarnya yang terkontaminasi. Cuci tangan
grade etanol yang dimanfaatkan setelah bekerja dengan bahan tersebut.
sebagai campuran bahan bakar Kondisi penyimpanan yang aman,
untuk kendaraan sebesar 99,5- 8 termasuk adanya inkompatibilitas
100%. Perbedaan besarnya grade Kondisi penyimpanan: Simpan wadah
akan berpengaruh terhadap proses tertutup rapat di tempat yang kering dan
konversi karbohidrat menjadi gula berventilasi baik. Jauhkan dari panas
(glukosa) larut air. dan sumber api. Suhu penyimpanan
yang direkomendasikan.
Penggunaan akhir khusus
Tidak ada penggunaan spesifik lain
yang diantisipasi.
6. Aquades Sifat fisik dan kimia: Saran umum
Bentuk: cair Tidak ada bahaya yang memerlukan
Warna: tidak berwarna tindakan pertolongan pertama yang
Bau: Tak berbau khusus.
Ambang Bau: Tidak berlaku Kumpulan gejala/efek terpenting, baik
pH: pada 20 °C netral akut maupun tertunda Gejala yang
Titik lebur: 0 °C berhubungan dengan penggunaan tidak
Titik didih/rentang didih: 100 °C memiliki penjelasan berbagai gejala
pada 1.013 hPa toksik.
Titik nyala: Tidak berlaku Indikasi pertolongan medis pertama
Laju penguapan: Tidak tersedia dan perawatan khusus yang
informasi. diperlukan
Flamabilitas (padatan, gas): Tidak Tidak tersedia informasi.
tersedia informasi. Kehati-hatian dalam menangani
Terendah batas ledakan: Tidak secara aman
berlaku Tertinggi batas ledakan: Langkah-langkah pencegahan untuk
Tidak berlaku Tekanan uap: 23 hPa penanganan yang aman: Taati label
pada 20 °C Kerapatan (densitas) tindakan pencegahan. Tindakan
uap relatif: Tidak tersedia higienis: Tidak diperlukan.
informasi. Kondisi penyimpanan yang aman,
Densitas: 1,00 g/cm3 pada 20 °C termasuk adanya inkompatibilitas
Kerapatan (den-sitas) relatif: Tidak Kondisi penyimpanan: Tertutup sangat
tersedia informasi. rapat. Suhu penyimpanan yang
Kelarutan dalam air: larut direkomendasikan, Simpan pada +5°C
sepenuhnya Koefisien partisi (n- hingga +30°C.
oktanol/air): Tidak berlaku Penggunaan akhir khusus
Suhu dapat membakar sendiri: tidak ada penggunaan spesifik lain yang
Tidak berlaku (auto-ignition diantisipasi.
temperature) Suhu penguraian:
Dapat didistilasi dalam kondisi
tidak terurai (undecomposed) pada
tekanan normal.
Viskositas, dinamis: 0,952 mPa.s
pada 20 °C
Sifat peledak: Tidak
diklasifikasikan sebagai mudah
meledak.
Sifat oksidator: tidak ada
Suhu menyala: Tidak berlaku
Energi penyalaan api minimum:
Tidak berlaku
Stabilitas Kimia: Produk ini stabil
secara kimiawi di bawah kondisi
ruangan standar (suhu kamar).

8. Diagram Alir Praktikum

A. Pemisahan campuran NH4Cl, NaCl, dan pasir dengan teknik sublimasi


dan filtrasi

Neraca Analitik
Timbang gelas kimia. Catat massa nya yang
terlihat pada neraca.
Masukkan ke dalam gelas kimia 2-3 gram
campuran. Catat massa nya.

Siapkan pemanas bunsen

Massa zat setelah penimbangan = massa gelas


kimia kosong – massa gelas kimia berisi padatan

Panaskan gelas kimia berisi


padatan selama 15 menit
Aduk hati–hati dengan batang pengaduk
setelah pemanasan berlangsung 10 menit
Setelah pemanasan, diamkan sampai gelas
kimia tidak panas atau tidak hangat

Timbang kembali gelas kimia yang berisi


padatan ketika suhu nya sudah mendingin
Tambahkan 15 mL air
Aduk selama 5 menit

Saring menggunakan kertas


saring

Tampung filtrat dengan


cawan porselin

Panaskan filtrat sampai uap


air hilang
Ketika memanaskan filtrat, keringkan pasir
dalam kertas saring menggunakan oven
selama ± 20 menit

Biarkan cawan mendingin


dan timbang.
Timbang kertas saring berisi
pasir yang sudah kering
B. Destilasi

Susun alat destilasi

Labu destilasi
Masukkan 30 – 40 mL etanol
Masukkan batu didih

Panaskan labu destilasi

Catat suhu saat destilat mulai menetes


dan perhatikan kecenderungan suhu.
Catat setiap menit

C. Ekstraksi

Corong pisah 100 mL


Ditambahkan larutan iodin dalam air 20 mL
Ditambah 10 mL sikloheksana

Tutup corong dan


lakukan pengocokan

Buka kran ketika melakukan pengocokkan

Simpan corong pada ring yang


telah menempel pada statif
Buka tutup corong pisah. Alirkan
lapisan bawah yang terpisah ke dalam
Erlenmeyer 1
Ulangi langkah yang
di kurung hingga
Alirkan lapisan atas ke dalam labu
erlemeyer 2
semua larutan
terekstraksi.
Bandingkan dengan CHCl3 Tuangkan kembali larutan pada
Erlenmeyer 1 ke corong pisah
Tambahkan 10 ml sikloheksana

Kocok beberapa kali


Tuangkan lapisan bawah ke dalam
Erlenmeyer 1
Tuangkan lapisan atas ke dalam Erlenmeyer
2

9. Data & Pengamatan (Pengamatan dikosongkan)

a. Sublimasi dan Filtrasi

No/
Cara Kerja Pengamatan
Perc
Timbang sebuah gelas kimia yang kering dan a. Sublimasi Sebelum Pemanasan
bersih dengan hati-hati hingga tingkat ketelitian
Massa gelas Massa gelas
0,001 g. Masukkan 2-3 gram sampel. Massa
kimia kimia +
Kemudian timbang gelas kimia yang telah campuran
kosong campuran
berisi sampel dan catat hasil penimbangannya. 66,830 gram 69,775 gram 2,945 gram
Panaskan gelas kimia yang telah berisi sampel
selama 15 menit (10 menit pertama diaduk
perlahan-lahan). Biarkan gelas kimia hingga
1.
dingin (jangan pernah menimbang gelas kimia
atau alat gelas lainnya dalam keadaan panas
atau hangat). Selisih berat gelas kimia sebelum b. Sublimasi Setelah Pemanasan
dan setelah pemanasan merepresentasikan berat
Massa gelas Massa gelas
NH4Cl dalam campuran. Hitunglah berat
kimia + pasir kimia + pasir
NH4Cl tersebut. Selisih berat gelas kimia
dan NaCl (1) dan NaCl (2)
sebelum dan setelah pemanasan 69,509 gram 69,501 gram
merepresentasikan berat NH4Cl dalam
campuran. Tambahkan 15 mL air ke dalam c. Filtrasi
gelas kimia berisi padatan sisa, lalu aduk Kertas Cawan +
Kertas Cawan
selama 5 menit. Saring campuran tersebut. saring garam
saring penguap
Tampung filtrat dalam cawan penguapan. Bilas + pasir NaCl
kertas saring untuk melarutkan NaCl yang 1,222 2,620 45,610 46,837

masih tersisa dalam kertas saring. Letakkan gram gram gram gram

kertas saring dalam gelas arloji dan keringkan


NH4Cl NaCl Pasir
dalam oven selama 20 menit. Selisih dari berat
0,274 gram 1,227 gram 1,398 gram
yang diperoleh dengan berat kertas saring
kosong adalah berat dari pasir. Hitunglah berat
pasir tersebut. Panaskan cawan yang berisi
NaCl untuk menghilangkan uap air. Setelah
semua air menguap, biarkan cawan hingga
dingin, kemudian timbang berat cawan. Selisih
dari berat cawan dan residu yang diperoleh
dengan berat cawan kosong adalah berat dari
NaCl. Hitunglah berat NaCl tersebut.

b. Destilasi

No/
Cara Kerja Pengamatan
Perc
1. Susun set alat destilasi. Ambil 30-40 mL Titik didih etanol
Titik didih air (oC)
campuran etanol dan air lalu gunakan corong o
( C)
untuk memasukannya ke dalam labu destilasi. 78,37oC 100oC
Volume cairan sebaiknya kurang dari setengah
volume labu. Masukkan batu didih, kemudian
panaskan labu. Catat suhu saat destilat mulai
menetes, dan perhatikan kecenderungan
kenaikan suhu. Catat setiap menit
c. Ekstraksi

No/
Cara Kerja Pengamatan
Perc
1. Masukkan 20 mL larutan iodin dalam air ke Densitas
Densitas air
dalam corong pisah 100 mL. tambahkan 10 mL sikloheksana
g g
sikloheksana. Tutup corong dan lakuka 997 /mL 774 /mL
pengocokkan. Buka kran di sela-sela
pengocokkan. Setelah pengocokan beberapa
kali, simpan corong pada ring yang telah
Lapisan bawah : air
ditempatkan pada statif. Biarkan hingga
Lapisan atas : sikloheksana
memisah, catat penampilan fisik tiap-tiap
lapisan yang terbentuk, bandingkan dengan
larutan awal. Buka tutup corong pisah, lalu
alirkan larutan yang telah terpisah. Tampung
lapisan bawah ke Erlenmeyer 1. Tuang lapisan
atas ke Erlenmeyer 2. Tuang kembali larutan
fase air dari Erlenmeyer 1 ke dalam corong
pisah, kemudian tambahkan 10 mL
sikloheksana. Lakukan pengocokan, biarkan
lapisan pelarut terpisah, tampung kembali
lapisan bawah ke dalam labu erlenmeyer 1 dan
lapisan atas ke dalam labu erlenmeyer 2.
Lakukan kembali ekstraksi seperti langkah 9
hingga semua iodin terekstraksi ke dalam
pelarut organik. Bandingkan hasil pengamatan
jika pelarut sikloheksana diganti dengan
CHCl3.

10. Perhitungan

0,274 g
Presentasi zat NH4Cl = x 100% = 9,3%
2,945 g

1,277 g
Presentasi zat NaCl = x 100% = 47,5%
2,945 g

1,398 g
Presentasi zat pasir = x 100% = 41,7%
2,945 g

11. Pembahasan

a. Sublimasi
 Pada pemisahan campuran zat NH4Cl, NaCl, dan pasir dilakukan teknik
pemisahan sublimasi dan filtrasi.
 Berdasarkan karakteristik zat NH4Cl yang mudah menyublim, maka cara
pemisahan yang tepat dilakukan adalah dengan metode sublimasi.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang massa cawan
kosong dan cawan yang berisi campuran zat tersebut. Penimbangan ini
harus dilakukan dengan teliti dan akurat agar hasil akhir yang didapat pun
menjadi akurat.
 Kemudian melakukan proses pemanasan pada campuran zat tersebut.
Tujuan pemanasan ini adalah agar zat yang dapat menyublim akan
mengalami penguapan. Dalam campuran ini, hanya NH4Cl yang dapat
menyublim. Besarnya massa zat NH4Cl dapat diketahui dari selisih massa
campuran zat sebelum dan sesudah dipanaskan. Setelah dilakukan
pemanasan sebanyak dua kali, massa campuran zat berkurang sebanyak
0,274 gram. Massa yang berkurang ini adalah massa NH4Cl yang sudah
tersublimasi tadi. Tujuan mengulang pemanasan adalah untuk memastikan
bahwa zat NH4Cl sudah sepenuhnya tersublimasi, maka pemanasan
sebaiknya dilakukan terus sampai tidak ada lagi perubahan massa
campuran setelah dipanaskan. Pada percobaaan ini, tidak dilakukan
sublimasi ketiga karena massa gelas dan sampel lebih dari 69,499 g sesuai
lab book.
 Perlakuan berikutnya adalah dengan melarutkan zat yang tersisa yaitu
NaCl dan pasir dengan air sebanyak 10 mL dan diaduk sampai homogen.
Tujuan dari perlakuan ini adalah agar zat NaCl larut dalam air. Kelarutan
NaCl adalah sangat larut dalam air, sedangkan pasir tidak dapat larut
dalam air. Dengan perbedaan ini, maka cara pemisahan yang tepat
dilakukan adalah dengan metode filtrasi menggunakan kertas saring.
Filtrasi dapat dilakukan karena komponen NaCl telah larut dalam air
sehingga dapat lolos dari pori- pori kertas saring, menyisakan pasir
sebagai residunya. Jika sudah terpisah, maka akan mudah untuk
menghitung massa pasir, tetapi pasir harus benar- benar kering saat
ditimbang. Massa pasir didapat yaitu sebanyak 1,398 gram.
 Perlakuan terakhir adalah dengan menguapkan filtrat yaitu larutan NaCl
dengan cara pemanasan (evaporasi). Pemanasan dilakukan sampai seluruh
air menguap dan hanya menyisakan kristal-kristal garam. Kemudian
timbang massa NaCl, tetapi suhu cawan harus sama dengan suhu ruang
sehingga harus dibiarkan sampai dingin terlebih dahulu. Jika ada
perbedaan suhu, maka akan terbentuk aliran udara di permukaan sampel
yang dapat mengganggu penimbangan. Massa Nacl didapat yaitu
sebanyak 1,227 gram.
b. Destilasi
 Destilasi merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan
menggunakan fase uap yang kemudian diembunkan menjadi suatu larutan
murni. Destilasi dapat digunakan untuk memisahkan dua buah campuran
atau lebih terhadap larutan non volatile, karena sifat larutan yang selalu
terdapat uap diatas cairan, sehingga berdasarkan hal tersebut maka dengan
proses pemisahan dapat dilakukan untuk memperoleh destilat dengan
melihat perbedaan titik didih dalam campuran, dimana larutan volatil
cenderung lebih cepat mendidih daripada larutan non volatil.
 Pada percobaan ini larutan yang akan didestilasi yaitu campuran etanol
dan air. Destilasi yang digunakan yaitu destilasi sederhana. Destilasi
sederhana merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian
dan pemisahan suatu larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih
yang relatif jauh. Air dan etanol keduanya merupakan senyawa polar. Hal
ini dikarenakan keduanya memiliki titik didih yang tinggi, titik didih air
yaitu 100⁰C sedangakan titik didih etanol yaitu 78,37oC. Titik didih air
lebih tinggi dibandingkan etanol dikarenakan ikatan hidrogen air dapat
membentuk lebih banyak ikatan hidrogen dibandingkan dengan etanol.
Molekul air dapat membentuk tiga ikatan hidrogen dengan molekul air
yang lain, di mana pada satu molekul air, terdapat dua atom H yang dapat
mengikat dua atom O dari molekul air yang lain dan terdapat satu atom O
yang dapat mengikat satu atom H dari molekul air yang lain. Semakin
kuatnya ikatan hidrogen yang terbentuk menyebabkan terjadinya kenaikan
titik didih. Ini disebabkan karena ikatan hidrogen yang sangat kuat
membutuhkan energi yang kuat pula untuk bisa memutuskan ikatan
hidrogen, sehingga untuk bisa membuat air mendidih dibutuhkan suhu
yang lebih besar dibandingkan suhu untuk mendidihkan etanol.
 Pada percobaan yang dilakukan, mendestilasi campuran etanol dan air,
dengan volume 30 – 40 mL. Untuk memperoleh etanol yang murni, titik
didih etanol lebih rendah dibandingkan titik didih air sehingga pada proses
pemanasan etanol akan lebih dulu menguap dibandingkan dengan
air. Dimana pada suhu 78,37oC tekanan uap etanol, menjadi sama besar
dengan tekanan sekelilingnya (1 atm) maka molekul - molekul di seluruh
bagian cairan mulai menguap. Hal tersebut dikarenakan terjadinya
peningkatan suhu dan penurunan uapnya keadaan ini berlangsung pada
seluruh bagian cairan. Sehingga pada suhu 78,37oC etanol akan mendidih,
kemudian uap etanol tersebut kemudian bergerak menuju tekanan yang
lebih rendah, pada bagian ujung adapter penampung distilat terdapat
lubang sebagai pengurang tekanan sehingga uap etanol akan mengarah ke
arah lubang tersebut menuju ke kondensor untuk kemudian ditampung
dalam erlenmeyar. Pada kondensor suhunya lebih dingin sehingga uap
etanol dengan suhu tinggi ketika melewati kondensor akan berubah wujud
menjadi cair (fase gas ke cair). Hal ini dikarenakan adanya suhu dan
tekanan yang konstan yang diberikan oleh aliran air dari celah masuk dan
celah keluar.
 Skala pada termometer berhenti naik pada saat suhu menunjukkan angka
kisaran 77-78˚C. Namun kemudian suhu kembali naik. Etanol akan terus
menguap sampai kadar etanol murni dalam campuran tersebut habis dan
hanya bersisa air, suhu harus tetap dijaga konstan antara 77 ˚C dan 78˚C
(mendekati titik didih yakni 78,37oC) karena bila suhu dibiarkan terus naik
hingga 100˚C maka airpun ikut menguap karena titik didih air adalah
100˚C sehingga akan menyebabkan hasil destilat yang diperoleh bukanlah
etanol murni lagi. Hasil akhir yang diperoleh yaitu etanol yang sudah
terpisah dengan air. Perlu diperhatikan hasil akhir pada destilasi tidak bisa
mendapatkan hasil yang benar-benar murni, karena air akan tetap
menguap walaupun sedikit.
c. Ekstraksi
 Ketika melakukan pemisahan zat dengan metode ekstraksi, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan tahap-tahap ekstraksi
tersebut. Yang pertama, ketika melakukan pengocokkan kran harus
diputar sesekali pada saat pengocokkan berlangsung. Hal tersebut
dilakukan untuk mengeluarkan tekanan atau gas yang mungkin berada
dalam larutan dari kedua pelarutan (air dan sikloheksana). Gas dapat
masuk kapan saja dan dapat mengganggu proses ekstraksi. Kedua, untuk
mengeluarkan lapisan cairan bawah pada corong pemisah, tutup bagian
atas corong dianjurkan untuk dibuka. Hal tersebut dilakukan agar tekanan
udara luar dapat masuk ke dalam corong sehingga lapisan cairan bawah
dapat lebih cepat mengalir atau tertuang ke dalam penampungan. Ketiga,
untuk mengeluarkan lapisan atas jangan menuangkan dari bagian bawah,
tetapi menuangkannya dari bagian atas tutup corong, karena lapisan cairan
atas (pelarut organik sikloheksana) akan terkontaminasi dengan air.
 Berdasarkan hasil dari uji pemisahan campuran dengan metode ekstraksi,
perbedaan densitas dari air dan sikloheksana sebagai pelarutnya,
memengaruhi proses pemisahan. Zat pelarut yang memiliki densitas yang
lebih rendah, maka zat pelarut akan berada di lapisan atas. Sedangkan
untuk densitas zat pelarut yang lebih besar, zat pelarut akan berada di
lapisan bawah. Sedangkan densitas dari air dan kloroform, densitas air
lebih kecil dari kloroform. Maka pelarut yang berada di lapisan atas
adalah air dan di lapisan bawah kloroform
 Ketika memisahkan zat iodin dalam air menggunakan pelarut
sikloheksana maupun kloroform, jangan langsung menggunakan pelarut
dalam jumlah yang banyak sekaligus karena akan membuat hasil
pemisahan campuran tidak maksimal. Lebih dilakukan secara berulang
dengan pelarut yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu. Lakukan ekstraksi
beberap kali sampai larutan tersebut habis.

12. Pertanyaan
Pertanyaan sebelum praktikum
Sebelum memulai eksperimen, jawablah terlebih dahulu pertanyaan berikut.
1. Apa yang membedakan campuran dari zat murni?
Jawab: Campuran dihasilkan dari pencampuran dua zat atau lebih yang
dapat menghasilkan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Campuran juga dapat
didefinisikan sebagai sebuah objek yang memiliki komposisi zat-zat murni
yang tidak tetap
2. Jelaskan proses sublimasi!
Jawab:
3. Apa perbedaan dari dekantasi dengan filtrasi? Manakah yang akan
berlangsung lebih cepat?
Jawab: Dekantasi yaitu proses pemisahan campuran dengan cara
menuangkan campuran yang akan dipisahkan dari zat yang tidak terlarut atau
yang sudah mengendap. Sedangkan filtrasi adalah pemisahan campuran dari
zat yang tidak terlarut atau mengendap menggunakan bantuan media saring
seperti kertas saring. Dari kedua metode pemisahan campuran, dekantasi
merupakan proses pemisahan yang berlangsung lebih lebih cepat dari filtrasi.
Namun hasilnya kurang efektif
4. Mengapa benda yang masih panas tidak boleh ditimbang?
Jawab: Karena suhu yang terlalu tinggi dapat memengaruhi hasil akhir
peninmbangan juga akan mengganggu kesetaraan suhu pada neraca dan
dapat menyebabkan kesalahan pembaca.
5. Bagaimana eksperimen ini menggambarkan prinsip konservasi (kekekalan)
materi?
Jawab: Seperti yang yang dinyatakan dalam hukum konservasi materi
bahwa dalam reaksi kimia biasa tidak ada materi yang hilang meskipun
mungkin berubah. Oleh karena itu, walaupun suatu zat telah melalui proses
pencampuran, pemanasan, dan lain-lain tidak ada materi dari suatu zat yang
akan hilang, tetapi memungkinkan adanya perubahan pada materi dari zat
tersebut.
6. Suatu campuran mengandung 3,1 g Al2O3, 0,38 g selulosa, dan 6,72 g
CaCO3. Berapa persentase CaCO3 dalam campuran tersebut?
Jawab:
Diketahui : berat Al2O3 = 3,1 g
berat selulosa = 0,38 g
berat CaCO3 = 6,72 g
Ditanya : % CaCO3 = . . . .
Jawab :
berat komponen(gram)
% komponen = x 100%
berat sampel(gram)
6,72 g
% CaCO3 = x 100 %=65,88 %
3,1 g+0,38 g+6,72 g
7. Apakah yang dimaksud dengan titik didih?
Jawab: Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama
dengan tekanan di atas permukaan zat cair. Titik Didih suatu zat cair
dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya semakin besar tekanan udara maka
semakin besar pula titik didih zat cair tersebut.
8. Apakah fungsi batu didih pada proses destilasi?
Jawab: Dalam proses destilasi, batu didih berfungsi dalam pemanasan saat
proses pemisahan zat melalui destilasi. Batu didih dapat berfungsi untuk
meratakan panas, sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian
larutan dan untuk menghindari titik yang didih berlebihan. Pori-pori pada
batu didih berguna untuk menangkap udara pada larutan dan melepasnya ke
permukaan larutan, sehingga tidak terjadi superheated pada bagian tertentu.
9. Sebutkan kriteria pelarut yang dapat digunakan untuk ektraksi?
Jawab: Kriteria pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi:
 Pelarut yang memiliki kemampuan tinggi untuk melarutkan
komponen zat terlarut di dalam campuran
 Mempunyai titik didih yang cukup rendah
 Tidak larut dalam air
 Pelarut bersifat inert
 Tidak mudah terbakar
 Tidak merusak alat sehingga menyebabkan korosi
 Tidak beracun
10. Apakah yang dimaksud pelarut polar dan non-polar?
Jawab: Pelarut polar adalah pelarut yang larut dalam air dan senyawa yang
terkandung di dalamnya membentuk ikatan hidroksil. Dalam senyawa
pelarut polar memiliki rantai karbon yang pendek. Pelarut nonpolar
merupakan pelarut yang tidak larut dalam air dan senyawa dalam pelarut
tersebut tidak berikatan dengan –OH (hidroksil). Semakin panjang rantai
karbon, maka pelarut akan semakin nonpolar. Rantai siklik juga dapat
membuktikan bahwa pelarut bersifat nonpolar.
Pertanyaan setelah praktikum
1. Suatu campuran mengandung NH4Cl, KCl, dan serbuk besi. Sarankan tahap-
tahap pemisahan bagi campuran tersebut.
Jawab:
 Timbang sebuah gelas kimia yang kering dan bersih dengan hati-hati
hingga tingkat ketelitian 0,001 g.
 Masukkan 2-3 gram sampel.
 Kemudian timbang gelas kimia yang telah berisi sampel dan catat hasil
penimbangannya.
 Panaskan gelas kimia yang telah berisi sampel selama 15 menit (10
menit pertama diaduk perlahan-lahan).
 Biarkan gelas kimia hingga dingin (jangan pernah menimbang gelas
kimia atau alat gelas lainnya dalam keadaan panas atau hangat).
 Selisih berat gelas kimia sebelum dan setelah pemanasan
merepresentasikan berat NH4Cl dalam campuran.
 Hitunglah berat NH4Cl tersebut. Selisih berat gelas kimia sebelum dan
setelah pemanasan merepresentasikan berat NH4Cl dalam campuran.
 Tambahkan 15 mL air ke dalam gelas kimia berisi padatan sisa, lalu
aduk selama 5 menit. Saring campuran tersebut.
 Timbang cawan penguapan yang bersih dan kosong. Catat massa nya.
 Tampung filtrat dalam cawan penguapan. Bilas kertas saring untuk
memastikan KCl sudah tertuang ke dalam cawan penguapan.
 Letakkan kertas saring dalam gelas arloji dan keringkan dalam oven
selama 20 menit.
 Selisih dari berat yang diperoleh dengan berat kertas saring kosong
adalah berat dari pasir. Hitunglah berat serbuk besi tersebut.
 Panaskan cawan yang berisi KCl untuk menghilangkan uap air. Setelah
semua air menguap, biarkan cawan hingga dingin, kemudian timbang
berat cawan dan KCl. Selisih dari berat cawan dan residu yang diperoleh
dengan berat cawan kosong adalah berat dari KCl. Hitunglah berat KCl
tersebut.
2. Apabila komposisi zat diperoleh NH4Cl 40%, KCl 15% dan serbuk besi
20%, dan perhitungan dianggap benar. Bagaimana akurasi proses
pemisahannya? Apa sajakah kesalahan yang dapat terjadi?
Jawab: Pemisahan kurang akurat karena NH4Cl memiliki presentase yang
jauh lebih besar daripada KCl dan serbuk besi. Kesalahan yang dapat terjadi
adalah saat proses sublimasi, belum semua NH4Cl berubah zat atau saat
proses penimbangan, gelas kimia yang berisi NH 4Cl berada dalam keadaan
panas sehingga angka yang tercantum dalam timbangan tidak akurat.
3. Ketika Anda memiliki campuran zat cair yang tidak diketahui yang ingin
dimurnikan, jenis destilasi manakah yang sebaiknya digunakan? Dan
mengapa Anda memilih destilasi tersebut?
Jawab: Jenis destilasi yang digunakan adalah destilasi terfraksi, yaitu proses
pemisahan komponen dari zat penyusun suatu campuran senyawa larutan.
Digunakan destilasi terfraksi karena prinsipnya yang cukup sederhana yaitu
campuran cairan yang dipanaskan akan menghasilkan uap, uap yang
dihasilkan bergerak ke atas tabung gelas yang disebut kolom fraksionasi,
kemudian terjadi pemisahan. Cairan yang memiliki titik didih rendah akan
lebih mudah menguap, sehingga secara bertahap akan bergerak menuju
bagian atas kolom fraksionasi, sedangkan cairan dengan titik didih yang lebih
tinggi akan tetap berada di bawah. Perbedaan destilasi biasa dengan yang
terfraksi adalah destilasi terfraksi memiliki kolom fraksional dimana terjadi
proses refluks yaitu saat cairan dan uap mengalami kontak lebih lama, hal ini
agar pemisahan campuran dapat terjadi lebih baik.
4. Jelaskan dengan disertai contoh, manakah dari kedua proses berikut yang
menghasilkan pemisahan yang lebih baik:
a. 20 mL campuran diekstraksi dengan 100 mL pelarut dengan satu kali
ekstraksi.
b. 20 mL campuran diekstraksi dengan 20 mL pelarut sebanyak 5 kali proses.
Jawab:
Proses yang lebih baik adalah 20 mL campuran diekstraksi dengan 20 mL
pelarut sebanyak 5 kali proses karena proses ini lebih akurat dibandingkan
mengekstraksi 100 mL pelarut sekaligus. Contohnya, ada 100 mL pelarut
dicampur iodine dan 20 mL senyawa organik. Untuk mengekstraksi 100 mL
pelarut iodine ini kita harus melakukan 5 kali proses ekstraksi dan tiap
ekstraksi membutuhkan 20 mL pelarut iodine. Dengan demikian praktikum
akan berlangsung lebih cepat dan mudah, juga produk yang dihasilkan bisa
lebih akurat.

13. Kesimpulan

 Berdasarkan karakteristik masing-masing zat NH4Cl, NaCl, dan pasir, cara


pemisahan yang paling tepat yaitu dengan melakukan sublimasi pada zat
NH4Cl. Kemudian melakukan filtrasi untuk pasir, dan evaporasi pada NaCl.
 Prinsip dari teknik pemisaan filtrasi adalah pemisahan zat padat yang
tersuspensi dalam zat cair menggunakan media kertas saring. Prinsip
pemisahan sublimasi adalah perubahan fase zat padat menjadi gas tanpa
melewati fase cair, dimana hal ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan yang
normal. Komponen yang menyublim adalah amonium klorida, komponen yang
mengkristal adalah natrium klorida, dan komponen yang terfiltrasi adalah
pasir.
 Untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan titik didih nya, dapat
dilakukan dengan metode destilasi. Titik didih zat pelarut yang lebih rendah
akan lebih cepat menguap. Pelarut etanol memiliki titik didih sebesar 78,37oC,
sedangkan air memiliki titik didih sebesar 100oC. Titik didih air lebih besar
dari etanol, sehingga destilasi merupakan cara yang tepat untuk pemisahan
campuran.
 Zat iodin diekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan zat iodin dari pelarut
air menggunakan pelarut sikloheksana. Pelarut air memiliki densitas sebesar
g g
997 /mL dan pelarut sikloheksana memiliki densitas sebesar 774 /mL,
sehingga metode yang tepat untuk memisahkan campuran tersebut yaitu
dengan metode ekstraksi. Massa jenis dari sikloheksana lebih kecil dari air,
maka dapat terlihat dua lapisan, yaitu lapisan yang paling atas merupakan
lapisan yang memiliki densitas yang lebih rendah yakni sikloheksana.
Sedangkan lapisan yang paling bawah merupakan lapisan yang memiliki
densitas yang lebih besar yakni air.

14. Referensi

Walangare, K. B. A., Lumenta, A. S. M., Wuwung, J. O., & Sugiarso, B. A. (2013). Rancang
Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana
Menggunakan Pemanas Elektrik. E-Jurnal Teknik Elektrodan Komputer.

Mukhtarini. (2011). “Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.” Jurnal
of Pharmacy, V, 361.

Ratnawati, S. (2018). Materi Dan Perubahannya Melalui Discovery Learning Dengan Sistem
Agen Penemu Siswa Kelas Viib. Jurnal Wahana Kreatifitas Pendidik, I(1), 34–42.

Savitri Erna Noor, S. (2016). Unnes science education journal. Unnes Science Education
Journal, 5(1), 1109–1115.

http://mercubuana.ac.id/files/KimiaTeknik/16002_kimia_teknik_modul_06.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126128-FAR.053-08-Formulasi%20suspensi-Literatur.pdf
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/141/jtptiain--sitianiyah-7024-1-skripsi.pdf
https://www.amongguru.com/penyaringan-filtrasi-pengertian-prinsip-jenis-dan-contohnya/
https://www.academia.edu/7926887/PERCOBAAN_1
http://eprints.polsri.ac.id/5172/3/BAB%20II.pdf
https://isroi.com/2009/09/07/distilasi-etanol/#:~:text=Secara%20sederhana%20distilasi
%20adalah%20proses,berarti%20memisahkan%20etanol%20dengan%20air.&text=Seperti
%20halnya%20air%2C%20etanol%20berubah,untuk%20memisahkan%20etanol%20dari
%20air.

Anda mungkin juga menyukai