PEMBAHASAN
A. Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan
yang dilaksanakan di Jatikuwung, Karanganyar. Letak geografis diukur dengan alat
GPS. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 1% yang berarti
hampir datar. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Cara kerja alat ini harus
dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tinggi badan yang sama, sehingga
seimbang. Orang yang satu berada di tempat yang tinggi, dan yang satu berada di
tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa klinometer berada di tempat
yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau melihat teman yang berada di
tempat rendah dan mata satunya lagi melihat klinometer secara bersama kemudian
mencatat angka kemiringannya. Arah kiblat profil adalah utara. Landformnya adalah
vulkanik yang merupakan hasil aktivitas materi gunung berapi.
Di Jatikuwung batuan permukaan <0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan
kecil >8m dan antar batuan besar 20 m. Lahan memungkinkan terjadi erosi
permukaan dengan tingkat yang rendah. Keadaan perairan di lokasi praktikum adalah
bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga dikarenakan banyaknya akar tumbuhan
sehingga air mudah menembus tanah ke bawah tidak tertahan dalam pori-pori tanah.
2. Penyelidikan Profil Tanah
Dalam mengamati profil tanah, dibuat terlebih dulu pedon tanah dengan
pengeprasan tanah atau tanah secara tegak / vertikal. Dalam pembuatan profil, yang
perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Tanah vertisol pada pedon tersebut, terdiri atas 4 horison. Sedang
kedalaman horison A1 0-15 cm, horison A2 15-25 cm, horison B1 25-37 cm, horizon
B2 37-48 cm. Sementara batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara,
yaitu dengan pengamatan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah dengan ujung
belati/memukul-mukul pangkal belati
59 pada profil tanah. Ketegasan horison A1 dengan
A2 adalah baur sedangkan A2 dengan B1 adalah sangat tajam, dan B1 dengan B2 juga
baur dengan bentuk yang berombak. Pada profil ini dijumpai pula perakaran. Horison
A1 ukurannya sedang dan jumlahnya banyak, horison A2 ukurannya sedang dengan
jumlah yang biasa, horison B1 ukuran halus dan jumlahnya sedikit, horison B2 ukuran
sangat halus dan jumlahnya sedikit. Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan
semakin sedikit karena daya tembus akar dalam tanah dan kemapuan akar tumbuhan
menyerap air serta unsur hara (humus) semakin berkurang.
3. Sifat Fisika Tanah
Sifat Fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi,
warna, aerase – drainase, permeabilitas dan penetrometer.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar tanah dalam satu
massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan lempung (clay). Horison A 1
teksturnya geluh debuan, A2 geluh debuan, A3 memiliki tekstur geluh lempung
debuan. Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah
terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air. Tekstur juga mempengaruhi
terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia dalam tanah.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan
diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa lengket dan liat.
Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena adanya proses pelapukan
dari bahan induk yang menghasilkan lempung.
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan adanya
daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada berbagai kandungan air dan
ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Konsistensi profil dari horison A 1 pada
keadaan kering, lembab, dan basah berturut-turut adalah lepas, teguh dan tidak lekat.
Sedangkan pada horison A2 berturut-turut adalah sangat keras, teguh, agak lekat. Pada
horison B1 berturut-turut adalah lepas, teguh, dan lekat. Pada horison B 2 berturut-turut
lepas teguh dan lekat.
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan mengambil
sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada bagan warna
MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna itu berada dan ditentukan berapa nilai
hue, value dan chromanya. Pada horison A1 warna tanah very dark gray (3/1 7,5 YR.
Horison A2 memiliki warna tanah dark brown (3/2 7,5 YR. Horison B1 memiliki
warna tanah brown (5/4 7,5 YR). Horison B2 memiliki warna tanah strong brown (5/6
7,5 YR).
Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam hal tata udara dan
air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan
dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu
ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Tanah yang ditetesi
KCNS berwarna merah, yang ditetesi K3Fe(CN)6 berwarna biru. Jika dominan warna
merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan warna biru maka aerasi dan
drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata dan biru nyata pada horison A1 hingga
B2 yang membuktikan bahwa aerasi dan draenasinya sedang. sementara horison A 3
terlihat warna merah nyata disertai warna biru nyata yang membuktikan bahwa aerasi
dan draenasenya sedang.
Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik tanah. Dari hasil
pengamatan didapat untuk horizontal adalah 2,5 kg/cm2 . Sedangkan untuk vertikal
pada horison A1 : 2,25 kg/cm2; horison A2 : 2,75 kg/cm2; horison B1 dan B2 : 2,5
kg/cm2.
Penetrasi horisontal dari horison A1 sampai B2 sama. Sementara penetrasi
vertikalnya mengalami sedikit perubahan dari horison A1 sampai B2. Konsistensi tanah
berpengaruh terhadap besarnya penetrometer karena semakin lekat dan semakin teguh
tanah nerpengaruh pada tingkat daya mekanik juga banyak sedikitnya ketersediaan
bahan organik dalam tanah.
4. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang diamati adalah kemasaman, bahan organik kapur
(CaCo3) dan konkresi, sifat kimia tanah penting dalam menentukan ciri dan sifat tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya.
pH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati adalah
ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan
ph) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan kemasaman cadangan (jumlah ion
H+ dalam larutan dan yang terserap di komplek pertukaran). Penentuan pH pada
praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial). pH aktual
dianalisis dengan mencampur tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5.
Dari hasil pengamatan maka didapat pH H 2O pada lapisan A1 sebesar 7,5, pada
lapisan A2, A3, dan A4 sebesar 7,1. Untuk pH KCl pada horison A1 sebesar 6,4, pada
horizon A2 6,7, pada horizon A3 sebesar 6,5, dan pada horizon A4 6,6. Dari hasil yang
didapat maka tingkat keasaman tanah adalah agak basa. Untuk tanah yang di campuri
H2O, pH > daripada dicampuri KCl karena H2O bersifat netral dan KCl bersifat asam
(pH rendah).
Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati jumlah bahan
organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara mengamati buih yang timbul setelah
ditetesi dengan H2O2 10 % . Pada praktikum kali ini didapat buih yang dihasilkan
pada tiap – tiap lapisan berbeda. Pada lapisan A1 dan A2 dihasilkan buih yang
membentuk busa tebal, hal ini menunjukkan bahwa kandungan BO yang terkandung
sangat banyak. Sedangkan pada lapisan B1 terdapat buih yang membentuk buih sangat
tipis, hal ini menunjukan bahwa kandungan BO sedikit dan pada lapisan B 2 dihasilkan
buih yang sangat tipis sekali yang menunjukkan bahwa BO yang dikandung sangat
sedikit. Untuk analisis kadar kapur (CaCO3) ditemukan sangat sedikit kadarnya pada
horizon A1 sampai B2. Adanya kadar organik yang banyak tersebut berkaitan dengan
laju aerasi dan reduksi yang baik pada permukaan tanah, sehingga bahan organik yang
terdekomposisi mengalami penyusupan dengan baik menuju ke lapisan bawah dan
mengendap pada lapisan yang paling bawah.
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa – sisa bahan organik (tumbuhan /
hewan) yang merupakan bahan penyusun humus.
Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam tanah.
Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam hitam dan ada
tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan organik di horizon A 1 = ++
+ (banyak), horison A2= +++ (banyak), horizon A3 = +++ (banyak). Adanya kadar
organik yang banyak tersebut berkaitan dengan laju aerasi dan reduksi yang baik
pada permukaan tanah, sehingga bahan organik yang terdekomposisi mengalami
penyusupan dengan baik menuju ke lapisan bawah dan mengendap pada lapisan
yang paling bawah.
b. Kadar kapur
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa – sisa bahan organik
(tumbuhan / hewan) yang merupakan bahan penyusun humus.
b. Konsentrasi
Dalam praktikum di Jumantono tidak dilakukan pengukuran konsentrasi
tanah.
5. Analisis Lengas Tanah
Pengukuran lengas maksimum dilakukan untuk mengetahui peranan air di
dalam tanah.
a. Analisis Lengas Tanah Kering Angin
Pada tabel tersebut diketahui bahwa pada bongkahan 1 memiliki kadar
lengas 11,612 %, bongkahan 2 memiliki kadar lengas 11,7464 %, sehingga rata-
rata dari kadar lengas kering angin tanah alfisol (Jumantono) adalah 11,65%. Ctka
Ø 2 mm pada percobaan pertama memiliki kadar lengas 10,3022%, sedangkan
pada pengulangan kedua kadar lengasnya 11,1037%, sehingga rata-rata kadar
lengas ctka Ø 2 mm tanah alfisol adalah 10,7%. Ctka Ø 0,5 mm pada percobaan
pertama mempunyai kadar lengas 10,6298%, sedangkan pada pengulangan kedua
kadar lengasnya 10,8585%, sehingga rata-rata kadar lengas yang dimiliki oleh
ctka Ø 0,5 mm pada tanah alfisol adalah 10,75%.
b. Analisis Kapasitas Lapang
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui nilai kapasitas
lapang dari ctka Ø 2 mm. Pada percobaan pertama nilai kapasitas lapangnya
53,75 %. Pada pengulangan kedua kapasitas lapangnya 55,85 %.
c. Analisis Lengas Maksimum
Pada percobaan dengan menggunakan ctka Ø 2 mm dapat didapatkan nilai
lengas maksimum yaitu 79,917 %. Hasil tersebut dapat dihitung setelah
mengetahui nilai a dengan menimbang cawan berlubang kosong belum diberi
perlakuan apapun, b dengan menimbang cawan diisi tanah sebelum dioven, nilai
c dengan menimbang cawan diisi tanah sesudah dioven, nilai d dengan
menimbang cawan berlubang kosong setelah sebelumnya diisi tanah.
d. Analisis Batas Berubah Warna
Batas berubah warna dapat ditentukan dengan menhitung kadar lengas dari
ctka Ø 0,5 mm, lalu ditentukan pengharkatannya. Pada percobaan tersebut
dipadatkan kadar lengas 25,76% pada percobaan pertama dan kadar lengas 29,07
% pada pengulangan kedua, sehingga didapatka rata-rata kadar lengas 27,415 %.
Rata-rata kadar lengas tersebut membuktikan bahwa tanah alfisol yang berada di
Jumantono termasuk kedalam pengharkatan sedang.
6. Analisis pH
Dalam analisis pH tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing
reagen. Berdasrkan data di atas, saat ctka Ø 0,5 mm ditetesi dengan reagen H2O pada
pengujian pertama didapatkan nilai pH 5,698 dan pada pengujian kedua nilai pH
5,794 sehingga rata-rata nilai pH 5,746. Sementara ctka Ø 0,5 mm yang diberi reagen
KCl pada pengujian pertama nilai pH 5,473 dan pada pengulangan kedua nilai pH
5,781 sehingga rata-rata nilai pH nya 5,623. Dengan demikian ctka Ø 0,5 mm pada
tanah alfisol dapar digolongkan dalam pengharkatan rendah.
7. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah itu
terbentuk sebagai agregat tanah. Struktur tanah dapat diartikan sebagai susunan saling
mengikat antara partikel-partikel tanah pada semua horison. Struktur tanah juga
diartikan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah, akibat melekatnya butir-butir tanah
satu sama lain. Cara menentukan struktur tanah dengan mengambil gumpalan tanah,
dipecah dengan jari. Pecahan tersebut merupakan agregrat, kemudian ditentukan tipe,
ukuran, dan derajad struktur horison.
Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu pada lapisan A1 dan B2
memiliki tipe struktur gumpal membulat (Sub angular blocky) dengan ciri berbidang
banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat . dengan
ukuran halus, berderajad sedang dan ukuran sedang berderajad kuat. Pada lapisan B1
memiliki tipe kersai yaitu berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk
permukaan sekeliling. Ukuran struktur tanah menurut bentuknya pada lapisan A1,
halus, B1, sedang dan B2 kasar. Untuk derajad kekerasan struktur tanah pada lapisan A1
lemah, pada lapisan B1 dan B2 mempunyai derajad sedang.
Berdasarkan data diatas pada ctka bongkahan didapatkan data berat volume
2,209 pada pengulangan pertama dan 2,513 pada pengulangan kedua. Pada ctka 2 mm
untuk mengetahui bobot jenis tanah didapatkan data suhu pertama 30ºC kemudian
suhu kedua turun menjadi 28ºC. Sedangkan BJ1 didapatkan data 0,9960 dan BJ2
0,9963. Sehingga didapatkan berat jenisnya 5,195.
C. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan yang di Fakultas Pertanian UNS
dilakukan dengan cara pengidentifikasian lahan. Fisiografi atau pencandraan bentang
lahan yaitu pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk tanah. Fisiografi
lahan di Fakultas Pertanian UNS adalah berombak karena amplitudonya renggang.
Letak geografis diukur dengan alat GPS. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai
kemiringan 13 % yang berarti sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan
klinometer. Cara kerja alat ini harus dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tinggi
badan yang sama, sehingga seimbang. Orang yang satu berada di tempat yang tinggi,
dan yang satu berada di tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa
klinometer berada di tempat yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau
melihat teman yang berada di tempat rendah dan mata satunya lagi melihat klinometer
secara bersama kemudian mencatat angka kemiringannya. Arah kiblat pedon adalah
barat daya. Landformnya adalah miscellaneous serta dapat dilihat adanya campur
tangan manusia.
Di Fakultas Pertanian UNS batuan permukaan jumlahnya< 0,1% dari luas
permukaan, jarak antara batuan kecil >8 m, dan antar batuan besar sekitar 20 m.
Lahannya miring dan erosi permukaan ringan. Sistem hidrologi atau keadaan perairan
di lokasi praktikum adalah bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga dikarenakan
banyaknya akar tumbuhan sehingga air mudah menembus tanah ke bawah tidak
tertahan dalam pori-pori tanah.
2. Penyelidikan Ordo Tanah
Dalam mengamati profil tanah, dibuat terlebih dulu pedon tanah dengan
pengeprasan tanah atau tanah secara tegak / vertikal. Dalam pembuatan profil, yang
perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Tanah entisol pada profil 4, terdiri atas 4 horison. Kedalaman
horison A1 0-28 cm, horison A2 27–40 cm, horison A3 40–59 cm. Batas-batas lapisan
dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan pengamatan perbedaan warna,
menusuk-nusuk tanah dengan ujung belati/memukul-mukul pangkal belati pada profil
tanah. Ketegasan horison A1 dengan A2 dan horison A2 dengan A3 adalah berangsur.
Topografi antara semua batasan horison berombak. Pada profil ini dijumpai pula
perakaran. Horison A1 ukurannya kasar dan jumlahnya banyak, horison A2 ukurannya
sedang dengan jumlah yang biasa, horison A3 ukuran sedang dan jumlahnya sedikit.
Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena daya tembus
akar dalam tanah dan kemapuan akar tumbuhan menyerap air serta unsur hara
(humus).