Anda di halaman 1dari 19

V.

PEMBAHASAN

A. Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan
yang dilaksanakan di Jatikuwung, Karanganyar. Letak geografis diukur dengan alat
GPS. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 1% yang berarti
hampir datar. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Cara kerja alat ini harus
dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tinggi badan yang sama, sehingga
seimbang. Orang yang satu berada di tempat yang tinggi, dan yang satu berada di
tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa klinometer berada di tempat
yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau melihat teman yang berada di
tempat rendah dan mata satunya lagi melihat klinometer secara bersama kemudian
mencatat angka kemiringannya. Arah kiblat profil adalah utara. Landformnya adalah
vulkanik yang merupakan hasil aktivitas materi gunung berapi.
Di Jatikuwung batuan permukaan <0,1% dari luas permukaan, jarak antar batuan
kecil >8m dan antar batuan besar 20 m. Lahan memungkinkan terjadi erosi
permukaan dengan tingkat yang rendah. Keadaan perairan di lokasi praktikum adalah
bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga dikarenakan banyaknya akar tumbuhan
sehingga air mudah menembus tanah ke bawah tidak tertahan dalam pori-pori tanah.
2. Penyelidikan Profil Tanah
Dalam mengamati profil tanah, dibuat terlebih dulu pedon tanah dengan
pengeprasan tanah atau tanah secara tegak / vertikal. Dalam pembuatan profil, yang
perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Tanah vertisol pada pedon tersebut, terdiri atas 4 horison. Sedang
kedalaman horison A1 0-15 cm, horison A2 15-25 cm, horison B1 25-37 cm, horizon
B2 37-48 cm. Sementara batas-batas lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara,
yaitu dengan pengamatan perbedaan warna, menusuk-nusuk tanah dengan ujung
belati/memukul-mukul pangkal belati
59 pada profil tanah. Ketegasan horison A1 dengan

A2 adalah baur sedangkan A2 dengan B1 adalah sangat tajam, dan B1 dengan B2 juga
baur dengan bentuk yang berombak. Pada profil ini dijumpai pula perakaran. Horison
A1 ukurannya sedang dan jumlahnya banyak, horison A2 ukurannya sedang dengan
jumlah yang biasa, horison B1 ukuran halus dan jumlahnya sedikit, horison B2 ukuran
sangat halus dan jumlahnya sedikit. Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan
semakin sedikit karena daya tembus akar dalam tanah dan kemapuan akar tumbuhan
menyerap air serta unsur hara (humus) semakin berkurang.
3. Sifat Fisika Tanah
Sifat Fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi,
warna, aerase – drainase, permeabilitas dan penetrometer.
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar tanah dalam satu
massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan lempung (clay). Horison A 1
teksturnya geluh debuan, A2 geluh debuan, A3 memiliki tekstur geluh lempung
debuan. Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah
terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air. Tekstur juga mempengaruhi
terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia dalam tanah.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di pijit-pijit dan
diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa lengket dan liat.
Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena adanya proses pelapukan
dari bahan induk yang menghasilkan lempung.
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan adanya
daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada berbagai kandungan air dan
ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Konsistensi profil dari horison A 1 pada
keadaan kering, lembab, dan basah berturut-turut adalah lepas, teguh dan tidak lekat.
Sedangkan pada horison A2 berturut-turut adalah sangat keras, teguh, agak lekat. Pada
horison B1 berturut-turut adalah lepas, teguh, dan lekat. Pada horison B 2 berturut-turut
lepas teguh dan lekat.
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan mengambil
sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada bagan warna
MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna itu berada dan ditentukan berapa nilai
hue, value dan chromanya. Pada horison A1 warna tanah very dark gray (3/1 7,5 YR.
Horison A2 memiliki warna tanah dark brown (3/2 7,5 YR. Horison B1 memiliki
warna tanah brown (5/4 7,5 YR). Horison B2 memiliki warna tanah strong brown (5/6
7,5 YR).
Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam hal tata udara dan
air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah dapat dilakukan
dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2 sampel tanah, satu
ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K3Fe(CN)6 0,5%. Tanah yang ditetesi
KCNS berwarna merah, yang ditetesi K3Fe(CN)6 berwarna biru. Jika dominan warna
merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan warna biru maka aerasi dan
drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata dan biru nyata pada horison A1 hingga
B2 yang membuktikan bahwa aerasi dan draenasinya sedang. sementara horison A 3
terlihat warna merah nyata disertai warna biru nyata yang membuktikan bahwa aerasi
dan draenasenya sedang.
Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik tanah. Dari hasil
pengamatan didapat untuk horizontal adalah 2,5 kg/cm2 . Sedangkan untuk vertikal
pada horison A1 : 2,25 kg/cm2; horison A2 : 2,75 kg/cm2; horison B1 dan B2 : 2,5
kg/cm2.
Penetrasi horisontal dari horison A1 sampai B2 sama. Sementara penetrasi
vertikalnya mengalami sedikit perubahan dari horison A1 sampai B2. Konsistensi tanah
berpengaruh terhadap besarnya penetrometer karena semakin lekat dan semakin teguh
tanah nerpengaruh pada tingkat daya mekanik juga banyak sedikitnya ketersediaan
bahan organik dalam tanah.
4. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang diamati adalah kemasaman, bahan organik kapur
(CaCo3) dan konkresi, sifat kimia tanah penting dalam menentukan ciri dan sifat tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya.
pH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati adalah
ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan
ph) dan pH potensial (pH KCl) yang menyatakan kemasaman cadangan (jumlah ion
H+ dalam larutan dan yang terserap di komplek pertukaran). Penentuan pH pada
praktikum ini dengan menggunakan pH stick (pH aktual dan pH potensial). pH aktual
dianalisis dengan mencampur tanah dengan air (H2O) dengan perbandingan 1: 2,5.
Dari hasil pengamatan maka didapat pH H 2O pada lapisan A1 sebesar 7,5, pada
lapisan A2, A3, dan A4 sebesar 7,1. Untuk pH KCl pada horison A1 sebesar 6,4, pada
horizon A2 6,7, pada horizon A3 sebesar 6,5, dan pada horizon A4 6,6. Dari hasil yang
didapat maka tingkat keasaman tanah adalah agak basa. Untuk tanah yang di campuri
H2O, pH > daripada dicampuri KCl karena H2O bersifat netral dan KCl bersifat asam
(pH rendah).
Selain penentuan pH pada pengamatan kali ini juga mengamati jumlah bahan
organik (BO) secara kualitatif, yaitu dengan cara mengamati buih yang timbul setelah
ditetesi dengan H2O2 10 % . Pada praktikum kali ini didapat buih yang dihasilkan
pada tiap – tiap lapisan berbeda. Pada lapisan A1 dan A2 dihasilkan buih yang
membentuk busa tebal, hal ini menunjukkan bahwa kandungan BO yang terkandung
sangat banyak. Sedangkan pada lapisan B1 terdapat buih yang membentuk buih sangat
tipis, hal ini menunjukan bahwa kandungan BO sedikit dan pada lapisan B 2 dihasilkan
buih yang sangat tipis sekali yang menunjukkan bahwa BO yang dikandung sangat
sedikit. Untuk analisis kadar kapur (CaCO3) ditemukan sangat sedikit kadarnya pada
horizon A1 sampai B2. Adanya kadar organik yang banyak tersebut berkaitan dengan
laju aerasi dan reduksi yang baik pada permukaan tanah, sehingga bahan organik yang
terdekomposisi mengalami penyusupan dengan baik menuju ke lapisan bawah dan
mengendap pada lapisan yang paling bawah.
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa – sisa bahan organik (tumbuhan /
hewan) yang merupakan bahan penyusun humus.

5. Analisis Lengas Tanah


Pengukuran lengas maksimum dilakukan untuk mengetahui peranan air di
dalam tanah. Menganalisis kadar lengas dibagi menjadi empat cara yaitu lengas tanah
kering angin, kapasitas lapangan, lengas maksimum, dan batas berubah warna. Pada
lengas tanah kering angin dilakukan analisis dengan menggunakan tiga ukuran tanah,
bongkahan, ctka 0,5 mm dan 2 mm, yang masing-masing ukuran dilakukan dua kali
pengulangan. Untuk mengetahui kadar lengas pada percobaan lengas tanah kering
angin dilakukan dengan tiga cara yaitu cara pertama menimbang berat botol
penimbang dan tutupnya yang sebelumnya sudah dioven selama 30 menit dan
didinginkan di eksikator, ini akan menjadi berat a gram.
Pada tabel tersebut diketahui bahwa pada bongkahan 1 memiliki kadar lengas
11,479 %, bongkahan 2 memiliki kadar lengas 22,625 %, sehingga rata-rata dari kadar
lengas kering angin tanah vertisol (Jatikuwung) adalah 17,052 %. Ctka Ø 2 mm pada
percobaan pertama memiliki kadar lengas 10,015%, sedangkan pada pengulangan
kedua kadar lengasnya 16,340%, sehingga rata-rata kadar lengas ctka Ø 2 mm tanah
vertisol adalah 13,177%. Ctka Ø 0,5 mm pada percobaan pertama mempunyai kadar
lengas 12,082%, sedangkan pada pengulangan kedua kadar lengasnya 12,243%,
sehingga rata-rata kadar lengas yang dimiliki oleh ctka Ø 0,5 mm pada tanah vertisol
adalah 12,272 %.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui nilai kapasitas lapang dari
ctka Ø 2 mm. Pada percobaan pertama nilai kapasitas lapangnya 32,799%. Pada
pengulangan kedua kapasitas lapangnya 31,989%.
Pada percobaan dengan menggunakan ctka Ø 2 mm dapat didapatkan nilai lengas
maksimum yaitu 81,356%. Hasil tersebut dapat dihitung setelah mengetahui nilai a
dengan menimbang cawan berlubang kosong belum diberi perlakuan apapun, b
dengan menimbang cawan diisi tanah sebelum dioven, nilai c dengan menimbang
cawan diisi tanah sesudah dioven, nilai d dengan menimbang cawan berlubang
kosong setelah sebelumnya diisi tanah.
Batas berubah warna dapat ditentukan dengan menhitung kadar lengas dari ctka
Ø 0,5 mm, lalu ditentukan pengharkatannya. Pada percobaan tersebut dipadatkan
kadar lengas 194,764% pada percobaan pertama dan kadar lengas 51,194% pada
pengulangan kedua, sehingga didapatka rata-rata kadar lengas 122,979%.
6. Analisis pH

Dalam analisis pH tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing


reagen. Berdasarkan data di atas, saat ctka Ø 0,5 mm ditetesi dengan reagen H 2O pada
pengujian pertama didapatkan nilai pH 7,070 dan pada pengujian kedua nilai pH
7,082 sehingga rata-rata nilai pH 7,076. Sementara ctka Ø 0,5 mm yang diberi reagen
KCl pada pengujian pertama nilai pH 6,172 dan pada pengulangan kedua nilai pH
6,154 sehingga rata-rata nilai pH nya 6,163.
7. Analisis Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah itu
terbentuk sebagai agregat tanah. Struktur tanah dapat diartikan sebagai susunan saling
mengikat antara partikel-partikel tanah pada semua horison. Struktur tanah juga
diartikan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah, akibat melekatnya butir-butir tanah
satu sama lain. Cara menentukan struktur tanah dengan mengambil gumpalan tanah,
dipecah dengan jari. Pecahan tersebut merupakan agregrat, kemudian ditentukan tipe,
ukuran, dan derajad struktur horison.
Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu pada lapisan A1 dan A2
memiliki tipe struktur gumpal menyudut (Angular blocky) dengan ciri berbidang
banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut lancip, dengan ukuran
kasar, berderajad kuat dan ukuran sedang berderajad kuat. Pada lapisan B1 dan B2
memiliki tipe gumpal membulat (Sub angular blocky) yaitu berbidang banyak, bidang
muka saling berpotongan membentuk sudut membulat, dengan ukuran halus dan
berderajad sedang.
Berdasarkan data diatas pada ctka bongkahan didapatkan data berat volume
1,153 pada pengulangan pertama dan 1,262 pada pengulangan kedua. Pada ctka 2 mm
untuk mengetahui bobot jenis tanah didapatkan data suhu pertama 29ºC kemudian
suhu kedua turun menjadi 26ºC. Sedangkan BJ1 didapatkan data 0,9960 dan BJ2
0,9968. Sehingga didapatkan berat jenisnya 1,935.
B. Jumantono
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan dengan cara pengidentifikasian lahan
yang dilaksanakan di Jumantono, Karanganyar. Fisiografi atau pencandraan bentang
lahan yaitu pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk tanah. Fisiografi
lahan di Jumantono yaitu berombak karena amplitudonya renggang. Letak geografis
diukur dengan alat GPS. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai kemiringan 8%
yang berarti agak miring. Kemiringan lereng diukur dengan klinometer. Cara kerja
alat ini harus dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tinggi badan yang sama,
sehingga seimbang. Orang yang satu berada di tempat yang tinggi, dan yang satu
berada di tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa klinometer berada di
tempat yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau melihat teman yang
berada di tempat rendah dan mata satunya lagi melihat klinometer secara bersama
kemudian mencatat angka kemiringannya. Arah kiblat pedon adalah barat laut.
Landformnya adalah vulkanik serta dapat dilihat adanya campur tangan manusia
yang dibuktikan adanya penggunaan lahan untuk tegal.
Di Jumantono batuan permukaan kurang dari 0, 1% dari luas permukaan yang
berarti jarak antar batuan kecil lebih dari 80 m dan antar batuan besar sekitar 20 m.
Hal tersebut karena lahan datar dan erosi permukaan sedang. Letak daerah Jumantono
yang tinggi dibanding Solo, Sragen dan sekitarnya. Apabila hujan partikel tanah akan
terbawa arus air ke bawah. Sistem hidrologi atau keadaan perairan di lokasi praktikum
adalah bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga dikarenakan banyaknya akar
tumbuhan sehingga air mudah menembus tanah ke bawah tidak tertahan dalam pori-
pori tanah. Berdasarkan keadaan wilayah yang diamati, pada pencandraan atau
fisiografis tentang bentang suatu wilayah di Jumantono dapat diketahui bahwa
reliefnya berombak dan terletak di antara pegunungan (Gunung Lawu) dan sungai
(Bengawan Solo).
2. Penyelidikan Ordo Tanah
Dalam mengamati ordo tanah, dibuat terlebih dulu pedon tanah dengan
pengeprasan tanah atau tanah secara tegak / vertikal. Dalam pembuatan profil, yang
perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Tanah alfisols pada profil 4, terdiri atas 3 horison. Tanah di
Jumantono merupakan tanah yang mengalami perkembangan. Sedang kedalaman
horison A 0-35 cm, horison B1 5-35 cm, horison B2 36-61 cm. Tidak terdapatnya
horison O dikarenakan tanah alfisols Jumantono ada permukaannya telah mengalami
pengolahan yang dilakukan manusia, misal untuk budidaya tanaman palawija maupun
tanaman musiman, sehingga bahan-bahan organik pada permukaan tanah tidak dapat
terdekomposisi dengan sempurna.
Pada profil ini tidak terdapat bebatuan di setiap lapisan. Sementara batas-batas
lapisan dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan pengamatan perbedaan
warna, menusuk-nusuk tanah dengan ujung belati/memukul-mukul pangkal belati
pada profil tanah. Ketegasan horison A dengan B1 dan B1 dengan B2 adalah baur dan
berangsur dengan bentuk yang berombak. Pada profil ini dijumpai pula perakaran.
Horison A ukurannya kasar dan jumlahnya banyak, horison B1 ukurannya sedang
dengan jumlah yang banyak, horison B2 ukuran halus dan jumlahnya sedang. Kondisi
perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena daya tembus akar dalam
tanah dan kemapuan akar tumbuhan menyerap air serta unsur hara (humus) semakin
berkurang.
3. Sifat Fisika Tanah
Sifat Fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi, warna, aerase – drainase, permeabilitas dan penetrometer.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar tanah dalam
satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan lempung (clay). Horison
A1 teksturnya geluh debuan, A2 lempung debuan, A3 memiliki tekstur lempung
debuan. Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah
terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air. Tekstur juga mempengaruhi
terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia dalam tanah.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di pijit-
pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa lengket dan
liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena adanya proses
pelapukan dari bahan induk yang menghasilkan lempung. Tekstur tanah yang
serasi akan memungkinkan kesuburan tanah. Akan dihasilkan tanah yang sehat dan
produktif bagi tanaman jika kesuburan ini ditunjang dengan subur kimia dan subur
biologi.
b. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menunjukkan
adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada berbagai kandungan air
dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Konsistensi profil dari horison A
sampai horison B2 adalah lembab, yang berarti kandungan air mendekati kapasitas
lapang. Pada horison A mempunyai kategori gembur, horison B1 teguh, dan
horizon B2 teguh. Gembur berarti bila diremas dapat bercerai, bila digenggam
menggumpal, melekat bila ditekan. Akan tetapi, semakin gembur tanah, maka
tingkat erosi semakin tinggi. Tanah yang gembur merupakan tanah yang baik untuk
dilakukan pengolahan dan dilakukan penanaman tanaman tertentu.
c. Warna tanah
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dilihat
/diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat pelapukan yang terjadi
(semakin merah warnanya semakin lanjut pelapukan tanahnya), untuk menilai
keadaan aerasi dan drainasenya baik (warna merah atau kuning coklat
menunjukkan aerasi dan dranase baik) dan untuk menaksir banyaknya kandungan
mineral (warna kekuning-kuningan atau pucat berasal dari mineral kuarsa, warna
merah berasal dari mineral besi).
Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil Colour
Chart) yang didalamnya dikenal 3 komponen yaitu Hue (menunjukkan warna
utama tanah), Value (menunjukkan derajat terangnya warna berkisar antara gelap
sampai agak terang), Chroma (menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang
akan meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih).
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan dengan
mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada
bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna itu berada dan
ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya. Pada horison A warna tanah
yellowish red (4/6 5 YR. Horison B1 memiliki warna tanah dark redish brown (3/3
5 YR. Horison B2 memiliki warna tanah dark reddish brown (3/4 5 YR).
Dari data nilai hue yang dihasilkan 7,5 YR, nilai chroma yang
menunjukkan kekuatan atau intensitasnya juga berubah, untuk nilai hue semakin
tinggi warna tanah semakin cerah, nilai value semakin tinggi warna tanah semakin
putih, hal ini dipengaruhi banyak kandungan bahan organik dalam tanah semakin
ke bawah semakin terang warnanya, jika disebabkan oleh drainase yang baik yaitu
warna merah dan kuning dan proses perkembangan tanah semakin cepat karena
banyaknya bahan organik dan drainase yang baik.
Tanah alfisol di Jumantono juga menunjukkan adanya bintik-bintik warna
hitam atau gelap. Adanya warna tersebut dikarenakan pada tanah alfisol
mengandung konkresi yang berupa Mn. Konkresi tersebut merupakan bagian tanah
yang tersementasi dan dapat dibedakan dengan tanah di sekitarnya (menyerupai
nodul), tetapi berbentuk bintik-bintik dan simetris.
d. Aerasi-Drainase
Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam hal tata
udara dan air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah
dapat dilakukan dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2
sampel tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K 3Fe(CN)6 0,5%.
Tanah yang ditetesi KCNS berwarna merah, yang ditetesi K 3Fe(CN)6 berwarna
biru. Jika dominan warna merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan
warna biru maka aerasi dan drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata pada
horison A hingg B2, maka redoks lapisan tersebut sangat baik. Hal ini menyimpang
karena seharusnya aerasi dan drainasenya semakin ke bawah semakin buruk.
i. Penetrometer
Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik tanah. Dari
hasil pengamatan didapat untuk horizontal 1 kg/cm2. Sedangkan untuk vertikal
pada horison A : 1,5 kg/cm2; horison B1 : 1,5 kg/cm2; horison B2 : 1,5 kg/cm2.
Penetrasi horisontal dari horison A sampai B2 sama. Sementara penetrasi
vertikalnya tidak mengalami perubahan dari horison A1 sampai A3. Konsistensi
tanah berpengaruh terhadap besarnya penetrometer karena semakin lekat dan
semakin teguh tanah nerpengaruh pada tingkat daya mekanik juga banyak
sedikitnya ketersediaan bahan organik dalam tanah.
4. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang diamati adalah kemasaman, bahan organik kapur
(caco3) dan konkresi, sifat kimia tanah penting dalam menentukan ciri dan sifat tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya.
a. Kemasaman (pH tanah)
pH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati
adalah ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah ion H+
dalam larutan ph) dan ph potensial (pH KCl) yang menyatakan kemasaman
cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di komplek pertukaran).
Ketika praktikum di Jumantono pengukuran pH aktual juga lebih besar daripada
pH potensial karena pada H2O terdapat H+ yang tidak dapat mendesak ion H+ yang
ada di dalam tanah, sementara pada reagen KCl terjadi pendesakan ion H + dalam
tanah oleh ion H+ yang berasal dari luar. Pendesakan tersebut menyebabkan
perubahan jumlah H+ di dalam tanah, dimana jumlahnya menjadi lebih banyak
sehingga pHnya lebih rendah dan sifatnya cenderung lebih asam daripada sampel
tanah yang diuji dengan reagen H2O. Pengaruh tinggi rendahnya kadar pH
terhadap kesuburan tanah. pH tergantung pada banyak sediktnya bahan organik
dan proses pertukaran ion dalam tanah.

Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam tanah.
Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam hitam dan ada
tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan organik di horizon A 1 = ++
+ (banyak), horison A2= +++ (banyak), horizon A3 = +++ (banyak). Adanya kadar
organik yang banyak tersebut berkaitan dengan laju aerasi dan reduksi yang baik
pada permukaan tanah, sehingga bahan organik yang terdekomposisi mengalami
penyusupan dengan baik menuju ke lapisan bawah dan mengendap pada lapisan
yang paling bawah.
b. Kadar kapur
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa – sisa bahan organik
(tumbuhan / hewan) yang merupakan bahan penyusun humus.
b. Konsentrasi
Dalam praktikum di Jumantono tidak dilakukan pengukuran konsentrasi
tanah.
5. Analisis Lengas Tanah
Pengukuran lengas maksimum dilakukan untuk mengetahui peranan air di
dalam tanah.
a. Analisis Lengas Tanah Kering Angin
Pada tabel tersebut diketahui bahwa pada bongkahan 1 memiliki kadar
lengas 11,612 %, bongkahan 2 memiliki kadar lengas 11,7464 %, sehingga rata-
rata dari kadar lengas kering angin tanah alfisol (Jumantono) adalah 11,65%. Ctka
Ø 2 mm pada percobaan pertama memiliki kadar lengas 10,3022%, sedangkan
pada pengulangan kedua kadar lengasnya 11,1037%, sehingga rata-rata kadar
lengas ctka Ø 2 mm tanah alfisol adalah 10,7%. Ctka Ø 0,5 mm pada percobaan
pertama mempunyai kadar lengas 10,6298%, sedangkan pada pengulangan kedua
kadar lengasnya 10,8585%, sehingga rata-rata kadar lengas yang dimiliki oleh
ctka Ø 0,5 mm pada tanah alfisol adalah 10,75%.
b. Analisis Kapasitas Lapang
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui nilai kapasitas
lapang dari ctka Ø 2 mm. Pada percobaan pertama nilai kapasitas lapangnya
53,75 %. Pada pengulangan kedua kapasitas lapangnya 55,85 %.
c. Analisis Lengas Maksimum
Pada percobaan dengan menggunakan ctka Ø 2 mm dapat didapatkan nilai
lengas maksimum yaitu 79,917 %. Hasil tersebut dapat dihitung setelah
mengetahui nilai a dengan menimbang cawan berlubang kosong belum diberi
perlakuan apapun, b dengan menimbang cawan diisi tanah sebelum dioven, nilai
c dengan menimbang cawan diisi tanah sesudah dioven, nilai d dengan
menimbang cawan berlubang kosong setelah sebelumnya diisi tanah.
d. Analisis Batas Berubah Warna
Batas berubah warna dapat ditentukan dengan menhitung kadar lengas dari
ctka Ø 0,5 mm, lalu ditentukan pengharkatannya. Pada percobaan tersebut
dipadatkan kadar lengas 25,76% pada percobaan pertama dan kadar lengas 29,07
% pada pengulangan kedua, sehingga didapatka rata-rata kadar lengas 27,415 %.
Rata-rata kadar lengas tersebut membuktikan bahwa tanah alfisol yang berada di
Jumantono termasuk kedalam pengharkatan sedang.
6. Analisis pH
Dalam analisis pH tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing
reagen. Berdasrkan data di atas, saat ctka Ø 0,5 mm ditetesi dengan reagen H2O pada
pengujian pertama didapatkan nilai pH 5,698 dan pada pengujian kedua nilai pH
5,794 sehingga rata-rata nilai pH 5,746. Sementara ctka Ø 0,5 mm yang diberi reagen
KCl pada pengujian pertama nilai pH 5,473 dan pada pengulangan kedua nilai pH
5,781 sehingga rata-rata nilai pH nya 5,623. Dengan demikian ctka Ø 0,5 mm pada
tanah alfisol dapar digolongkan dalam pengharkatan rendah.

7. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah itu
terbentuk sebagai agregat tanah. Struktur tanah dapat diartikan sebagai susunan saling
mengikat antara partikel-partikel tanah pada semua horison. Struktur tanah juga
diartikan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah, akibat melekatnya butir-butir tanah
satu sama lain. Cara menentukan struktur tanah dengan mengambil gumpalan tanah,
dipecah dengan jari. Pecahan tersebut merupakan agregrat, kemudian ditentukan tipe,
ukuran, dan derajad struktur horison.
Struktur tanah yang terlihat pada pengamatan, yaitu pada lapisan A1 dan B2
memiliki tipe struktur gumpal membulat (Sub angular blocky) dengan ciri berbidang
banyak, bidang muka saling berpotongan membentuk sudut membulat . dengan
ukuran halus, berderajad sedang dan ukuran sedang berderajad kuat. Pada lapisan B1
memiliki tipe kersai yaitu berbidang banyak, tidak beraturan, tidak membentuk
permukaan sekeliling. Ukuran struktur tanah menurut bentuknya pada lapisan A1,
halus, B1, sedang dan B2 kasar. Untuk derajad kekerasan struktur tanah pada lapisan A1
lemah, pada lapisan B1 dan B2 mempunyai derajad sedang.
Berdasarkan data diatas pada ctka bongkahan didapatkan data berat volume
2,209 pada pengulangan pertama dan 2,513 pada pengulangan kedua. Pada ctka 2 mm
untuk mengetahui bobot jenis tanah didapatkan data suhu pertama 30ºC kemudian
suhu kedua turun menjadi 28ºC. Sedangkan BJ1 didapatkan data 0,9960 dan BJ2
0,9963. Sehingga didapatkan berat jenisnya 5,195.
C. Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Pengamatan pencandraan bentang lahan yang di Fakultas Pertanian UNS
dilakukan dengan cara pengidentifikasian lahan. Fisiografi atau pencandraan bentang
lahan yaitu pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk tanah. Fisiografi
lahan di Fakultas Pertanian UNS adalah berombak karena amplitudonya renggang.
Letak geografis diukur dengan alat GPS. Kemiringan lahan yang diamati mempunyai
kemiringan 13 % yang berarti sangat miring. Kemiringan lereng diukur dengan
klinometer. Cara kerja alat ini harus dilakukan oleh dua orang yang mempunyai tinggi
badan yang sama, sehingga seimbang. Orang yang satu berada di tempat yang tinggi,
dan yang satu berada di tempat yang lebih rendah. Posisi orang yang membawa
klinometer berada di tempat yang tinggi, kemudian salah satu mata memandang atau
melihat teman yang berada di tempat rendah dan mata satunya lagi melihat klinometer
secara bersama kemudian mencatat angka kemiringannya. Arah kiblat pedon adalah
barat daya. Landformnya adalah miscellaneous serta dapat dilihat adanya campur
tangan manusia.
Di Fakultas Pertanian UNS batuan permukaan jumlahnya< 0,1% dari luas
permukaan, jarak antara batuan kecil >8 m, dan antar batuan besar sekitar 20 m.
Lahannya miring dan erosi permukaan ringan. Sistem hidrologi atau keadaan perairan
di lokasi praktikum adalah bebas genangan dan bebas banjir. Hal ini juga dikarenakan
banyaknya akar tumbuhan sehingga air mudah menembus tanah ke bawah tidak
tertahan dalam pori-pori tanah.
2. Penyelidikan Ordo Tanah
Dalam mengamati profil tanah, dibuat terlebih dulu pedon tanah dengan
pengeprasan tanah atau tanah secara tegak / vertikal. Dalam pembuatan profil, yang
perlu diperhatikan adalah harus tegak (vertikal), baru, tidak terkena sinar matahari
secara langsung. Tanah entisol pada profil 4, terdiri atas 4 horison. Kedalaman
horison A1 0-28 cm, horison A2 27–40 cm, horison A3 40–59 cm. Batas-batas lapisan
dapat diketahui dengan beberapa cara, yaitu dengan pengamatan perbedaan warna,
menusuk-nusuk tanah dengan ujung belati/memukul-mukul pangkal belati pada profil
tanah. Ketegasan horison A1 dengan A2 dan horison A2 dengan A3 adalah berangsur.
Topografi antara semua batasan horison berombak. Pada profil ini dijumpai pula
perakaran. Horison A1 ukurannya kasar dan jumlahnya banyak, horison A2 ukurannya
sedang dengan jumlah yang biasa, horison A3 ukuran sedang dan jumlahnya sedikit.
Kondisi perakaran semakin ke bawah lapisan semakin sedikit karena daya tembus
akar dalam tanah dan kemapuan akar tumbuhan menyerap air serta unsur hara
(humus).

3. Sifat Fisika Tanah


Sifat Fisika tanah yang diamati adalah tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi,
warna, aerase-drainase, permeabilitas dan penetrometer.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar tanah dalam
satu massa tanah yaitu fraksi pasir (sand), debu (salt) dan lempung (clay).
Horison A1 teksturnya geluh debuan, sementara A2 geluh lempung pasiran, A3
memiliki tekstur geluh pasiran. Berbagai tekstur tanah mempengaruhi besar
kecilnya daya serap tanah terhadap air atau kapasitas tanah dalam menjerap air.
Tekstur juga mempengaruhi terjadinya pertukaran ion dan reaksi kimia dalam
tanah.
Tekstur ini diamati dengan cara membasahi tanah dengan air lalu di pijit-
pijit dan diraba. Pasir terasa kasar, debu terasa licin dan lempung terasa lengket
dan liat. Semakin dalam lapisan tanah, tekstur semakin liat karena adanya proses
pelapukan dari bahan induk yang menghasilkan lempung. Tekstur tanah yang
serasi akan memungkinkan kesuburan tanah. Akan dihasilkan tanah yang sehat
dan produktif bagi tanaman jika kesuburan ini ditunjang dengan subur kimia dan
subur biologi.
b. Warna tanah
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dilihat
/diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat pelapukan yang terjadi
(semakin merah warnanya semakin lanjut pelapukan tanahnya), untuk menilai
keadaan aerasi dan drainasenya baik (warna merah atau kuning coklat
menunjukkan aerasi dan dranase baik) dan untuk menaksir banyaknya
kandungan mineral (warna kekuning-kuningan atau pucat berasal dari mineral
kuarsa, warna merah berasal dari mineral besi).
Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil Colour
Chart) yang didalamnya dikenal 3 komponen yaitu Hue (menunjukkan warna
utama tanah), Value (menunjukkan derajat terangnya warna berkisar antara
gelap sampai agak terang), Chroma (menunjukkan kekuatan/intensitas warna-
warna yang akan meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih).
Warna tanah dari tiap lapisan dari praktikum ini ditentukan dengan
mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini diletakkan pada
bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen warna itu berada dan
ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya. Pada horison A 1 warna tanah
very dark brown (2,5/3 7,5 YR). Horison A 2 memiliki warna tanah dark red (3/6
2,5 YR). Horison A3 memiliki warna tanah dark reddish brown (¾ 2,5 YR).
Dari data nilai hue yang dihasilkan 7,5 YR, nilai chroma yang
menunjukkan kekuatan atau intensitasnya juga berubah, untuk nilai hue semakin
tinggi warna tanah semakin cerah, nilai value semakin tinggi warna tanah
semakin putih, hal ini dipengaruhi banyak kandungan bahan organik dalam
tanah semakin ke bawah semakin terang warnanya, jika disebabkan oleh
drainase yang baik yaitu warna merah dan kuning dan proses perkembangan
tanah semakin cepat karena banyaknya bahan organik dan drainase yang baik.
c. Konsentrasi
Dalam praktikum di Fakultas Pertanian tidak dilakukan pengukuran
konsentrasi tanah.
d. Aerasi-Drainase
Aerasi dan Drainase tanah merupakan kemampuan tanah dalam hal tata
udara dan air tanah. Untuk mengetahui baik buruknya aerasi dan drainase tanah
dapat dilakukan dengan menetesi 2 sampel tanah dengan larutan HCL 1,2 N. 2
sampel tanah, satu ditetesi KCNS 10%, yang satunya ditetesi K 3Fe(CN)6 0,5%.
Tanah yang ditetesi KCNS berwarna merah, yang ditetesi K 3Fe(CN)6 berwarna
biru. Jika dominan warna merah maka aerasi dan drainase baik. Jika dominan
warna biru maka aerasi dan drainase buruk. Terlihat dominasi merah nyata pada
horison A1 hingga C2, maka redoks lapisan tersebut sangat baik. Hal ini
menyimpang karena seharusnya aerasi dan drainasenya semakin ke bawah
semakin buruk.
e. Penetrometer
Uji penetrometer digunakan untuk mengetahui daya mekanik tanah. Dari
hasil pengamatan didapat untuk horisontal pada horizon A1 hingga A3 tidak
mengalami perubahan yaitu 2,5 kg/cm2. Sedangkan untuk vertikal pada horison
A1 : 2 kg/cm2; horison A2 : 1,5 kg/cm2; horison A3 : 2 kg/cm2.
4. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang diamati adalah kemasaman, bahan organik kapur
(CaCo3) dan konkresi, sifat kimia tanah penting dalam menentukan ciri dan sifat tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya.
a. Kemasaman (pH tanah)
pH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang diamati
adalah ph aktual (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif (jumlah ion H+
dalam larutan ph) dan ph potensial (pH KCl) yang menyatakan kemasaman
cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang terserap di komplek
pertukaran). Pada praktikum di Fakultas Pertanian UNS hanya dilakukan
pengukuran pH degan reagen H2O. pH horison A1 adalah 7,1. pH horison A2
adalah 7. pH horison A3 adalah 6,9. Ketika dilakukan pengukuran menggunakan
reagen KCl didapatkan nilai pH horison A1 adalah 5,6; horison A2 adalah 5,9;
horison A3 adalah 5,6. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tanah entisol di
Fakultas Pertanian cenderung bersifat asam hingga netral. Pengukuran pH aktual
(H2O) didapatkan nilai pH yang lebih besar daripada pH potensialnya, karena
pada H2O terdapat H+ yang tidak dapat mendesak ion H+ yang ada di dalam
tanah, sementara pada reagen KCl terjadi pendesakan ion H+ dalam tanah oleh
ion H+ yang berasal dari luar. Pendesakan tersebut menyebabkan perubahan
jumlah H+ di dalam tanah, dimana jumlahnya menjadi lebih banyak sehingga
pHnya lebih rendah dan sifatnya cenderung lebih asam daripada sampel tanah
yang diuji dengan reagen H2O. Keasaman tanah juga ditentukan oleh kandungan
bahan organik.
Bahan organik adalah semua sisa kehidupan yang ada di dalam tanah,
Jumlah ditentukan dengan pengamatan mata terhadap warna kelam hitam dan
ada tidaknya bahan organik yang lapuk. Kandungan bahan organik di horison A 1
= +++ (banyak), horison A2= +++ (banyak), horison A3 = +++ (banyak). Adanya
kadar organik yang banyak tersebut berkaitan dengan laju aerasi dan reduksi
yang baik pada permukaan tanah, sehingga bahan organik yang terdekomposisi
mengalami penyusupan dengan baik menuju ke lapisan bawah dan mengendap
pada lapisan yang paling bawah.
b. Kadar kapur
Dalam pengamatan tidak ditemukan kadar kapur. Hal ini disebabkan oleh
kandungan bahan induk tanah yang berasal dari sisa – sisa bahan organik
(tumbuhan / hewan) yang merupakan bahan penyusun humus.
5. Analisis Lengas Tanah
Pengukuran lengas tanah dilakukan untuk mengetahui peranan air di dalam
tanah.
a. Analisis Lengas Tanah Kering Angin
Pada tabel tersebut diketahui bahwa pada bongkahan 1 memiliki kadar
lengas 7,89%, bongkahan 2 memiliki kadar lengas 5,686%, sehingga rata-rata
dari kadar lengas kering angin tanah entisol (Fakultas Pertanian) adalah 6,788%.
Ctka Ø 2 mm pada percobaan pertama memiliki kadar lengas 7,073%,
sedangkan pada pengulangan kedua kadar lengasnya 8,086%, sehingga rata-rata
kadar lengas ctka Ø 2 mm tanah entisol adalah 7,579%. Ctka Ø 0,5 mm pada
percobaan pertama mempunyai kadar lengas 8,341%, sedangkan pada
pengulangan kedua kadar lengasnya 8,365%, sehingga rata-rata kadar lengas
yang dimiliki oleh ctka Ø 0,5 mm pada tanah entisol adalah 8,353%.
b. Analisis Kapasitas Lapang
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui nilai kapasitas
lapang dari ctka Ø 2 mm. Pada percobaan pertama nilai kapasitas lapangnya
6,013%. Pada pengulangan kedua kapasitas lapangnya 15,033%.
c. Analisis Lengas Maksimum
Pada percobaan dengan menggunakan ctka Ø 2 mm dapat didapatkan
nilai lengas maksimum yaitu 0,738%. Hasil tersebut dapat dihitung setelah
mengetahui nilai a dengan menimbang cawan berlubang kosong belum diberi
perlakuan apapun, b dengan menimbang cawan diisi tanah sebelum dioven, nilai
c dengan menimbang cawan diisi tanah sesudah dioven, nilai d dengan
menimbang cawan berlubang kosong setelah sebelumnya diisi tanah.
d. Analisis Batas Berubah Warna
Batas berubah warna dapat ditentukan dengan menghitung kadar lengas
dari ctka Ø 0,5 mm, lalu ditentukan pengharkatannya. Pada percobaan tersebut
dipadatkan kadar lengas 11,1% pada percobaan pertama dan kadar lengas 33,3%
pada pengulangan kedua, sehingga didapatka rata-rata kadar lengas 22,2%.
Rata-rata kadar lengas tersebut membuktikan bahwa tanah entisol yang berada
di Fakultas Pertanian termasuk kedalam pengharkatan rendah.
6. Analisis pH
Dalam analisis pH tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing
reagen. Berdasrkan data di atas, saat ctka Ø 0,5 mm ditetesi dengan reagen H2O pada
pengujian pertama didapatkan nilai pH 5,450 dan pada pengujian kedua nilai
pH 5,527 sehingga rata-rata nilai pH 5,488%. Sementara ctka Ø 0,5 mm yang diberi
reagen KCl pada pengujian pertama nilai pH 6,121 dan pada pengulangan kedua nilai
pH 6,761 sehingga rata-rata nilai pH nya 6,441%. Dengan demikian ctka Ø 0,5 mm
pada tanah alfisol dapar digolongkan dalam pengharkatan rendah.

7. Analisis Struktur Tanah


Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah itu
terbentuk sebagai agregat tanah. Dari hasil pengamatan dapat dilihat dari masing-
masing lapisan horison A1 dan A2 memiliki struktur lempeng. Sedangkan A3 memiliki
struktur kersai. Horison A1 dan A2 ukurannya sedang dan horison A3 memiliki ukuran
kasar. Selain itu, horison A1 dan A2 memiliki ciri derajad sedang, A3 memiliki derajat
lemah.
Berdasarkan data diatas pada ctka bongkahan didapatkan data berat volume
14, 69 pada pengulangan pertama dan 6,61 pada pengulangan kedua. Pada ctka 2 mm
untuk mengetahui bobot jenis tanah didapatkan data suhu pertama 29ºC kemudian
suhu kedua turun menjadi 26ºC. Sedangkan BJ1 didapatkan data 0,9960 dan BJ2
0,9968. Sehingga didapatkan rata-rata 0,076 dan berat jenisnya 2,49.

Anda mungkin juga menyukai