Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RINGKASAN MATERI
KESEHATAN DI LINGKUNGAN KERJA

Disusun oleh:
1. Rizky Dwi Pangestuti
2. Rifqi Bibta Septiana
3. Silvia Novitasari
4. Sherly Putri Oktaviani
5. Shellvia Khansa Fadilla
6. Nurul Khotimah
Kelas: X AKL 3

SMKN 1 BOYOLANGU
TAHUN AJARAN
2020/2021
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kesehatan di Lingkungan Kerja tepat waktu. Makalah
Kesehatan di Lingkungan Kerja disusun guna memenuhi tugas Bu Titin Sukma Sari, S.Pd
pada pelajaran Etika Profesi di SMKN 1 BOYOLANGU.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Titin Sukma Sari, S.Pd selaku
guru Etika Profesi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait . Kesehatan di Lingkungan Kerja Kami juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 14 Januari 2021

Rizky, Bibta, Nurul, Silvia, Sherly, Khansa

2
DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................................1
Kata pengantar....................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAM
 A. Latar Belakang.....................................................................................4
 B. Rumusan Masalah................................................................................4
 C. Tujuan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
 Kesehatan di Lingkungan Kerja...............................................................6
 Ligkungan Kerja.........................................................................................8
 Upaya Kesehatan Tenaga Kerja................................................................10
 Jenis Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja...........................................12
 Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja..............................13

BAB III PENUTUP


 Kesimpulan.................................................................................................15

3
BAB 1 PENDAHULUAN
 Latar belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman masalah kesehatan mulai
berkembang. Sehingga banyak sekali upaya-upaya yang telah dilakukan untuk
menjaga kesehatan salah satunya adalah dengan sanitasi lingkungan, dimana
lingkungan turut mengambil andil yang sangat besar dalam masalah kesehatan
Lingkungan sangat berpengaruh pada kesehatan, apabila lingkungan sehat
maka sehatlah individu tersebut, begitu juga sebaliknya. Pada hakikatnya kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya kesehatan yang optimum pula. Jadi
Lingkungan adalah salah satu unsur yang menentukan kesehatan individu.
Kesehatan kerja sangat penting, dengan adanya kesehatan kerja, pekerja akan
lebih hati-hati dalam melakukan pekerjaanya. Banyak sekali pekerja tidak berhati-hati
dalam melakukan pekerjaanya sehingga terjadi kecelakaan kerja dan berakibat fatal
bagi pekerja tersebut.
Kesehatan pekerja ini bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial yaitu melalui usaha-usaha preventif
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja.
 Rumusan masalah
1. Apa saja dasar-dasar hukum kesehatan kerja?
2. Apa saja Tujuan Kesehetan dan keselamatan kerja?
3. Apa itu Lingkungan Kerja?
4. Apa saja jenis-jenis Lingkungan Kerja?
5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan bagi kesehatan tenaga kerja
6. Macam- macam jenis pemeriksaan kesehatan tenaga kerja?
7. Bagaimana tata cara pelaksanaan pemeriksaan tenaga kerja?
 Tujuan
1. Menjelaskan dasar hukum kesehatan kerja
2. Mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan kerja
3. Mengidentifikasi perlindungan tenaga kerja
4. Mengidentifikasi jaminan sosial tenaga kerja
5. Menjelaskan pengertian lingkungan kerja

4
6. Mengidentifikasi jenis-jenis lingkungan kerja
7. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja
8. Mengidentifikasi upaya kesehatan kerja
9. Menjelaskan fasilitas kesehatan tenaga kerja
10.Menjelaskan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
11.Mengidentifikasi tujuan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
12. Mengidentifikasi pemeriksaan kesehatan awal pada tenaga kerja
13.Mengidentifikasi pemeriksaan kesehatan berkala pada tenaga kerja
14. Mengidentifikasi pemeriksaan kesehatan khusus pada tenaga kerja
15.Menjelaskan pelaksaan pemeriksaan anamnesa, kesegaran jasmani dan
laboratorium

BAB II
5
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Dasar Hukum Kesehatan Kerja
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja Pasal 3 & 8
b. Peraturan MENHUB No.7 tahun 1964
c. Permenaker No. 2 Tahun 1980
d. Permenaker No. 1 Tahun 1981
e. Permenaker No. 3 Tahun 1983
f. Permenaker No. 1 tahun 1998
g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 333 Tahun 1989
h. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1979
2. Kesehatan dan Keselamatan kerja
Kesehatan Kerja adalah keadaan sosial, jiwa, dan raga pekerja yang nyaman
dan sejahtera yang memungkinkan setiap pekerja bekerja secara produktif tanpa
membahayakan diri sendiri, teman sekerja, sekeluarga , masyarakat dan
Lingkungan. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 23 mengemukakan
bahwa:
 Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal.
 Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
 Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Tujuan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja antara lain:
 Mencegah terjadinya kecelakaan dan kebakaran
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
 Memberi kesempatan menyelamatkan diri pada waktu ada kejadian
yang berbahaya.
 Memberikan pertolongan pada kecelakaan, dan perlindungan diri
pada para pekerja.

3. Perlindungan Tenaga Kerja


6
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Perlindungan tenaga kerja dikelompokkan menjadi 3 (tiga),
yaitu:
a. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, dengan tujuan memungkinkan pekerja
mengenyam dan mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia
pada umumnya.
Contoh: asuransi sosial (social insurance), Asuransi kesehatan, asuransi
tenaga kerja, asuransi kecelakaan kerja, asuransi kecacatan, asuransi hari
tua, pensiun, dan kematian.
b. Perlindungan teknis, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga agar pekerja terhindar dari bahaya kecelakaan
yang ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
c. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan
yang cukup guna memenuhi keperluan sehari-hari baginya dan
keluarganya
4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Adapun Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan Jaminan sosial.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu pe lindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang. sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenasa kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia.
Jenis jaminan sosial berdasarkan UU RI No. 40 Tahun 2004, Pasal 18, meliputi:
a. Jaminan Kesehatan, yaitu jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharan kesehatan
b. Jaminan Kecelakaan Kerja, yaitu manfaat berupa uang tunai dan/atau
pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan
kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
c. Jaminan Hari Tua, yaitu manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada
saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat
total tetap.

7
d. Jaminan Pensiun, yaitu jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan
memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau meninggal dunia.
e. Jaminan Kematian, yaitu manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.
B. LINGKUNGAN KERJA
1. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang aman, tenteram,
bersih, tidak bising, terang, dan bebas dari segala macam ancaman dan
gangguan yang dapat menghambat karyawan-untuk bekerja secara optimal.
Tujuan utama pengaturan lingkungan kerja adalah naiknya produktivitas
perusahaan. Pengadaanifasilitas lingkungan kerja yang baik adalah secukupnya
saja, jangan sampai tenaga kerja merasa terlalu dimanja dalam bekerja, yang
membuat hasil yang dicapai tidak sesuai harapan.
2. Jenis Lingkungan Kerja
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Lingkungan kerja fisik, yaitu semua yang terdapat di sekitar tempat kerja
yang dapat memengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan kerja fisik memengaruhi semangat dan emosi kerja
para karyawan. Faktor-faktor fisik mencakup suhu udara di tempat kerja,
luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan.
Lingkungan kerja fisik yang baik menurut Siagian (2001:57) adalah
sebagai berikut.
1) Bangunan tempat kerja selain menarik dipandang, juga dibangun
dengan pertimbangan keselamatan kerja.
2) Ruang kerja yang longgar, artinya penempatan orang dalam suatu
ruangan tidak menimbulkan perasaan sempit.
3) Tersedianya peralatan yang cukup memadai.
4) Adanya ventilasi untuk keluar masuknya udara segar yang cukup.

8
5) Tersedianya tempat istirahat untuk melepas lelah.
6) Tersedianya tempat ibadah keagamaan.
7) Tersedianya sarana angkutan, baik yang diperuntukkan karyawan
maupun angkutan umum yang nyaman, murah, dan mudah
diperoleh.
b. Lingkungan kerja non-fisik
Menurut Sedarmayanti (2009: 31), lingkungan kerja non-fisik adalah
semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan
dengan bawahan. Lingkungan kerja non-fisik yang memengaruhi perilaku
karyawan, meliputi:
1) Struktur kerja.
2) Tanggung jawab kerja
3) Perhatian dan dukungan pemimpin
4) Kerja sama antarkelompok
5) Kelancaran Komunikasi
3. Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Faktor yang Memengaruhi Lingkungan Kerja Beberapa faktor yang dapat
memengaruhi lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2001: 21) adalah
sebagai berikut:
a. Penerangan
b. Temperatur
c. Kelembapan
d. Sirkulasi Udara
e. Kebisingan
f. Getaran Mekanis
g. Bau-bau
h. Tata warna dan dekorasi
i. Masik
j. Keamanan
C. UPAYA KESEHATAN TENAGA KERJA

9
Upaya kesehatan kerja adalah berbagai program dan kegiatan kesehatan di tempat
kerja. Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha atau lembaga yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja. Upaya
kesehatan kerja adalah berbagai program dan kegiatan kesehatan di tempat kerja
1. Upaya Kesehatan Kerja
a. Upaya kesehatan kerja pencegahan (preventif)
Upaya kesehatan kerja yang bersifat pencegahan (preventif), meliputi:
 Melakukan penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat
kerja.
 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala, dan khusus).
 urvailans dan analisis penyakit akibat kerja dan penyakit umum
lainnya.
 Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja.
 Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya.
b. Upaya kesehatan kerja peningkatan (promotif)
 Pembinaan kesehatan kerja.
 pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan kerja.
 Perbaikan gizi kerja.
 Program olah raga di tempat kerja.
 Pembinaan cara hidup sehat.
 Program pencegahaan dan penanggulangan HIV/AIDS dan
Narkoba.
 Penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui penyuluhan.

c. Upaya kesehatan kerja pengobatan (kuratif)


 Pengobatan dan Perawatan.
 Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya.
 Respon tanggap darurat.
 Tindakan operatif.
 Merujuk pasien ke rumah sakit.
d. Upaya kesehatan kerja pemulihan (rehabilitatif)

10
 Fisioterapi.
 Konsultasi psikologis (rehabilitasi mental).
 Orthose dan prothese.
 Rehabilitasi kerja.
2. Fasilitas Kesehatan Tenaga Kerja
Berbagai fasilitas kesehatan di tempat kerja digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perseorangan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Fasilitas kesejahteraan dan
perlindungan tambahan untuk tenaga kerja meliputi:
 Pakaian kerja
 Fasilitas ruang istirahat dan rekreasi.
 Transportasi menuju dan dari tempat kerja
3. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi..hekal kepada. personel-yang. ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Ada 2 (dua) sasaran pelatihan:
 Peserta dapat memahami berbagai konsep manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja terkini yang telah diterapkan di berbagai sektor
industri dindonesia
 Peserta dapat mempelajari cara pendekatan yang ideal yang dapat
dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik industri, sehingga
K3 dapat menjadi suatu budaya kerja dan sistem manajemen K3 dapat
diterapkan secara efektif
Menurut Soehatman Ramli (2010), pengembangan pelatihan K3 yang
baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain:
a. Analisa jabatan atau pekerjaan
b. Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis
c. Mengkaji data-data kecelakaan
d. Survei kebutuhan pelatihan
e. Analisa kebutuhan pelatihan
f. Menentukan sasaran dan target pelatihan
g. Mengembangkan tujuan pelatihan
h. Melaksanakan pelatihan.
11
i. Melakukan evaluasi
j. Melakukan perbaikan
D. JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja ditujukan bagi yang akan dipekerjakan ataupun
yang telah berstatus sebagai tenaga kerja.
1. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Usaha pemeriksaan kesehatan tenaga kerja akan menunjang tujuan dari
kesehatan kerja, yaitu:
 Meningkatkan dan memeliharan derajat kesehatan fisik, mental, dan
sosial tenaga kerja di semua lapangan pekerjaan sehingga efisiensi dan
produktivitas yang tinggi dapat dicapai. Mencegah terjadinya gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi kerja.
 Melindungi tenaga kerja dari faktor-faktor yang dapat
membahayakannya.
 Menempatkan setiap tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja yang
sehat.
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Pemeriksaan Kesehatan Awal Adalah pemeriksaan kesehatan badan tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter sebelum diterima sebagai tenaga kerja. Tujuan
pemeriksaan kesehatan awal adalah untuk:
 Mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
 Mengetahui apakah tenaga kerja tersebut tidak menderita penyakit
menular yang akan membahayakan tenaga kerja yang lain.
 Mengetahui apakah pekerjaan yang akan diberikan kepadanya tidak
mengganggu kesehatannya.
 Mengetahui apakah pekerjaan yang akan diberikan kepadanya sesuai
dengan kemampuannya.
 Mengetahui keadaan kesehatan badan tenaga kerja tersebut waktu mulai
bekerja.
3. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic examination) adalah pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja oleh dokter dalam jangka waktu tertentu, tergantung
bahaya yang dihadapi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan
pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk:

12
 Mengetahui pengaruh pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap
kesehatannya.
 Mengetahui kemunduran kesehatan tenaga kerja dan kemampuan
bekerjanya dibandingkan dengan keadaan pada waktu pemeriksaan
kesehatan awal.
 Mengetahui adanya penyakit akibat kerja sedini mungkin dengan
memperhatikan keluhan dan gejala yang akan ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan khusus.
4. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
kepada tenaga kerja setelah sembuh dari kecelakaan dan penyakit yang agak
lama dengan maksud agar ia bekerja sesuai dengan situasi dan kondisi
badannya.
E. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
ataupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien
dalam keadaan tertentu. Dokter pemeriksa menegaskan agar pertanyaan dijawab
dengan teliti dan seluas-luasnya, meliputi:
a. Riwayat penyakit umum, seperti: TBC, DM, jantung, syaraf, hipertensi,
penyakit ginjal, kulit, dan lain-lain.
b. Riwayat perawatan di rumah
c. Riwayat kecelakaan
d. Riwayat operasi
e. Riwayat pekerjaan
f. Riwayat penyakit jabatan
g. Riwayat haid bagi tenaga kerja wanita
h. Pemeriksaan mental
2. Pemeriksaan Kesegaran Jasmani
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tingkat kesegaran
jasmani terutama bagi tenaga kerja yang akan atau sedang bekerja dengan jenis
pekerjaan fisik yang berat. Bagi tenaga kerja yang berumur lebih dari 40 tahun
perlu dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan EKG
bertujuan menilai kerja jantung, apakah normal atau tidak normal.

13
3. Pemeriksaan Radiologi
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia
menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromaknetik
maupun gelombang mekanik. Pada awalnya, frekuensi yang dipakai berbentuk
sinar-X, namun dalam perkembangannya memakai pemindaian (scanning)
gelombang sangat tinggi (ultrasonik), seperti ultrasonography (USG) dan juga
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
4. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan darah, urine, dan, faces (tinja).

BAB III
PENUTUP
14
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan
emosional.Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan.
Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk
mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang
mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan
bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

15

Anda mungkin juga menyukai