Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIFISTIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Psikologi Belajar

Dosen Pengampu: Muhammad Faishal Haq, M. Pd. I.

Disusun Oleh:

Ridha Ayu ( 2018.77.01.1089 )

Maulidya Muhimatul A. ( 2018.77.01.1151 )

Istigfaroh Fatmawati ( 2018.77.01.1110 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY AL-HIKAM MALANG

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Januari 2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah "Cognitive" berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek
untuk membimbing seseorang bagaimana caranya siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan
masyarakat sekitarnya. Agar lebih spesifik dan terfokus, dalam makalah ini akan
hanya akan menguraikan dan menjelaskan satu dari beberapa teori pembelajaran
yang sudah ada, yaitu pada Teori Pembelajaran Kognitifistik. Dan dari penjelasan
ini nantinya diharapkan bisa memberikan pemahaman yang utuh dan dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan berbekal pemahaman yang utuh
terkait teori pembelajaran yang dijadikan sebagai pemahaman dasar dalam
pembelajaran diharapkan siswa dapat menerima pembelajaran yang akan kita
sampaikan dengan baik. Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif
terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan
prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memiliki kelemahan dan
kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana
yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan
ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan
prasarana yang tersedia.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hakikat dari teori kognitifistik ?
2. Apa pengertian teori kognitifistik menurut Robert M. Gagne?
3. Apa pengertian teori kognitifistik menurut Ausubel ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat teori belajar kognitifistik.
2. Untuk mengetahui pengertian belajar kognitifistik menurut Robert M.
Gagne
3. Untuk mengetahui pengertian belajar kognitifistik menurut Ausubel.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kognifistik
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema
bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan
perkembangan dan saat seseorangmemperoleh cara baru dalam mempresentasikan
informasi secara mental. Menurut teori kognitifisik, belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.
Menurut teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiiki oleh
siswa. Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar dari pada hasil. Bagi
yang menganut teori kognitifistik, belajar tidak hanya melibatkan hubungan
stimulus dan respons lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Menurut teori kognitivisik ilmu pengetahuan dibangun didalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.1
Bahwa teori kognifisik adalah suatu teori yang sangat mengutamakan proses
belajar dibandingkan pemerolehan hasil belajar siswa. Pemerolehan kegiatan
belajar yang belajar dari pengalaman siswa dengan meletakkan landasan tingkah
laku ditetapkan oleh pandangan atau tanggapan, serta pengetahuan keadaan yang
terkait dalam tujuan belajar siswa. Adapun pendapat teori kognitifistik mengenai
aktivitas belajar bagi si pembelajaran yaitu :

1
M. Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik,(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015),
hlm.79-81

4
1. Belajar merupakan proses penuh makna dalam arti mempertautkan
informasi lama dengan informasi baru untuk memperoleh pengetahuan
baru yang lain.
2. Manusia sejak lahir telah memiliki bakat bawaan untuk belajar, dalam diri
manusia sejak lahir terdapat penyerapan informasi.
3. Belajar pada prinsipnya merupakan pengalaman sadar untuk memperoleh
hal- hal baru yang bermakna.
Adapun keunggulan teori – teori kognifistik yakni :
1. Peserta didik akan memperoleh tuntutan pendidik ketika proses
pembelajaran berlangsung.
2. Peserta didik bisa belajar secara terarah menurut usia atau tingkat
perkembangan maupun pertumbuhan.
3. Membantu mempermudah peserta didik mengerti bahan atau materi
belajarnya.
4. Membuat peserta didik semakin kreatif.
5. Membuat peserta didik menjadi mandiri.
6. Aktivitas belajar peserta didik beriorientasi lebih memusatkan pikiran,
kognisi, kemampuan dalam mengingat pelajaran.
Kekurangan teori kognitifisik yaitu :
1. Sukar diterapkan pada jenjang pendidikan lanjut.
2. Teori kognifistik kurang merata mengenai seluruh jenjang pendidikan.
3. Dasar kecerdasan sukar mengerti, serta pengetahuannya kurang terkupas.
4. Anggapan kemampuan kognisi anak disama ratakan. Padahal tingkat
kemampuan anak dalam hal kognisi sejatinya berbeda antara individu yang
satu dan lainnya.
5. Penekanan utama bukan kualitas kognisi melainkan aspek kuantitatif
kognisi anak didik.2
B. Teori Robert M. Gagne

2
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 109

5
Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan
lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu
seseorang. Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena
belajar itu bersifat kompleks. Dalam pemanfaatan tersebut, dinyatakan hasil
belajar akan mengakibatkan belajar pada seseorang yang berupa perubahan
kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang.
Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada 3 elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi
stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.
Gagne menggolongkan kegiatan belajar menjadi delapan yakni :
1. Signal Learning ( Kegiatan Belajar Mengenal Tanda)
Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons
tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.
2. Stimulus-Respons Learning ( Kegiatan Belajar Tindak Balas)
Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar
melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam
situasi pembelajaran.
3. Chaining Learning ( Kegiatan Bealajar melalui Rangkaian )
Tipe ini berkaiatan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan
antara 2 stimulus atau lebih dan berbagai respons yang berkaitan dengan
stimulis tersebut.
4. Verbal Assiciation ( Kegiatan Belajar melalui Asosiasi )
Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons
dengan stimulus yang disampaikan secara lisan.
5. Multiple Discrimition Learning ( Kegiatan Belajar dengan Perbedaan
Berganda)
Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat berbagai
perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yag beragam.
Namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan antara satu
dan lainnya
6. Concept Learning ( Kegiatan Belajar Konsep )

6
Tipe ini berkaiatan dengan berbagai respons dalam waktu yang
bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep konsep yang
berbeda antara satu dan yang lainnya.
7. Principle Learning ( Kegiatan Belajar dengan Prinsip )
Tipe yang digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip
yang digunakan dalam merespons stimulus.
8. Problem Solving Learnimg ( Kegiatan Belajar Pemecahan Masalah )
kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya
sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kecakapan dan
keterampilan baru dalam pemecahan masalah.3

C. Teori Ausubel

Salah satu pakar yang mengemukakan teori belajar kognitif


adalah David Paulus Ausubel. David Paulus Ausubel adalah
seorang ahli psikologi pendidikan. Ausubel memberi
penekanan pada belajar bermakna  dan juga terkenal dengan
teori belajar bermaknanya. Menurut Ausubel bahan pelajaran
yang dipelajari haruslah “bermakna” artinya bahan pelajaran
itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan
dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-
konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian faktor
intelektual, emosional siswa tersebut terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar


menerima. Pada belajar menemukan, konsep dicari/ditemukan oleh siswa.
Sedangkan pada belajar menerima siswa hanya menerima konsep atau materi dari
guru, dengan demikian siswa tinggal menghafalkannya. Selain itu Ausubel juga
membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar
menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya tetapi pada

3
M.Thobroni, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik,(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015),
hlm.24

7
belajar bermakna, materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan
lain sehingga belajarnya lebih bisa dimengerti. Dimana Proses belajar tidak
sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan
kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman
yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak
mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan
pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali
konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara
harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Ausubel menentang pendapat yang mengatakan bahwa metode penemuan
dianggap sebagai suatu metode mengajar yang baik karena bermakna, dan
sebaliknya metode ceramah adalah metode yang kurang baik karena merupakan
belajar menerima. Menurutnya baik metode penemuan maupun metode ceramah
bisa menjadi belajar menerima atau belajar bermakna, tergantung dari situasinya.
Menurut David P. Ausubel, ada dua jenis belajar :
1. Belajar Bermakna (Meaningfull Learning), belajar dikatakan bermakna
bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan
struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik
itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya.
2. Belajar Menghafal (Rote Learning), bila struktur kognitif  yang cocok
dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut
harus dipelajari secara menghafal.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam
merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)
melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai
karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4)
menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5)
mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik
pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik.4

4
Muhammad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran Modern ( Yogyakarta : Garudhawaca ),
hlm. 203-205

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut teori kognitifistik, belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Belajar tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa

9
diamati. Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar dari pada hasil. Bagi
yang menganut teori kognitifistik, belajar tidak hanya melibatkan hubungan
stimulus dan respons lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Menurut teori kognitifistik ilmu pengetahuan dibangun didalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar
itu bersifat kompleks. Dalam pemanfaatan tersebut, dinyatakan hasil belajar akan
mengakibatkan belajar pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,
perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang.
Menurut Ausubel ada dua jenis belajar: (1) Belajar bermakna (meaningful
learning) adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan (2) belajar menghafal (rote learning) adalah peserta didik berusaha
menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa
makna. Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel, dalam
merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)
melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai
karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4)
menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5)
mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik
pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses
dan hasil belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Fathurrohman Muhammad.(2017) Belajar dan Pembelajaran Modern,


Yogyakarta : Garudhawaca.

10
Lefudin (2017), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Deepublish.

Thobroni. M.(2015), Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik, Yogyakarta :


Ar-Ruzz Media.

11

Anda mungkin juga menyukai