Anda di halaman 1dari 5

Amnesia

Seorang gadis berjalan sendiri menyusuri jalan. Dengan membawa tas sekolahnya, Luna, nama
gadis itu, berangkat menuju ke sekolahnya. Di tengah perjalanannya, dia disapa oleh seorang
temannya, Sarah. Sarah menawari Luna untuk berangkat sekolah bersama. Namun, Luna
menolak lembut ajakan Sarah. Sarah memasang tampang cemberut. Akan tetapi, Luna malah
senyum-senyum cengengesan. Sarah mengayuh sepeda dan melambaikan tangan pada Luna.
Luna membalas lambaian itu dengan lambaian dan senyuman. Luna kembali berjalan menuju
sekolahnya.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Luna disapa teman-temannya. Luna membalas sapaan
teman-temannya. Salah satu kakak seniornya, Haki, mendatangi Luna yang sedang berjalan
menuju bangunan sekolah. Haki menggandeng tangan Luna dan menariknya tanpa permisi.
Luna terkejut dan menatap Haki bingung. Haki hanya senyum penuh arti. Di depan pintu masuk
ke bangunan sekolah, Haki melepaskan tangan Luna dan pergi begitu saja. Luna hanya
menggaruk-garuk kepalanya. Luna membalik badan ke pintu sekolahnya. Dilihatnya Sarah
memasang tampang cemberut luar biasa. Luna tersenyum lalu menghampirinya. Sarah menjitak
kepala Luna. Luna mendongak dan mengendus kesal sambil memegangi kepalanya. Sarah
memasuki gedung sekolah tanpa memperdulikan Luna. Luna tersenyum lalu menyusul Sarah.

Saat istirahat, Luna mengajak Sarah ke kantin. Di kantin Luna memesan satu porsi mie ayam
dan segelas jus jeruk kesukaannya, sedang Sarah memesan satu porsi nasi soto dan es teh.
Luna dan Sarah mengobrol sambil menunggu pesanannya datang. Tak lama mereka menunggu,
pesanan mereka sudah datang diantar oleh salah satu pegawai kantin tersebut dengan ramah
tamah. Luna dan Sarah tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada sang pegawai. Sang
pegawai membalas senyuman Luna dan Sarah lalu meninggalkan mereka berdua.

Luna dan Sarah asyik mengobrol membicarakan senior yang Sarah sukai. Tak terduga, senior
yang mereka bicarakan duduk di seberang mereka dengan teman-temannya. Luna dan menjadi
bingung dengan tingkah mereka menggaruk-garuk kepala bingung.

Luna dan Sarah melanjutkan obrolan mereka. Lagi seru-serunya ngobrol, salah satu senior
mereka, Haki, menghampiri mereka. Haki menepuk pundak Luna lalu duduk di sebelah Luna
duduk. Luna menoleh ke arah Haki dengan tampang polosnya. Haki menyubit lengan Luna.
Luna cemberut mngembungkan pipinya sambil memegangi lengannya. Haki dan Sarah tertawa
melihat ekspresi wajah lucu Luna. Luna, Sarah dan Haki mengobrol sampai berakhirnya jam
istirahat.

Luna berjalan cepat meninggalkan sekolahnya. Sarah berlari tergesa-gesa menghampiri Luna
yang terlihat sedang kesal. Sarah menarik tangan Luna. Luna melirik Sarah dengan tatapan
tatapan tajam lalu melepaskan tangannya dari Sarah lalu pergi. Sarah menunduk mengingat
Luna dan Nasya bertengkar di kelas tadi.
Luna berjalan dengan perasaan kesal yang menjadi-jadi. Luna berjalan melewati trotoar jalan
raya. Saat itu, jalan raya sangat sepi, hanya sedikit kendaraan yang melewati. Dan tak
seharusnya Luna berjalan di atas trotoar tersebut. Di depan gedung kosong, Luna ditabrak mobil
yang hilang kendali. Luna tidak sadarkan diri. Si pengemudi turun dari mobilnya sambil
memegangi kepalanya yang terbentur. Andre, nama pengemudi itu, menghampiri Luna.
Dilihatnya Luna tak sadarkan diri dengan kepalanya yang berdarah. Andre mengangkat kepala
Luna dan menepuk-nepuk pipinya. Andre resah gelisah dengan kejadian ini. Dilihatnya taxi dari
kejauhan. Andre memanggil taxi lalu segera membopong Luna masuk dan meminta si sopir
untuk menuju rumah sakit terdekat.

Andre mondari-mandir di depan ruang UGD. Dia benar-benar gelisah. Khawatir tentang gadis
yang telah dilukainya itu. Tak lama kemudian, Andre melihat mamanya menghampirinya. Mama
Andre memukul dan mencubit Andre sambil menanyakan tentang Luna. Andre duduk lemas
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Mama Andre menarik nafas panjang lalu duduk di
samping putranya.

Tak lama mereka menunggu, dokter keluar ruangan menghampiri Andre dan mamanya. Andre
dan mamanya berdiri dan menanyakan tentang keadaan Luna.

“Bagaimana keadaannya, dok?” tanya mama.


“Apakah nyonya keluarganya?” tanya dokter.
“Bukan, dok. Saya orang tuanya Andre, laki-laki yang menabrak gadis itu.” Jawab mama.
“Nyonya mengenalnya?” tanya dokter.
“Sama sekali tidak. Memang bagaimana keadaannya, dok?” tanya mama.
“Dia baik-baik saja. Sudah melewati masa kritis. Namun sayangnya, dia berkemungkinan tinggi
mengalami shock sehingga menyebabkan amnesia.” Jelas dokter.

Andre dan mamanya saling pandang. Saat itu, Luna memakai pakaian biasa dan tas ransel yang
hanya berisi buku dan pena, tanpa ada tanda pengenal. Handphonenya pun sudah hancur
tertindas ban mobil tadi. Saat mencoba mengecek kontak yang ada di Sim Cardnya pun, tak ada
satupun kontak yang tertera.

“Lantas bagimana, dok?” tanya mama.


“Kami belum bisa memastikan semuanya. Namun pastinya, gadis itu mengalami amnesia yang
mungkin amnesia sementara.” Jawab dokter.

Andre dan mamanya berunding. Mereka sepakat menganggap Luna menjadi salah satu anggota
keluarganya. Mama Andre menjelaskan pada dokter dan polisi saat itu untuk menjadikan Luna
anggota keluarganya sampai Luna mengingat kembali dirinya. Dokter dan polisi menyetujui
keputusan yang di buat mama Andre untuk jalan keluar yang terbaik.

Andre dan mama memasuki ruangan istirahat Luna. Luna memandang Andre dan mama. Luna
memperbaiki duduknya menolengkan kepalanya. Andre duduk di samping Luna lalu mengelus
kepala Luna. Luna menatap Andre bertanya-tanya. Mengerti maksud Luna, Andre menjelaskan
pada Luna.

“Kamu pasti bertanya-tanya siapa kami, kan?” tanya Andre. Luna mengangguk pelan. Andre dan
mama tersenyum. “Percaya nggak kalau aku ini kakak kamu?” tanya Andre. Luna menunduk
tidak tau apa yang harus dia jawab. Andre mengelus kepala Luna. “Kamu nggak yakin ya punya
kakak yang ganteng plus keren kayak gini? Sedang kamu jelek seperti ini?” ejek Andre. Luna
mengangkat kepalanya cemberut menatap Andre. Andre tersenyum dan menepuk-nepuk kepala
Luna.
“Andre, jangan gitu sama adik kamu. Nggak baik.” Kata mama. Luna memandang ke arah
mama. Mama memandang lembut Luna. Luna menoleh ke arah Andre yang tersenyum.
“Ayo kenalan!” kata Andre. Andre dan mama berdiri di samping ranjang Luna. Luna memandang
mereka berdua. “Andre Putra Aditya, menjabat sebagai satu-satunya kakak yang super ganteng
plus keren di mata Lina.” Kata Andre memperkenalkan diri.
“Rina Rahmawati, sebagai mama Lina.” Kata mama lalu tersenyum.

Andre mendekati Luna atau yang sekarang menjadi Lina. “Dan gadis kecil di depan kakak ini
adalah Lina Wahyu Mayasari.” Kata Andre lalu tersenyum. Lina meneteskan air mata. Andre
panik melihat Lina menangis. Tangan Andre serasa ingin memegang tangan Lina, namun
tangannya bergetar karena panik melihat Lina menangis. Mama menepuk pundak Andre. Andre
menoleh dan menggaruk-garuk kepalanya panik.

Mama memegang kepala Lina dan menghapuis air mata Lina. Lina menangis di pelukan mama.
Andre duduk di samping Lina sambil tersenyum mengelus kepala Lina.

Lina berjalan di halaman belakang rumah dia tinggal sekarang. Sudah dua minggu sejak kasus
kecelakaan itu, dan sampai sekarang pun tak ada tanda-tanda ingatan Lina kembali. Lina duduk
di kursi halaman belakang rumahnya. Suasana yang yahud, nyaman sekali. Tiba-tiba saja dari
belakang ada yang menutup mata Lina. Lina memegang tangan-tangan tersebut.

“Kakak?” kata Lina. Andre menarik tangannya dan muncul dari belakang. Lina tersenyum melihat
kakaknya. Andre duduk di samping Lina.
“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Andre.
“I’m very good. Makasih udah nanya kakak.” Jawab Lina lalu tersenyum.
“Sama-sama.” Kata Andre. Andre menggenggam tangannya. Diliriknya Lina yang tersenyum
melihat sekitar. “Lina, kamu belum ingat masa lalu kamu?” tanya Andre ragu-ragu.
“Kenapa kakak tanya itu?” tanya Lina.
“Kakak hanya ingin tau saja. Kamu kan tau kalau kakak khawatir sama kamu? Kakak hanya
ingin tau tentang kamu.” Jawab Andre.
“Lina baik-baik saja. Nggak perlu khawatir!” kata Lina.
“Tolong beritahu kakak. Kamu ingat apa? Sekecil apapun kakak mau denger.” Kata Andre.
Lina berdiri menghadap Andre. “Kenapa sih kakak ini? Tiba-tiba aja nanya ingatan Lina. Ada
yang salah? Apa kakak bohong tentang Lina? Apa yang semua kakak ceritakan itu bohong?”
tanya Lina dengan nada kesal.
“Bukan gitu Lina.” Jawab Andre. Anre berdiri dan memegang kedua bahu Lina. “Kakak hanya
ingin tau tentang perkembangan kamu. Kakak sayang sama kamu Lina.” Tambah Andre.
“Lina udah bahagia seperti ini, kak. Kita nggak perlu melihat masa lalu lagi. Kita lebih baik
memikirkan masa depan.” Kata Lina.

Andre menatap Lina dalam-dalam. Terlihat keseriusan di mata Lina. Andre memeluk Lina sambil
mengelus kepala Lina.

“Aku benci kak Andre!!!” teriak Lina. Lina memukuli lengan Andre didepan teman-teman Andre.
Andre mengeluh kesakitan sedang teman-temannya sedang menertawainya.
“Lina kenapa sih sampai segitunya? Kakak kan cuman bilang kakak suka sama seseorang.
Terus kenapa kamu marah sampai benci segala sama kakak?” tanya Andre.
“Jangan-jangan, Lina suka ya sama kak Andre?” kata Dion. Lina berhenti memukuli Andre. Lina
dan Andre menoleh ke arah Dion yang sedang asyik makan kacang.
“A-apa maksud kak Dion? M-m-mana mungkin Lina suka sama kakak sendiri.” Kata Lina gugup
sampai wajahnya merah.
“Yang bener?” goda Toni.
“Ka-la-u salah, kamu jangan pasang tampang merah gitu donk.” Kata Bobby. Lina tersentak
malu dan buru-buru meninggalkan mereka. Bobby, Dion, dan Toni tertawa melihat tingkah Lina.
Andre tersenyum lembut memandang Lina yang pergi meninggalkannya.
Andre duduk di samping Dion. “Gimana tu anak?” tanya Andre.
“Hah? Sapa?” tanya Dion. Bobby dan Toni memasang tampang serius mendengarkan
pembicaraan Andre dan Dion.

Lina mengunci pintu kamarnya. Ada perasaan aneh pada diri Lina. Entah kenapa Lina sangat
kesal mendengar Andre mempunyai seseorang yang disukainya. Duduk menelungkupkan
wajahnya di antara kaki yang ditekuknya. Lina tidak tau apa yang terjadi padanya. Yang pasti,
dia ingin bahagia bersama keluarganya. “Aku hanya ingin bahagia. Tapi kenapa seperti ini?”
kata Lina lesu.

Lina berjalan menuruni tangga. Lina terhenti saat melihat kakaknya bersama seseorang yang
tidak dikenalnya. Lina bertanya-tanya, siapa orang yang duduk disana. Dia belum pernah
melihat laki-laki itu sebelumnya.

Andre melihat pandangan mata temannya itu tak tertuju padanya. Andre mengikuti gerak
pandang temannya itu. Dilihatnya sosok Lina di tangga.

“Sini, Lina.” Kata Andre. Lina menghampiri kakaknya. Lina berdiri di samping kakaknya. “Ini
temen kakak, namanya Kevin. Dia juga temennya Dion.” Kata Andre. “Ini Lina, adik gue.” Kata
Andre pada Kevin.
“Lina.” Kata Lina sambil mengulurkan tangan.
“Kevin.” Kata Kevin membalas uluran tangan Lina.
Andre meminta Lina mengambilkan minuman untuknya. Lina mengiyakan lalu pergi menuju
dapur. Kevin menatap tajam ke arah Andre. Andre melirik ke arah Kevin. Akhirnya Andre
menceritakan kejadian tentang asal kehadiran Lina di keluarganya.

Lina kembali pada Andre dan Kevin dengan nampan berisi jus jeruk dan cemilan. Lina
meninggalkan nampan dan bebannya di meja lalu pergi.

Setelah Lina pergi, Kevin menjitak kepala Andre. “Bego. Harusnya ngomong yang bener. Bener-
bener bego.” Kata Kevin. Andre hanya menunduk malu diceramahi Kevin.

Tak terasa malam tahun baru datang secepat ini. Malam tahun baru pertama Lina bersama
keluarga dan teman barunya. Mereka mengadakan acara Barbeque di rumah Lina. Tak lupa
mereka menyiapkan kembang api untuk menambah serunya di malam tahun baru ini. Mereka
makan bersama, bermain kembang api bersama dan berfoto bersama. Mereka sangat bahagia
untuk awal tahun baru.

“Aku senang bisa berada disini bersama kalian.” Kata Lina sambil tersenyum bahagia. Andre dan
yang lainnya mengangguk setuju atas pernyataan Lina. Mereka sedikit merasa bersalah atas
kebohongon yang mereka perbuat pada Lina. Namun mereka tutupi dengan senyuman yang
terpasang di wajah mereka.

Semoga hari ini menjadi awal dari kebahagiaan yang baru yang menanti mereka di hari esok.

— THE END —

Cerpen Karangan: Linda Nur Hurin

Anda mungkin juga menyukai