Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan kekerasan sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
terjadi dalam ruang lingkup masyarakat, keluarga maupun sekolah. Dalam
menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan selalu disertai dengan tindakan
kekerasan. Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan yang dapat merugikan orang lain, baik secara fisik maupun secara
psikis. Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi fisik semata, tetapi juga
berbentuk eksploitasi psikis. Dan justru kekerasan psikislah yang perlu
diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup lama bagi si
korban.
Dewasa ini, sering terjadi kekerasan dalam dunia pendidikan yang sudah
menjadi sorotan masyarakat. Berbagai bentuk kekerasan, mulai dari kekerasan
verbal seperti membentak siswa sampai dengan kekerasan fisik yakni menampar
sampai memukul siswa telah menjadi fenomena di dunia pendidikan negeri ini.
Kondisi tersebut sudah berlangsung lama, bahkan frekuensinya meningkat
seiring dengan meningkatknya agresifitas siswa didik di lingkungan
sekolah. Tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan sering dikenal dengan
istilah Bullying.
Tindakan kekerasan dalam pendidikan ini dapat dilakukan oleh siapa saja,
misalnya teman sekelas, kakak kelas dengan adik kelas, guru dengan muridnya
dan pemimpin sekolah dengan staffnya. Tindakan kekerasan tersebut sama sekali
tidak bisa dibenarkan meskipun terdapat beberapa alasan tertentu yang
melatarabelakanginya. Tindakan kekerasan juga bisa terjadi dalam bentuk aksi
demonstrasi mahasiswa, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk lisan.
Misalnya, mencaci maki, berkata kasar dan kotor, serta tawuran yang terjadi
antar mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari perilaku kekerasan?
2. Apa etiologi dari perilaku kekerasan?
3. Apa mekanisme koping dari perilaku kekerasan?
4. Apa manifestasi klinis dari perilaku kekerasan?
5. Apa penatalaksanaan dari perilaku kekerasan?
6. Apa pohon masalah dari perilaku kekerasan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku
2. Untuk mengetahui etiologi dari perilaku kekerasan
3. Untuk mengetahui mekanisme koping dari perilaku kekerasan
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari perilaku kekerasan
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan
6. Untuk mengetahui pohon masalah dari perilaku kekerasan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi penulis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam bidang
ilmu kesehatan terutama pada materi Keperawatan Jiwa yang berfokus pada
Perilaku Kekerasan.
2. Bagi pembaca makalah ini berfungsi untuk memberi informasi dalam bidang
kesehatan terutama pada materi Keperawatan Jiwa yang berfokus pada
Perilaku Kekerasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Resiko Perilaku Kekerasan


2.1.1 Definisi
Menurut Yosep (2010) dalam Damaiyanti& Iskandar (2012.95)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayahkan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
perilaku yang dapat membahayakan keamanan fisik baik diri sendiri maupun
orang lain. Kegagalan yang yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan
respon pasif dan melarikan diri atau respon melamun.
Respon tersebut merupakan respon maladaptif :
1. Agresif.
a) Memeperlihatkan permusuhan, kekerasan dan menuntut mendekati
orang lain dengan ancaman tanpa niat untuk melukai.
b) Umumnya klien masih bisa mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
2. Kekerasan.
a) Sering disebut dengan gaduh, gelisah atau amuk.
b) Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberikan kata-kata ancaman disertai melukai, pada
tingkat ringan dan paling berat.

RENTANG RESPON KEMARAHAN

respon adaptif respon maladaptif

Asertif frekuensi pasif agresif perilaku kekerasan

Asertif : Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega.
Frekuensi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaanyang
sedang dialami.
Agresif : tindakan distuktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol
Amuk : tindakan destruktif dan berusaha yang kuat dan tidak terkontrol.

2.1.2 Etiologi
Menurut Direja (2011,132), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan
seperti :
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu :
a) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau sanksi
penganiayaan.
b) Perilaku reinforcement
Yang diterima saat melakukan kekerasan, dirumah atau di luar, rumah,
semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi, perilaku
kekerasan.
c) Teori psikoanalitik
Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego dan membuat konsep, diri
yang rendah. Agresi dapat meningkatkan citra diri serta, memberikan
arti dalam hidupnya.
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
injuri fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai
berikut:
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal maupun eksternal.

2.1.3 Mekanisme Koping


Menurut stuart dan laraia (2011), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marahuntuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannyasecara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah mel
ampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok,dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasamarah.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupankannya.
4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan,dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang
yang tertarik padateman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun
marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang perangan
dengan temennya.

2.1.4 Manifestasi klinis


1. Emosi
a) Tidak adekuat
b) Merasa tidak aman
c) Rasa terganggu
d) Marah
e) Jengkel
f) Merusak, memukul
2. Fisik
a) Muka merah
b) Tangan mengepal
c) Nafas pendek
d) Berkeringat
e) Sakit fisik
f) Tekanan darah meningkat
3. Intelektual
a) Mendominasi pembicaraan
b) Berdebat atau rewel
c) Merendahkan orang lain
d) Mempertahankan pendapat
e) Memaksa kehendak
4. Spiritual
a) Merasa kuasa
b) Keraguan
c) Tidak bermoral
d) Kreatifitas terhambat/terhalang
5. Sosial
a) Menarik diri
b) Penolakan
c) Ejekan
d) Kurang percaya diri
e) Humor
6. Akibat
a. Resiko menciderai diri sendiri
b. Resiko menciderai orang lain
c. Resiko menciderai lingkungan

2.1.5 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis:Penotizin 
b. Obat anti depresi:Amitripilin
c. Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam
d. Obat anti insomnia:Phneobarbital
2. Non-Farmakologi :
a. Terapi Keluarga : Berfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian 
b. Terapi Kelompok : Berfokus pada dukungan dan
perkembangan,keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.
c. Terapi Musik : Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain
untuk mengembalikan kesadaran diri

Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan meliputi


penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan medis.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan melalui proses pendekatan
keperawatan dan terapi modalitas.
a. Pendekatan proses keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses
keperawatan, yaitu meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan serta evaluasi.
b. Terapi Modalitas
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini dalam
perawatan kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area
kedokteran, keperawatan, dan disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini
secara singkat menjelaskan modalitas terapi yang saat ini digunakan
baik pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat jalan (Videbeck,
2013, hlm. 69).
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan
mendiskusikan sebuah film, atau diskusi informal memberikan
klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu ketika
klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses
terapeutik dan meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk
mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien. Mengetahui
apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien 
(Videbeck, 2013, hlm. 259).
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan
diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok untuk
membantu yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain.
Peraturan kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua
anggota kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien
dapat, mempelajari cara baru memandang masalah atau cara
koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting  (Videbeck,
2013, hlm. 70).
3) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah
memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional
keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang
maladaptif, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah
keluarga (Steinglass, 2011 dalam Videbeck, 2013, hlm. 71).
4) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir,
dan perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara
ahli terapi dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami
diri dan perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal,
memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari
sakit hati atau ketidakbahagiaan. Hubungan antara klien dan ahli
terapi terbina melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan
perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan
kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya
mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat
maksimal yang mungkin dari terapi  (Videbeck, 2014, hlm. 69).
2. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
psikofarmakologi dan metode psikososial.
a. Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis
klien dengan perilaku kekerasan yaitu:
1) Psikofarmakologi
Penggunaan  obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari
penemuan neurobiologi. Obat-obatan tersebut memengaruhi
sistem saraf pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya
memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan emosi. 
(Videbeck, 2012, hlm. 22).
Menurut Stuart dan Laraia (2013, hlm. 643), beberapa kategori
obat yang digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut.
(a) Antianxiety dan Sedative Hipnotics
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering
digunakan didalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami
disinhibiting effect dari Benzodiazepines dapat
mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat
Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini
ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi
klien dengan cedera kepala, demensia dan ’developmental
disability’.
(b) Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan
perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan
mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk
menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan cedera
kepala dan gangguan mental organik.
(c) Mood Stabilizers
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian lithium efektif
untuk agresif karena manik. Pada beberapa kasus,
pemberiannya menurunkan perilaku agresif yang disebabkan
oleh gangguan lain seperti retardasi mental, cedera kepala,
Skizofrenia, gangguan kepribadian. Pada klien dengan
epilepsi lobus temporal, bisa meningkatkan perilaku agresif.
Pemberian Carbamazepines dapat mengendalikan perilaku
agresif pada klien dengan kelainan EEG
(electroencephalogram)
(d) Antipsychotic
Obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk perawatan
perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi
atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini
dapat membantu, namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu
sebelum efeknya dirasakan.
(e) Medikasi lainnya
Banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian Naltrexone
(anatagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencedrai
diri. Betablockers seperti Propanolol dapat menurunkan
perilaku kekerasan pada anak dan pada klien dengan
gangguan mental organik.
2) Pemeriksaan diagnostik
Meskipun pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan
penunjang, tetapi peranannya penting dalam menjelaskan dan
mengkuantifikasi disfungsi neurobiologis, memilih pengobatan,
dan  memonitor respon klinis (Maramis, 2014, hlm. 205).
Menurut Doenges (2011, hlm. 253), pemeriksaan diagnostik
dilakukan untuk penyakit fisik yang dapat menyebabkan gejala
reversibel seperti kondisi defisiensi/toksik, penyakit neurologis,
gangguan metabolik/endokrin. Serangkaian tes diagnostik yang
dapat dilakukan pada Skizofrenia Paranoid adalah sebagai berikut:
a. Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa
abnormalitas otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran
ventrikel dengan rasio ventrikel-otak meningkat yang dapat
dihubungkan dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat
memperlihatkan gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal
rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama hipokampus, girus
parahipokampus, dan girus temporal superior).
c. Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik
otak dan dapat menyatakan aktivitas metabolik yang rendah
dari lobus frontal, terutama pada area prefrontal dari korteks
serebral.
d. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan
intensitas aktivitas pada daerah otak yang bervariasi
e. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respon gelombang otak
terhadap ransangan yang bervariasi disertai dengan adanya
respons yang terhambat dan menurun, kadang-kadang di
lobus frontal dan sistem limbik.
f. Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan
(ketergantungan zat), yang mungkin dapat dikaitkan dengan
penyakit mental, dan mengindikasikan area pengobatan yang
diperlukan.
g. Electroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mungkin abnormal,
menunjukkan ada atau luasnya kerusakan organik pada otak.
b. Metode psikososial
Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosional seseorang pasien yang dilakukan oleh seseorang yang
terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud
hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala
yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan
pertumbuhan kepribadian secara positif (Maramis, 2014, hlm. 478).
Menurut Hawari (20012, hlm. 111), Terapi psikososial
dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri, tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi
beban bagi keluarga dan masyarakat. Terapi psikoreligious juga dapat
menjadi alternatif bagi penderita gangguan jiwa seperti kegiatan
ibadah

2.1.6 Pohon Masalah

Akibat Risiko perilaku Gangguan pemeliharaan


menciderai diri kesehatan

Ketidakefisien
penatalaksanaan
program Perilaku kekerasan
terapeutik Defisit perawatan diri:
Masalah utama mandi & berhias

Ketidakefektifan
koping keluarga : Gangguan konsep Penyebab
ketidakmampuan diri : harga diri
keluaga merawat rendah kronis
klien di rumah
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien Tn. Z dengan Resiko Perilaku Kekerasan diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat persamaan antara teori dasar perilaku kekerasan dengan pasien
resiko perilaku kekerasan baik secara definisi, tanda dan gejala, faktor
presdisposisi, sumber koping, mekanisme koping
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien perilaku kekerasan
merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan
3. Terapi aktivitas kelompok : senam dapat membantu memberikan kegiatan
pada klien dengan gangguan perilaku kekerasan
4. Melatih klien melakukan kegiatan tarik nafas dalam dan pukul bantal
penting dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan.

5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan hendaknya
dilakukan hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap dari perawat
kemudian perawat lain serta pada klien lainnya.
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten
3. Terapi aktivitas kelompok stimulus hendaknya dilakukan secara teratur
4. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Ann Issac.2012. Panduan Belajar: Kesehatan Jiwa.Jakarta: ECG


Budi Anna Keliat. 2014. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta: ECG
Stuar Gail.2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: ECG

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Tanggal MRS :
Tanggal Dirawat di Ruangan :
Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2021
Ruang Rawat : Merpati

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Z
Umur : 33 Tahun
Alamat : Madiun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Cerai
Pekerjaan : Petani
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No CM : 112278

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Pasien mengatakan nggak ada keluhan tapi dulu saya itu masuk ke sini
mengamuk, suka marah gitu, banting barang, piring pecah, gelas TV saya
hancurkan, saya juga hampir mukul ibu, tapi kalau sekarang tidak
b. Data Sekunder
Perawat mengatakan, pasien memang seperti pasien biasa tidak marah,
mengamuk disini tapi jika dipulangkan apa yang terjadi karena ia memiliki
riwayat perilaku kekerasan, siapa tahu tiba – tiba dia membuat kerusuhan
yang yang mengganggu orang lain, hanya ada ibunya.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan saya itu hampir marah mbak tapi tidak jadi, karena tangan
saya kayak ada yang menahan gitu mbak, terus saya melakukan aktivitas tapi
saya bingung kok saya melakukan ini, bingung gitu, linglung mbak
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien mengatakan saya sudah masuk sini 3x mbak, diantar ibu, pak mantri dan
saudaranya mantri buat berobat disini saya ikut kata ibu saya juga sempat dengar
suara disini nyuruh saya membumbunuh orang saat saya diruang makan
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :
Pasien mengatakan dulu dirawat di RSJ ini suka dengar suara – suara dan
bayangan hitam, bisik – bisik gitu, terus tahun ini 2021 kurang lebih 1
bulan kesini itu karena marah – marah
2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1 Aniayafisik Tidak Iya Tidak Tidak
.
2 Aniayaseksual Tidak Tidak Tidak Tidak
.
3 Penolakan Tidak Tidak Tidak Tidak
.
4 Kekerasan dalam Tidak Tidak Tidak Tidak
. keluarga
5 Tindakan Kriminal Tidak Tidak Tidak Tidak
.
Jelaskan : Pasien pernah hampir melukai ibunya memakai sabit dirumah
saat ibunya mau memasak didapur
Diagnosa Keperawatan : Respon pasca trauma

b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri


Jelaskan :
Pasien mengatakan disini belum pernah coba bunuh diri kan beraktivitas
jadi teralihkan tapi dulu saya pernah ambil silet saya dekatkan tangan,
terus ambil jarum pengen menusuk mata orang lain itu saya nggak sadar
tapi dihentikan sama ibu jadi tidak jadi silet tangan
Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,


kematian, perpisahan)
Jika ada jelaskan :
Pasien mengatakan ayah sudah meninggal dan sedih dulu juga sudah
menikah tapi sekarang cerai sama istri
Diagnosa Keperawatan : Berduka disfungsional

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


 Ya
 Tidak
Jika ya, jelaskan
Pasien mengatakan saya itu dari kecil memang sudah sakit –
sakitan seperti sakit kulit, epilepsi dari kecil, sinusitis, tipes juga
Diagnosa Keperawatan :
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan pernah saya pakai sabu itu dibelikan sama kakak saya
yang dikalimantan buat saya pengobatan dibelikan banyak
Diagnosa Keperawatan :

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Jelaskan : Pasien mengatakan hanya berobat untuk mengobati penyakit
fisiknya sejak kecil, beli obat diapotik
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Ya
 Tidak
Jika ada :
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
Diagnosa keperawatan :

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :

Keterangan :
= Perempuan = Klien = orang terdekat

= Laki-laki = orang tinggal serumah

= Laki-laki meninggal = Perempuan meninggal


Jelaskan :
a. Pola asuh : sejak kecil sampai dewasa pasien di asuh oleh orang tuanya
b. Pola pengambilan keputusan : pengambilan keputusan pada masalah yang
dialami klien adalah ibunya
c. Pola komunikasi : pasien mengatakan jika memiliki beban masalah dirinya
bercerita pada ibunya
Diagnosa keperawatan :

2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bersyukur dan menerima kondisi tubuhnya yang
sekarang ini
b. Identitas
Pasien mengatakan iri dan pengen juga sukses, berhasil kayak kakak
sama adik, tidak kayak saya ini, saya juga pengen kayak mereka sampai
juga saya daftar – daftar gitu tapi gagal
c. Peran :
Pasien mengatakan merasa gagal menjadi seorang anak di keluarganya
dirumah, gagal juga buat ibu bangga, dirumah dulu habis makan tidak
ngapa – ngapain hanya tidur, rokok an gitu, duduk, ngopi kadang jajan
lagi
d. Ideal diri
Pasien mengatakan : harapan saya ya mbak cuma pengen sembuh, jadi
sukses, jadi kebanggan ibu, ibu senang, jadi orang baik, jadi orang sukses,
berguna
e. Harga diri
Pasien mengatakan : saya kalau pulang itu takut dianggap jelek terus di
olok olok tetangga sama orang orang, mereka pasti bilang yang jelek ke
saya karena masalalu saya yang jelek itu orang orang jadi takut dengan
saya
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan kalau punya masalah saya cerita ke ibu ngak ke siapa
siapa nggak ada yang bisa diajak selain ibu disini diRSJ cuma mbak yang
praktek gitu kadang sama pasien lain
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan dulu sudah pernah pulang tapi dirumah itu nggak
pernah keluar nggak pernah ngobrol sama tetangga, keluarga Cuma
kewarung beli jajan sama rokok
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain di RSJ ini mengobrol dengan yang praktek kalau tidak ada yang
praktek sama perawat disini sama teman lain juga
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan saya islam saya mulai sholat dan baca ayat ayat
pendek disini saya juga berusaha sholat supaya tenang biar hati damai
gitu mbak biar ngurangi marah – marah saya
b. Pandang terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan yang sakit itu otak, bagaimana pun keadaan saya
seperti ini saya terima hanya ingin sembuh
Diagnosa Keperawatan :

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Pasien tampak tenang, kontak mata baik, saat ditanya menjawab dengan
jawaban yang panjang
2. Kesadaran (kuantitas)
Kesadaran komposmentis
3. Tanda vital :
TD : 123/67 mmHg
N : 100 x/menit
S : 36,2 C
P : 20 x/menit
4. Ukur :
BB : 75 kg
TB : 175 cm
5. Keluhan fisik :
Jelaskan :
Pasien mengatakan sedikit pusing, seperti gliyeng dan pandangan sedikit
kurang fokus, dikepala belakang terasa seperti ada ulat yang
berjalan/merayap
Diagnosa Keperawatan :

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (penampilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan :
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya yaitu 37 tahun, berpakaian rapi
dan tidak terbalik, kebersihan diri baik pasien selalu mandi dan rapi
Diagnosa Keperawatan :
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter) :
Jelaskan :
Komunkasi baik, frekuensi cepat, volume keras, kadang suka ngelantur saat
diajak berkomunikasi, kadang keluar dari topik pembicaraan, pasien senang
jika ada yang mengajak berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan :
3. Aktifitas motorik/psikomotor
Kelambatan
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan : -
Peningkatan :
 Hiperkinesia, hiperaktifitas
 Stereotipi
 Gasuh gelisah karatonik
 Mannarism
 Katapleki
 Tik
 Ekhopraxia
 Commad automatism
 Grimace
 Otomatisma
 Negativesme
 Reaksikonversi
 Tremor
 Verbigerasi
 Berjalan kaku/rigid
 Kompulif : sebutkan......
Jelaskan :
Pasien mengatakan dia melakukan aktivitas contohnya cuci piring namun
tidak sadar mengapa dia bisa melakukan aktivitas tersebut
Diagnosa keperawatan :
4. Mood dan afek
a. Mood
 Depresi
 Ketakutan
 Euforia
 Khawatir
 Anhedonia
 Kesepian
 Lain-lain
Jelaskan :
Pasien mengatakan jika diberi rokok, uang dan kopi ia merasa senang dan
bahagia sekali sampai berfikir dunia milik sendiri, pasien sangat bahagia
sampai tidak menyadarinya
b. Afek
 Sesuai
 Tumpul/dangkal/datar
 Tidak sesuai
 Labil
Jelaskan
Pasien nampak sesuai dengan emosi, perasaan sesuai dengan gagasan
pikiran/pembicaraan yang menyertainya
Diagnosa keperawatan :
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan : saat berinteraksi dengan perawat pasien kooperatif, kontak mata
baik dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
Diagnosa Keperawatan :
6. Persepsi sensorik
a. Halusinasi
 Perdengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Jelaskan :
Pasien mengatakan pernah melihat sosok laki-laki dan perempuan berwarna
hitam saat pasien diruang makan jam 10.00 pagi sebanyak 1x dan wujud
tersebut membisikkan pasien untuk membunuh orang lain yang ada diruangan
tersebut
Diagnosa Keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir
 Koheren
 Sirkumtansial
 Tangensial
 Blocking
 Longorhoe
 Clang association
 Afasia
 Inkoheren
 Asosia longgar
 Flight of idea
 Perseverasi
 Neologisme
 Main kata-kata
 Lain-lain
Jelaskan
Pasien berbicara bebelit-belit namun topik pembicaraan tercapai pasien juga
saat berbicara terhenti tiba-tiba beberapaa menit namun dapat dilanjutkan,
pasien sangat cepat dalam berbicara,pasien juga suka mengulang-ulang
menceritakan sebuah cerita
b. Isi pikiran
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 Pikiran bunuh diri
 Preokupasi
 Pikiran isolasional
 Ide yang terkait
 Pikiran rendah diri
 Pesimisme
 Pikiran magis
 Pikiran curiga
 Fobia, sebutkan
 Waham
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar/curiga
 Nihlistik
 Dosa
 Sisip pikir
 Sier piker
 Kontrol pikir
 Lain-lain
Jelaskan
Pasien mengatakan senang/gembira yang sangat berlebihan/terlalu senang, pasien
selalu mempunyai keinginan sukses dan membahagiakan ibunya, pasien pernah
berfikir untuk bunuh diri dengan menyilet tangannya sendiri agar tidak
menyusahkan keluarganya
c. Bentuk pikir
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan
Pasien berfikir sesuai dengan realita/kenyataan yang ada pada saat ini
Diagnosa Keperawatan
8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan
Pasien mampu mengingat waktu, tempat dan orang, pasien ingat dengan
tanggal, bulan dan tahun lahirnya dengan baik
 Meninggi
 Menurun
 Kesadaran berubah
 Hipsona
 Confusion
 Sedasi
 Stupor
Jelaskan : kesadaran pasien nampak stabil, pasien selalu melakukan
aktivitas untuk mengisi waktu luangnya
Diagnosa Keperawatan
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - < 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15
menit)
Jelaskan
Daya ingat jangka panjang : pasien dapat mengngat masa kecilnya, pasien juga
hafal dengan nama-nama angota keluarganya
Daya ingat jangka menengah : pasien dapat mengingat tadi melakukan aktivitas
tertentu dalam beberapa hari
Daya ingat jangka pendek : pasien masih ingat aktivtas dalam 15 menit
kebelakang
Diagnosa keperawatan
10. Konsentrasi dan berhitung
a. Konsentasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentasi
Jelaskan : pasien mampu berkonsentrasi saat bercakap-cakap
b. Berhitung
Jelaskan
Pasien mampu berhitung secara berurutan dengan baik dan benar dari 1-10
Diagnosa keperawatan
11. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Bila pasien benar-benar putus asa dan tidak tahu lagi mau berbuat
apa, apakah yang dilakukan pasien untuk mengontrol hal tersebut? Pasien
menjawab selalu bercerita kepada pak mantri di RSJ
Diagnosa Keperawatan

12. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Meyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Pasien dibawa kesini karena pasien mengamuk dirumah
Diagnosa Keperawatan

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien membuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan : setelah pulang dari sini pasien akan tinggal dirumah bersama
keluarganya sama seperti sebelum sakit
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan
Pasien mengatakan mandi 2x sehari pagi pukul 05.30 dan sore 17.00
mandi memakai sampo dan sabun
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan
Pasien mengatakan berganti pakaian 2x sehari pagi dan sore esudah
mandi, pasien berpakaian rapi
3) Makan
Jelaskan
Pasien mengatakan makan 3x sehari, terdiri dari nasi, lauk pauk,
sayuran, buah segar dan air minum
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan
Pasien mampu menggunakan toilet dan kamar mandi, pasien paham
dimana tempat untuk BAK dan BAB
Diagnosa Keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan frekuensi kudapan sehari-hari
Pasien mengatakan makan 3x sehari pagi jam 06.00 siang jam 11.00 dan
sore/malam jam 18.00 kudapan 2x sehari pagi, pagi menjelang siang dan
sore menjelang malam
Bagaimana nafsu makannya
Pasien menghabiskan makanan dan tidak ada sisa, nafsu makan baik
Bagaimana berat badannya
Berat badannya pasien baik
Diagnosa Keperawatan
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama 12.00 s/d 15.00
Tidur malam, lama 17.30 s/d 22.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : menyapu, berinteraksi dengan pasien
lain
Jelaskan
Saat malam hari pasien terkadang terbangun dari tidurnya dengan
alasan kekamar mandi untuk BAK lalu kembali tidur, jika tidak bisa
tidur pasien hanya duduk saja
2) Ganguuan tidur
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain
Jelaskan : pasien tidak memiliki gangguan tidur. Pasien selalu tidur
dengan nyaman dan pernah terbangun dimalam hari hanya untuk
ke kamar mandi untuk BAK
Diagnosa Keperawatan
3. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan mampu memilih dan memakai pakaian dan mampu
memilih makanannya
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Yang mengambil keputusan atas masalah yang dialaminya adalah ibunya
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaab kesehatannya
sendiri
Saat di RSJ pasien minum obat sesuai aturan yang disediakan oleh
petugas
Diagnosa keperawatan

4. Sistem pendukung Ya Tidak


Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan : pasien bergantung pada keluarga dan perawat untuk memenuhi
kebutuhannya
Diagnosa Keperawatan

IX. MEKANISME KOPING


Jelaskan :
Pasien mengatakan saat ada masalah pasien lebih suka bercerita dengan
ibunya
Diagnosa keperawatan :
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan :
Dalam kelompoknya pasien kadang mengajak bicara dengan pasien lainnya
kadang hanya duduk
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak pernah bertengkar dengan teman maupun tetangga,
pasien mengatakan tidak memiliki musuh
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan pendidikan terakhir SMA, pasien mengatakan selama
menempuh pendidikan tidak pernah bolos, tidak punya masalah bahkan
memiliki kemampuan dan prestasi yang baik, pasien mengatakan jika tidak
sakit seperti ini pasien akan kuliah.
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan dalam pekerjaannya tidak ada masalah, pasien bekerja
sebagai petani
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam keluarganya namun dengan
istrinya sudah pernah bercerai
 Masalah dengan ekonommi, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa ekonomianya dan keluarga kacau karena ibunya
terpaksa meminjam uang dan mengutang kepada orang lain hanya untuk
membahagiakan pasien untuk dibelikan rokok, kopi dan jajan lainnya
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bahwa saat ini di Rsj Radjiman Wedio Diningrat, sebelum
itu pernah dibawa ke solo untuk melakukan pengobatan ECT dan tahun ini
adalah ke 3x nya pasien masuk Rsj Radjiman Wedioningrat
 Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalh yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Bagaiman penggetahuan klien/ keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan
jiwa, perawatan tatapelaksanaannya faktor yang memperberat masalah
(presipitasi), obat - obatan atau lainya. Apakah perlu diberikan tamabahan
pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb
 Penyakit/gangguan jiwa
 Sistem pendukung
 Faktor spesifikasi
 Penatalaksanaan
 Lain – lain, jelaskan
Jelaskan : pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya yaitu resiko perilaku
kekerasan
Diagnosa Keperawatan

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa Multi Axis
Axis I :
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :
2. Terapi Medis
Jelaskan :
Tb clozapine 100 mg 0 – 0 – 1
Clobazam 10 mg 1–0–1
Piracetam 800 mg 1 – 0 – 1
Defakote 250 mg 1–0–1
Phenytoin 100 mg 2 – 0 – 0
Trifluoperazine mg 1 – 0 – 1
XIII. Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : pasien mengatakan pernah melakukan percobaan Resiko perilaku
bunuh diri kekerasan
DO : patsien tampak memegang silet dan didekatkan
ketangan
2. DS : pasien mengatakan melihat sosok laki2 dan Gangguan persepsi
perempuan dan membisikan dia untuk membunuh orang sensori : halusinasi
lain pendengaran
DO : pasien tampak menutup telinga dan mata
3. DS : saya kalo pulang takut dianggap jelek terus di olok
– olok tetangga sama orang – orang mereka pasti bilang Harga diri rendah
jelek ke saya
DO : pasien menundukkan kepala saat berinteraksi,
pasien berbicara dengan suara rendah dan lambat
4. DS : ........................................................................
.................................................................................
DO : ......................................................................
............................................................................
Dst DS : ........................................................................
.................................................................................
DO : .....................................................................

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Respon pasca trauma
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Berduka disfungsi
4. Harga diri rendah
5. Isolasi sosial
6. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
7.
8. dst

XV. POHON MASALAH


Halusinasi pendengaran Effect

Resiko perilaku kekerasan menciderai diri, Core Problem


orang lain dan lingkungan

Isolasi sosial : menarik diri Causa

Berduka disfungsional HDR Respon pasca trauma

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Harga diri rendah
3. Resiko perilaku kekerasan
4. ............................................................................
5. .........................................................................
6. dst

Anda mungkin juga menyukai