Anda di halaman 1dari 8

MEMAHAMI PERILAKU KELOMPOK

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik
dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan,
cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda
satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku kelompok adalah;
pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan
tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan
masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.
Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.
2. Pendekatan Penguatan
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam
perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
3. Pendekatan Psikoanalitis
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam
menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego
yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

 Penyebab timbulnya perilaku

1. Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau


ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.
2. Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
3. Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions)
yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
 Proses

1. Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)


adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
2. Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang
respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
3. Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian
diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.

 Kepentingan masa lalu

1. Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa


lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari
pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan
proses masuknya dalam sistem.
2. Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
3. Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu
penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan
Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

 Tingkat kesadaran

1. Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
2. Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti
bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
3. Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
 Data yang digunakan

1. Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
2. Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik
yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
3. Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan
bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

MOTIVASI
A. Motivasi dan Proses Motivasi
Teori Motivasi
Winardi (2002:1) mengemukakan istilah motivasi (motivation) berasal dari
bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakkan, kemudian diserap dalam
bahasa inggris menjadi motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau
hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi diartikan sebagai suatu dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu dan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Gibson et.al
(1997) mengemukakan bahwa motivasi merupakan sebuah konsep yang menguraikan
mengenai kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh individu untuk memulai serta
mengarahkan perilakunya terhadap pekerjaan tertentu. Motivasi juga dapat dianggap
sebagai rencana atau keinginan untuk sukses untuk mencapai suatu tujuan atau
keinginan . Motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut
(Wlodkowski, 1995).
Proses Motivasi
Proses Motivasi Berdasarkan pengertian diatas maka kebutuhan merupakan faktor
utama dalam motivasi. Kebutuhan adalah suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-
hasil tertentu tampak menarik (Robbins, 2001 : 166). Kebutuhan yang belum terpenuhi
menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan dari dalam individu untuk
mencapai tujuan dimaksud. Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk
menemukan tujuan-tujuan tertentu yang bila tercapai akan terwujud pemenuhan kebutuhan
dan mendorong pada pengurangan tegangan. Proses motivasi ini dapat dilihat dalam skema
berikut :

SKEMA 1 Kebutuhan tak terpuaskan Tegangan Dorongan Perilaku pencarian


Kebutuhan dipuaskan Pengurangan tegangan 25 Sementara itu, tidak selamanya suatu
motivasi mengalami pencapaian tujuan seperti yang diinginkan dan proses yang berjalan pun
bervariasi. Sebagai contoh, setiap orang memiliki kebutuhan untuk makan. Namun, setelah
kebutuhan makan terpenuhi, maka seseorang tidak akan dapat “dimotivasi” dengan makanan.
Lain halnya apabila seseorang belum makan selama beberapa hari, maka kebutuhan untuk
makan tak terbendung lagi dan suatu dorongan akan muncul untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut. Kemudian anggap bahwa terdapat hambatan yang menghalangi seseorang untuk
memperoleh makanan tersebut. Tentunya, hasil akhir akan bervariasi. Seseorang akan
berusaha untuk mencari jalan guna mencapai makanan yang terhambat ataupun seseorang
akan merasa putus asa karena tujuannya terhambat. Skema proses motivasi ini digambarkan
sebagai berikut: Timbulnya Kebutuhan (Lapar) Insentif atau Ganjaran (Makanan) Insentif
atau Ganjaran (Makanan) Perilaku yang Termotivasi Perilaku yang Termotivasi Terhambat
Mengakibatkan putus asa
Kaitan antara motivasi, insentif, dan keputusasaan 26 Pemotivasian seseorang
tidaklah cukup hanya dengan menawarkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya agar
mereka termotivasi. Jaminan bahwa seseorang mampu untuk melakukan atau memiliki
kemampuan mencapai hingga berujung pada ganjaran juga sangat penting. Hal inilah yang
membuat karyawan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya. Victor Vroom (Dessler
dalam Agus Dharma, 1997 : 330) mengembangkan Model Ekspektansi yang digunakan
sebagai model dasar timbulnya motivasi seseorang. Vroom mengemukakan bahwa motivasi
pada dasarnya muncul apabila terjadi dua hal, yaitu :
- Apabila “valance” atau nilai hasil tertentu sangat tinggi bagi seseorang;
- Apabila seseorang itu merasa memiliki kesempatan yang baik untuk menyelesaikan
tugas dan memperoleh hasilnya.
Skema 3 Garis Besar Model Ekspektansi Victor Vroom Dari berbagai proses motivasi
yang terjadi, dorongan yang ada dalam diri seseorang menghasilkan Apabila seseorang
merasa upayanya akan mengarah pada penyelesaian tugas. Dan orang itu mengetahui bahwa
penyelesaian tugas mengarah pd hasil yg penting (seperti pemenuhan kebutuhan akan status /
pengakuan). Motivasi Muncul 27 upaya untuk melakukan sesuatu. Upaya tersebut akan
dilakukan apabila seseorang merasa mampu dan begitu tujuan dicapai melalui upaya itu,
maka dorongan dalam diri akan menurun. Apabila terjadi rintangan atau hambatan atas
upaya-upaya pencapaian tujuan, maka yang terjadi adalah 2 (dua) kemungkinan, yakni:
seseorang akan makin terdorong dan berupaya untuk meraih tujuan atau seseorang akan
berputus asa karena merasa tidak mampu menghadapi halangan itu dan dorongan maupun
upaya tidak timbul lagi. Demikianlah bahwa memotivasi seseorang tidaklah cukup hanya
dengan menawarkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya agar mereka termotivasi.
Jaminan bahwa seseorang mampu untuk melakukan atau memiliki kemampuan mencapai
hingga berujung pada ganjaran juga sangat penting. Kemudian terdapat pula kesempatan
untuk mengeluarkan kemampuan tersebut. Hal-hal inilah yang membuat karyawan
termotivasi untuk melakukan pekerjaannya.
B. Kerangka Kerja Konseptual untuk memahami Motivasi

Motivasi adalah juga subyek yang membingungkan karena motif tidak dapat diamati atau
diukur secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Pada
subbab papper ini kita akan belajar memahami kerangka kerja konsepsual melalui beberapa
teori – teori motivasi untuk memahami seperti apa motivasi itu dilakukan. Teori – teori
motivasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Teori – teori petunjuk

Teori ini mengemukakan bagaimana memotivasi para karyawan. Teori – teori ini
didasarkan atas pengalaman coba – coba. Factor – factor yang dipakai untuk motivasi telah
banyak dibahas dibagian – bagian sebelumnya, sehingga teori – teori ini tidak diliput dalam
teori – teori yang lainnya.

2. Teori – teori isi

Teori ini kadang – kadang disebut teori – teori kebutuhan adalah berkenaan dengan
pertanyaan – pertanyaan apa penyebab – penyebab perilaku atau memusatkan pada
pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori – teori yang sangat terkenal diantaranya hirarki
kebutuhan dari psikolog Abraham H. Maslow. Menurut Maslow, manusia akan didorong
untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang
bersangkutan mengikuti hirarki. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut.

 Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri

Teoritis : penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri

Terapan : menyelesaikan penugasan yang bersifat menantang, melakukan pekerjaan kreatif,


pengembangan ketrampilan.

 Kebutuhan harga diri

Teoritis : status, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan
diri, penghargaan

Terapan : kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status, symbol, pengakuan, jabatan,


penghargaan
 Kebutuhan social

Teoritis : cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima kelompok, kekeluargaan,


asosiasi

Terapan : kelompok – kelompok kerja formal dan informal, kegiatan – kegiatan yang
disponsori perusahaan, acara peringatan

 Kebutuhan keamanan dan rasa aman

Teoritis : perlindungan dan stabilitas

Terapan : pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, serikat kerja, tabungan, uang
pesangon, jaminan pension, asuransi, system penanganan keluhan

 Kebutuhan fisiologis

Teoritis : makan, minum, perumahan, seks, istirahat

Terapan : ruang istirahat, udara bersih, air untuk minum, liburan, cuti, jaminan social,
periode istirahat on the job

3. Teori – teori proses

Teori ini berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan
aspek “bagaimana” dari motivasi. Teori – teori yang termasuk teori proses adalah

- Teori pengharapan

- Pembentukan prilaku

- Teori Porter – Lawler

- Teori keadilan
DAFTAR PUSTAKA
1. Dessler, Garry (Terjemahan: Agus Dharma). 1997. Manajemen Personalia. Jakarta :
Erlangga.
2. http://managementhelp.org/guiding/motivate/basics.htm
3. Winardi, J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian DalamManajemen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
4. https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/799876fe15f6a0894f91dd2b940b712f.p
df
5. https://ayurinii.wordpress.com/2013/03/01/pengarahan-kepemimpinan/

Anda mungkin juga menyukai