Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DISMINORE

KEPERAWATAN MATERNITAS

HAMDANI MR S.Kep
KELOMPOK H

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Disminore
Dismenore adalah kondisi medis dengan karakteristik nyeri uterine
berat selama menstruasi yang dinyatakan sebagai siklis abdomen bawah
atau nyeri pelvis yang dapat menyebar sampai ke punggung dan paha
(Bavil, 2016).
Dismonore diartikan sebagai nyeri dan kram yang dialami selama
menstruasi yang mengganggu kegiatan normal sehari-hari dan
membutuhkan penanganan atau pengobatan. Ketidaknyamanan selama
mengalami penanganan atau pengobatan, ketidaknyamanan selama
mengalami menstruasi dari nyeri sedang sampai mengalami nyeri yang
berat yang mengharuskan pasien untuk tidur total (Callahan & Caughey,
2013).
Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan
selama mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian
bawah (Djuanda, Adhi.dkk, 2008).
2. Kalsifikasi dan Etiologi
Disminore diklasifikasikan sebagai disminore primer dan sekunder.
Kejadian disminore primer sering pada wanita di akhir remaja sampai awal
20-an dan menurun seiring dengan usia. Kesuburan tidak mempengaruhi
terjadinya baik disminore primer atau sekunder (Beckman, 2010)
Perbedaan karakteristik dari disminore primer dan disminore
sekunder :

Disminore Primer Disminore Sekunder

Usia 16-25 30-45


(tahun)

Onset nyeri Hanya saat menstruasi (spasmdik) Nyeri biasanya meningkat


melalui fase luteal akhir
kongestif

Patofisilogi   Kelebihan vasopresin Gangguan yang mendasarinya


prostaglandin
 Leukotrienes 

Gejala   Biasanya self-limitting Terkait dengan fitur lain yang


terjadi selama 1-3 hari terkait dengan penyakit yang
menstruasi mendasari tahan terhadap
 Merespon terhadap COCP masa COCP dan NSAIDs
dan NSAIDs dengan periode seringkali berat
normal atau kurang

Tanda  Tidak biasa Tergantung pada


penyebabnya tapi mungkin
termasuk uterus yang tender,
membesar, tetap, retrovert
dengan nyeri tekan adneksa
dan massa

Dalam bukunya Beckmen (2010) etiologi dari dismenore primer


disebabkan oleh kelebihan prostaglandin diproduksi di endometrium.
Produksi prostaglandin dalam rahim biasanya meningkat disebabbkan oleh
progesteron biasanya terjadi di awal menstruasi. 
Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan struktur atau proses
penyakit yang terjadi di luar uterus, dalam dinding rahim, atau dalam
rongga rahim. Penyebab umum dismenore sekunder termasuk
endometriosis (adanya ektopik luar jaringan endometrium rahim),
adenomiosis (Adanya jaringan endometrium ektopik dalam miometrium),
perlengketan, penyakit radang panggul, dan leiomyomata (fibroid rahim).
Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
berdasarkan gradenya :
0 : Tidak disminore
1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat,
namun jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri
2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat
tersebut efektif mengurangi nyeri
3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan
obat, tapi obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri
( Reece & Barberie, 2009)
3. Faktor yang mempengaruhi disminore
a. Status Gizi 
Status gizi merupakan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transfortasi,
penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Status gizi
dikatakan baik apabila nutrisi yang diperlukan baik lemak, protein,
karbohidrat, mineral, vitamin maupun air yang digunakan oleh tubuh
sesuai kebutuhan. 

b. Usia menarche 
Menarche adalah haid pertama yang terjadi, yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Paath, 2008
dalam Fitriana, 2013). Menurut Proverawati (2009) dalam Fitriana
(2013), usia menarche berlaku pada kisaran usia 12 – 13 tahun atau
akhil baligh dalam bahasa agama. Proses menstruasi bermula sekitar
usia 12 -13 tahun walaupun ada yang lebih cepat sekitar usia 9 tahun
dan selambatlambatnya berusia 16 tahun. Salah satu faktor resiko
terjadinya dismenore primer adalah mentruasi pertama (menarche)
pada usia yang amat dini 9 (earlier age at menarche). Telah mencatat
faktor resiko pada dismenore primer antara lain usia saat mentruasi
pertama < 12 ahun (sulistyowati, 2009 dalam Fitriana, 2013).

c. Keadaan psikologis 
Menurut Nasution (2008) dalam Fitriana (2013) ada tiga faktor
psikologis yang terlibat disini, yaitu : 
1. Perceived control, yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat
menguasai stresor itu sendiri.
2. Learned helpness, yaitu reaksi tidak berdaya akibat seringnya
mengalami peristiwa yang yang berada diluar kendalinya. Produk
akhirnya adalah motivaional deficit (menyimpulkan bahwa semua
upaya adalah sia-sia), cogntive deficit (kesulitan mempelajari
respon-respon yang dapat membawa hasil yang positif), dan
emotional deficit (rasa tertekan karena melihat ia tidak dapat
berbuat apa-apa dan situasinya tak terkendali lagi).
3. Hadriness, yaitu keberanian dan ketangguhan yang terdiri dari tiga
karakteristik : 
a. Keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan atau
mempengaruhi apa yang terjadi padanya 
b. Komitmen, keterlibatan dan makna pada apa yang dilakukan
dari hari demi harii 
c. Fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi,
seolah-olah perubahan merupakan tantangan untuk
pertumbuhannya. 
d. Gaya hidup Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kazama (2015)
yang termasuk kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore
dalam gaya hidup adalah pola makan, pola tidurdan aktivitas fisik.
Hasil penelitiannya adalah kurang tidur 

4. Patofisiologi
Dismenore terjadi pada saat fase sekresi, yang mengakibatkan
peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Hormon prolaktin
dapat meningkatkan kontraksi uterus (Manuaba, 2006). Pelepasan hormon
prostaglandin secara berlebihan dari sel-sel endometrium uterus juga
terjadi saat dismenore. Prostaglandin merupakan suatu perangsang kuat
kontraksi otot polos miometrium dan kontriksi pembuluh darah uterus. Hal
ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi saat
menstruasi, sehingga timbul rasa nyeri hebat. Bagi sebagian besar wanita,
inhibitor-inhibitor prostaglandin misalnya endometasin, dapat secara
efektif mengurangi kram. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada
saat awal nyeri muncul atau bagi 18 sebagian wanita pada tanda pertama
pengeluaran darah menstruasi (Corwin, 2009). Prostaglandin terbentuk
dari asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada di
dalam tubuh. Setelah fase ovulasi, terjadi penumpukan asam lemak pada
bagian fosfolipid dalam sel membran. Asupan asam lemak omega 6
meningkat yang menyebabkan meningkatnya kadar asam omega 6 pada
bagian fosfolipid dinding sel. Asam omega 6 ialah asam arakhidonat, yang
dilepaskan dan mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin dan
leukotin yang diawali di uterus pada saat kadar progesteron menurun.
Prostaglandin dan leukotin menyebabkan respon inflamasi sehingga
menimbulkan spasme otot perut dan keluhan sistemik seperti mual,
muntah, perut kembung dan sakit kepala (Reeder, 2013)

5. Pemeriksaan Dignostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan    
dismenore adalah :
1) Tes laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap : normal.
 Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
 Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan
pelvis yang lain.

6. Therapi
Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri
primer diberikan agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis
prostaglandin melaluo penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya :
ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve, Anaprox, Naproxyn, dan as.
Mefenamat (ponstel).
Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan
mengalami efek samping pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-
obatan ini adalah pada wanita dengan alergi, riwayat ulkus peptikum,
sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan. (Brunner &
Suddarth, 2002) 
Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala menstruasi
sampai gejala berkurang.
Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi menghambat
prostaglandin endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan
menurunkan jumlah menstruasi sehingga menurunkan konsentrasi
prostaglandin. (Price, 2002)
Pemberian analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi
rasa nyeri. Aspirin, inhibitor prostaglandin ringan juga dapat di berikan
sesuai dosis, biasanya dianjurkan setiap 4 jam.
Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder
adalah mengobati penyakit yang mendasarinya.
Primer Sekunder

Gejala Kram dan disertai gejala sistemik Nyeri, yang terjadi beberapa
yang berlangsung sebelum awitan hari sebelum awitan, pada
sampai  2 – 3 hari setelah awitan ovulasi, dan pada saat
pada wanita melakukan hubungan
seksual

Penyebab Produksi prostaglandin yang Adanya penyakit patologis


berlebih yang mendasari

Penangana Antiprostaglandin, latihan dan Evaluasi dan pengobatan


n kontrasepsi oral untuk penyebab yang
spesifik (penyakitnya)

(Brunner & Suddarth, 2002)

7. Penatalaksanaan
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan
pasien ditenangkan bahwa menstruasi  adalah fungsi normal dari sistem
reproduktif.
Jika pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus
ditenangkan dan diberikan pengetahuan mengenai hal ini. 
Banyak anak perempuan yang menduga bahwa mereka akan
mengalami periode haid yang sangat menyakitkan apabila ibu mereka
mengalaminya juga. Keram yang tidak nyaman dapat diatasi jika
kecemasan  dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala tersebut
dijelaskan secara adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi
yang sesuai.
Pasien dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk
meningkatkan latihan fisik karena latihan memberikan dasar
neurofisiologis untuk peredaan.
Terapi lain yang bisa dilakukan misalnya : 
a. Therapi kompres hangat : Kompres hangat ditujukan agar
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, memperlancar
pengeluaran cairan, merangsang peristaltik usus dan memberikan rasa
nyaman klien.
b. Therapy Relaksasi Progresif :
1) Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian
tersebut. Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan
bagian tersebut, kemudian hembuskan
2) Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke
lutut dan relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan.
Hembuskan nafas, rasakan relaksasi dari ujung kaki ke atas.
3) Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian
relaksasikan. Hembuskan nafas.
4) Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan
hembuskan.
5) Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan
hembuskan nafas.
6) Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan
dan hembuskan nafas.
7) Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan
rahang turun, rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi.
Biarkan perasaan relaksasi ini menyebar ke otot leher, tenggorokan
dan lidah, hembuskan nafas.
8) Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.

c. Imagery Guided
Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk
menciptakan gambaran mental yang serealistik mungkin dari keadaan
atau perilaku baru yang ingin kita bentuk. Secara berkala kegiatan
difokuskan pada perhatian tentang gambaran mental tersebut, sehingga
diharapkan akhirnya dapat menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di
pagi hari dan hari yang sama (bila dilakukan sesaat setelah bangun
tidur pagi hari, akan mengangkat semangat sepanjang hari). Sebaiknya
dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15 menit. Dilakukan dengan posisi
duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman, boleh dilakukan
dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar pada
dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan
diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam
mungkin sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh
tertuju pada gambaran mental yang ingin diciptakan.
d. Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk
di bagian pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan
yoga sekitar 30 menit dengan kombinasi gerakan dan nafas dalam
( tehnik relaksasi progresif) sebagai berikut:
1) Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
2) Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan
selama 2 menit)
3) Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas
kepala, lakukan selama 2 menit.
4) Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan
selama 1 menit.
5) Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan
membungkuk dengan kedua tangan ke arah kaki kanan sambil
mencium lutut kanan, lakukan selama 2 menit. Selanjutkan ganti
ke posisi berlawanan.
6) Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua
lutut, tangan memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
7) Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan
sujud ke depan, lakukan selama 2 menit.
8) Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada
kedua lengan, lakukan selama 2 menit.
9) Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan
dipegang tangan kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan
selama 3 menit
10) Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan
selama 2 menit.
11) Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas
kepala melingkar, lakukan selama 3 menit.
12) Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan
diletakkan disamping badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10
menit.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Umur : pasien berada dalam usia masa menstruasi
Pendidikan      : pendidikan pasien sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuan pasien mengenai menstruasi
Pekerjaan        : pekerjaan pasien (kegiatan rutinitas pasien) juga
mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi
 
b. Alasan MRS
Keluhan utama :
Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada bagian perut disertai
dengan mual muntah, pusing dan merasakan badan lemas.
 
c. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid.
 
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
 
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti yang pasien
alami.
 
Pola Kebutuhan Dasar (Gordon)
 
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan
atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada umumnya klien dengan dismenorre mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.
 
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi
urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada
kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
 
d. Pola Tidur dan Istirahat
Klien dengan disminorre mengalami nyeri pada daerah perut sehingga
pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum) 
e. Pola Aktivitas
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan disminorre
di anjurkan untuk istirahat.
 
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien tidak akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien tidak harus menjalani rawat inap.
 
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada kasus Dismenore akan timbul ketakutan karena ketidaktahuan
atau kurangnya informasi/ pengetahuan mengenai Dismenore.
 
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien Dismenore, daya rabanya tidak terjadi gangguan, sedangkan
pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Namun timbul rasa nyeri pada
perut bagian bagian bawah.
i. Pola Reproduksi Seksual
Kebiasaan penggunaan pembalut sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan menstruasi.
 
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Dismenore timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu mengenai adanya kelainan pada sistem reproduksinya.
 
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien Dismenore tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa
disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
 
l. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik Head To Toe

a) Kepala

Inspeksi : Lihat warna rambut berwarna, kulit kepala,

ada ketombe atau tidak, ada lesi atau tidak

Palpasi : ada benjolan apa tidak

b) Mata

Inspeksi : Berair/ tidak, sclera putih, konjungtiva

pucat atau tidak

c) Hidung
Inspeksi : Apa terlihat cairan keluar dari hidung apa

tidak, pernapasan cuping hidung.

d) Telinga

Inspeksi : Ada serumen apa tidak

Palpasi : Tekstur pina, helix kenyal.

e) Mulut

Inspeksi : Warna lidah dan kebersihan lidah, mukosa

bibir, kebersihan gigi.

f) Leher

Inspeksi : Simetris apa tidak

Palpasi : Kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid

tidak membesar.

g) Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris apa tidak

Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama atau tidak

Perkusi : Sonor atau tidak

Auskultasi : Ronchi Basah +/-

h) Jantung

Inspeksi : Ictus kordis terlihat atau tidak

Palpasi : PMI teraba atau tidak

Perkusi : Pekak

Auskultasi : S1 S2 bunyi tunggal

i) Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka bekas operasi, kaji

PQRST bila nyeri

Auskultasi : Bising usus normal atau tidak

Palpasi : Suepel

Perkusi : Timpani

j) Genitalia : kaji siklus mentruasi klien : menanyakan

berapa kali ganti pembalut, apa menjaga kebersihan miss

V, berapa banyak darah haid keluarnya.

k) Ekstremitas

Inspeksi : Atas /bawah simetris, jari lengkap, tidak

ada gangguan pergerakan.

l) Integumen

Turgor kulit

1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Mityani, 2010) yang dapat
dilakukan pada klien dismenore adalah:
1. Tes laboratorium :
- Pemeriksaan darah lengkap
- Urinalisis
2. Tes diagnostik tambahan :
- Laparoskopi: penyikapan atas adanya endomeriosi atau
kelainan pelvis yang lain.

2. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d agen cidera
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
c. Risiko Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
d. Ansietas b/d ancaman status kesehatan
 
Intervensi dan imlpementasi keperawatan.
 
 
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
o
1 Nyeri akut Kontrol Nyeri Pain Manajemen
Defenisi : pengalaman (1605) 1.Lakukan pengkajian
sensori dan emosi yang Setelah dilakukan nyerisecara
tidak menyenangkan tindakan komprehensif
akibat kersakan jaringan keperawatan selama termasuk lokasi,
aktual atau potensial yang …. jam masalah karakteristik,durasi,
digambarkan dengan nyeri akut teratasi frekuensi,kualitasfakt
istilah kerusakan  dengan indikator : or presipitasi
Batasan Karakteristik :  Kapan 2.Observasi reaksi
a. Perubahan selera nyeriterjadi nonverbal
makan.  Menggambarkan dariketidaknyamanan
b. Perubahan tekanan faktor penyebab 3.Kaji kultur yang
darah.  Menggunakan mempengaruhi
c. Perubahan analgesik yang responnyeri
frekuensi jantung. direkomendasika 4.Bantu keluarga
d. Perubahan n untuk mencari
frekuensi  Melaporkan menemukan
pernafasan. nyeri yang dukungan
e. Laporanisyarat. terkontrol 5.Kurangifaktor
f. Diaforesis. presipitasi nyeri
g. Perilakudistraksi. 6.Kaji tipe dan
h. Mengekspresikan sumber nyeriuntuk
perilaku menentukanintervensi
(merengek, 7.Berikan analgetik
menangis,gelisah untuk mengurangi
i. Sikap nyeri
melindungi 8.Evaluasi keefektifan
areanyeri. kontrol nyeri
j. Melaporkan 9.Tingkatkanistirahat
nyeri secara 10.Kolaborasikan
nonverbal. dengan dokter jika
k. Perubahan posisi ada keluhan
untuk melindungi dantindakan nyeri
nyeri. tidakberhasil
l. Gangguan tidur Analgesic
Administration
1.Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2.Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayatalergi
2 Ansietas NOC Anxiety Reduction
Definsi : Perasaan tidak  Anxiety self- (penurunan
nyaman atau kekawatiran control kecemasan)
yang Samar disertai respon  Anxiety level  Gunakan
autonom (sumber sering  Coping pendekatan yang
kali tidak spesifik atau menenangkan
tidak diketahui oleh Kriteria Hasil :  Nyatakan
individu); perasaan takut  Klien mampu dengan jelas
yang disebabkan oleh mengidentifikasi harapan terhadap
antisipasi terhadap bahaya. dan pelaku pasien
Hal ini merupakan isyarat mengungkapkan  Jelaskan semua
kewaspadaan yang gejala cemas. prosedur dan apa
memperingatkan individu  Mengidentifik yang dirasakan
akan adanya bahaya dan asi, selama prosedur
kemampuan individu mengungkapkan  Pahami
untuk bertindak dan menunjukkan prespektif pasien
menghadapi ancaman. tehnik untuk terhadap situasi
Batasan Karakteristik mengontol cemas. stres
Perilaku :  Vital sign  Temani pasien
 Penurunan dalam batas untuk memberikan
produktivitas normal. keamanan dan
 Gerakan yang  Postur tubuh, mengurangi takut
ireleven ekspresi wajah,  Dorong
 Gelisah bahasa tubuh dan keluarga untuk
 Melihat sepintas tingkat aktivfitas menemani anak
 Insomnia menunjukkan  Lakukan back /
 Kontak mata yang berkurangnya neck rub
buruk kecemasan.  Dengarkan
 Mengekspresikan dengan penuh
kekawatiran karena perhatian
perubahan dalam  Identifikasi
peristiwa hidup tingkat kecemasan
 Agitasi  Bantu pasien
 Mengintai mengenal situasi
 Tampak waspada yang menimbulkan
Affektif : kecemasan
 Gelisah, Distres  Dorong pasien
 Kesedihan yang untuk
mendalam mengungkapkan
 Ketakutan perasaan,
 Perasaan tidak ketakutan, persepsi
adekuat  Instruksikan
 Berfokus pada diri pasien
sendiri menggunakan
 Peningkatan teknik relaksasi
kewaspadaan  Berikan obat
 Iritabihtas untuk mengurangi
 Gugup senang kecemasan
beniebihan Vital Sign
 Rasa nyeri yang Monitoring
meningkatkan  Monitor TD,
ketidakberdayaan nadi, suhu dan RR
 Peningkatan rasa  Monitor vital
ketidak berdayaan sign pasien saat
yang persisten berbaring, duduk,
 Bingung, Menyesal berdiri
 Ragu/tidak percaya  Auskultasi
diri tekanan darah
 Khawatir pada kedua lengan
Fisiologis : dan bandingkan
 Wajah tegang,  Monitor TD,
Tremor tangan Nadi, RR sebelum,
 Peningkatan selama dan setelah
keringat aktivitas
 Peningkatan  Monitor
ketegangan kualitas nadi
 Gemetar, Tremor  Monitor jumlah
 Suara bergetar dan irama jantung
Simpatik :  Monitor bunyi
 Anoreksia jantung
 Eksitasi  Monitor suara
kardiovaskular paru
 Diare, Mulut  Monitor pola
kering pernafasan
 Wajah merah abnormal
 Jantung berdebar-  Monitoradanya
debar sianosis perifer
 Peningkatan  Identifikasi
tekanan darah penyebab dari
 Peningkatan denyut perubahan vital
nadi sign
 Peningkatan reflek
 Peningkatan
frekwensi pernapasan
 Pupil melebar
 Kesulitan bernapas
 Vasokontriksi
superfisial
 Lemah, Kedutan
pada otot
Parasimpatik :
 Nyeri abdomen
 Penurunan tekanan
darah
 Penurunan denyut
nadi
 Diare, Mual,
Vertigo
 Letih, Ganguan
tidur
 Kesemutan pada
ekstremitas
 Sering berkemih
 Anyang-anyangan
 Dorongan cegera
berkemih
Kognitif :
 Menyadari gejala
fisiologis
 Bloking fikiran,
Konfusi
 Penurunan lapang
persepsi
 KesuIitan
berkonsentrasi
 Penurunan
kemampuan belajar
 Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
 Ketakutan terhadap
konsekwensi yang
tidak spesifik
 Lupa, Gangguan
perhatian
 Khawatir,
Melamun
 Cenderung
menyalahkan orang
lain.
Faktor Yang
Berhubungan :
 Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interpersonal

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta : EGC
Doenges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke3. Jakarta :EGC
Prince & Wilson. 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6, Jakarta : EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-itatrisian-6081-2-
Babii.Pdf
Http://Repository.Unand.Ac.Id/17958/1/Pengaruh%20terapi%20musik%20mozart
%20terhadap%20penurunan%20derajat%20nyeri%20menstruasi.Pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31657/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai