Anda di halaman 1dari 117

MP

MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISSN 0852-1921
Volume 24 Nomor 5 Maret 2015

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan
tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan
September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting
Desi Eri Kusumaningrum

Wakil Ketua Penyunting


Teguh Triwiyanto

Penyunting Pelaksana
Sunarni
Asep Sunandar
R. Bambang Sumarsono
Wildan Zulkarnain
Ahmad Nurabadi
Juharyanto

Mitra Bestari
Dwi Deswari (UNJ)
Rusdinal (UNP)
Ali Imron (UM)
Aan Komariyah (UPI)
Ahmad Yusuf Sobri (UM)

Pelaksana Tata Usaha


Imam Gunawan
Sasi Maulina

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: JurusanAdministrasi Pendidikan FIP Universitas


Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.
219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. E-mail: umanpen@yahoo.com.
Langganan 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapat
dikirimkan melalui rekening ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh Jurusan


Administrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format
seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"). Naskah yang
masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015

DAFTAR ISI

Manajemen Pembelajaran dalam Rangka


Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik, 357-366
Entin Fuji Rahayu

Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, 367-375


Siti Mistrianingsih
Ali Imron
Ahmad Nurabadi

Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini, 376-382


Ika Lestari
Agus Timan
Asep Sunandar

Pengembangan Manajemen Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini, 383-391


Siti Zaenab

Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non Akselerasi, 392-401
Miftahul Jannah

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan, 402-407


Rohmitriasih
Hendyat Soetopo

Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jenjaring Sosial dalam
Pemanfaatannya untuk Belajar, 408-415
Aditya Chandra Setiawan
Bambang Setyadin
Raden Bambang Sumarsono

Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, 416-423


Elwien Sulistya Ningrum
Ahmad Yusuf Sobri

Proyeksi Kebutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri, 424-431


Ersa Khoirur Rizqi
Djum Djum Noor Benty

Manajemen Pembelajaran Homeschooling, 432-438


Mayasari

Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Bagi Anak Terpidana, 439-446


Devi Mariana
Pengelolaam Estrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa, 447-455
Risca Apriliyandari

Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Mengajar Guru, 456-466
Eka Harjanto
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK

Entin Fuji Rahayu

e-mail: rahayu.entin@yahoo.co.id
Tenaga Pengajar Taman Kanak-Kanak Kusuma Mulia
Ngadiluwih Kabupaten Kediri

Abstract: Management of learning in order to develop the multiple intelligences of students have
some goals, such as: describethe planning, implementation, evaluation, supporting factors, and
inhibiting factors from management of learning in order to develop the multiple intelligences of
students in kindergarten Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri. The research method used was a qualitative
approach to case study research. Techniques of data collection using interviews, observation, and
documentation. The results showed that the management of learning in kindergarten Kusuma Mulia
Ngadiluwih Kediri includes the stages of planning, implementation, evaluation, and have asupporting
and inhibiting factors.

Keyword: learning management, multiple intelligences development

Abstrak: “Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple


Intelligences) Peserta Didik (Studi Kasus di Taman Kanak-Kanak Kusuma Mulia Ngadiluwih
Kabupaten Kediri)” ini memiliki tujuan utama untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, faktor pendukung, dan faktor penghambat manajemen pembelajaran dalam rangka
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri. Metode
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajemen pembelajaran di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta memiliki faktor pendukung dan penghambat.

Kata Kunci: manajemen pembelajaran, pengembangan kecerdasan majemuk

Salah satu tujuan pembangunan nasional yaitu pengembangan berbagai kecerdasan, baik intelektual,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya, bahasa, sosial, agama, dan lain sebagainya.
sebagai upaya memenuhi tanggungjawab Pendidikan anak usia dini memiliki ciri khas
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemerintah, tersendiri, mereka memiliki karakteristik menyukai
keluarga, dan masyarakat saling bekerjasama dalam aktivitas langsung dan berbagai situasi yang
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan bertautan dengan minat dan pengalamannya. Oleh
diselenggarakan mulai dari jenjang pendidikan dasar karena itu, anak usia dini lebih cocok dengan pola
sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Sementara pembelajaran konkret dan aktivitas motorik.
itu, Tirtaraharja dan La Sulo (2005:76), menyatakan Menurut Musfiroh (2008:129) pendidikan anak usia
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) masih dini di Indonesia mengalami masa-masa penuh
dipandang sebagai kelompok belajar yang dilema. Pendidik hingga saat ini masih menerapkan
menjembatani anak dalam suasana hidup di keluarga pendekatan akademik penuh hafalan. Praktik yang
dan di sekolah dasar. Usia 0-6 tahun ini merupakan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan
usia penting bagi anak, sehingga sering disebut anak belum seluruhnya diterapkan.
dengan usia emas (golden age). Mariyana, dkk., Gardner (dalam Musfiroh, 2008:15),
(2010:11) menyatakan, hasil dari berbagai riset menyatakan pada dasarnya setiap individu adalah
menunjukkan bahwa 50%-80% otak anak cerdas. Masing-masing individu ini memiliki
berkembang pada usia tersebut. Oleh sebab itu, masa setidaknya sepuluh kecerdasan dasar, antara lain:
ini merupakan masa yang tepat sebagai peletak dasar “kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika,

357
358 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

kecerdasan ruang, kecerdasan gerak/tubuh, events (kondisi, peristiwa, dan kejadian) yang
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat
kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. berlangsung mudah. Pembelajaran mencakup
Menurut Budiningsih (2005:114) kesepuluh semua kegiatan yang mungkin mempunyai
kecerdasan tersebut biasa disebut dengan pengaruh langsung pada proses belajar manusia.
kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Berdasarkan gambaran di atas, peneliti tertarik manajemen pembelajaran sebagai berikut: jadwal
mengadakan penelitian mengenai manajemen kegiatan guru-siswa, strategi pembelajaran,
pembelajaran dalam rangka pengembangan pengelolaan bahan praktik, pengelolaan alat bantu,
kecerdasan majemuk (multiple intelligences) pembelajaran ber-tim, program remidi dan
peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih pengayaan, dan peningkatan kualitas pembelajaran
Kabupaten Kediri. (Ardiansyah, 2011:2). Secara operasional, manaje-
Kamaludin (1989:3) menyatakan manajemen men pembelajaran merupakan pelaksanaan fungsi-
adalah penyelesaian tujuan-tujuan melalui usaha- fungsi manajemen pada komponen pembelajaran,
usaha orang lain. Manajemen bisa dikatakan yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/
sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisa- alat dan evaluasi. Ruang lingkup dalam manajemen
sian, pengarahan, dan pengontrolan untuk pembelajaran dapat terlihat dar i kegiatan
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui manajemen pembelajaran.
pengorganisasian pemakaian sumber manusia dan Cunningham (dalam Pidarta, 1988:1)
material. Pendapat lain tentang manajemen menyatakan perencanaan itu ialah menyeleksi dan
dikemukakan oleh Fattah (2008:1) yang menya- menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan
takan “manajemen diartikan sebagai proses asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan
merencana, mengorganisasi, memimpin, dan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
mengendalikan upaya organisasi dengan segala diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara perilaku dalam batas yang dapat diterima yang akan
efektif dan efisien”. digunakan dalam penyeleksi. Sedangkan menurut
Istilah lain dari manajemen, yaitu Yuspen (2009:1) “perencanaan pembelajaran
pengelolaan. Manajemen merupakan kata dalam adalah proses membantu tutor secara sistematis
bahasa Inggris, yakni management yang berarti dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun
ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan kemungkinan yang berhubungan dengan
(Djamarah dan Zain, 2006:175). Sedangkan kebutuhan”. Sedangkan Sudjana (dalam Khan,
menurut Arikunto (1992:8) pengelolaan adalah 2012:1) menyatakan perencanaan pembelajaran
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran
dan efisien. Di sisi lain, pendapat yang serupa yaitu dengan mengatur dan merespon komponen-
dikemukakan oleh Rahayu (2011:1) yang komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan
menyatakan, bahwa “pengelolaan diartikan sebagai (tujuan), sisi kegiatan (materi), cara penyampaian
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana
suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan
kegiatan-kegiatan orang lain”. sistematis. Guru yang baik dan administrative
Pembelajaran merupakan tindakan atau minded selalu mempersiapkan diri, yaitu meren-
kegiatan yang difokuskan pada hal-hal khusus yang canakan program dan bahan pelajaran yang akan
dipelajari oleh peserta didik (Smith dan Ragan diajarkannya (Mulyadi, 2009:75). Perencanaan
dalam Setyosari, 2001:2). Pendapat lain mengenai pembelajaran yang disusun secara sistematis akan
pembelajaran juga dikemukakan oleh Hamalik berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam
(1995:57) yang menyatakan, pembelajaran adalah membatasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur batas yang ditetapkan dalam perencanaan.
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan Pelaksanaan pembelajaran adalah proses
prosedur yang saling mempengaruhi untuk kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan rencana
mencapai tujuan pembelajaran. Di sisi lain Gagne yang telah ditetapkan untuk mencapai penguasaan
dan Briggs (dalam Purwasih, 2012:2) mendefi- kompetensi (Depdiknas, 2004:16). Proses
nisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian pembelajaran erat kaitannya dengan penciptaan
Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 359

lingkungan yang memungkinkan peserta didik belajar Berdasakan uraian di atas, tergambar bahwa
secara aktif. Sebagai upaya menciptakan suasana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembelajaran yang kondusif diperlukan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta
pembelajaran yang memung-kinkan siswa belajar faktor pendukung dan penghambat dalam mana-
secara maksimal dan tidak mengalami kejenuhan, jemen pembelajaran dalam rangka pengembangan
oleh karena itu diperlukan juga manajemen kelas kecerdasan majemuk (multiple intelligencies)
yang baik. Hasibuan dan Moedjiono (2010:82) peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih
menyatakan, keterampilan mengelola kelas Kabupaten Kediri.
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan METODE
mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan Penelitian ini menggunakan pendekatan
ataupun melakukan remedial. Pembelajaran kualitatif. Strauss dan Corbin (2003:4) menjelas-
kurikulum tingkat satuan pendidikan sedikitnya kan,”penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dipengaruhi oleh tiga faktor berikut: “(1) karakteristik temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
KTSP yang mencakup ruang lingkup dan prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya,
kejelasannya bagi pengguna di lapangan, (2) strategi sehingga tujuan dari penelitian ini, yaitu meng-
pembelajaran, dan (3) karakteristik pengguna gambarkan realita empirik di balik fenomena yang
kurikulum yang meliputi pengetahuuan, terjadi di lapangan secara teliti”. Penelitian
keterampilan, nilai, sikap guru terhadap KTSP, serta kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum bermaksud mengetahui dan mendeskripsikan
dalam pembelajaran” (Mulyasa, 2006:247). secara rinci tentang manajemen pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dalam rangka pengembangan kecerdasan
berberapa tahap. Menurut Sudjana (dalam Muchit, majemuk peserta didik di TK Kusuma Mulia
2008:10) tahapan dalam pelaksanaan belajar- Ngadiluwih Kediri. Alasan yang paling mendasar
mengajar, antara lain: “(a) prainstruksional, yakni untuk memilih pendekatan kualitatif karena fokus
tahap yang ditempuh pada saat memulai suatu atau masalah yang akan diteliti lebih banyak
proses belajar-mengajar, (b) tahap instruksional, membahas proses dan memerlukan pengamatan
yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat yang mendalam dalam situasi yang alami, serta
diidentifikasikan dengan beberapa kegiatan, dan mengungkapkan fenomena tertentu yang sifatnya
(c) tahap evaluasi atau tindak lanjut tahap unik dan menekankan padasuatu proses.
instruksional”. Sedangkan jenis penelitian kualitatif yang
Evaluasi adalah salah satu alat untuk digunakan adalah studi kasus, karena peneliti
mengetahui hasil kemajuan belajar peserta didik menganalisis dan mendeskripsikan secara
yang harus dilakukan dengan baik. Gronlund dan terperinci mengenai suatu lembaga. Wiyono
Linn (dalam Wiyono, 2007:1) menyatakan, bahwa (2007:77) menyatakan, “studi kasus merupakan
“evaluasi pembelajaran adalah suatu proses serangkaian kegiatan penyelidikan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi mendiskripsikan dan menganalisis secara intensif
informasi secara sistematis untuk menetapkan dan terperinci suatu gejala atau unit sosial tertentu,
sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran”. seperti individu, kelompok, komunitas, atau
Sedangkan menurut Setyosari (2001:20), bahwa lembaga”. Dikatakan sebagai penelitian kualitatif
“evaluasi pembelajaran merupakan proses untuk jenis studi kasus, karena peneliti menekankan pada
menentukan dan menggunakan teknik untuk pengungkapan fakta yang terkait dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada manajemen pembelajaran dalam rangka
atau yang terjadi dalam pembelajaran”. Tujuan pengembangan kecerdasan majemuk (multiple
utama dari evaluasi pembelajaran adalah untuk intelligences) peserta didik di TK Kusuma Mulia
menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk Desa Seketi Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, Kediri.
atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa. Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
Disamping itu juga untuk mengetahui tingkat sebagai instrumen aktif dalam pengumpulan data
efisiensi dan tingkat efektifitas kegiatan mengajar di lapangan. Hutomo (dalam Bungin, 2001:56)
tutor (Wiyono, 2007:2). menyatakan,”peneliti sendiri merupakan instrumen
360 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

penelitian yang paling penting dalam pengumpulan guru (Isnani, Siti Sa’adah, dan Nur Asiyah).
data dan penginterpretasian data”. Peneliti Sedangkan teknik dokumentasi dalam penelitian
berperan sebagai pengamat, dalam pengamatan- digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
nya peneliti mengamati seluruh kegiatan nonmanusia. Adapun dokumen yang diambil
manajemen pembelajaran dalam rangka diantaranya dokumen mengenai profil Taman
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik Kanak-Kanak Kusuma Mulia, RKH, RKM, prota,
di TK Kusuma Mulia. Selain itu, peneliti juga promes, laporan perkembangan peserta didik, serta
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di TK. gambar-gambar mengenai proses manajemen
Penelitian ini dilaksanakan di TK Kusuma Mulia pembelajarandalam r angka pengembangan
yang terletak di Desa Seketi Kecamatan kecerdasan majemuk peserta didik.
Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Tepatnya terletak Moleong (2006:246) menyebutkan, “analisis
± 700 meter dari jalan masuk Desa Seketi, RT 02 data adalah proses mengorganisasikan dan
RW 02 Dusun Badug Desa Seketi. mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
Sumber data dalam penelitian ini berupa satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan
sumber data manusia dan nonmanusia. Orang- tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
orang yang dapat dijadikan sumber data dalam yang disarankan oleh data”. Miles dan Huberman
penelitian ini,yaitu: Kepala TK (Laili Khumaidah) (dalam Wiyono, 2007:93) menyatakan, “ada tiga
dan beberapa orang guru (Isnani, Siti Sa’adah, dan langkah yang dilakukan dalam proses analisis data,
Nur Asiyah). Sedangkan sumber data nonmanusia yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi atau
berupa dokumen atau arsip yang terkait dengan penarikan kesimpulan”. Penelitian ini, mengguna-
fokus penelitian ini, yaitu: profil Taman Kanak- kan tiga macam pengecekan keabsahan data, yaitu
Kanak Kusuma Mulia, RKH, RKM, prota, promes, perpanjangan keikutsertaan, triangulasi (metode
laporan perkembangan peserta didik, serta gambar- dan sumber), dan ketekunan pengamatan.
gambar mengenai proses manajemen Sedangkan tahap penelitian meliputi tahap
pembelajaran dalam rangka pengembangan pralapangan, persiapan, pelaksanaan penelitian,
kecerdasan majemuk peserta didik. tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.
Penentuan teknik yang tepat sangat
membantu peneliti dalam melaksanakan HASIL
penelitiannya. “Tanpa mengetahui teknik pengum-
pulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan Berdasarkan keseluruhan paparan data dan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan” analisis tentang manajemen pembelajaran dalam
(Sugiyono, 2008:308). Teknik yang digunakan rangka pengembangan kecerdasan majemuk
dalam pengumpulan data pada penelitian ini antara peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih
lain: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) Kediri, maka diperoleh hasil penelitian sebagai
dokumentasi. Heru (dalam Fajar, 2011:1) berikut. Manajemen pembelajaran dalam rangka
menyatakan, “observasi dalam konteks penelitian pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik
ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kabupaten
secara sistematis, terencana, terarah pada suatu Kediri meliputi proses perencanaan, pelaksanaan,
tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena dan evaluasi. Selain itu terdapat faktor pendukung
atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam dan penghambat dalam penerapan manajemen
konteks kehidupan sehari-hari dan memperhatikan pembelajaran tersebut.
syarat penelitian ilmiah”. Perencanaan manajemen pembelajaran dalam
Wawancara adalah proses memperoleh rangka pengembangan kecerdasan majemuk
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara (multiple intelligences) peserta didik di TK Kusuma
tanya-jawab dan bertatap muka antara penanya Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri terlihat dari
dan penjawab dengan atau tanpa panduan beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain: (a)
wawancara. Teknik wawancara yang digunakan, membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) secara
yaitu jenis teknik wawancara semi terstruktur rutin dan teratur. RKH ini berisi indikator
dimana peneliti menggunakan pedoman pengembangan, kegiatan pembelajaran, metode,
wawancara namun pertanyaan dikembangkan alat/sumber belajar, teknik penilaian perkembangan
sesuai dengan jawaban yang diberikan. Pihak- anak serta nilai yang diperoleh anak, (b) Rencana
pihak yang diwawancarai oleh peneliti yaitu: Kegiatan Harian (RKH) dibuat sesuai dengan
Kepala TK (Laili Khumaidah) dan beberapa orang Rencana Kegiatan Mingguan, prota, dan promes
Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 361

yang sudah terlebih dulu dibuat sesuai dengan tugas harian di buku atau lembar kerja berupa
kurikulum, dan (c) kelas direncanakan dan dibentuk tanda bintang, mengamati tindakan ketika diberikan
sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan tugas, ketika melaksanakan serta hasil pekerjaan
pengembangan kecerdasan peserta didik. peserta didik, selain itu juga diadakan penilaian
Pelaksanaan manajemen pembelajaran dalam perilaku setiap hari serta penilaian konsentrasi 4-5
rangka pengembangan kecerdasan majemuk anak tiap hari yang ditulis dalam Rencana Kegiatan
(multiple intelligences) peserta didik di TK Harian (RKH), dan (c) evaluasi semester berupa
Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri buku rapor. Terdapat dua macam rapor di TK
antara lain: (a) kegiatan terdiri dari kegiatan awal, Kusuma Mulia, rapor dari pemerintah Kabupaten
inti, dan penutup, (b) kelas terdapat dua bentuk, di Kediri dan rapor dari yayasan.
dalam ruangan dan di luar ruangan, (c) bentuk kelas Terdapat beberapa faktor pendukung
variasi, ada klasikal dan kelompok. Bentuk klasikal manajemen pembelajaran dalam rangka
yang dimaksudkan adalah tempat duduk pengembangan kecerdasan majemuk (multiple
menghadap ke depan semua mendengarkan intelligences) peserta didik di TK Kusuma Mulia
penjelasan guru. Sedangkan bentuk kelompok yaitu Desa Seketi Ngadiluwih Kediri antara lain: (a) guru
membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, yang mampu berinovasi, (b) kurikulum yang
(d) terdapat variasi pemberian tugas. Terdapat dua mendukung. Kurikulum yang dikembangkan sendiri
tugas utama yang harus diselesaikan dalam satu oleh sekolah sangat mendukung berbagai kegiatan
pertemuan. Dua tugas tersebut tediri dari dua jenis dalam pengembangan kecerdasan majemuk
bidang pengembangan. Dalam pengerjaannya peserta didik. Kurikulum diwujudkan pula dalam
terkadang anak disuruh memilih pekerjaan yang pengelolaan kelas yang diselenggarakan secara
ia sukai untuk dikerjakan dahulu, terkadang berencana dan terarah serta terorganisir dengan
ditentukan oleh guru, (e) lingkungan kelas dibuat baik. Kurikulum ini dikembangkan dan diwujudkan
mampu menunjang berbagai kegiatan dalam prota, promes, Rencana Kegiatan
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik Mingguan, serta Rencana Kegiatan Harian, (c)
sehingga dimodifikasi untuk mampu meningkatkan fasilitas, berupa mainan dan peralatan penunjang
kecerdasan siswa dan menunjangnya seperti, yang cukup memadai meskipun belum benar-benar
pencahayaan yang mampu menerangi seluruh lengkap, dan (d) adanya dinamika kelas yang
ruangan, ventilasi yang cukup, hiasan yang berguna ditunjukkan variasi bentuk kelas (kelas di dalam
ganda untuk memper indah ruangan dan ruangan dan di luar ruangan, kelas bentuk klasikal
meningkatkan kecerdasan seperti penempatan dan bentuk berkelompok), variasi metode mengajar,
hiasan berupa huruf alfabet, huruf hijaiyah, angka variasi kegiatan belajar, sumber belajar, pengaturan
umum dan arab, nama-nama hari, bentuk-bentuk tempat duduk, pengaturan warna dan
bidang, serta sudut alam sekitar, (f) terdapat pencahayaan, kedisiplinan kelas, pengelolaan
berbagai kegiatan penunjang kecerdasan majemuk perilaku peserta didik serta strategi pembelajaran
yang diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan.
sehari-hari, dan (g) peran guru dalam manajemen Faktor penghambat manajemen pembela-
pembelajaran sangat besar. Guru bertugas jaran dalam rangka pengembangan kecerdasan
senantiasa menjaga kondisi kelas nyaman dan tidak majemuk (multiple intelligences) peserta didik di
membosankan. Dalam menciptakan suasana kelas TK Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri
yang kondusif, guru melakukan beberapa tindakan antara lain: (a) jumlah ruangan kelas yang terbatas
yang bersifat preventif dan kur atif untuk dan halaman tempat bermain yang kurang luas.
mengendalikan situasi kelas. Jumlah ruang kelas yang kurang diatasi dengan
Kegiatan evaluasi manajemen pembelajaran adanya shift mengajar atau sesi belajar. Pukul
dalam rangka pengembangan kecerdasan 07.15-09.15 WIB, kelas digunakan untuk kelas A1
majemuk (multiple intelligences) peserta didik di dan A2, selanjutnya pukul 09.15-11.15 WIB, kelas
TK Kusuma Mulia Desa Seketi Ngadiluwih Kediri A1 digunakan kembali untuk kegiatan belajar kelas
terdiri dari beberapa bentuk kegiatan yang B1, sedangkkan kelas A2 digunakan kembali oleh
bertujuan memantau, mengetahui, dan peserta didik kelas B2 untuk kegiatan belajar, dan
mengembangkan berbagai kecerdasan majemuk (b) jumlah ruangan yang kurang memadai juga
peserta didik: (a) evaluasi dilakukan dalam dua menyebabkan sekolah belum memiliki sentra atau
bentuk, yaitu evaluasi harian dan evaluasi semester, area khusus layaknya TK yang sudah unggulan.
(b) evaluasi harian berasal dari hasil pekerjaan Masalah ini disiasati dengan pembentukan kelas
362 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk


(Multiple Intelligences) Peserta Didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri Perencanaan: (1) membuat RKH secara rutin dan teratur, (2) RKH disesuaikan
dengan RKM, prota, promes yang didasarkan pada kurikulum, dan (3) Perencanaan
kelas disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan pengembangan kecerdasan
majemuk peserta didik

Pelaksanaan: (1) kegiatan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir, (2) kelas ada
dua bentuk (di dalam ruangan dan di luar ruangan), (3) variasi kelas ada klasikal dan
kelompok, (4) terdapat variasi pemberian tugas, (5) lingkungan kelas dikondisikan
mampu menunjang pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik, (6) terdapat
kegiatan penunjang kecerdasan majemuk peserta didik, dan (7) guru
mmelaksanakan tindakan preventif dan kuratif menjaga situasi kelas agar kondusif

Evaluasi: (1) evaluasi dalam bentuk harian dan semester, (2) evaluasi harian dilihat
dari proses penyelesaian pekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku, dan penilaian4-5 anak
dalam RKH, dan (3) evaluasi semester berupa laporan perkembangan (rapor).
Rapor lama berasal dari yayasan dan rapor bari dari pemerintah

Faktor Pendukung: (1) guru yang kreatif dan inovatif, (2) pengembangan
kurikulum yang mendukung, (3) tersedia fasilitas penunjang yang cukup, dan (4)
adanya dinamika kelas

Faktor Penghambat: (1) jumlah ruangan kelas yang masih kurang mencukupi dan
halaman tempat bermain yang sempit. Jumlah ruangan yang kurang mencukupi
diatasi dengan adanya 2 sesi belajar (pagi pukul 07.15-09.15 dan siang pukul 09.15-
11.15, dan (2) ruangan masih kurang sehingga tidak ada ruangan khusus sentra.
Diatasi dengan kelas bentuk semi sentra dengan bentuk kelompok

Gambar 1 Bagan Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligences) Peserta Dididk di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri

semi sentra dengan adanya kelompok-kelompok kelas yaitu “penyediaan fasilitas bagi bermacam-
belajar serta pembagian tugas dalam satu kelas. macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan
Hasil penelitian tersebut dapat digambarkan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas”.
pada gambar 1. Pelaksanaan manajemen pembelajaran dalam
rangka pengembangan kecerdasan majemuk
BAHASAN peserta didik di TK Kusuma Mulia terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan akhir. Hal tersebut sesuai
Tahap perencanaan, TK Kusuma Mulia dengan pendapat Sudjana (dalam Muchit, 2008:10)
senantiasa membuat rencana kegiatan harian (RKH) yang menyatakan, tahapan dalam pelaksanaan
secara teratur. Hal ini sesuai dengan pendapat belajar-mengajar, antara lain: “(a) prainstruksional,
Mulyadi (2009:75) yang menyatakan “guru yang baik yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai
dan administrative minded selalu mempersiapkan suatu proses belajar-mengajar, (b) tahap
diri, yaitu merencanakan program dan bahan instruksional, yakni tahap pemberian bahan
pelajaran yang akan diajarkannya”. Dalam kegiatan pelajaran yang dapat diidentifikasikan dengan
manajemen pembelajaran, perencanaan kelas beberapa kegiatan, dan (c) tahap evaluasi atau
disesuaikan dengan kebutuhan dan kegiatan tindak lanjut tahap instruksional”. Mulyadi (2009:97)
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik. menyatakan, “kegiatan awal (membuka pelajaran)
Hal berikut selaras dengan tujuan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada
yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain peserta didik, memusatkan perhatian, dan
(2006:178) bahwa secara umum tujuan pengelolaan mengetahui apa yang telah dikuasai oleh siswa
Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 363

berkaitan dengan bahan yang dipelajari”. “.... para guru hendaklah selalu berusaha untuk
Sedangkan apa yang terjadi dalam kegiatan inti mempercayakan sesuatu tugas kepada seke-
tergantung dari strategi pembelajaran yang dipilih lompok siswa atau setiap siswa. Misalnya
guru. “Kegiatan inti setidaknya mencakup: (a) menugaskan sesuatu pekerjaan kepada tiga atau
penyampaian tujuan pembelajaran, (b) empat orang siswa yang akan membagi-baginya
penyampaian materi/bahan ajar dengan pula di antara mereka”. Sebagai bentuk upaya
menggunakan: pendekatan dan metode, sarana mendukung pengembangan kecerdasan majemuk
dan alat/media yang sesuai dan lain-lain, (c) peserta didik, dalam pelaksanaannya, lingkungan
pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa, dan kelas dikondisikan mampu menunjang pengem-
(d) melakukan pemeriksaan/pengecekan tentang bangan majemuk peserta didik dengan cara
pemahaman siswa” (Mulyadi, 2009:98). “Kegiatan memberikan pencahayaan yang cukup menerangi
penutup: merupakan aktivitas guru, bagaimana seluruh ruangan serta ventilasi yang cukup. Hal
merangkum pendapat siswa pada suatu kesimpulan tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah dan
yang logis pada saat yang tepat” (Yamin Zain (2006:206) pada pengaturan alat-alat
danAnsari, 2008:8). pengajaran poin ventilasi dan tata cahaya, yang
Kelas terdapat di dalam ruangan dan di luar mengungkapkan bahwa kelas harus “ada ventilasi
ruangan serta ada variasi kelas klasikal dan yang sesuai dengan ruangan kelas, sebaiknya tidak
kelompok. Dalam kegiatan variasi bentuk kelas, merokok, pengaturan cahaya perlu diperhatikan,
tentu membutuhkan tempat duduk yang fleksibel cahaya yang masuk harus cukup, dan masuknya
agar mudah dipindah dan diatur sesuai dengan dari arah kiri jangan berlawanan dengan bagian
kebutuhan. Mulyadi (2009:138) menyatakan depan”. Selain lingkungan kelas yang dikondisikan
“dalam kelas sekolah-sekolah modern, penyusunan untuk menunjang pengembangan kecerdasan
tempat duduk siswa/siswi (bangku/kursi) majemuk peserta didik, kegiatan yang dilaksanakan
hendaklah fleksibel, artinya dapat dan mudah juga dirancang mampu menunjang pengembangan.
diubah sesuai dengan kebutuhan”. Kegiatan kelas Manajemen pembelajaran tidak dapat
bentuk klasikal biasa diterapkan pada kegiatan- dipisahkan dari kegiatan pengelolaan kelas dan
kegiatan yang membutuhkan perhatian seluruh peran guru. Guru harus mampu melakukan
peserta didik secara merata seperti kegiatan awal/ berbagai tindakan preventif untuk mencegah
pengantar proses pembelajaran serta kegiatan terjadinya masalah dan berbagai tindakan kuratif
menjelaskan sehingga memudahkan guru apabila untuk menyelesaikan masalah yang sudah terjadi
ingin melakukan tanya jawab. Hal tersebut sesuai dengan cepat. Hasibuan dan Moedjiono (2010:82)
dengan pendapat Mulyadi (2009:98) yang yang menyatakan “keterampilan mengelola kelas
menyatakan “pembelajaran klasikal yang digunakan merupakan keterampilan guru untuk menciptakan
apabila materi pembelajaran lebih bersifat fakta, dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
atau formatif terutama ditujukan untuk memberikan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika
informasi atau sebagai pengantar dalam proses terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan
pembelajaran. Sehingga cenderung metode ataupun melakukan remedial”.
ceramah dan tanya jawab akan banyak Evaluasi manajemen pembelajaran dalam
digunakan”. Sedangkan kelas bentuk kelompok rangka pengembangan kecerdasan majemuk
banyak digunakan oleh TK Kusuma Mulia ketika peserta didik di TK Kusuma Mulia merupakan hal
memberikan tugas kepada peserta didik untuk yang wajib dilakukan sebagai tindakan pengawasan
memudahkan sosialisasi serta interaksi dan dan perbaikan bagi perkembangan kecerdasan
kerjasama antar siswa. Sebagaimana yang peserta didik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
diungkapkan oleh Mulyadi (2009:98) “pembelajaran Mulyadi (2009:100) “pada tahap akhir pelajaran,
kelompok digunakan apabila materi pembela- guru hendaknya membiasakan diri mengadakan
jarannya lebih mengembangkan konsep/sub pokok evaluasi terhadap pelajaran yang diseleng-
bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas garakan”. Evaluasi harian dilihat dari proses
sosial, sikap, nilai, kerjasama, dan aktivitas dalam penyelesaian pekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku,
pemecahan masalah melalui kelompok belajar dan penilaian konsentrasi 4-5 anak yang dilaporkan
siswa”. dalam rencana kegiatan harian (RKH). Kegiatan
Selain variasi bentuk kelas juga terdapat evaluasi tersebut sesuai dengan pernyataan
variasi pemberian tugas. Hal tersebut sesuai Mulyadi (2009:100) yang menjelaskan, “evaluasi
dengan yang dinyatakan oleh Mulyadi (2009:95) guru terhadap siswa pada akhir pelajaran dapat
364 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

dilakukan: (1) lisan, berupa pertanyaan-pertanyaan tenang, tingkat inteligensi siswa yang diatas rata-
pengecekan terhadap pemahaman bahan pelajaran rata dan lain-lain”.
yang diajarkan, (2) tertulis, berupa soal-soal TK Kusuma Mulia ini memiliki hambatan
evaluasi bentuk objektif atau subjektif yang telah terkait ketersediaan ruang yang kurang mencukupi
dipersiapkan sebelumnya, (3) perbuatan serta halaman tempat bermain yang kurang luas.
(performance), yaitu mempr aktikkan atau Mengatasi kendala tersebut, TK ini berusaha
melakukan tugas-tugas tertentu. Soal tes perbuatan meminimalisir dengan cara mengadakan dua sesi
dapat berupa perintah atau suruhan dan hendaknya belajar (pagi pukul 07.15-09.15 dan siang pukul
disertai dengan lembaran yang disusun menurut 09.15-11.15). Kendala ruang ini juga menimbulkan
format tertentu yang disebut lembaran masalah di mana TK tidak memiliki area/sentra
pengamatan”. belajar layaknya TK yang telah maju, namun hal
Laporan perkembangan (rapor) merupakan ini disiasati dengan mengadakan kelas bentuk semi
bentuk evaluasi semester yang diberikan kepada sentra yang mana peserta didik dibentuk kelompok
peserta didik tiap semesternya sehingga orang tua untuk mengerjakan dua tugas yang berbeda untuk
peserta didik juga mengetahui perkembangan putra nantinya bertukar tugas apabila telah selesai
putrinya sehingga mampu mendukung dan mengerjakan satu tugas.Hambatan yang dihadapi
memotivasi putra putrinya untuk lebih baik lagi. oleh TK Kusuma Mulia sesuai dengan salah satu
“Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang jenis hambatan yang diungkapkan oleh Nawawi
tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik” (1989:130) yang menyebutkan “Selain faktor
(Mulyadi, 2009:118). Pada TK Kusuma Mulia, pendukung tentu juga ada faktor penghambat.
terdapat dua jenis rapor yang berbeda, yakni rapor Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri,
yang berasal dari yayasan dan rapor dari dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun
pemerintah Kabupaten Kediri. karena faktor fasilitas”.
Terdapat beberapa faktor pendukung yang
dimiliki oleh TK Kusuma Mulia dalam hal mana- KESIMPULAN DAN SARAN
jemen pembelajaran dalam rangka pengembangan
kecerdasan majemuk peserta didik, di antaranya: Kesimpulan
memiliki guru yang kreatif dan inovatif, kegiatan
Hasil penelitian menunjukkan manajemen
pengembangan kurikulum yang mendukung,
pembelajaran dalam rangka pengembangan
tersedianya fasilitas penunjang yang cukup, serta
kecerdasan majemuk (multiple intelligences)
adanya dinamika kelas. Hasil temuan penelitian
peserta didik di TK Kusuma Mulia Ngadiluwih
tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Kediri dilaksanakan melalui tahapan perencanaan,
Wahyu (2011:1) berikut: “adapun faktor pendukung
pelaksanaan, evaluasi, serta faktor pendukung, dan
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1)
faktor penghambat. Tahap perencanaan
faktor internal, faktor internal yaitu faktor yang
manajemen pembelajaran dalam rangka
berasaldari dalam diri siswa baik kondisi jasmani
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik
(fisiologis) maupun rohani(psikologis). (a) faktor
meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) membuat rencana
fisiologis yaitu kondisi umum jasmani dan tonus
kegiatan harian (RKH) secara rutin dan teratur,
(tegangan otot)yang menandai tingkat kebugaran
(2) RKH disesuaikan dengan rencana kegiatan
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,dapat
mingguan (RKM), program tahunan (prota), dan
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
program semester (promes) yang didasarkan pada
dalam mengikuti pelajaran. (b) faktor psikologis
kurikulum, dan (3) perencanaan kelas disesuaikan
yang meliputi: minat, kecerdasan/inteligensi,bakat,
dengan kebutuhan dan kegiatan pengembangan
motivasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan
kecerdasan majemuk peserta didik. Kegiatan
faktor eksternal, meliputi: (a) lingkungan, dan (b)
pelaksanaan meliputi: (1) kegiatan terdiri dari
faktorinstrumental yang ada dalam sekolah
kegiatan awal, inti, dan akhir, (2) kelas ada dua
diantaranya kurikulum,program sekolah, sarana dan
bentuk, di dalam ruangan dan di luar ruangan, (3)
fasilitas sekolah”. Hal tersebut diperkuat oleh
variasi kelas ada klasikal dan kelompok, (5)
pendapat Yuspen (2010:1) yang menyatakan, “ada
terdapat variasi pemberian tugas, (4) lingkungan
banyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatu
kelas dikondisikan mampu menunjang
proses pendidikan. Misalnya Kurikulum yang solit,
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik,
tenaga pendidik yang profesional, sarana
(6) adanya kegiatan penunjang kecerdasan
pendidikan yang lengkap, suasana belajar yang
majemuk peserta didik, dan (7) guru melaksanakan
Rahayu, Manajemen Pembelajaran dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Majemuk Peserta Didik 365

tindakan preventif dan kuratif untuk menjaga situasi Saran


kelas agar kondusif. Tahap evaluasi terdiri dari:
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi:
(1) evaluasi harian dan evaluasi semester, (2)
(1) Kepala TK Kusuma Mulia Ngadiluwih Kediri,
evaluasi harian dilihat dari proses penyelesaian
dalam menyelenggarakan manajemen pembelajaran
pekerjaan, hasil pekerjaan, perilaku, dan penilaian
dalam rangka pengembangan kecerdasan majemuk
4-5 lima anak dalam rencana kegiatan harian, dan
(multiple intelligences) peserta didik disarankan
(3) evaluasi semester ber upa laporan
untuk lebih teliti dalam penyusunan program kegiatan
perkembangan (rapor) berasal dari yayasan dan
terkait pemaksimalan pengembangan kecerdasan
laporan perkembangan (rapor) baru dari
majemuk peserta didik. Selain itu, juga disarankan
pemerintah. Faktor pendukung dalam manajemen
agar Kepala TK segera menambahkan ruangan
pembelajaran dalam rangka pengembangan
serta perlengkapan mengajar sehingga TK dapat
kecerdasan majemuk peserta didik di TK Kusuma
memiliki sentra belajar dan fasilitas yang benar-
Mulia Ngadiluwih Kediri antara lain: (1) guru yang
benar memadai, (2) Guru TK Kusuma Mulia
kreatif dan inovatif, (2) pengembangan kurikulum
Ngadiluwih Kediri, diharapkan senantiasa
yang mendukung, (3) tersedianyan fasilitas
memperdalam pengetahuan dan meningkatkan
penunjang yang mencukupi, dan (4) adanya
kemampuan inovasi serta kreasi dalam
dinamika kelas. Sedangkan faktor penghambat
merencanakan berbagai kegiatan dalam rangka
meliputi: (1) jumlah ruangan kelas yang kurang
pengembangan kecerdasan majemuk peserta didik,
mencukupi dan halaman yang kurang luas. Masalah
dan (3) Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitian
ruangan diatasi dengan adanya 2 sesi belajar (pagi
yang relevan terkait manajemen pembelajaran
pukul 07.15-09.15 dan siang pukul 09.15-11.15),
dalam rangka pengembangan kecerdasan majemuk
dan (2) ruangan yang masih kurang sehingga tidak
peserta didik secara lebih detail untuk meningkatkan
ada ruangan khusus sentra. Diatasi dengan kelas
pehamanan mengenai pemaksimalan pengem-
semi sentra dengan bentuk kelompok.
bangan kecerdasan majemuk pada peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Ardiansyah, A. 2011. Pengertian Manajemen Kamaludin. 1989. Manajemen. Jakarta: Depar-


Pembelajaran, (Online), (http://www.maja- temen Pendidikan dan Kebudayaan
lahpendidikan.com), diakses 9 April 2013. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Arikunto, S. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Pengembangan Lembaga Pendidikan
Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Tenaga Kependidikan.
CV Rajawali. Khan. 2012. Perencanaan Pembelajaran,
Budiningsih, A. C. 2005. Belajar dan Pembela- (Online), (http://www.scribd.com), diakses
jaran. Jakarta: Rineka Cipta. 6 April 2013.
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Mariyana, R., Nugraha, A. dan Rahmawati, Y.
Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004b. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Jakarta: Depdiknas. Muchit. 2008. Tahapan Pelaksanaan Belajar-
Djamarah, S. B & Zain, A. 2006. Strategi Mengajar, (Online), (http://Muchit.blog-
Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. spot.com), diakses 6 April 2013.
Fajar, R. 2011. Pengertian Observasi dan Mulyadi. 2009. Classroom Management:
Tujuan Observasi Bagi Psikologi, Mewujudkan Susana Kelas yang
(Online), (http://riskofdawn.blogspot.com), Menyenangkan bagi Siswa. Malang: UIN
diakses 5 April 2013. Malang Press.
Fattah, N. 2008. Landasan Manajemen Pendi- Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
dikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pendidikan. Bandung:Remaja Rosda
Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Karya.
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Musfiroh, T. 2008. Buku Materi Pokok PAUD,
Hasibuan, J. J & Moedjiono. 2010. Proses Modul 1-9: Pengembangan Kecerdasan
Belajar-Mengajar. Bandung: Remaja Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rosdakarya. Pidarta, M. 1988. Manajemen Pendidikan
Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.
366 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 357-366

Purwasih, H. 2012. Perbedaan Manajemen Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Penelitian


Kelas dengan Manajemen Pembela- Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
jaran, (Online), (http://henipurwasih. R&D. Bandung: Alfabeta.
blogspot.com), diakses 5 April 2013. Tirtaraharja, U & La Sulo, S. L. 2005. Pengantar
Rahayu, N. P. A. 2011. Pengertian Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kelas, (Online), (http://astitirahayu.word- Wahyu, L. 2011. Faktor Pendukung dan Faktor
press.com), diakses 28 September 2012. Penghambat Pembelajaran, (Online),
Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran: (http://idshvoong.com), diakses 5 April 2013.
Teori dan Praktek. Malang: Elang Mas. Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian
Strauss, A dan Corbin, J. 2003. Dasar-dasar (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Penelitian Kualitatif (M. Shodiq dan M. Action Research). Malang: Universitas
Muttaqien, Eds). Yogyakarta: Pustaka Negeri Malang.
Pelajar. Yuspen. 2010. Faktor Pendukung Keberhasilan
dalam Pembelajaran, (Online), (http://psb-
psma.org), diakses 5 April 2013.
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Siti Mistrianingsih
Ali Imron
Ahmad Nurabadi

e-mail: mistria.um@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The main objective of this study is to describe the implementation of MBS, roles of
headmaster, the factors supporting and inhibiting the implementation of MBS at Elementary School
in Pandanwangi 1 Malang. The methods of research used the qualitative approach and the type of
casus study research. The result showed that there are seven pillars of MBS doing by school, use
principle are autonomies school management mutual accord with school requirement by EDS, SOP,
and parents quistionnaire. The school involve parents, make communication with other peoples, and
sit the one room. Kind of decision making is partisipative. Actors of headmaster as educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, and motivator.

Keyword: roles of head master, school based management implementation

Abstrak: Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi MBS, peran kepala
sekolah, faktor pendukung, dan penghambat peran kepala sekolah dalam implementasi MBS di SDN
Pandanwangi 1 Malang. Menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Hasil
penelitian menunjukkan ada tujuh pilar MBS yang dilaksanakan oleh sekolah dengan prinsip mengelola
sekolah secara mandiri yang dianalisis melalui EDS, SOP, dan kuesioner orangtua. Sekolah melibatkan
orangtua, menjalin komunikasi dengan banyak pihak, dan duduk dalam satu ruangan. Pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan partisipatif. Kepala sekolah sebagai edukator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.

Kata Kunci: peran kepala sekolah, implementasi manajemen berbasis sekolah

Implementasi program Manajemen Berbasis kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah
Sekolah (MBS) di Indonesia dievaluasi pada Tahun untuk mengelola sekolahnya sendiri secara
2000, 2002, 2005, dan 2010. Hasil evaluasi pada langsung”. Dari pendapat tersebut dapat diambil
Tahun 2000, 2002, 2005 menunjukkan bahwa kesimpulan bahwa MBS merupakan kewenangan
program pembinaan MBS memberikan dampak yang diberikan pemerintah pusat kepada sekolah-
positif, antara lain: (1) peningkatan manajemen sekolah untuk mengelola atau mengatur segala
sekolah yang lebih transparan, partisipatif, yang dibutuhkan oleh sekolah secara mandiri
demokratis dan akuntabel; (2) peningkatan mutu (otonom) termasuk dalam pengambilan keputusan
pendidikan; (3) menurunnya tingkat putus sekolah; atau kebijakan-kebijakan sekolah. Melalui
(4) peningkatan implementasi pembelajaran yang penerapan MBS, maka sekolah dalam penentuan
berpusat pada siswa dengan strategi Pembelajaran dan pengambilan kebijakan lebih melibatkan
Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM); dan seluruh pelanggan sekolah, artinya secara internal
(5) peningkatan peran serta mayarakat terhadap pengambilan kebijakan melibatkan guru, tenaga
pendidikan di Sekolah Dasar (SD). kependidikan, dan siswa. Secara eksternal,
Pengertian MBS yang diungkapkan oleh pelibatan komite sekolah dan orangtua siswa
Nurkolis (2003:7) adalah “suatu bentuk administrasi merupakan hal yang perlu dilakukan dalam
pendidikan, dimana sekolah menjadi unit utama penentuan kebijakan sekolah. Sehingga
dalam pengambilan keputusan”. MBS adalah pengambilan kebijakan dapat dipertanggung-
“model pengelolaan sekolah dengan memberikan jawabkan (akuntabel).
367
368 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

Menurut Bass dan Bass (dalam Usman, yang ada di antara unsur-unsur yang terkandung di
2013:309) kepemimpinan merupakan “interaksi dua dalam kasus dan lingkungannya serta umumnya
orang atau lebih dalam suatu kelompok terstruktur bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari
atau struktur ulang terhadap situasi persepsi dan objek yang diteliti.
harapan anggota”. Sedangkan pengertian Penelitian dilaksanakan di SDN Pandanwangi
kepemimpinan menurut Yaverbaum dan Sherman 1 Malang, yang beralamat di Jalan L. A. Sucipto
(dalam Usman, 2013:311) adalah “leadership is act Nomor 330 Kota Malang. Dalam penelitian kualitatif
of gaining cooperation from people in order to pengumpulan data dilihat dari jenisnya, diperoleh
accomplish something”. Dari pendapat tersebut berdasarkan dua sumber data yaitu sumber primer
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan dan sekunder (Sarwono, 2006:209). Data primer
seni seseorang dalam mempengaruhi orang lain diperoleh peneliti melalui wawancara dengan
untuk bertindak sesuai yang diharapkan untuk informan yaitu pengawas, kepala sekolah, guru,
mencapai tujuan yang ditetapkan bersama secara komite sekolah, orantua peserta didik, security, dan
efektif dan efisien. petugas kantin. Data sekunder diperoleh dari data
Peran kepala sekolah menurut Mulyasa dalam bentuk teks, gambar, suara, maupun video.
(2011:100-120) yaitu kepala sekolah sebagai Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
edukator (pendidik), manajer, administrator, penelitian ini dengan menggunakan wawancara,
supervisor, leader, innovator, dan motivator. observasi, dan dokumentasi. Wiyono (dalam
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peran kepala Burhanudin, 2007:79), wawancara adalah percakapan
sekolah dalam implementasi manajemen berbasis yang dilakukan antara peneliti dan subjek penelitian
sekolah. dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih
dalam, mengkonstruksi dan memproyeksikan
METODE mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.
Penelitian yang dilakukan menggunakan Hadi (dalam Prastowo, 2012:220) menjelaskan bahwa
pendekatan kualitatif karena penelitian yang akan pengamatan (observasi) yaitu “pengamatan dan
dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan aspek pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala
yang menjadi konteks dalam penelitian yang yang tampak pada objek penelitian”. Sarwono
berkaitan dengan peran kepala sekolah dalam (2006:225) menjelaskan “kajian dokumen merupakan
implementasi MBS di SDN Pandanwangi 1 sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data
Malang. Penelitian kualitatif menurut Williams atau informasi dengan cara membaca surat-surat,
(dalam Prastowo, 2012:23), “pengumpulan data pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis
pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan kebijakan tertentu dan bahan-bahan tertulis lainnya”.
metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau Analisis data yang dilakukan peneliti yaitu
peneliti yang tertarik secara alamiah”. Berdasarkan mengumpulkan data di lapangan selengkap-
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam lengkapnya, kemudian dilakukan reduksi data dengan
penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen menyortir data-data yang hanya sesuai kebutuhan
pengambil data, menggunakan natural setting, dan dalam konteks penelitian, sehingga data dapat
menggunakan metode alamiah. Sehingga peneliti disajikan dan hasilnya akan dijadikan kesimpulan
disini berperan sebagai instrumen pengambil data penelitian atau verifikasi data (Miles & Huberman
di lapangan dengan menggunakan metode alamiah. dalam Patilima, 2013:102). Teknik pengecekan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian keabsahan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan
studi kasus, karena penelitian ini menganalisis gejala- triangulasi. Pengertian triangulasi menurut Patton
gejala atau kasus yang ada di lapangan secara (dalam Moleong, 2005:330) “...membandingkan dan
langsung dengan latar yang alamiah. Melalui studi mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
kasus, peneliti akan mengungkap fenomena yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
mengenai peran kepala sekolah dalam implementasi dalam penelitian kualitatif”.
MBS dan memaparkan secara intensif dan rinci.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ulfatin HASIL
(2013:46), yaitu studi kasus adalah suatu pendekatan
dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus Implementasi Manajamen Berbasis Sekolah
tertentu secara intensif dan rinci. Studi kasus juga
SDN Pandanwangi 1 Malang menerapkan
dimaksudkan untuk memahami berbagai kaitan
tujuh komponen atau pilar MBS, yaitu manajemen
Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 369

kurikulum, manajemen pendidik dan tenaga orangtua peserta didik, dan alumni untuk diadakan
kependidikan, manajemen peserta didik, manajemen musyawarah, (2) dalam mempermudah kerja kepala
sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan, sekolah untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat sekolah, kepala sekolah menyusun struktur sekolah
(humas), dan manajemen budaya dan lingkungan dengan melihat potensi yang dimiliki guru, dan
sekolah. Prinsip- prinsip MBS yang dilaksanakan sebelumnya diadakan analasis terlebih dahulu, (3)
oleh sekolah antara lain: (1) warga sekolah dalam penyusunan program kerja baik jangka panjang,
kaitan pengelolaan dapat mengelola sekolah secara menengah, dan jangka pendek disusun bersama tim,
mandiri sesuai dengan kebutuhan sekolah yang yaitu tim pengelola kurikulum, pengelola kesiswaan,
dianalisis melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan pengelola sarana dan prasarana, pengelola
kuesioner orangtua, (2) sekolah dapat menemukan ketenagaan, pengelola keuangan, dan pengelola
masalah dan menentukan solusi, yaitu dengan kehumasan, (4) pengambilan keputusan, dengan
memetakan masalah dan solusi penjaminan mutu, melibatkan banyak pihak, yaitu staf, guru, orangtua,
(3) strategi pengelolaan mandiri dilakukan dengan komite sekolah, dan pengawas, (5) kepala sekolah
berpedoman pada Standart Operating Procedure memiliki kepribadian baik yaitu tegas dalam
(SOP), (4) kepala sekolah melibatkan peran serta mengambil keputusan, pintar dan cerdas dalam
orangtua peserta didik dalam kegiatan sekolah, (5) mencarikan solusi, sangat komunikatif, tanggap
menjalin komunikasi dengan banyak pihak dan terhadap masalah, suka menerima kritikan, ramah,
duduk dalam satu ruangan. Pengambilan dan telaten dalam menjalin teman kerja dengan guru,
keputusan partisipatif pada setiap kebijakan komite, dan orangtua. Hal-hal yang dilakukan kepala
sekolah dengan melibatkan banyak pihak, yaitu sekolah sebagai supervisor yaitu (1) memberi
tukang kebun, penjaga kantin, staf, guru, pengawas, evaluasi RPP yang sudah disusun oleh guru, (2)
orangtua peserta didik, dan komite melalui rapat. melakukan observasi kelas pada saat jam
pembelalajaran untuk melihat kemampuan guru
Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi dalam mengajar, (3) melakukan pendekatan kepada
Manajamen Berbasis Sekolah guru secara individual dan kelompok, (4) memberi
pengarahan kepada orangtua pada saat orangtua
Terdapat tiga temuan penelitian tentang peran memiliki masalah dengan prestasi belajar anak dan
kepala sekolah sebagai edukator adalah (1) pengadaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh orangtua.
pelatihan IT guru, (2) pemberian hak dan kebebasan Peran kepala sekolah sebagai administrator
peningkatan pengetahuan seperti belajar, (3) melakukan hal-hal sebagai berikut, (1) pengelolaan
memberikan evaluasi belajar dan pembelajaran dalam keuangan dilakukan dengan cermat dan teliti, (2)
bentuk nilai sisipan dan raport. Peran kepala sekolah pendokumenan program kerja dilakukan oleh kepala
sebagai manajer terlihat dari kemampuan atau potensi sekolah tidak hanya dalam bentuk paper atau
kepala sekolah dalam mengendalikan atau lembaran saja, tetapi juga disimpan pada komputer.
memberdayakan potensi SDM yang dimiliki sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kepala
Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai sekolah sebagai motivator antara lain: (1) kepala
manajer adalah (1) pemberdayaan orangtua dilakukan sekolah memberikan motivasi kepada orangtua
kepala sekolah dengan melibatkan seluruh komponen setiap rapat untuk menghimbau kepada orangtua
masyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatan agar bersama dengan kepala sekolah dan guru untuk
sekolah, (2) menjalin komunikasi secara intensif dengan memajukan kualitas sekolah, (2) memberi motivasi
komite sekolah dan paguyuban orangtua, (3) kepala berupa perkataan, (3) guru dibebaskan untuk belajar
sekolah memberikan pelatihan IT agar guru dapat kemanapun mereka inginkan. Peran kepala sekolah
membuat media pembelajaran, (4) untuk meningkatkan sebagai innovator, yaitu ide dan gagasan kreatif
profesi guru, kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam membuat program kerja unggulan sekolah
untuk mengikuti kegiatan seminar dan workshop yang berupa SPD dan nomor absen ramah lingkungan.
diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang, (5)
ketrampilan dalam mengelola pilar-pilar MBS, dan (6)
Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Kepala
kepala sekolah menerapkan prinsip keterbukaan dalam Sekolah dalam Implementasi Manajamen Berbasis
pengelolaan dana sekolah. Sekolah
Peran yang dilakukan kepala sekolah sebagai
leader antara lain: (1) penyusunan visi, misi, dan Faktor pendukung peran kepala sekolah
tujuan sekolah melibatkan guru, komite, perwakilan dalam implementasi MBS antara lain: (1) adanya
370 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

dorongan atau motivasi guru-guru untuk bekerja masyarakat serta adanya keterbukaan kepada
mengabdi kepada sekolah dan adanya motivasi semua komponen sekolah dan masyarakat dalam
untuk belajar, (2) adanya kekeluargaan dan memberikan saran dan masukan dalam
kerjasama yang tercipta diantara personalia pengambilan keputusan. Seperti yang dijelaskan
sekolah, (3) sekolah memiliki fasilitas sebagai oleh Suparlan (2013:52-53) adalah “pertama, MBS
sumber belajar yang sangat memadai seperti dapat meningkatkan akuntabilitas kepala sekolah
perpustakaan, media pembelajaran, sumber belajar dan guru terhadap peserta didik, orangtua siswa,
yang lengkap, (4) adanya SOP sekolah yang jelas, dan masyarakat. ... Kedua, MBS memberikan
(5) guru banyak yang mampu menerapkan IT, dan keterbukaan kepada semua pemangku kepentingan
(6) adanya program sekolah yang dapat dalam memberikan saran dan masukan untuk
mengarahkan siswa dalam penerapan disiplin dan menentukan kebijakan-kebijakan penting yang
tata tertib sekolah seperti program nomor absen diperlukan oleh sekolah”. Dalam pengambilan
ramah lingkungan dan SPD. keputusan, kepala SDN Pandanwangi 1 Malang
Faktor yang menghambat peran kepala melibatkan guru, staf, penjaga keamanan, petugas
sekolah dalam implementasi MBS yang ditemukan kantin sekolah, dan komponen orangtua peserta
yaitu (1) sulitnya adaptasi guru terhadap hal baru didik. Diterapkannya MBS, diharapkan dapat
yang sifatnya perbaikan, (2) minimnya jumlah guru meningkatkan peran serta masyarakat, pemera-
di sekolah, (3) minimnya guru dalam berinovasi taan, efisiensi, dan manajemen yang menyesuaikan
dan berkreasi pembelajaran seperti penggunaan dengan kebutuhan sekolah.
sumber belajar, (4) guru belum mengoptimalkan MBS memiliki empat prinsip yaitu prinsip
penggunaan teknologi ke dalam proses pembe- ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem
lajaran, (5) belum semua guru melaksanakan SOP, pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber
(6) metode pembelajaran kurang variatif, (7) daya manusia. Prinsip ini berjalan dengan satu
kurangnya pendampingan guru dalam kegiatan kesatuan, tidak bisa berjalan secara terpisah.
pembelajaran di perpustakaan, (8) kondisi ekonomi Pertama, warga sekolah dalam kaitan pengelolaan
orangtua peserta didik yaitu kategori cukup sebesar dapat mengelola sekolah secara mandiri, yang
55 persen. dipimpin oleh kepala sekolah. Prinsip seperti ini
dinamakan prinsip ekuifinalitas. Dalam pengelolaan
PEMBAHASAN tersebut, menyesuaikan latar belakang situasi dan
kondisi sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh
Pelaksanaan MBS memiliki dampak baik atas Nurkolis (2003:52-53) bahwa “MBS menekankan
kemajuan suatu sekolah. Seperti yang dijelaskan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh
oleh Nurkolis (2003:6), bahwa fungsi MBS adalah warga sekolah menurut kondisi mereka masing-
“untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, masing”. Di SDN Pandanwangi 1 Malang, kepala
pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang sekolah beserta warganya membuat analisis
bertumpu pada tingkat sekolah”. Peran serta kondisi sekolah dengan EDS. Berpedoman dari
masyarakat dalam setiap kegiatan sangat baik. EDS itu, kepala sekolah akan mengetahui
Setiap ada agenda kegiatan sekolah, maka semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki sekolah.
komponen masyarakat, baik pengurus komite berdasarkan kelemahan itu, dicarikan alternatif
sekolah, paguyuban sekolah, maupun orangtua pemecahan masalah dan solusi pemecahan
peserta didik secara umum, dilibatkan penuh dalam masalah yang disepakati bersama.
mengelola kegiatan. Hal ini terbukti dengan adanya Kedua, prinsip desentralisasi bertujuan untuk
kegiatan peringatan hari Ibu yang dilaksanakan menemukan masalah sekaligus menentukan solusi
pada tanggal 20 Desember 2014. Kepanitiaan permasalahan untuk proses pengajaran dan
berasal dari orangtua peserta didik, termasuk dana pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh
kegiatan juga dari orangtua peserta didik. Mereka Nurkolis (2003:54) bahwa tujuan prinsip
melakukan semata-mata hanya untuk kemajuan desentralisasi adalah “efisiensi dalam pemecahan
sekolah dan kemajuan aktivitas peserta didik, baik masalah, bukan menghindari masalah. Oleh karena
aktivitas akademik maupun aktivitas non akademik itu, MBS harus mampu menemukan masalah,
peserta didik. memecahkannya tepat waktu dan memberi
Diterapkannya konsep MBS dapat sumbangan yang lebih besar terhadap efektivitas
meningkatkan akuntabilitas kepala sekolah dan aktivitas pengajaran dan pembelajaran”. Masalah
guru terhadap peserta didik, orangtua siswa, dan yang terjadi di sekolah antara lain lemahnya
Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 371

penguasaan teknologi bagi guru dalam pembuatan Pelaksanaan MBS membuat sekolah lebih
media pembelajaran sehingga kepala sekolah dapat menemukan masalah dan menentukan
memberikan pelatihan kepada guru, yaitu pelatihan alternatif pemecahan masalah secara mandiri dan
IT seperti membuat power point sebagai media sistem pengelolaan sekolah dilakukan dengan
pembelajaran yang akan digunakan di dalam menyesuaikan kebutuhan dan kondisi sekolah yang
proses pembelajaran. Masalah lain, seperti dianalisis melalui EDS. Prinsip-prinsip MBS, maka
rendahnya kedisiplinan anak dalam mengumpulkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
tugas dan datang ke sekolah tepat waktu. Maka, setiap kegiatan-kegiatan sekolah. Manajemen
kepala sekolah membuat program SPD untuk berbasis sekolah yang di dalam segala pengelolaan
mengatasi hal tersebut. komponen sekolah harus melibatkan berbagai pihak
Prinsip ketiga yaitu prinsip sistem pengelolaan sekolah atau stakeholder. Hal ini seperti yang
mandiri, sehingga kemampuan manajerial kepala dijelaskan oleh Nurkolis (2003:6) bahwa “dalam
sekolah sebagai pemimpin di sekolah sangat pengambilan keputusan harus dilaksanakan secara
penting sekali. Prinsip ini dijelaskan oleh Nurkolis kolektif di antara stakeholder sekolah”. Dalam
(2003:54) bahwa “sekolah memiliki otonomi hal pengambilan keputusan, kepala sekolah juga
tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran, melibatkan banyak pihak. Pihak tersebut adalah
strategi manajemen, distribusi sumber daya tukang kebun, penjaga kantin, staf, guru, pengawas,
manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan orangtua peserta didik, dan komite memiliki peran
masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi penting dalam pengambilan keputusan.
mereka masing-masing”. Melalui SOP, seperti Peran kepala sekolah sebagai edukator
SOP sie kurikulum, SOP UKS, SOP Keuangan, sangat penting dalam meningkatkan kualitas
SOP Profesi Siswa, SOP Sarpras, dan SOP sie akademik bagi guru dan peserta didik. Seperti yang
Keamanan, SOP ini menjadi acuan para guru di dijelaskan oleh Mulyasa (2011:100) bahwa sebagai
dalam melaksanakan sistem manajemen sekolah. edukator, kepala sekolah harus menjalankan peran
Adanya SOP yang disusun dan diterapkan, maka sebagai berikut. Pertama; mengikutsertakan guru-
pekerjaan kepala sekolah dalam hal pengelolaan guru dalam penataran-penataran untuk menambah
sekolah akan lebih mudah, sehingga untuk wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus
mencapai tujuan sekolah sangat efektif dan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
efisiensi. Jika ada permasalahan dengan sistem meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
SOP, maka kepala sekolah bersama tim guru selalu dengan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua;
memperbaiki isinya. kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim
Prinsip keempat adalah prinsip inisiatif evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat
manusia. Dengan mengenali potensi diri, potensi bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara
SDM yang dimiliki sekolah, maka kepala sekolah terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman.
sebagai leader yang baik harus mampu mengelola Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif
dan memberdayakan potensi-potensi yang sekolah di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk
miliki. Seperti penjelasan Nurkolis (2003:55) memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai
tentang prinsip inisiatif manusia yaitu “prinsip ini waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkan-
mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya nya secara efektif dan efisien untuk kepentingan
yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, pembelajaran.
potensi sumber daya manusia harus selalu digali, Demikian halnya dengan kepala sekolah
ditemukan, dan kemudian dikembangkan”. Potensi SDN Pandanwangi 1 Malang dalam meningkatkan
manajerial dari orangtua peserta didik, diberda- kualitas pembelajaran guru, yaitu dengan
yakan dalam melaksanakan kegiatan sekolah. mengadakan pelatihan-pelatihan keprofesionalan
Keter libatan orangtua peserta didik, akan guru seperti pelatihan IT yang bertujuan agar guru
memudahkan kerja kepala sekolah dan guru. Hal mampu menyesuaikan adanya teknologi yang
ini sangat terbukti dari adanya kegiatan peringatan semakin canggih. Contohnya penggunaan LCD
hari Ibu, seperti yang sudah dijelaskan pada fungsi dalam belajar dan pembuatan power point sebagai
MBS di atas. Segala sesuatu, baik materiil maupun media pembelajaran. Di samping itu, beliau juga
non materiil berasal dari orangtua peserta didik memberikan hak dan kebebasan kepada guru untuk
secara sukarela. Kepala sekolah dan guru hanya belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Kepala sekolah,
sebagai tim evaluasi selama proses perencanaan dalam evaluasi belajar dan pembelajaran dengan
hingga pelaksanaan kegiatan. mengadakan UAS dan UN dan hasilnya
372 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

disampaikan kepada para orangtua dalam bentuk sebagai administrator adalah kecermatan dan
nilai sisipan dan raport. Sebagai manager, kepala ketelitian dalam menyusun laporan keuangan.
sekolah memiliki tanggung jawab yang besar demi Pendokumenan program kerja dilakukan oleh
tercapainya tujuan sekolah, visi dan misi sekolah. kepala sekolah dalam bentuk paper atau lembaran
Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan dan disimpan dalam komputer dengan rapi. Tugas
merencanakan strategi yang tepat. Adapun cara administrator lainnya, kepala sekolah membagi
yang dapat dilakukan untuk mewujudkan perannya tugasnya kepada guru yang ditunjuk sesuai dengan
sebagai manager adalah sebagai berikut (Mulyasa, kemampuan. Kepala sekolah dalam hal ini, lebih
2011:103-104). Pertama; memberdayakan tenaga banyak memangku peran sebagai evaluator yaitu
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif mengevaluasi kinerja guru secara rutin, dapat
dimaksudkan bahwa dalam peningkatan dilakukan setiap saat dan fomalnya dalam rapat
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, rutin yang diagendakan kepala sekolah. Peran
kepala sekolah harus mementingkan kerja sama kepala sekolah sebagai administrator menurut
dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang Soetopo (2009:89), lebih detail dijelaskan sebagai
terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. berikut. Sebagai manajer/administrator, kepala
Kedua; memberi kesempatan kepada para tenaga sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, administrasi pendidikan di sekolah yang meliputi
sebagai manajer kepala sekolah harus pengelolaan yang bersifat administratif dan
meningkatkan profesi secara persuasif dari hati operatif. Sedangkan sebagai pemimpin pendidikan,
ke hati. Dalam hal ini kepala sekolah harus bersikap peran kepala sekolah bertugas untuk mendina-
demokratis dan memberikan kesempatan kepada misasikan proses pengelolaan pendidikan baik
seluruh tenaga kependidikan untuk mengem- secara administratif (pengarahan seluruh warga
bangkan potensinya secara optimal. Ketiga; sekolah untuk mencapai tujuan sekolah) maupun
mendorong keterlibatan seluruh tenaga edukatif (pengaraham atau pembinaan tugas
kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala harus pengajaran serta semangat guru untuk mencapai
berusaha untuk mendorong keterlibatan semua kinerja yang lebih baik).
tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di Peran kepala sekolah sebagai supervisor
sekolah (partisipatif). yaitu kepala sekolah wajib membantu guru
Begitu pula dengan yang dilakukan oleh kepala meningkatkan kemampuan guru dalam bidang
SDN Pandanwangi 1 Malang. Sebagai manager, akademik untuk membelajarkan peserta didik
kepala sekolah mampu mengendalikan atau secara optimal. Disamping itu membina guru-guru
memberdayakan potensi SDM yang dimiliki agar memahami dengan baik terhaddap tujuan
sekolah. Pemberdayaan orangtua dilakukan kepala pendidikan dan usaha-usaha pencapaiannya.
sekolah dengan melibatkan seluruh komponen Supervisi yang dilakukan kepala sekolah kepada
masyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatan guru dan personalia yang ada, bertujuan untuk
sekolah. Menjalin komunikasi secara intensif meningkatkan kinerja mereka masing-masing
dengan komite sekolah dan paguyuban orangtua, sesuai dengan tugas dan tanggungjawab masing-
strategi inilah yang mampu membuat partisipasi masing.
orangtua peserta didik dapat meningkat. Selain itu Kepala sekolah sebagai leader dijelaskan
peran kepala sekolah sebagai manajer yaitu kepala oleh Mulyasa (2011:115) yaitu “mampu
sekolah menerapkan prinsip keterbukaan atau memberikan petunjuk dan pengawasan, mening-
transparansi dalam pengelolaan dana sekolah. katkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
Bersama dengan guru, hubungan kerja sama dalam komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas”.
pengelolaan sekolah dijalin kepala sekolah dengan Peran yang dijalankan kepala sekolah sebagai
baik dan secara rata, dan duduk dalam satu leader adalah dalam penyusunan visi, misi, dan
ruangan. tujuan sekolah melibatkan melibatkan guru, komite,
Kegiatan administrasi sekolah, seperti yang perwakilan orangtua peserta didik, dan alumni
dijelaskan oleh Mulyasa (2011:107) bahwa “kepala untuk diadakan musyawarah. Dalam memper-
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mudah kerja kepala sekolah dalam mewujudkan
mengelola kurikulum, mengelola administrasi visi, misi, dan tujuan sekolah, kepala sekolah
peserta didik, mengelola administrasi personalia, membentuk struktur sekolah dengan melihat potensi
mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola yang dimiliki guru, dan sebelumnya diadakan
administrasi keuangan”. Kegiatan kepala sekolah analasis terlebih dahulu. Kepala sekolah dalam
Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 373

penyusunan program kerja baik jangka panjang, yang dilakukan oleh kepala SDN Pandanwangi
menengah maupun pendek dengan menyusun dalam memberikan dorongan atau motivasi kepada
bersama tim, yaitu tim pengelola kurikulum, tenaga kependidikan dan komponen SDM sekolah
pengelola kesiswaan, pengelola sarana dan yang ada. Beliau memberikan motivasi kepada
prasarana, pengelola ketenagaan, pengelola orangtua setiap saat rapat untuk menghimbau
keuangan, dan pengelola kehumasan. Penyusunan kepada orangtua agar bersama dengan kepala
program kerja disepakati bersama melalui rapat sekolah dan guru untuk memajukan kualitas
antara kepala sekolah dan guru. Kepribadian kepala sekolah, sehingga orangtua peserta didik merasa
SDN Pandanwangi 1 Malang antara lain tegas termotivasi. Hal ini dapat meningkatkan motivasi
dalam mengambil keputusan, pintar dan cerdas kepada orangtua untuk mendorong anak didiknya
dalam mencarikan solusi, sangat komunikatif, agar tidak berhenti dalam belajar mencari ilmu
telaten dalam menjalin teman kerja dengan guru, pengetahuan. Selain kepada orangtua dan peserta
komite, dan orangtua. Sifat lain yaitu tanggap didik, juga dorongan motivasi diberikan kepada guru
terhadap masalah, suka menerima kritikan, dan seperti dibebaskan untuk belajar kemanapun
ramah kepada siapa saja. mereka inginkan.
Peran kepala sekolah sebagai innovator juga Keberhasilan dalam pelaksanaan MBS
berperan penting dalam mengadakan pembaharuan dikarenakan adanya faktor pendukung, baik itu dari
demi kemjuan sekolah yang ia pimpin. Mulyasa inrternal sekolah maupun eksternal sekolah. Baik
(2011:119) menjelaskan kepala sekolah sebagai dari aspek SDM nya maupun aspek non SDM.
innovator yaitu “har us mampu mencari, Faktor pendukung tersebut yaitu adanya potensi
menemukan, dan melaksanakan berbagai sekolah dan potensi orangtua. Potensi sekolah yang
pembaharuan”. Dalam rangka mewujudkan peran dimaksud adalah potensi SDM, dengan ada dorongan
dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah atau motivasi guru-guru untuk bekerja mengabdi
harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin kepada sekolah demi kemajuan sekolah dan adanya
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, motivasi untuk belajar. Hal ini ditunjang juga adanya
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kekeluargaan yang tercipta diantara personalia
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh sekolah, kerjasama diantara personalia internal
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengem- (peserta didik, staf, guru, dan kepala sekolah) dan
bangkan model-model pembelajaran (Mulyasa, eksternal sekolah (orangtua peserta didik dan
2011:118). Beberapa kegiatan yang dilakukan masyarakat umum), peran serta masyarakat
kepala sekolah sebagai innovator adalah dengan sekolah, adanya keikhlasan dalam bekerja, dan
ide dan gagasan kreatifnya dalam membuat keterbukaan atau transparansi dalam segala hal.
program kerja unggulan sekolah. Program Faktor yang menghambat peran kepala sekolah
unggulan sekolah yaitu adanya program SPD yang dalam implementasi MBS yaitu adaptasi guru
telah berjalan selama dua tahun dan adanya terhadap hal baru yang sifatnya perbaikan dan
program Nomor Absen Ramah Lingkungan. minimnya jumlah guru di sekolah. Faktor
Program kerja ini bertujuan untuk meningkatkan penghambat dari orangtua yaitu kondisi ekonomi
pola hidup sehat dan rasa kasih sayang kepada orangtua peserta didik. Solusi terhadap
lingkungan sekolah, serta kasih sayang antara permasalahan yang ada yaitu kepala sekolah
kakak tingkat dan adik tingkat. membuat dan menyusun SOP. SOP tersebut terdiri
Mulyasa (2011:120) menjelaskan peran dari SOP sie kurikulum, SOP UKS, SOP Keuangan,
kepala sekolah sebagai motivator bahwa “kepala SOP Profesi Siswa, SOP Sarpras, dan SOP sie
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk Keamanan. Selain SOP ada juga Evaluasi Diri
memberikan motivasi kepada para tenaga Sekolah (EDS) yang merupakan alat tolok ukur untuk
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan dan
fungsinya”. Cara yang dapat dilakukan oleh kepala kelemahan sekolah terkait dengan manajemennya.
sekolah dalam mewujudkan peran dan fungsinya
sebagai motivator menurut Mulyasa (2011:120) KESIMPULAN DAN SARAN
adalah “melalui pengaturan lingkungan fisik,
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, Kesimpulan
penghargaan secara efektif, dan penyediaan
SDN Pandanwangi 1 Malang melaksanakan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan
tujuh pilar MBS yaitu manajemen kurikulum,
Pusat Sumber Belajar (PSB)”. Demikian pula
374 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 367-375

manajemen pendidik dan tenaga kependidikan, masyarakat, sekolah memiliki fasilitas sebagai
manajemen peserta didik, manajemen sarana dan sumber belajar yang sangat memadai seperti
prasarana, manajemen pembiayaan, manajemen perpustakaan, media pembelajaran, sumber belajar
humas, dan manajemen budaya dan lingkungan yang lengkap, SOP sekolah yang jelas, guru banyak
sekolah. Prinsip dalam implementasi MBS adalah yang mampu menerapkan IT, dan program sekolah
pengelolaan sekolah secara mandiri sesuai dengan yang dapat mengarahkan siswa dalam penerapan
kebutuhan sekolah yang dianalisis melalui EDS, disiplin dan tata tertib sekolah. Faktor
SOP, dan kuesioner orangtua, sekolah menemukan penghambatnya yaitu sulitnya adaptasi guru
masalah dan menentukan solusi, dengan terhadap hal baru yang sifatnya perbaikan,
memetakan masalah dan solusi penjaminan mutu, minimnya jumlah guru di sekolah, minimnya guru
kepala sekolah melibatkan peran serta orangtua dalam berinovasi dan berkreasi pembelajaran
peserta didik dalam kegiatan sekolah, menjalin seperti penggunaan sumber belajar, guru belum
komunikasi dengan banyak pihak, dan duduk dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi ke dalam
satu ruangan. Pengambilan keputusan partisipatif proses pembelajaran, belum semua guru
yang dilakukan kepala SDN Pandanwangi dengan melaksanakan SOP, kurangnya pendampingan
melibatkan banyak pihak. guru dalam kegiatan pembelajaran di perpustakaan,
Peran kepala sekolah sebagai manager dan kondisi ekonomi orangtua peserta didik yaitu
adalah pemberdayaan orangtua dilakukan kepala ekonomi orangtua kategori cukup sebesar 55
sekolah dengan melibatkan seluruh komponen persen.
masyarakat untuk ikut andil dalam setiap kegiatan
sekolah, menjalin komunikasi secara intensif Saran
dengan komite sekolah dan paguyuban orangtua
serta memberi pembinaan kepada pendidik dan Berdasarkan uraian tersebut, saran-saran
tenaga kependidikan. Peran kepala sekolah sebagai yang diberikan sebagai berikut. Pertama, kepala
administrator adalah pengelolaan keuangan sekolah agar lebih intensif dalam mengidentifikasi
dilakukan dengan cer mat dan teliti, dan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekolah
pendokumenan program kerja dilakukan oleh dengan melibatkan seluruh komponen sekolah dan
kepala sekolah tidak hanya dalam bentuk paper masyarakat. Mendokumentasikan seluruh
atau lembaran saja, tetapi juga disimpan pada administrasi pada setiap pilar MBS dengan lebih
komputer. Peran kepala sekolah sebagai rapi dan tetap melibatkan potensi masyarakat dalam
supervisor adalah memberi evaluasi RPP yang kegiatan sekolah dan pengambilan keputusan, serta
sudah disusun oleh guru, melakukan observasi kelas menganalisis hasil temuan sebagai bahan evaluasi
pada saat jam pembelalajaran untuk melihat program dan kegiatan dalam MBS berikutnya.
kemampuan guru dalam mengajar, dan memberi Kedua, pengawas sekolah diharapkan lebih intensif
pengarahan kepada orangtua. Peran kepala dalam melaksanakan pengawasan terhadap kinerja
sekolah sebagai leader adalah penyusunan visi, kepala sekolah dalam pelaksanaan MBS, lebih
misi, dan tujuan sekolah melibatkan melibatkan mampu dalam menyatukan komponen antara
guru, komite, perwakilan orangtua peserta didik, pemerintah pusat dan sekolah, serta berperan aktif
dan alumni untuk diadakan musyawarah. Peran dalam membantu kepala sekolah dalam
kepala sekolah sebagai innovator adalah ide dan memajukan sekolah. Ketiga, guru dan staf lebih
gagasan kreatif dalam membuat program kerja mengembangkan potensi dan profesionalitas kerja,
unggulan sekolah berupa SPD dan nomor absen mempertahankan sikap disiplin yang telah dibina,
ramah lingkungan. Peran kepala sekolah sebagai tetap menegakkan budaya kekeluargaan, dan
motivator adalah kepala sekolah memberikan apabila ada kendala dalam melaksanakan MBS
motivasi kepada orangtua setiap saat rapat untuk dan belum menemukan solusi, maka diharapkan
menghimbau dan memberi motivasi kepada mencari literatur yang berkaitan dengan MBS
orangtua agar bersama dengan kepala sekolah dan disamping solusi yang diberikan oleh kepala
guru untuk memajukan kualitas sekolah. sekolah. Keempat, komite sekolah lebih aktif dalam
Faktor pendukung peran kepala sekolah membantu kegiatan-kegiatan sekolah, membangun
dalam implementasi MBS yaitu adanya dorongan komunikasi dan kerja sama yang lebih baik antara
atau motivasi guru-guru untuk bekerja mengabdi pengurus komite sekolah, orangtua peserta didik,
kepada sekolah dan motivasi untuk belajar, dan kepala sekolah, serta lebih aktif dan kreatif
terjalinnya kekeluargaan di sekolah, peran serta dalam memberdayakan potensi-potensi masya-
Mistrianingsih dkk, Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah 375

rakat. Kelima, bagi ketua kurusan hasil penelitian sehingga disarankan kepada peneliti lain agar lebih
dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam mengembangakan pemikiran terhadap konsep
pengembangan teori kepemimpinan pendidikan. MBS dengan beracuan pada hasil penelitian.
Keenam, hasil penelitian ini masih terbatas,

DAFTAR RUJUKAN

Burhanudin. 2007. Metodologi Penelitian. Prastowo, A. 2012. Metode Penelitian Kualitatif:


Jakarta: PT. Raja Grafindo. dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Rosdakarya. & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Profesional. Bandung: PT. Remaja di Bidang Pendidikan: Teori dan
Rosdakarya. Aplikasinya. Malang: Bayumedia.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Usman, H. 2013. Manajemen: Teori, Praktik,
Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: dan Riset Pendidikan (Edisi 4). Jakarta:
Grasindo. Bumi Aksara.
Patilima, H. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Wiyono, B.B. 2008. Metodologi Penelitian:
(Edisi Revisi). Bandung : Alfabeta. Pendekatan Kuantitatif, Kuallitatif, dan
Action Research. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Ika Lestari
Agus Timan
Asep Sunandar

e-mail: iekalestarie@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of the focus of this study is; (1) planning of facilities and infrastructure, (2)
provision of facilities and infrastructure, (3) distribution of facilities and infrastructure, (4) maintenance
of facilities and, (5) inventory of facilities and infrastructure, (6) elimination of facilities and
infrastructure, and (7) evaluation of facilities and infrastructure in TK Negeri Pembina 3 Kota Malang.
This study is a qualitative study using a case study approach. Qualitative research try to reveal
symptoms overall and according to the context (holistic and contextual) through data collection from
the real background by utilizing self-researchers as a key instrument. This qualitative research use a
case study research design in the sense of research focused on the phenomenon are selected and to
be understood in depth by ignoring other phenomena.

Keyword: facilities and infrastructure manajement, early learning childhood

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan: (1) perencanaan sarana dan prasarana, (2)
pengadaan sarana dan prasarana, (3) pendistribusian sarana dan prasarana, (4) pemeliharaan sarana
dan prasarana, (5) penginventarisasian sarana dan prasarana, (6) penghapusan sarana dan prasarana,
dan (7) pengevaluasian sarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif
berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual)
melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci. Penelitian kualitatif ini menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian
difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam dengan
mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Kata kunci: manajemen sarana dan prasarana, pendidikan anak usia dini

Pendidikan nasional sebagai sebuah sistem yang telah ditetapkan tahapan prosesnya antara
pembangunan nasional yaitu memiliki tiga subsistem lain meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan pengarahan, dan pengawasan menurut Sergiovanni
nonformal, dan pendidikan informal. Substansi (dalam Bafadal 2008:1). Sarana pendidikan adalah
pertama diselenggarakan di sekolah, sedangkan semua perangkat peralatan, bahan dan perabot
substansi pendidikan nonformal dan pendidikan secara langsung digunakan dalam pr oses
informal masuk dalam kategori pendidikan luar pendidikan di sekolah, sehingga fungsinya menjadi
sekolah. Pendidikan nonformal sebagaimana yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 merupakan penunjang proses belajar siswa.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Prasarana pendidikan adalah semua perangkat
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
dengan penekanan penguasaan pengetahuan dan menunjang proses pendidikan di sekolah.
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
dan kepribadian professional. didefinisikan sebagai proses kerja sama pendaya-
Manajemen merupakan proses pemberda- gunaan semua sarana dan prasarana pendidikan
yaan sumberdaya dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Bafadal, 2008). Secara

376
Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 377

sederhana manajemen sarana dan prasarana beberapa kemungkinan, yaitu: (a) dengan cara
sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja membeli, (b) mendapatkan hadiah atau sumbangan,
pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan (c) tukar menukar barang; (d) meminjam.
secara efektif dan efisien. Pengadaan sarana dan prasarana dapat diartikan
Menurut Depdiknas (dalam Barnawi dan juga sebagai kegiatan mengadakan dan
Arifin 2012:47) “sarana pendidikan adalah semua menyediakan semua barang yang berhubungan
perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang dengan sarana dan prasarana pendidikan untuk
secara langsung digunakan dalam pr oses menunjang kegiatan belajar mengajar. Kebutuhan
pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis
prasarana pendidikan adalah semua perangkat dan spesifikasi, jumlah, waktu, tempat, dan harga
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung serta sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di Pengadaan dilakukan sebagai bentuk realisasi atas
sekolah”. Artinya sarana pendidikan merupakan perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.
perangkat yang menunjang dalam kegiatan belajar Proses selanjutnya yaitu pendistribusian,
mengajar di sekolah secara langsung, seperti meja, menurut Bafadal (2008:38) “pendistribusian atau
kursi, gedung, ruang kelas, dan sebagainya. penyaluran merupakan kegiatan pemindahan dan
Sedangkan prasarana pendidikan merupakan tanggung jawab dari seorang penanggungjawab
perangkat yang menunjang dalam kegiatan belajar penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang
mengajar di sekolah secara tidak langsung, seperti yang membutuhkan barang itu”. Dalam prosesnya
jalan menuju ke sekolah, taman sekolah, halaman ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu
sekolah, dan sebagainya. ketepatan barang yang disampaikan; ketepatan
Proses manajemen sarana dan prasarana di sasaran penyampaian; serta ketepatan kondisi
sekolah ada beberapa tahap yaitu: (1) perencanaan barang yang disalurkan.
sarana dan prasarana; (2) pengadaan sarana dan Proses pendidikan sangat memerlukan
prasarana; (3) pendistribusian sarana dan sarana dan prasarana. Sementara itu, sarana dan
prasarana; (4) pemeliharaan sarana dan prasarana; prasarana akan mengalami penyusutan kualitas
(5) penginventarisasian sarana dan prasarana; (6) dari waktu ke waktu. Sejak barang diterima dari
penghapusan sarana dan prasarana;serta (7) penjual, sejak itu pula barang tersebut akan
evaluasi sarana dan prasarana. mengalami penyusutan kualitas maupun kuantitas.
Proses manajemen sarana dan prasarana Menurut Barnawi dan Arifin (2012:74) “pemeli-
diawali dengan perencanaan. Perencanaan haraan sarana dan prasarana pendidikan
dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana merupakan kegiatan untuk melaksanakan
apa saja yang dibutuhkan di sekolah. Menurut pengurusan dan pengaturan agar semua sarana
Barnawi dan Arifin (2012:51) “perencanaan dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap
sarana dan prasarana merupakan proses peran- untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil
cangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, guna dalam mencapai tujuan pendidikan”.
penukaran, daur ulang, rekondisi atau rehabilitasi, Menurut Bafadal (2008:55) “inventaris adalah
distribusi atau pembuatan peralatan dan pencatatan dan penyusunan barang-barang milik
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan negara secara sistematis, tertib, dan teratur
sekolah”. Perencanaan sarana dan prasarana juga berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-
dapat diartikan sebagai proses merancangan suatu pedoman yang berlaku. Dalam kegiatan inventarisasi
program pengadaan sarana dan prasarana sarana dan prasarana ada beberapa hal yang harus
pendidikan untuk menunjang proses belajar diperhatikan yaitu melakukan pencatatan sarana dan
mengajar di sekolah. Dalam perencanaan sarana prasarana, membuat kode barang sesuai dengan
dan prasarana hendaknya melibatkan unsur-unsur sarana dan prasarana, melaporkan sarana dan
penting di sekolah, seperti kepala sekolah, kepala prasarana yang ada di sekolah, dan pertang-
tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah. gungjawaban atas apa yang dilaporkan tentang
Untuk memenuhi sarana pendidikan, satuan keadaan sarana dan prasarana di sekolah.
pendidikan (sekolah) wajib mengupayakan sarana Penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan. Seperti telah disebut merupakan kegiatan menghilangkan atau
dalam penentuan kebutuhan sarana pendidikan, meniadakan beberapa sarana maupun prasarana
menurut Bafadal (2008:31) pengadaan sarana dan yang ada di sekolah karena sudah tidak memiliki
prasarana pendidikan dapat ditempuh melalui nilai guna. Menurut Barnawi dan Arifin (2012:79)
378 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

“penghapusan sarana dan prasarana merupakan adalah memberikan stimulus terhadap anak agar
kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan selanjutnya dengan cara membina dan mengem-
yang dapat dipertanggungjawabkan”. bangkan potensi yang dimilikinya. Sedangkan
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kegiatan tujuan PAUD yaitu mengembangkan potensi anak
terakhir yang dilakukan untuk mengetahui tingkat dengan memberikan landasan tentang pendidikan
kebenaran atau melihat kembali kegiatan yang dan lingkungan sekitar, dan menggali potensi
telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi juga dapat kecerdasan yang dimiliki oleh anak.
diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan,
mengumpukan dan menyajikan suatu informasi METODE
yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan Worthen dan Sanders Penelitian ini menggunakan pendekatan
(dalam Wiyono dan Sunarni: 2009). kualitatif. Penelitian ini menggunakan desain atau
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 rancangan studi kasus. Penelitian studi kasus
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat memiliki ciri yaitu mampu menunjukkan bukti-bukti
14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini yang paling penting saja, baik yang mendukung
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang pandangan peneliti maupun yang tidak
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan mendasarkan prinsip selektifitas. Melalui studi
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian kasus akan didapatkan sumbangan kearah
rangsangan pendidikan untuk membantu pengetahuan, cara untuk perbaikan situasi yang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun diteliti, hipotesa-hipotesa yang dikembangkan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam secara empiris dan dapat diterapkan untuk
memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD mempelajari situasi yang sulit. Kehadiran Peneliti
merupakan pemberian upaya untuk menstimulasi, dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap,
membimbing, mengasuh, dan menyediakan yaitu sebelum penelitian ini dilaksanakan terlebih
kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan dahulu dilakukan studi pendahuluan, hal ini
kemampuan dan ketrampilan pada anak di usia dini dilakukan agar peneliti mengetahui tentang
(Wiyani dan Barnawi 2014:37). keadaan sekolah secara keseluruhan dan secara
PAUD juga merupakan jenjang pendidikan objektif. Studi pendahuluan ini dilakukan agar
awal yang dapat membantu perkembangan anak mempermudah dalam menyusun rencana
yang dimulai dari sejak lahir hingga usia enam penelitian.
tahun, agar anak tersebut memiliki kesiapan untuk Kehadiran peneliti disini adalah berusaha
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih untuk berinteraksi dengan subjek penelitiannya
tinggi. Menurut Wiyani dan Barnawi (2014:76) secara alamiah, tidak menonjol dan dengan cara
pelaksanaan PAUD menggunakan prinsip-prinsip yang tidak memaksa (Moleong, 2007:24).
sebagai berikut “(a) berorientasi pada kebutuhan Kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena peneliti
anak; (b) belajar melalui bermain; (c) adalah instrumen kunci (key instrument) yang
menggunakan lingkungan yang kondusif; (d) berinteraksi langsung dengan objek penelitian. Oleh
menggunakan berbagai kecakapan hidup; (e) karena itu peneliti mutlak diperlukan sesuai dengan
menggunakan berbagai media edukatif dan sumber prinsip-prinsip penelitian kualitatif, maka peneliti
belajar; dan (f) menggunakan konsep sederhana harus menciptakan hubungan baik dengan objek
dan dekat dengan anak”. penelitian.
Penyelenggaraan PAUD harus didasarkan Penelitian ini dilakukan di TK Negeri
pada prinsip-prinsip tertentu, prinsip tersebut harus Pembina 3 Kota Malang yang beralamatkan di
berorientasi terhadap anak dengan menggunakan Jalan Pelabuhan Kepatang No. 14 Kecamatan.
media dan konsep yang dapat menumbuh- Sukun Kota Malang. Lembaga pendidikan ini
kembangkan anak pada usia yang masih awal berdiri tahun 2007 dengan NSS: 002056105062.
untuk memperoleh pendidikan. Fungsi dan tujuan TK Negeri Pembina 3 Kota Malang memiliki 5
PAUD merupakan komponen yang tidak dapat kelas, dengan memiliki tenaga pendidik berjumlah
dipisahkan, karena dengan adanya fungsi dan 11 orang terdiri dari kepala sekolah, 5 orang guru
tujuan PAUD maka akan menghidupkan dan kelas, guru mata pelajaran menari, guru mata
mengembangkan pendidikan yang selama ini pelajaran menggambar, guru mata pelajaran bahasa
dianggap tidak begitu penting. Fungsi PAUD Inggris, tata usaha, dan penjaga. Alasan peneliti
Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 379

memiliki lokasi ini adalah lembaga pendidikan ini HASIL


merupakan lembaga pendidikan yang menjadi TK
Perencanaan sarana dan prasarana di TK
inti, yaitu TK yang menjadi percontohan bagi
Negeri Pembina 3 Kota Malang ini meliputi rapat
beberapa TK yang berada pada satu gugus. TK
koordinasi sesuai dengan Rencana Anggaran
ini menjadi pusat perkumpulan beberapa TK yang
Pendapatan dan Belanja TK (RAPB-TK),
ada pada satu gugus.
selanjutnya rapat intern antara kepala sekolah
Prosedur selanjutnya dalam pengumpulan
dengan koordinator sarana dan prasarana. Setelah
data, yaitu melalui teknik studi dokumentasi.
rapat intern tersebut selesai maka diadakan rapat
Dokumentasi merupakan suatu teknik
keseluruhan yaitu kepala sekolah, guru, dan komite
pengumpulan data dengan menghimpun serta
sekolah, di dalam rapat tersebut dilakukan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis,
pembagian tugas kepada koordinator atau guru dari
gambar, maupun elektronik”. Dokumen yang
masing-masing kelas untuk mendata sarana dan
dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu sarana dan
prasarana apa yang dibutuhkan di kelas. Tahap
prasarana yang ada di TK Negeri Pembina 3 Kota
selanjutnya yaitu pengajuan dari masing-masing
Malang. Dokumen-dokumen ini bisa dijadikan
koordinator atau guru kelas dan yang terakhir yaitu
sumber bagi peneliti untuk menjawab pertanyaan
penentuan skala prioritas yang dilakukan oleh
penelitian yang diajukan. Penelitian ini meskipun
kepala sekolah, koordinator atau guru, koordinator
sebagian besar data yang diperoleh dari sumber
sarana dan prasarana, dan komite sekolah. Sesuai
manusia, namun ada sumber data yang bersifat
dengan perencanaan yang ada di TK Negeri
non-manusia. Sumber data non-manusia berupa
Pembina 3 Kota Malang, maka dapat disimpulkan,
foto, gambar, dan dokumen-dokumen sekolah yang
sebagai berikut: (a) rapat koordinasi sebelum
sesuai dengan fokus penelitian, yaitu mengenai
melakukan pengadaan sarana dan prasarana
sarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3
sesuai dengan RAPBTK, (b) kepala sekolah
Kota Malang.
merundingkan dengan koordinator sarana dan
Langkah untuk memperoleh kesimpulan yang
prasarana tentang perencanaan sarana dan
tepat dalam penelitian kualitatif adalah dengan cara
prasarana, (c) rapat koordinasi dengan kepala
pengecekan keabsahan data. Menurut Moleong
sekolah, guru, dan komite sekolah, (d) pembagian
(2012:320), “pengecekan keabsahan temuan
tugas kepada masing-masing koordinator atau guru
digunakan untuk menyanggah balik tentang
kelas, (e) koordinator atau guru kelas melakukan
tuduhan penelitian kualitatif yang mengatakan tidak
pengajuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,
ilmiah”. Teknik pengecekan keabsahan data
dan (f) menentukan secara matang sarana dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) kecekupan
prasarana yang akan diadakan. Output
referensial, (b) pengecekan keanggotaan, dan (c)
perencanaan sarana dan prasarana termuat pada
perpanjangan keikutsertaan.
RAPBTK.
Tahap-tahap penelitain yaitu meliputi tahap
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan
persiapan yaitu tahap yang dilakukan sebelum
kegiatan membeli atau mengadakan sarana
penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap ini
maupun prasarana untuk kegiatan belajar mengajar
meliputi: (a) penyusunan rancangan penelitian, (b)
di sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana di
studi eksplorasi, (c) persiapan teknis, dan (d)
TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukan
penyusunan pedoman pengumpulan data. Tahap
dengan menggunakan beberapa dana. Pengadaan
Pelaksanaan merupakan tahap peneliti untuk
sarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3
melaksanakan penelitian pada subjek penelitian.
Kota Malang dilakukan secara matang. Beberapa
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi:
tahap yang dilakukan dalam pengadaan sarana dan
(a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, (c)
prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang
analisis data, dan (d) penarikan kesimpulan.
yaitu pengadaan sarana dan prasarana sesuai
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
dengan skala prioritas, hal tersebut ditempuh agar
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
tidak menelan biaya banyak dan sarana dan
Tahap pelaporan yaitu tahap-tahap yang dilakukan
prasarana yang dibeli akan sesuai dengan zaman.
setelah penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam
Tahap selanjutnya yaitu penentuan skala prioritas
tahap pelaporan adalah menyusun hasil penelitian
dilakukan oleh tim yang bekerja sama dalam
dalam bentuk laporan skripsi dan melakukan
pengadaan sarana dan prasarana, tim tersebut
konsultasi secara intensif dengan orang yang ahli
terdiri dari kepala sekolah, koordinator sarana dan
dalam bidang yang sesuai dengan fokus penelitian.
380 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

prasarana, serta bendahara sekolah. pengadaan Penghapusan sarana dan prasarana di TK Negeri
sarana dan prasarana di sekolah ini menggunakan Pembina 3 Kota Malang masih belum diterapkan.
dana iuran komite sekolah, DPP, dan pemerintah. Penghapusan di TK Negeri Pembina 3 Kota
Pendistribusian sarana dan prasarana Malang belum dilakukan karena sekolah ini berdiri
merupakan kegiatan menyalurkan atau pada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008.
memindahkan barang dari penanggungjawab Sedangkan sarana dan prasarana yang ada di
terhadap unit-unit yang membutuhkan sarana dan sekolah ini masih layak untuk dipakai. Jika ada
prasarana tersebut. Pendistribusian sarana dan kerusakan terhadap sarana dan prasarana sekolah
prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang masih dapat diperbaiki dan digunakan kembali.
dilakukan secara langsung. Namun sarana dan Pengevaluasian sarana dan prasarana adalah
prasarana tersebut akan didistribusikan terhadap suatu proses mengumpulkan dan menyajikan
masing-masing kelas jika ada pengajuan dari informasi untuk pertimbangan dalam pengambilan
koordinator atau guru kelas. Pendistribusian keputusan terhadap sarana dan prasarana yang
tersebut akan dilakukan jika sarana dan prasarana digunakan. Pengevaluasian sarana dan prasarana
tersebut telah dicatat oleh koordinator sarana dan di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukan
prasarana sekolah. melalui beberapa tahap dan melibatkan pihak
Pemeliharaan merupakan kegiatan merawat tertentu. Pengevaluasian di TK Negeri Pembina
dan mengurus semua sarana dan prasarana yang 3 Kota Malang dilakukan setiap sebelum dan
ada di sekolah. Pemeliharaan sarana dan prasarana sesudah kegiatan dilakukan. Hal tersebut dilakukan
di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukan agar pada tahun berikutnya dapat memperbaiki
dengan beberapa cara. Pemeliharaan sarana dan kegiatan yang belum terlaksana. Namun juga ada
prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang pengevaluasian yang dilakukan setiap satu bulan
dilakukan setiap hari yaitu seperti menyapu, sekali, pengevaluasian tersebut dilakukan pada
mengepel lantai, membersihkan kamar mandi. saat rapat koordinasi rutin. Untuk pengevaluasian
Untuk pemeliharaan sarana dan prasarana yang sarana dan prasarana yang ada di kelas dilakukan
ada di kelas menjadi tanggung jawab dari setiap hari, karena sarana dan prasarana yang ada
koordinator atau guru kelas masing-masing. di kelas selalu dipakai dan harus ada pengecekan
Sedangkan untuk pemeliharaan jangka panjang setelah memakai, hal tersebut dilaporkan pada saat
seperti pengecekan bangunan sekolah dilakukan rapat koordinasi setiap bulan. Peguyuban wali
jika ada laporan kepada kepala sekolah jika ada murid juga ikut serta berperan dalam pengevalu-
kerusakan mengenai bangunan sekolah. asian sarana dan prasarana yaitu dengan cara ikut
Penginventarisasian sarana dan prasarana melakukan pengecekan di kelas dan lingkungan
merupakan kegiatan pencatatan semua sarana dan sekitar sekolah yang selanjutnya akan ditindak-
prasarana di sekolah secara teratur dan lengkap lanjuti oleh kepala sekolah.
sesuai ketentuan yang berlaku. Penginventarisasian
sarana dan prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota PEMBAHASAN
Malang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.
Inventarisasi di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang TK Negeri Pembina 3 Kota Malang mela-
dilakukan apabila sarana dan prasarana tersebut kukan perencanaan sarana dan prasarana pada
baru datang, hal tersebut dilakukan agar mudah saat umunya, yaitu perencanaan tersebut dilakukan
melakukan pendistribusian sarana dan prasarana. dengan cara pembuatan program tahunan,
Setelah dilakukan pencatatan pada awal, selanjutnya penentuan kebutuhan. Langkah yang dilakukan oleh
apabila koordinator atau guru kelas meminta sarana sekolah yaitu dengan melakukan rapat koordinasi
dan prasarana untuk di kelas yang dipegang maka yaitu oleh kepala sekolah, koordinator sarana dan
guru tesebut memiliki tanggung jawab untuk prasarana, para guru, dan komite sekolah, kemudian
melakukan penginventarisasian terhadap sarana dan para anggota yang diikut sertakan berhak
prasarana yang ada di kelas. Sedangkan untuk memberikan saran atau opini untuk kelangsungan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah maka program yang direncanakan, dan mengimplemen-
menjadi tanggung jawab koordinator sarana dan tasian rencana program tersebut. Namun ada yang
prasarana sekolah. membedakan dari prosedur tersebut, yaitu tidak
Penghapusan sarana dan prasarana seimbangnya antara anggaran dan rencana
merupakan kegiatan meniadakan sarana dan program. Jika terdapat hal seperti itu maka harus
prasarana yang sudah tidak memiliki nilai guna. menentukan skala prioritas.
Lestari dkk, Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia Dini 381

TK Negeri Pembina 3 Kota Malang jarang pada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008.
mendapatkan bantuan dari pemerintah sesuai Sedangkan sarana dan prasarana yang ada di
dengan prosedur yang berlaku dikarenakan bantuan sekolah ini masih layak untuk dipakai. Jika ada
dari pemerintah pun dalam jumlah yang terbatas kerusakan terhadap sarana dan prasarana sekolah
sehingga sekolah menggunakan alternatif lain untuk masih dapat diperbaiki dan digunakan kembali.
memenuhi kebutuhan sarana dan parasarana Menurut Bafadal (2008:62) “ penghapusan
sekolah dalam hal ini contohnya dengan pembelian merupakan kegiatan memindahkan barang-barang
sendiri menggunakan anggaran sekolah, selain itu milik lembaga (dapat juga sebagai milik negara)
juga sumbangan dari wali murid yang tidak mesti dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan
datangnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang perundang-undangan yang berlaku”. Menurut
ada bahwa di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang, Barnawi dan Arifin (2012:79) “penghapusan sarana
menggunakan dana dari pemerintah untuk dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban
Pendistribusian di TK Negeri Pembina 3 Kota yang berlaku dengan alasan yang dapat
Malang dilakukan secara langsung. Namun sarana dipertanggungjawabkan”. TK Negeri Pembina 3
dan prasarana tersebut akan didistribusikan Kota Malang penghapusan yang dilakukan oleh
terhadap masing-masing kelas jika ada pengajuan sekilah tidak sesuai dengan teori di atas. Hal
dari koordinator atau guru kelas. Pendistribusian tersebut dapat terjadi karena sekolah ini belum
tersebut akan dilakukan jika sarana dan prasarana melakukan proses penghapusan barang atau
tersebut telah dicatat oleh koordinator sarana dan perlengakapan sekolah, karena sekolah ini berdiri
prasarana sekolah. TK Negeri Pembina 3 Kota pada tahun 2007 dan beroperasi pada tahun 2008,
Malang bahwa pendistribusian di sekolah ini serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah
dilakukan pada umumnya, yaitu secara langsung. ini belum memenuhi syarat untuk dilakukan
Hal tersebut sesuai dengan teori di atas yang penghapusan.
menyebutkan bahwa ada dua sistem dalam Menurut Thoha (dalam Wiyono dan Sunarni
pendistribusian sarana dan prasarana, yaitu: (a) 2009:1) “suatu kegiatan yang terencana untuk
sistem secara langsung; (b) sistem secara tidak mengetahui keadaan suatu objek dengan
langsung (Bafadal, 2008:38). menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
TK Negeri Pembina 3 Kota Malang dalam dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kegiatan pemeliharaannya dilakukan secara kesimpulan”. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai
berkala yaitu dengan cara membersihkan lantai suatu proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
maupun pengecekan sarana dan prasarana yang menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk
lainnya. Untuk pemeliharaan jangka panjang pertimbangan dalam pengambilan keputusan
berupa pengecekan bangunan sekolah juga Worthen dan Sanders (dalam Wiyono dan Sunarni:
dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan teori di atas 2009). Berdasarkan paparan data di atas bahwa
bahwa pemeliharaan dibagi menjadi tiga yaitu: (a) evaluasi yang dilakukan di TK Negeri Pembina 3
perawatan rutin; (b) perawatan darurat; dan (c) Kota Malang sesuai dengan teori di atas, yaitu
perawatan preventif. dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
Penginventarisasian sarana dan prasarana di menyajikan informasi dalam hal ini kegiatan
TK Negeri Pembina 3 Kota Malang sesuai dengan tersebut dilakukan oleh peguyupan kelas dan guru
teori di atas, yaitu di sekolah ini melakukan kegiatan kelas untuk melakukan pengecekan yang
inventarisasi dengan cara pada saat barang baru kemudian dilaporkan kepada sekolah, dan
datang dilakukan pencatatan atau penginven- dikoordinasikan dengan pihak yang berwenang.
tarisasian untuk mempermudah, inventarisasi
dilakukan oleh koordinator sarana dan prasarana KESIMPULAN DAN SARAN
untuk sarana dan prasarana sekolah, sedangkan
untuk sarana dan prasarana kelas dilakukan oleh Kesimpulan
koordinator atau guru kelas masing-masing, dan
Berdasarkan penelitian diatas dapat
melakukan pelaporan yang bertujuan untuk
disimpulkan bahwa perencanaan sarana dan
mengetahui barang apa saja yang dapat digunakan
prasarana di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang
dan tidak dapat digunakan.
berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah
Penghapusan di TK Negeri Pembina 3 Kota
dan didelegasikan kepada koordinator sarana dan
Malang belum dilakukan karena sekolah ini berdiri
382 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 376-382

prasarana sekolah. Kegiatan yang dilakukan yaitu Penghapusan belum dilakukan. Jika ada
mulai dari penyusunan rencana program dengan barang yang rusak masih dapat diperbaiki dan
acuan RAPBTK, dengan rapat koordinasi yang belum layak untuk dilakukan penghapusan.
melibatkan kepala sekolah, koordinator sarana dan Evaluasi di TK Negeri Pembina 3 Kota Malang
prasarana, guru kelas, dan komite sekolah. dilakukan setiap sebelum dan sesudah kegiatan
Pengadaan sarana dan prasarana di TK dilakukan. Kegiatan ini dibantu oleh peguyuban wali
Negeri Pembina 3 Kota Malang dilakukan menurut murid juga ikut serta berperan dalam evaluasi
skala prioritas atau sesuai kebutuhan dari masing- sarana dan prasarana yaitu dengan cara ikut
masing kelas. Pengadaan sarana dan prasarana melakukan pengecekan di kelas dan lingkungan
di sekolah tersebut menggunakan tiga jenis dana sekitar sekolah yang selanjutnya akan
yaitu : (1) iuran komite (SPP), (2) DPP sekolah, ditindaklanjuti oleh kepala sekolah.
dan (3) pemerintah. Pengadaan sarana dan
prasarana di sekolah ini dilakukan oleh tim, yaitu Saran
terdiri dari kepala sekolah, koordinator sarana dan
prasarana, guru, serta komite sekolah. Berdasarkan penelitian ini maka ada
Pendistribusian di sekolah ini menggunakan beberapa saran yang ditujukan kepada Kepala
pendistribusian secara langsung. Pr oses Sekolah TK Negeri Pembina 3 Kota Malang, yaitu
pendistribusian sarana dan prasarana ini dilakukan hendaknya lebih mengintensifkan penginventari-
dengan cara guru atau koordinator kelas memberi sasian sarana dan prasarana agar di sekolah
laporan kepada koordinator sarana dan prasarana memiliki arsip untuk sarana dan prasarana yang
untuk meminta barang yang dibutuhkan, kemudian ada di kelas. Koordinator Sarana Dan Prasarana
koordinator sarana dan prasarana memberikan TK Negeri Pembina 3 Kota Malang, yaitu
barang tersebut dengan bukti penginventarisasi hendaknya lebih meningkatkan koordinasi dan
barang tersebut. memaksimalkan anggaran untuk pengadaan sarana
Pemeliharaan sarana dan prasarana di dan prasarana agar sekolah lebih maju untuk ke
sekolah ini dilakukan setiap hari dan secara berkala. depannya. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan,
Untuk pemeliharaan alat pembelajaran dilakukan yaitu hendaknya tetap mempertahankan dan
oleh masing-masing guru kelas setelah selesai menambah referensi untuk mata kuliah manajemen
melakukan pembelajaran. Penginventarisasian di sarana dan prasarana agar mahasiswa lebih mudah
sekolah ini dilakukan pada saat barang datang, hal dalam mengakses. Dan untuk Orang-tua/Wali
tersebut ditempuh agar barang tersebut mudah Murid hendaknya lebih memperhatikan dan
dalam pendistribusian ke masing-masing kelas atau memahami tentang pentingnya pendidikan,
unit yang membutuhkan, dan dilakukan oleh khususnya manajemen sarana dan prasarana. Dan
masing-masing koordinator kelas, agar pada saat untuk peneliti lain diharapkan dapat memberikan
pengecekan barang mudah dan pada saat wawasan dan informasi mengenai penelitian yang
melakukan pelaporan mudah. Namun untuk sarana sejenis sehingga lebih memaksimalkan hasil yang
dan prasarana sekolah penginventarisasian diperoleh peneliti selanjutnya yang difokuskan
dilakukan oleh koordinator sarana dan prasarana terhadap penghapusan sarana dan prasarana.
sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I. 2008. Manajemen Perlengkapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Barnawi dan Arifin, M. 2012. Manajemen Pendidikan Nasional. 2003. Bandung:
Sarana dan Prasarana. Jogjakarta: Ar- Citra Umbra.
ruzz Media Wiyani dan Barnawi. 2014. Format PAUD.
Moleong, L. J. 2012. Metodelogi Penelitian Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Wiyono, B.B dan Sunarni. 2009. Evaluasi
Rosdakarya. Program Pendidikan dan Pembelajaran.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UM.
PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Siti Zaenab

e-mail: buzaenab99@gmail.com
STAHN Gde Pudja Mataram, Jln Pancaka N0 7B Mataram Lombok

Abstract: This research is focused on improvement of childhood educational Management playgroup


in Cakranegara Mataram, using an action research approach. The purpose of this research to expand
the childhood educational Management especially in planning, organizing, actuating, and controlling.
This qualitative research is in action research that emphasizes an trying out the concept of ideas into
practices and it is hoped to decrease the quality of the childhood educational program playgroup
Cakranegara of this research was started by making a prestudy at the childhood education playgroup
to get some informations from the manager about the actualization the planning, organizing, activiting
and controlling. Techniques for data collectons are: (1) interview; to get a certain data from the
informan who are involved in the activities of the childhood educational program playgroup, (2)
Observation; to get data about the actualization of the childhood educational program playgroup,
(3) Documentation by direct observation. the research are : Planning, Organizing, Actuating,
Controlling, at first hasn’t been well done yet, based on the theory, but there is a significant.

Keyword: improvement of child education, playgroup

Abstrak: Penelitian ini difokuskan pada peningkatan masa Manajemen pendidikan playgroup di
Cakranegara Mataram, menggunakan pendekatan penelitian tindakan. Tujuan dari penelitian ini untuk
memperluas Manajemen pendidikan anak usia dini terutama dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Penelitian kualitatif ini adalah penelitian tindakan yang menekankan
pada percobaan konsep ide ke dalam praktik dan diharapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
anak usia playgroup Program Cakranegara penelitian ini dimulai dengan membuat studi awal di
playgroup pendidikan anak usia dini untuk mendapatkan beberapa informasi dari manajer tentang
aktualisasi perencanaan, pengorganisasian, activiting dan pengendalian. Teknik untuk mengumpulkan
data: (1) wawancara; untuk mendapatkan data tertentu dari informan yang terlibat dalam kegiatan
program pendidikan anak usia playgroup, (2) Pengamatan; untuk mendapatkan data tentang aktualisasi
playgroup program pendidikan anak, (3) Dokumentasi oleh pengamatan langsung. penelitian ini
adalah: Perencanaan, Pengorganisasian, Actuating, Controlling, pada awalnya belum dilakukan dengan
baik namun, berdasarkan teori, tapi ada yang signifikan.

Kata kunci: perbaikan, pendidikan anak, kelompok bermain

Upaya mewujudkan sumberdaya manusia yang baik sosial, ekonomi, mental dan berakhlak mulia
memiliki budi pekerti, diperlukan ilmu pengetahuan serta berkepribadian mulia.
dan keterampilan diperlukan adanya pembinaan Berbagai fenomena anak usia dini tersebut di
sejak dini, pendidikan anak usia dini (PAUD). atas, Pendidikan Anak Usia Dini Kelompok Bermain
Kelompok Bermain merupakan salah satu aspek “Asri Tunggal” merasa terpanggil untuk melakukan
yang sangat penting untuk mendorong tumbuhnya penelitian Salah satu bentuk satuan pendidikan
rasa percaya diri, motivasi belajar dan keterampilan prasekolah dijalur pendidikan adalah pendidikan
dasar berbahasa pada anak. anak usia dini. Eksistensi dan esensi lembaga
Mengingat pentingnya pembinaan anak usia pendidikan anak usia dini ini dalam kerangka
dini, guna membantu mempersiapkan pertumbuhan pembangunan pendidikan Nasional secara resmi
dan perkembangan anak pada masa awal usia, diakui di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
agar dapat menjadi generasi penerus yang mandiri 27 Tahun 1990. Penyelenggaraan pendidikan taman

383
384 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini secara alamiah untuk mengenal diri, orang lain, dan
dalam Kelompok Bermain dimaksudkan untuk lingkungannya. Oleh karena itu, bermain
membantu meletakan dasar kearah perkembangan merupakan cara belajar yang paling baik untuk
sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya mengembangkan kemampuan anak didik di
cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam kelompok bermain. Aplikasi bermain disini sebagai
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta bentuk kegiatan belajar Anak Usia Dini berupa
untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. permainan yang dapat mener angkan daya
Terkait dengan aturan terbaru tentang fantasinya sehingga kreatifitas dapat berkembang.
pendidikan anak usia dini, pemerintah telah Selain itu, disini harus mampu membuat anak didik
menjabarkan isi dari Peraturan Pemerintah Nomor merasa senang.
19 Tahun 2005 tentang standar Pendidikan ke Bercermin pada kondisi di atas, untuk
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional merealisasikan Undang-Undang Nomor 32
(Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2009 tentang Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka
Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam secar a la ngsung ber pengar uh ter hadap
Permendiknas tersebut ditegaskan kembali tentang per encana an pelaksanaan dan evalusai
pembagian pendidikan anak usia dini menjadi tiga pendidikan perlu diupayakan sumber daya
yaitu pendidikan anak usia dini formal yang terdiri manajemen yang tepat dan pengembangan
dari Taman Kanak-Kanak atau Raudhatul Athfal, sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
pendidikan anak usia dini nonformal yang terdiri lapangan. Hal tersebut sejalan pula dengan
dari Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Posyandu atau bentuk lain yang sederajat dan Sistem Pendidikan Nasional yang kegiatan
pendidikan anak usia dini informal yang penataan manajemen pendidikan dalam berbagai
diselenggarakan di keluarga. Salah satu jenis jalur dan jenjang pendidikan terutama pada
pendidikan anak usia dini informal yang sudah tingkat operasional pendidikan anak usia dini
dikenal adalah homeschooling (sekolah di (PAUD), Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
keluarga) dan Sekolah Tinggi. Program pendidikan anak
Lahirnya Permendiknas Nomor 58 Tahun usia dini kelompok bermain yang dalam
2009 telah berdampak pada perubahan struktur penyelenggaraan manajemen masih kurang
pada manajemen antara lain: (1) Direktorat profesional hanya dilaksanakan berdasarkkan
Jenderal PNFI Kemdiknas RI telah merubah pengalaman yang dimiliki, sehingga dampaknya
menjadi PAUDNI, (2) Struktural Direktorat adalah bahwa program ini tidak berjalan sesuai
Pendidikan Anak usia Dini yang semula bersifat dengan yang diharapkan. Oleh karena itu perlu
vertikal terdiri dari Kasubdit KB, TPA, SPS dan dikembangkan manajemen yang profesional
kemitraan telah berubah menjadi horisontal yang agar pelaksanaan Program pendidikan anak usia
terdiri Kasubdit sarana dan prasar ana. dini kelompok bermain dapat berjalan secara
Pembelajaran dan peserta didik, program, evaluasi profesional.
lembaga dan kemitraan dibawah Direktorat Jendral Tujuan umum penelitian yaitu pengembangan
PAUDNI Kemendikbud Republik Indonesia. perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
Bafadal (2004) menyatakan penyelengga- pengawasan PAUD Kelompok Bermain “Asri
raan pendidikan anak usia dini tidak semudah yang Tunggal” di Cakranegara Mataram. Adapun tujuan
kita bayangkan. Pendidikan anak usia dini tidak khusus dari penelitian ini adalah (1) Untuk
hanya sebagai lembaga penganti keluarga bagi mendiskripsikan, menganalisis dan mengem-
anak didik diluar rumahnya. Pendidikan anak usia bangkan perencanaan program PAUD Kelompok
dini merupakan lembaga pendidikan yang Bermain Cakranegara Mataram (2) Untuk
dipersiapkan untuk membantu anak didik dalam mendiskripsikan, menganalisis dan mengem-
rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan bangkan pengorganisasian program PAUD
dan pengembangan kemampuan dasar yang ada Kelompok Bermain Cakranegara Mataram. (3)
pada diri anak didik sesuai dengan tahap-tahap Untuk mendiskripsikan, menganalisis dan
perkembangannya. mengembangkan penggerakkan program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) rata-rata Kelompok Bermain Cakranegara Mataram (4)
berusia 0 sampai 7 tahun. Seseorang dengan usia Untuk mendiskripsikan, menganalisis dan
seperti itu biasanya selalu senang bermain. Bagi mengembangkan pengendalikan program PAUD
anak seusia itu, bermain merupakan kegiatan Kelompok Bermain Cakranegara Mataram.
Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 385

METODE berkaitan dengan program pendidikan anak usia


dini Kelompok Bermain “Asri Tunggal”, (2)
Penelitian ini merupakan penelitian
observasi peran serta dilakukan semata-mata untuk
pengembangan yakni melakukan dengan studi awal
memperoleh data tentang pelaksanaan program
di lembaga pendidikan anak usia dini Kelomok
pendidikan anak usia dini Kelompok Bermain “Asri
Bermain “Asri Tunggal’ Cakranegara Kota
Tunggal” (3) dokumentasi melalui pengamatan
Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dasar
langsung oleh peneliti.
pertimbangan pemilihan lokasi untuk menggali
Untuk itu pendekatan yang digunakan dalam
informasi kepada kepala sekolah tentang
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif
pengembangan manajemen PAUD dimulai dari
yaitu suatu pendekatan yang kegiatanntut peneliti
perencanaan, pengorganisasian, pengerakkan dan
melakukan ekplorasi baik secara menyeluruh
pengawasan.
maupun terfokus, dalam mendapatkan pemahaman
Teknik pengumpulan data yang digunakan
yang lebih jelas dan mendalam terhadap obyek
dalam penelitian ini adalah (1) wawancara
yang diteliti. Pendekatan kualitatif merupakan salah
mendalam artinya untuk memperoleh data dari
satu pendekatan yang berorientasi pada gejala-
informan-informan yang telah ditentukan oleh
gejala yang bersifat wajar dan alamiah. Karena
kepala sekolah PAUD tentang kegiatan yang

Studi eksplorasi
Observasi Refleksi Identifikasi
Diskusi awal masalah
Wawancara

Pelasanaan siklus 1

Perenc Pelaks Observasi Refleksi Revisi


tindakan tindakan

Pelaksanaan siklus 2

Perenc Pelaks
Observasi Refleksi Revisi
tindakan tindakan

Pelaksanaan siklus 3

Selesai
Perenc Pelaks laporan
Refleksi Revisi
tindakan tindakan penelitian

Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan


386 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik upaya-upaya yang mengarah ke tingkat perbaikan
dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak yang lebih baik yang disesuaikan berdasarkan
bisa dilakukan di laboratorium melainkan langsung situasi dan kondisi serta kebutuhan peserta didik
di lapangan. serta masyarakat yang ada di sekitarnya yang
Selain itu juga, penggunaan pendekatan peduli dengan pendidikan anak usia dini.
kualitatif ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu: Pengorganisasian kegiatan menunjukan hasil
(1) karena penelitian tidak bersifat homogen, dan pengembangan sudah terdapat peningkatan dalam
(2) penelitian ini dimaksudkan untuk mengung- kegiatan pengembangan dalam bidang pengorga-
kapkan tentang pengembangan manajemen nisasian namun masih perlu melakukan upaya­­
pendidikan anak usia dini pada PAUD “Asri upaya yang mengarah ke tingkat perbaikan yang
Tunggal” kemudian dapat disimpulkan menjadi lebih baik berdasarkan situasi dan kondisi serta
kenyataan yang bersifat khusus. Oleh karena kebutuhan peserta didik serta masyarakat yang ada
penelitian ini merupakan penelitian pengembangan di sekitarnya yang peduli dengan pendidikan anak
maka untuk mewujudkan maksud tersebut usia dini.
dirancang dengan menggunakan rancangan Pengerakkan menunjukkan hasil sudah
penelitian tindakan (action research). Penelitian terdapat peningkatan dalam kegiatan pengem-
tindakan merupakan penelitian yang dilakukan bangan dalam bidang pengerakkan/pengaktifan
secara sistematis dan terencana, namun kadang- namun masih perlu melakukan upaya-upaya yang
kadang masih diragukan kadar keilmiahannya. Jika mengarah ke tingkat perbaikan yang lebih baik
dilihat dan prosedur pelaksanaannya, kadar berdasarkan situasi dan kondisi serta kebutuhan
keilmiahan penelitian tindakan tidak jauh beda perserta serta masyarakat yang ada di sekitarnya
dengan desain penelitian lain. yang peduli dengan pendidikan anak usia dini.
Prosedur penelitian dimulai dari studi awal Pengawasan hasil ini menunjukkan sudah
yang terdiri dari studi eksplorasi baik terfokus terdapat peningkatan dalam kegiatan pengem-
maupun menyeluruh melalui observasi, wawan- bangan dalam bidang pengawasan namun masih
cara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil studi perlu melakukan upaya-upaya yang mengarah ke
awal dilakukan identifikasi masalah dan selanjutnya tingkat lebih baik berdasarkan situasi dan kondisi
mempersiapkan langkah-langkah yang dipersiap- serta kebutuhan peserta didik serta masyarakat
kan untuk melakukan tindakan pengembangan yang ada di sekitarnya yang peruli terhadap
dengan cara menceritakan permasalahan yang pendidikan anak usia dini.
ditemukan kepada kepala sekolah pendidikan anak
usia dini Kelompok Bermain serta mengajak PEMBAHASAN
kerjasama dalam melakukan pengembangan
pendidikan anak usia dini berdasarkan teori yang Berdasarkan hasil penelitian bahwa terlihat
ada. Selanjutnya melakukan siklus pengembangan bahwa ada kemajuan yang telah dilakukan oleh
yang terfokus pada perencanaan, pengorganisasian, PAUD Kelompok Bermain “Asri Tunggal’ sangat
penggerakkan dan melakukan evaluasi hasil banyak perubahan yang menyangkut konsep dan
pengembangan yang telah dilakukan. Peneliti cara penyusunan perencanaan, pembuatan dan
mengukur tingkat keberhasilan yang telah dilakukan pelaksanaan sruktur pengorganisasian, pengaktifan
selama tindakan berlangsung. Membandingkan dan pengendahan walaupun masih diperlukan
hasil studi awal dengan hasil pengembangan. Disini upaya-upaya perbaikan lebih keras dan lebih baik
akan terlihat perbedaan hasil studi awal dengan lagi, agar pelaksanaan kegiatan di lembaga
hasil setelah melakukan tindakan pengembangan. pendidikan anak usia dini Kelompok Bermain “Asri
Jika hasil pengembangan lebih baik berarti tindakan Tunggal’ dapat lebih baik dan maju.
yang dilakukan dapat dikatakan berhasil. Secara Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
sederhana pelaksanaan siklusnya dapat dilihat pada bahwa pada saat studi awal dan setelah melakukan
diagram di atas. pengembangan bahwa pada siklus pertama
menunjukkan bahwa perencanaan pada awalnya
HASIL
belum dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat
dari beberapa kegiatan terutama proses belajar-
Aspek perencanaan terdapat peningkatan mengajar serta pengaturan atau pengelompokkan
dalam kegiatan pengembangan dalam bidang peserta didik dilakukan secara sederhana dan
perencanaan namun masih perlu melakukan belum melakukan pengorganisasian terhadap
Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 387

peserta didik secara aktif, sehingga hasil yang ditemukan indikasi atau gejala-gejala yang
diperoleh belum begitu maksimal. menunjukkan kekurangmampuan kepala sekolah
Pada siklus kedua hasil pengamatan dalam melakukan perencanaan. Atmodiwiryo
menunjukkan adanya peningkatan dalam (2000) mengemukakan bahwa perencanaan, yaitu:
pengelolaan proses acuan pola kegiatan (1) permasalahan yang merupakan berkaitan
pembelajaran baik dari segi perencanaan, antara tujuan dengan sumber dayanya, (2) cara
pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan. untuk mencapai tujuan atau sasaran rencana
Hal ini dapat dilihat dari segi pengaturan ruangan dengan memperhatikan sumber dayanya dan
maupun pengelompokkan peserta didik sehingga alternatif atau kombinasi alternatif yang dipandang
memudahkan pendidik atau tenaga kependidikan baik, (3) penterjemahan rencana dalam program
dalam pemantauan proses acuan kegiatan pembe- kerja yang kongkrit, dan (4) penetapan jangka
lajaran. Begitu juga dengan hasil yang ditunjukkan waktu pencapaian tujuan atau sasaran.
pada siklus ketiga bahwa hasil pengamatan Jika dikaitkan dengan pernyataan tersebut di
kegiatannjukkan adanya peningkatan yang atas akan dapat diketahui bahwa kepala sekolah
semakin baik dari siklus kedua jika dibandingkan belum memahami konsep perencanaan meskipun
dengan kegiatan-ke-giatan sebelumnya. secara operasionalnya sudah bisa berjalan akan
Pembahasan atau diskusi hasil penelitian tetapi masih mengikuti petunjuk pelaksanaan
berdasarkan data dan temuan penelitian di maupun petunjuk teknis yang diperoleh dari
lapangan tersebut menggambarkan beberapa hal instansi terkait yang membidangi masalah
yang berkaitan dengan pengembangan Manaje- Pendidikan non formal dalam hal ini Dinas
men PAUD Kelompok Bermain “Asri Tunggal” Pendidikan Kota Mataram.
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan Dari hasil pengamatan terhadap tindakan
serta pengawasan program Pendidikan anak usia yang dilakukan didapatkan bahwa pada awalnya
dini yang dilaksanakan pada Kelompok Bermain kepala sekolah, pendidik maupun tenaga
“Asri Tunggal” Cakranegara Provinsi Nusa kependidikan lainnya masih belum memahami
Tenggara Barat dapat terlihat sebagai berikut. konsep perencanaan program terutama program
Perencanaan merupakan salah satu aspek acuan kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan
yang harus dirumuskan terlebih dahulu dalam dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan terutarna
rangka menetapkan tujuan organisasi. Hal ini yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar
senada dengan pendapat Boone & Kurtz (1984) mengajar masih belum kegiatannjukkan hasil yang
yang mengatakan bahwa perencanaan adalah memuaskan.
suatu proses dimana kepala sekolah menentukan Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh
tujuan, nilai masa depan dan mengembangkan selanjutnya peneliti melakukan identifikasi terhadap
seperangkat tindakan untuk mencapai tujuan. masalah-masalah yang dihadapi lalu melakukan
Akan tetapi Pidar ta (1990) membagi diskusi dengan kepala sekolah bersama pendidik
perencanaan menjadi dua jenis jika dilihat dari asli lainnya guna mencari solusi ter baik serta
atau tidaknya obyek yang direncanakan. melakukan siklus-siklus pengembangan seperti
Perencanaan yang pertama disebut perencanaan yang tertera dalam r ancangan penelitian
pengembangan sedangkan jenis yang kedua sebelumnya.
disebut perencanaan perbaikan. Lebih lanjut Disamping itu juga para pendidik beserta
dijelaskan bahwa perencanaan pengembangan tenaga pengajar lainnya belum dapat melakukan
adalah perencanaan yang bermaksud mengem- perencanaan acun kegiatan pembelajaran dengan
bangkan suatu lembaga pendidikan sehingga baik. Hal ini dibuktikan bahwa setiap pendidik
menjadi lebih lengkap. Sedangkan perencanaan masih belum memiliki perangkat dan persiapan
perbaikan adalah usaha untuk memperbaiki salah belajar mengajar sehingga, hasil yang diperolehpun
satu unit kerja yang sudah ada pada suatu lembaga masih jauh dari yang diharapkan.
pendidikan anak usia dini; sementara unit kerja Setelah dilakukan pengembangan terhadap
yang lama itu ditingkatkan produktifitasnya baik perencanaan pembelajaran serta dilihat dari hasil
dari segi kualitas maupun kuantitas. pengamatan siklus demi siklus terjadi peningkatan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan pada kemampuan dan keterampilan dalam merenca-
saat melakukan studi awal baik melalui observasi nakan proses pembelajaran. Setiap tahapan siklus
maupun wawancara dengan kepala sekolah merupakan latihan bagi kepala sekolah maupun
maupun stakeholder pihak-pihak terkait lainnya pendidik dan tenaga kependidikan dalam membuat
388 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

perencanaan berdasarkan konsep teori manajemen Lebih lanjut Fattah (1999) mengemukakan
yang ada. Adapun temuan-temuan yang diperoleh bahwa hat-hal yang harus dilakukan dalam merinci
pada siklus pertama kegiatannjukkan masih perlu pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa
adanya pembinaan terhadap kepala sekolah yang harus dilakukan untuk mencapi tujuan
maupun pendidik untuk meningkatkan dan organisasi. Sedangkan dalam membagi pekerjaan
mengembangkan cara menyusun perencanaan. adalah membagi seluruh beban kerja menjadi
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh
menyusun perencanaan proses kegiatan perorangan maupun kelompok. Adapun
pembelajaran di kelas antara lain sebagai berikut: menggabungkan pekerjaan maksudnya mengga-
(1) cara mengidentifikasi kebutuhan peserta didik; bungkan pekerjaan para anggota secara rasional
(2) cara merekrut calon peserta didik; (3) cara dan efisien serta pengelompokkan tugas yang saling
menyusun program kegiatan pembelajaran berkaitan jika organisasi sudah maju atau komplek,
berlangsung; (4) cara membentuk pengembangan maka mekanisme kerja untuk mengkoordinasi
prilaku, pengembangan kemampuan dasar pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.
berbahasa; (5) menyiapkan alat dan bahan Berdasarkan temuan yang diperoleh di
pelajaran; dan (6) menyusun jadwal kegiatan lapangan, nampaknya bidang pengorganisasian
pembelajaran. belum mendapat perhatian yang serius baik oleh
Siklus pertama ini kepala sekolah beserta pihak kepala sekolah maupun pengelola lainnya.
pendidik masih terbawa oleh kebiasaan dalam Begitu pula halnya dengan pengorganisasian acuan
melakukan perencanaan yang bersifat konfensi- kegiatan pembelajaran masih belum mendekati
onal. Hal ini terlihat dari cara pendidik menyam- sempurna. Hal ini terlihat dari proses belajar
paikan materi acuan kegiatan pembelajaran masih mengajar yang berlangsung sebelum melakukan
bersifat apa adanya, artinya tanpa memiliki tindakan pengembangan masih kegiatannjukkan
persiapan yang lengkap, sebagaimana layaknya hasil yang kurang baik.
persiapan guru yang mengajar. Oleh karena itu Akan tetapi setelah melakukan tindakan
sebelum melakukan siklus kedua peneliti mengajak pengembangan melalui siklus-siklus terdapat
kepala sekolah bersama pendidik melakukan perubahan yang cukup berarti, artinya kegiatan
diskusi serta memberikan masukan-masukan yang tadinya belum dapat dilaksanakan dengan
tentang cara menyusun perencanaan acuan baik dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. Indikasi
kegiatan pembelajaran agar dapat memperoleh yang dijadikan tolok-ukur keberhasilan dalam
hasil yang memuaskan. bidang pengorganisasian antara lain (1) mampu
Pada siklus kedua berdasarkan hasil diskusi merinci pekerjaan dengan baik dengan cara
yang dilakukan bersama kepala sekolah langsung menentukan tugas-tugas yang harus dikerjakan
diaplikasikan dan ternyata hasilnya cukup baik oleh pendidik untuk mencapai tujuan, (2) mampu
dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan membagi seluruh bidang kerja menjadi kegiatan-
dan keterampilan terhadap kepala sekolah maupun kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh kepala
pendidik dalam menyusun perencanaan terutama, sekolah maupun pendidik, dan (3) mampu
perencanaan acuan kegiatan pembelajaran. menggabungkan pekerjaan para pendidik dengan
Meskipun terdapat peningkatan pada siklus kedua cara yang rasional dan efisien.
bukan berarti siklus ketiga tidak dilakukan. Bidang pengorganisasian permasalahan yang
Sedangkan siklus ketiga dilakukan dalam membutuhkan penanganan yang serius tidak
rangka lebih meningkatkan kemampuan banyak ditemukan karena sebagian besar
perencanaan untuk mendapatkan hasil yang lebih permasalahan pengorganisasian dapat diatasi.
baik dari kegiatan sebelumnya. Setelah program Namun demikian upaya perbaikan maupun
direncanakan, maka langkah berikutnya adalah pengembangan masih perlu dilakukan untuk
pengorganisasian program. Pengorganisasian memperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu
merupakan proses membagi kerja ke dalam tugas- kegiatan siklus demi siklus tetap dilakukan untuk
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas mengetahui tingkat perkembangan yang diperoleh
itu kepada orang yang sesuai dengan kemampu- untuk masing-masing kepala sekolah dan pendidik
annya, dan mengalokasikan sumber daya, serta dengan langkah yang ada.
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas Sedangkan kemampuan pendidik dalam
dan pencapaian tujuan organisasi (Fattah, 1999). melakukan pengorganisasian acuan kegiatan
pembelajaran masih perlu diperhatikan dan terus
Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 389

ditingkatkan. Karena berdasarkan pengamatan Kegiatan pengaktifan merupakan upaya yang


bahwa sebagian besar pendidik belum memahami dilakukan oleh seorang kepala sekolah agar orang-
bagaimana cara pengorganisasian pembelajaran orang yang ada dalam lembaga tersebut dapat
dengan baik meskipun proses belajar mengajar bekerja secara optimal. Salah satu upaya yang
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu melalui dapat dilakukan adalah dengan memotivasi atau
perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada setiap merangsang pendidik untuk melaksanakan tugas
siklus diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dengan baik.
para pendidik dalam mengorganisasikan acuan Agar dapat melaksanakan fungsi pengaktifan
kegiatan pembelajaran dengan baik. dengan baik perlu diberikan pengarahan-
Setelah melakukan perbaikan pada siklus pengarahan agar dapat meningkatkan kinerja
pertama, pada siklus kedua terdapat peningkatan kepala sekolah maupun pendidik lainnya. Handoko
pemahaman yang cukup berar ti mengenai (1999) mengemukakan bahwa pengerakkan
pengorganisasian pembelajaran yang baik. Para berarti aktivitas mengarahkan, memimpin dan
pendidik sudah melakukan pengorganisasian acuan memperngaruhi bawahan. Sedangkan kegiatanrut
kegiatan pembelajar an serta perangkat Koontz dan O’Donnel (dalam Hasibuan; 1999)
pembelajaran yang diperlukan. Kondisi ini sejalan bahwa penggerakan mempunyai hubungan erat
dengan pendapat Riyadi (2003) yang mengatakan antara aspek-aspek individu yang ditimbulkan oleh
bahwa pengorganisasian adalah (1) penentuan adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat
sumberdaya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuh- dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan
kan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) efisien untuk tujuan yang nyata.
perencanaan dan pembinaan suatu organisasi atau Pada prinsipnya setiap orang akan termotivasi
kelompok kerja yang akan dapat membawa hal- untuk melakukan sesuatu jika (1) yakin akan
hal tersebut ke arah tujuan, dan (3) tanggung jawab mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan
serta pendelegasian diperlukan kepada individu- tersebut dapat memberikan manfaat bagi dirinya,
individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau
sehingga diharapkan dapat kegiatan menunjukkan tugas lain yang lebih penting atau mendesak, (4)
peningkatan yang cukup berarti. tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
Meskipun terdapat peningkatan pada siklus bersangkutan, dan (5) hubungan antar teman dalam
kedua tidak dapat memberikan jaminan untuk tidak organisasi tersebut harmonis (Depdiknas: 2000).
melakukan siklus ketiga yang merupakan tahapan Penelitian ini ditemukan bahwa langkah-
yang lebih lanjut dalam rangka melakukan langkah yang diambil oleh kepala sekolah dan
peningkatan­­peningkatan yang lebih baik. Dengan pendidik. Pada awalnya masih belum baik yang
melakukan siklus demi siklus secara berkesi- disebabkan oleh tingkat pemahaman kepala sekolah
nambungan peningkatan yang cukup berarti dapat terhadap konsep pengaktifan masih rendah. Begitu
diperoleh dan kegiatan-kegiatan dapat terlaksana pula halnya dengan para pengelola program dan
dengan baik. pendidik masih belum memahami secara teknis
Pengerakkan atau Pengaktifan sangat tentang cara yang dilakukan dalam rangka
berhubungan erat dengan ketenagaan atau mengaktifkan pembelajaran dengan baik.
sumberdaya manusia yaitu hubungan antara individu Setelah melakukan kegiatan tindakan
yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap pengembangan pada siklus pertama peneliti sudah
tugas bawahan dan pembagian kerja yang lebih memahami kelemahan-kelemahan yang dimiliki
efektif dan efisien. Koontz dan O’Donnel (dalam oleh kepala sekolah maupun pendidik, oleh karena
Hasibuan; 1999) mengemukakan bahwa itu peneliti melakukan langkah-langkah seperti yang
penggerakkan mempunyai hubungan yang erat dilakukan pada kegiatan sebelumnya yaitu berdis-
antara aspek-espek individual yang ditimbulkan oleh kusi dengan kepala sekolah untuk memperoleh
adanya pengaturan terhadap bawahan untuk dapat pemahaman yang lebih baik agar dapat diterapkan
dimengerti dan pembagian kerja yang efektif dan pada kegiatan berikutnya.
efisien untuk tujuan yang nyata. Kegiatan pada siklus kedua membuktikan
Setelah perencanaan dan pengorganisasian adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan
terlaksana dengan baik maka langkah berikutnya pengelola maupun peserta didik. Hal ini terbukti
adalah bagaimana, menggerakkan atau melakukan dari prosentase kehadiran pendidik maupun peserta
pengaktifan terhadap program-program yang didik mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
sudah direncanakan dan diorganisir dengan baik. Salah satu upaya yang dilakukan oleh kepala
390 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 383-391

sekolah adalah dengan memotivasi pendidik Ada beberapa prinsip dasar yang dapat
beserta peserta didik dengan cara meningkatkan dilakukan dalam pengawasan agar mendapatkan
hubungan yang harmonis antara peserta didik hasil yang baik. Pengawasan bersifat membimbing
maupun orang tua murid serta masyarakat yang dan membantu mengatasi kesulitan bukan mencari
peduli pada pendidikan anak usia dini dengan para kesalahan. Untuk itu dalam melakukan penga-
pengelola dengan demikian suasana acuan kegiatan wasan para pengawas harus memfokuskan
pembelajaran dapat ditingkatkan dan hubungan perhatiannya pada usaha mengatasi hambatan
antara pserta didik dengan pengelola berjalan lebih yang dihadapi oleh para pelaksana program
kondusif. pendidikan anak usia dini kelompok bermain dan
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tidak semata-mata mencari kesalahan. Kalaupun
tugas sebuah lembaga atau organisasi hendaknya terpaksa harus ada kegiatan menunjukkan
menegakkan segala peraturan maupun disiplin kekeliruan harus disampaikan sendiri bukan
yang ada dalam organisasi tersebut. Adapun didepan orang lain. Balikan Feedback atau saran
pembinaan dilaksanakan dalam rangka meningkat- perlu segera diberikan. Hal in dimaksudkan agar
kan kecakapan serta ketrampilan pendidik atau yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas
tenaga kependidikan melalui pendidikan dan keterkaitan antara, saran dan balikan tersebut
pelatihan agar bawahan mau mendukung dan dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan
melaksanakan program yang sudah direncanakan balikan sebaiknya diberikan dalam bentuk diskusi
oleh atasan serta memberi tahu tugas-tugas serta dilakukan pembahasan terhadap masalah
mereka, disamping itu juga kepala sekolah perlu yang terjadi. Pengawasan dilakukan secara
memberi arahan-arahan supaya bawahan periodik. Artinya tidak ada kegiatan menunggu
mengetahui serta selalu ingat akan tugas-tugasnya. sampai terjadi hambatan. Jika tidak ada hambatan
Peningkatan maupun perbaikan-perbaikan kehadiran kepala sekolah akan dapat menum-
yang dihasilkan dari siklus kedua tidak diakhiri buhkan dukungan moral bagi pendidik atau tenaga
sampai disitu. Akan tetapi peningkatan­­ kependidikan yang sedang melaksanakan tugas.
peningkatan tersebut terus dikernbangkan kearah Pengawasan dilaksanakan dalam suasana
yang lebih baik melalui siklus ketiga. Kegiatan pada kemitraan. Suasana kemitraan akan memudahkan
siklus ketiga diharapkan lebih meningkatkan para pendidik serta tenaga kependidikan untuk
perbaikan yang diperoleh pada siklus pertama dan menyampaikan hambatan yang dihadapi sehingga
kedua sehingga hasil yang diperoleh cenderung dapat segera dicari solusinya. Suasana kemitraan
lebih meningkat lagi. juga akan menumbuhkan hubungan kerja yang
Pengawasan terdir i atas aspek yang harmonis dengan demikian akan tercipta tim kerja
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan yang solid dan kompak.
suatu program. Pengawasan me-rupakan suatu Temuan awal dilapangan membuktikan
kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi atau bahwa tingkat pengawasan yang dilakukan masih
memantau proses dan perkembangan pelaksanaan tergolong lemah. Hal ini dibuktikan oleh tingkat
program yang dilaksanakan dalam sebuah lembaga kehadiran pengawas dari pihak pemerintah dalam
melalui proses yang dilakukan secara sistematis hal ini Dinas Pendidikan Kota Mataram
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelak- (Diklusepora) yang ada di tingkat Provinsi masih
sanaan program dengan kriteria tertentu untuk kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
keperluan pembuatan keputusan. Kegiatan Untuk meningkatkan pengawasan program
pengawasan lebih menekankan pada aspek pendidikan anak usia dini peneliti melakukan diskusi
pemantauan pelaksanaan program maupun pada dengan kepala sekolah bersarna pendidik untuk
aspek pencapaian sasaran program. mencari solusi terbaik yang harus ditempuh agar
Disamping itu juga merupakan kegiatan yang dapat melakukan peningkatan peningkatan
dilakukan oleh kepala sekolah maupun pihak-pihak dibidang pengawasan. Untuk dapat melakukan
terkait yang bertanggungjawab terhadap peningkatan pengawasan acuan kegiatan
pelaksanaan program pendidikan anak usia dini pembelajaran diperlukan bimbingan kepala sekolah
kelompok bermain “Asri Tunggal” untuk dengan cara member ikan contoh-contoh
mengetahui tingkat pencapaian pelaksanaan pengawasan pembelajaran. Peranan kepala
program efektivitas serta efisiensi sumberdaya sekolah dalam rangka melakukan perbaikan serta
serta hasil dari proses program yang dilaksanakan. peningkatan kemampuan pengawasan sangat
penting. Kenyataan yang dilihat dari kegiatan siklus
Zaenab, Pengembangan Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini 391

yang dilakukan cenderung menunjukkan perbaikan dasar berbahasa, menyiapkan alat dan sarana
yang cukup berarti, sehingga kemampuan dalam prasarana, bahan pembelajaran, dan menyusun
melakukan pengawasan dapat ditingkatkan dengan jadwal pembelajaran. Terdapat perubahan
baik. pengorganisasi yang cukup berarti terutama dalam
Salah satu hal yang sangat penting untuk pengorganisasian acuan pola pembelajaran seperti
diperhatikan adalah bagaimana caranya membina menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan
dan menumbuhkan profesionalisme para pendidik anggota membagi bidang kerja menjadi kegiatan-
dan tenaga kependidikan sehingga para pendidik kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perorangan
maupun tenaga kependidikan lainnya mampu maupun kelompok, dan menggabungkan pekerjaan
mengikuti perkembangan dan pembaharuan di para pendidik serta tenaga kependidikan dengan
bidang pendidikan yang semakin pesat serta cara yang rasional dan efisien. Terdapat perubahan
diharapkan dapat menerapkannya dalam penggerakkan yang cukup ber arti seperti
pengembangan mutu bagi peserta didik. Dengan menegakkan segala peraturan dan disiplin,
dernikian diharapkan para pendidik atau tenaga pembagian tugas antara bawahan dan atasan, dan
kependidikan dapat selalu meningkatkan kualitas kerjasama antara atasan dan bawahan dimana
sumberdaya insani dalam mengajar dan mendidik. atasan memberikan arahan-arahan agar bawahan
mengetahui dan ingat akan tugasnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Kesimpulan
Terhadap keberhasilan pegawasan program
Secara umum terdapat perubahan perenca-
lebih-lebih jika dikaitkan dengan teori-teori yang
naan yang cukup berarti dimana suatu organisasi
ada akan tetapi setelah dilakukan pengembangan
perencanaan dapat mengidentifikasi program
terdapat perubahan yang cukup berarti seperti
pendidikan anak usia dini kelompok bermain yaitu:
membina dan kegiatanmbuhkan profesionalisme
peserta didik, merekrut calon peserta didik,
para pendidik dan tenaga kependidikan sehingga
menyusun program pembelajaran model area,
mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
membentuk pengembangan prilaku kemampuan
yang semakin pesat perkembangannya.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I, 2004. Dasar-Dasar Manajemen dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Supervisi Taman Kanak-Kanak. Penerbit Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang
Bumi Aksara Jakarta. Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Depdiknas. 2000. Konsep Dasar Pendidikan tertanggal 17 September 2009.
Pra Sekolah Materi Penataran Tertulis Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Sistem Belajar Mandiri Program tentang Standar Nasional Pendidikan.
Terakreditasi Guru Taman Kanak- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Kanak. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan 2009 tentang Standar Pendidikan Anak
Menengah Pusat Pengembangan Usia Dini. 2009 Bandung Penerbit Citra
Penataran Guru Tertulis. Bandung . Umbara Indonesia.
Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang
Indonesia. Jakarta Penerbit Rineka Cipta. Perlindungan Anak.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1990. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Eksistensi dan esensi lembaga pendidikan Otonomi Daerah.
anak usia dini ini dalam kerangka Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.
pembangunan pendidikan Nasional. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN DAN KARAKTER
PRIBADI SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI

Miftahul Jannah

e-mail: miftahuljannah120990@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The study aims to describe the level of discipline and personal character qualities of
acceleration and non-acceleration students and found the difference in the level of discipline and
personal character qualities of acceleration and non-acceleration students. The study used a
descriptive-comparative design. The results shows that the level of discipline and personal character
qualities of acceleration and non-acceleration students are in the high category and there is no
difference in the level of discipline and personal character qualities among acceleration and non-
acceleration students.

Keywords: discipline, personal character, acceleration students, non-acceleration students

Abstrak: Penelitian bertujuan mendeskripsikan tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi
siswa akselerasi dan non-akselerasi serta menemukan perbedaan tingkat kedisiplinan dan kualitas
karakter pribadi siswa akselerasi dan non-akselerasi. Penelitian menggunakan rancangan bersifat
deskriptif-komparasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi
siswa akselerasi dan non-akselerasi berada dalam kategori tinggi serta tidak terdapat perbedaan
tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.

Kata kunci: kedisiplinan, karakter pribadi, siswa akselerasi, siswa nonakselerasi

Saat ini sedang hangat-hangatnya pembicaraan diharapkan. Melalui jam belajar yang padat yang
mengenai pentingnya penyelenggaraan pendidikan diterima oleh siswa akselerasi, kedisiplinan
karakter karena menganggap karakter bangsa menjadi hal yang harus diutamakan. Berdasar-
telah merosot. Hal ini dibuktikan dengan semakin kan pengalaman sehar i-har i, siswa non-
tingginya korupsi di kalangan elit politik, perilaku akselerasi memiliki waktu luang lebih banyak,
anarkhis para supporter sepak bola, dan perilaku sehingga lebih sering meremehkan kedisiplinan
anak-anak muda di jalan raya (Nawawi, 2009: 129). terutama disiplin belajar. Dalam pembelajaran,
Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat guru yang mengajar siswa akselerasi maupun
penting, karena karakter bangsa merupakan salah non-akselerasi sama-sama tidak hanya transfer
satu kunci untuk mempertahankan eksistensi of knowledge saja, tetapi juga character
bangsa di kancah internasional. Munculnya building.
program pendidikan karakter yang dicanangkan Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
pemerintah, sekolah berlomba-lomba untuk mengambil judul ‘Perbedaan Tingkat Kedisiplinan
menerapkan pendidikan karakter. Menerapkan dan Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non-
pendidikan karakter, sekolah berharap Akselerasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
menghasilkan siswa yang berkarakter baik. (MTsN) Malang 3’. Penelitian ini penting dilakukan
Dengan demikian, sekolah menjadi wadah untuk karena dapat memberikan pengetahuan kepada
membangun karakter bangsa. pihak sekolah maupun masyarakat secara umum
Kedisiplinan merupakan salah satu hal yang gambaran mengenai perbedaan tingkat kedisiplinan
harus ditegakkan di sekolah karena kedisiplinan dan karakter pribadi siswa akselerasi dan non-
adalah kunci sukses sekolah. Adanya kedisip- akslerasi, sehingga dapat dijadikan referensi untuk
linan yang tinggi dapat menjadi salah satu modal melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyeleng-
bagi sekolah untuk mencapai tujuan yang garaan pendidikan.
392
Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 393

METODE Berdasarkan Tabel 1 dapat diuraikan, bahwa


dari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII,
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dan IX, sebanyak 202 siswa atau sebesar 75,1%
kuantitatif dengan rancangan penelitian bersifat
memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 67 siswa atau
adalah deskriptif-komparasi. Populasi dalam
sebesar 24,9% memiliki tingkat kedisiplinan sedang,
penelitian ini adalah siswa akselerasi dan non-
dan 0 siswa atau sebesar 0% memiliki tingkat
akselerasi di MTsN Malang 3 dengan total
kedisiplinan rendah. Dari total sebanyak 269 siswa
sebanyak 897 siswa. Berdasarkan Tabel Krejcie
tersebut, sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas
dan Morgan, dapat ditentukan jumlah sampel
Akselerasi dan 235 siswa berasal dari Kelas Non-
sebanyak 269 siswa. Pengambilan sampel
Akselerasi. Distribusi frekuensi untuk tingkat
menggunakan teknik Proportional Stratified
kedisiplinan siswa berdasarkan kelompok program
Random Sampling untuk siswa non-akselerasi,
siswa dapat dilihat pada Tabel 2.
yakni berjumlah 235 siswa dan sampel total untuk
siswa akselerasi, yakni berjumlah 34 siswa,
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinan
sehingga jumlah sampel sebanyak 269 siswa. Siswa Berdasarkan Kelompok Program
Instrumen yang digunakan dalam penelitian Siswa
ini adalah angket/kuesioner. Dalam angket ini,
peneliti menggunakan Skala Likert. Bentuk
jawaban dari Skala Likert masih berupa data Akselerasi Non-Akselerasi
ordinal, sehingga apabila akan digunakan untuk Kategori Freku- Persen- Freku- Per-
analisis, maka harus diubah terlebih dahulu menjadi ensi tase ensi sentase
data interval. Untuk mengubah data ordinal Tinggi 25 73,5 177 75,3
menjadi data interval, diperlukan suatu metode, Sedang 9 26,5 58 24,7
yaitu Method of Successive Interval (MSI) yang Total 34 100 235 100
dapat mentransformasikan data ordinal menjadi
data interval. Dalam penelitian ini teknik analisis
data yang digunakan, yaitu Teknik Analisis Statistik Berdasarkan Tabel 2, diketahui dari 34 siswa
Deskriptif dan Teknik Analisis Komparasi dengan yang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 25
menggunakan Uji t. siswa atau sebesar 73,5% memiliki tingkat
kedisiplinan tinggi, 9 siswa atau sebesar 26,5%
memiliki tingkat kedisiplinan sedang, dan tidak ada
HASIL siswa yang memiliki tingkat kedisiplinan rendah,
Kedisiplinan adalah kontinum konsistensi sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari Kelas
sikap seorang siswa terhadap segala bentuk tata- Non-Akselerasi, sebanyak 177 siswa atau sebesar
tertib, peraturan, dan norma yang berlaku di 75,3% memiliki tingkat kedisiplinan tinggi, 58 siswa
masyarakat. Kedisiplinan siswa terdiri dari sub- atau 24,7% memiliki tingkat kedisiplinan sedang,
variabel: (1) Ketaatan terhadap Peraturan dan Tata dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat
Tertib Sekolah, (2) Disiplin Waktu, (3) Disiplin kedisiplinan rendah.
Perencanaan, (4) Disiplin terhadap Hasil Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui
Kepakatan, dan (5) Disiplin dalam Proses rata-rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi
Pembelajaran. Distribusi frekuensi untuk tingkat sebesar 181,47 dan rata-rata tingkat kedisiplinan
kedisiplinan siswa MTsN Malang 3 dapat dilihat siswa non-akselerasi sebesar 183,41 (Tabel 3).
pada Tabel 1. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata tingkat
kedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinan akselerasi terletak pada kelas interval dengan
Siswa MTsN Malang 3 kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
sebagian besar siswa baik dari Kelas Akselerasi,
Kate- Freku- Persen maupun Kelas Non-Akselerasi berada dalam
No. Interval
gori ensi tase kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan tingkat
1. 171,19262-229,28892 Tinggi 202 75,1 kedisiplinan siswa akselerasi dan siswa non-
2. 113,09631-171,19261 Sedang 67 24,9 akselerasi keduanya sama-sama termasuk dalam
3. 55,00000-113,09630 Rendah 0 0 kategori tinggi.
Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang
Total 269 100
3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dan
394 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Tabel 3 Nilai Rata-rata (Mean) Tingkat Kedisiplinan Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi

PROGRAM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Akselerasi 34 1.8147E2 13.91359 2.38616
KEDISIPLINAN
Non-Akselerasi 235 1.8341E2 16.66862 1.08734

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kedisiplinan Siswa Berdasarkan


Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan
Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 75 72,1 127 77


Sedang 29 27,9 38 23
Total 104 100 165 100

Tabel 5 Nilai Rata-rata (Mean) Tingkat Kedisiplinan Siswa dan Siswi

JEKEL N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Laki-laki 104 1.8024E2 16.10796 1.57952
KEDISIPLINAN
Perempuan 165 1.8501E2 16.25672 1.26558

Tabel 6 Tingkatan Sub-Variabel Kedisiplinan Siswa

Sub-Variabel Kedisiplinan Siswa


Tingkat
Akselerasi Persentase Non-Akselerasi Persentase
1 Ketaatan terhadap 97,1% Ketaatan terhadap 86%
peraturan dan tata peraturan dan tata
tertib sekolah tertib sekolah
2 Disiplin dalam proses 70,6% Disiplin terhadap 69,4%
pembelajaran hasil kesepakatan
3 Disiplin terhadap hasil 61,8% Disiplin perencanaan 64,2%
kesepakatan
4 Disiplin waktu 41,2% Disiplin dalam proses 63,4%
pembelajaran
5 Disiplin perencanaan 41,2% Disiplin waktu 51,5%

sebanyak 165 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui
Distribusi frekuensi untuk tingkat kedisiplinan siswa rata-rata tingkat kedisiplinan siswa sebesar 180,24
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel dan rata-rata tingkat kedisiplinan siswi sebesar
4. 185,01 (Tabel 5). Dari hasil tersebut diketahui, nilai
Berdasarkan Tabel 4, diketahui dari 104 rata-rata tingkat kedisiplinan siswa dan siswi
siswa, sebanyak 75 siswa atau sebesar 72,1% terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi.
memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dan 29 siswa Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar
atau sebesar 27,9% memiliki tingkat kedisiplinan siswa dan siswi berada dalam kategori tinggi,
sedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak 127 sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan
siswi atau sebesar 77% memiliki tingkat siswa dan siswi keduanya sama-sama termasuk
kedisiplinan tinggi dan 38 siswi atau sebesar 23% dalam kategori tinggi.
memiliki tingkat kedisiplinan sedang.
Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 395

Tingkat kedisiplinan siswa yang dijabarkan dijabarkan pada Tabel 7 dapat diartikan, bahwa
dalam lima sub-variabel dianalisis dengan Statistik dari 269 siswa MTsN Malang 3 Kelas VII, VIII,
Deskriptif, sehingga dapat diketahui kondisi dan IX, sebanyak 206 siswa atau sebesar 76,6%
masing-masing sub-variabel. Berdasarkan Hasil memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 63 siswa
Analisis Statistik Deskriptif masing-masing sub- atau sebesar 23,4% memiliki kualitas karakter
variabel kedisiplinan siswa, dapat diketahui pribadi sedang, dan 0 siswa atau sebesar 0%
tingkatan sub-variabel kedisiplinan yang dimiliki memiliki kualitas karakter pribadi rendah.
oleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yang Dari total sebanyak 269 siswa tersebut,
terendah yang disajikan pada Tabel 6. sebanyak 34 siswa berasal dari Kelas Akselerasi
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui tingkat dan 235 siswa berasal dari Kelas Non-Akselerasi.
kedisiplinan siswa akselerasi yang tertinggi adalah Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadi
ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib sekolah siswa berdasarkan kelompok program siswa dapat
dan yang terendah adalah disiplin perencanaan. dilihat pada Tabel 8.
Untuk siswa non-akselerasi, tingkat kedisiplinan Berdasarkan Tabel 8, diketahui dari 34 siswa
yang tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan yang berasal dari Kelas Akselerasi, sebanyak 24
dan tata tertib sekolah dan yang terendah adalah siswa atau sebesar 70,6% memiliki kualitas karakter
disiplin waktu. pribadi tinggi, 10 siswa atau sebesar 29,4% memiliki
Karakter pribadi adalah prevalensi sifat atau kualitas karakter pribadi sedang, dan tidak ada siswa
watak yang dimiliki siswa yang terwujud dalam yang memiliki kualitas karakter pribadi rendah,
sikap dan perilaku sehari-hari, antara lain: kejujuran, sedangkan dari 235 siswa yang berasal dari Kelas
toleransi, dan keberanian. Karakter pribadi terdiri Non-Akselerasi, sebanyak 182 siswa atau sebesar
dari sub-var iabel: (1) Rasa Hormat, (2) 77,4% memiliki kualitas karakter pribadi tinggi, 53
Bertanggungjawab, (3) Kejujuran, (4) Keadilan, siswa atau sebesar 22,6% memiliki kualitas karakter
(5) Toleransi, (6) Kebijaksanaan, (7) Tolong- pribadi sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki
menolong, (8) Peduli Sesama, (9) Keberanian, dan kualitas karakter pribadi rendah.
(10) Sikap Demokratis. Distribusi frekuensi untuk Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui
kualitas karakter pribadi siswa MTsN Malang 3 rata-rata kualitas karakter pribadi siswa akselerasi
dapat dilihat pada Tabel 7. sebesar 175,29 dan rata-rata kualitas karakter pribadi
Dari tabel distribusi frekuensi kualitas siswa non-akselerasi sebesar 176,21 (Tabel 9). Dari
karakter pribadi siswa MTsN Malang 3 yang telah hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi Siswa MTsN


Malang 3

Kategori Frekuensi Persentase


No. Interval

1. 164,45600-220,68399 Tinggi 206 76,6


2. 108,22800-164,45599 Sedang 63 23,4
3. 52,00000-108,22799 Rendah 0 0
Total 269 100

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi Siswa


Berdasarkan Kelompok Program Siswa

Akselerasi Non-Akselerasi
Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 24 70,6 182 77,4


Sedang 10 29,4 53 22,6
Total 34 100 235 100
396 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Tabel 9 Nilai Rata-rata (Mean) Kualitas Karakter Pribadi Siswa Akselerasi dan Non-Akselerasi

PROGRAM N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Akselerasi 34 1.7529E2 17.95940 3.08001
KARAK.PRIBADI
Non-Akselerasi 235 1.7621E2 16.17325 1.05503

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Kualitas Karakter Pribadi Siswa


Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan
Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tinggi 68 65,4 138 83,6


Sedang 36 34,6 27 16,4
Total 104 100 165 100

Tabel 11 Nilai Rata-rata (Mean) Kualitas Karakter Pribadi Siswa dan Siswi

JEKEL N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Laki-laki 104 1.7081E2 16.56804 1.62463
KEDISIPLINAN
Perempuan 165 1.7942E2 15.39540 1.19853

Tabel 12 Tingkatan Sub-Variabel Karakter Pribadi Siswa

Sub-Variabel Karakter Pribadi Siswa


Tingkat
Akselerasi Persentase Non-Akselerasi Persentase
1 Kebijaksanaan 82,4% Toleransi 84,3%
2 Toleransi 79,4% Kebijaksanaan 80,9%
3 Sikap Demokratis 73,6% Sikap Demokratis 76,6%
4 Rasa Hormat 64,7% Rasa Hormat 68,9%
5 Kejujuran 64,7% Keadilan 66,8%
6 Tolong-Menolong 61,8% Kejujuran 65,1%
7 Keadilan 58,8% Bertanggungjawab 60,8%
8 Peduli Sesama 55,9% Peduli Sesama 60,0%
9 Bertanggungjawab 47,1% Tolong-Menolong 51,5%
10 Keberanian 47,1% Keberanian 41,7%

pribadi siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi. Tabel 10.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan sebagian besar siswa Berdasarkan Tabel 10, diketahui dari 104
baik dari Kelas Akselerasi, maupun Kelas Non- siswa, sebanyak 68 siswa atau sebesar 65,4%
Akselerasi berada dalam kategori tinggi, sehingga memiliki kualitas karakter pribadi tinggi dan 36 siswa
dapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswa atau sebesar 34,6% memiliki kualitas karakter
akselerasi dan siswa non-akselerasi keduanya sama- pribadi sedang, sedangkan dari 165 siswi, sebanyak
sama termasuk dalam kategori tinggi. 138 siswi atau sebesar 83,6% memiliki kualitas
Dari total sebanyak 269 siswa MTsN Malang karakter pribadi tinggi dan 27 siswi atau sebesar
3, sebanyak 104 berjenis kelamin laki-laki dan 16,4% memiliki kualitas karakter pribadi sedang.
sebanyak 165 berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui
Distribusi frekuensi untuk kualitas karakter pribadi rata-rata kualitas karakter pribadi siswa sebesar
Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 397

170,81 dan rata-rata kualitas karakter pribadi siswi diperoleh thit = -0,306; Sig t = 0,760 > 0,05 pada
sebesar 179,42 (Tabel 11). Dari hasil tersebut taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan
diketahui, nilai rata-rata kualitas karakter pribadi H0 di atas tidak ditolak (not rejected). Hal ini berarti,
siswa dan siswi terletak pada kelas interval dengan bahwa tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi
kategori tinggi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan antara siswa akselerasi dan non-akselerasi.
sebagian besar siswa dan siswi berada dalam
kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas Uji Hipotesis Ketiga
karakter pribadi siswa dan siswi keduanya sama-
sama termasuk dalam kategori tinggi. Hipotesis (H0) ketiga yang akan diuji secara
Karakter pribadi siswa yang dijabarkan dalam statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa
sepuluh sub-variabel dianalisis dengan Statistik “tidak ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara
Deskriptif, sehingga dapat diketahui kondisi siswa dan siswi”. Berdasarkan hasil analisis
masing-masing sub-variabel. Berdasarkan Hasil diperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswa
Analisis Statistik Deskriptif masing-masing sub- sebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01.
variabel karakter pribadi siswa, dapat diketahui Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t
tingkatan sub-variabel karakter pribadi yang dimiliki diperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t = 0,020
oleh siswa mulai dari yang tertinggi sampai yang < 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, sehingga dapat
terendah yang disajikan pada Tabel 12. disimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal ini
Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui berarti, bahwa ada perbedaan tingkat kedisiplinan
karakter pribadi siswa akselerasi yang tertinggi antara siswa dan siswi. Tingkat disiplin siswi
adalah kebijaksanaan dan yang terendah adalah cenderung lebih tinggi daripada tingkat disiplin
keberanian. Untuk siswa non-akselerasi, karakter siswa.
pribadi yang tertinggi adalah toleransi dan yang
terendah adalah keberanian. Uji Hipotesis Keempat

Hipotesis (H 0 ) keempat yang akan diuji


Pengujian Hipotesis
secara statistik dalam penelitian ini menyatakan,
Uji Hipotesis Pertama bahwa “tidak ada perbedaan kualitas karakter
pribadi antara siswa dan siswi”. Berdasarkan hasil
Hipotesis (H0) yang akan diuji secara statistik analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) karakter
dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “tidak ada pribadi siswa sebesar 170,81 sedangkan siswi
perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa sebesar 179,42. Hasil analisis data yang dilakukan
akselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkan hasil dengan Uji t diperoleh t hi t = -4,338 dengan
analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) kedisiplinan Signifikansi t = 0,000 < 0,05 pada taraf
siswa akselerasi sebesar 181,47 sedangkan siswa kepercayaan 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0
non-akselerasi sebesar 183,41. Hasil analisis data di atas ditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwa
yang dilakukan dengan Uji t diperoleh thit = -0,646; ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara
Sig t = 0,519 > 0,05 pada taraf kepercayaan 0,05, siswa dan siswi. Karakter pribadi siswi lebih
sehingga dapat disimpulkan H0 di atas tidak ditolak berkualitas daripada karakter pribadi siswa.
(not rejected). Hal ini berarti, bahwa tidak ada
perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa
akselerasi dan non-akselerasi. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat


Uji Hipotesis Kedua disimpulkan, bahwa secara umum tingkat
kedisiplinan siswa akselerasi di MTsN Malang 3
Hipotesis (H0) kedua yang akan diuji secara berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-
statistik dalam penelitian ini menyatakan, bahwa rata tingkat kedisiplinan siswa akselerasi sebesar
“tidak ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara 181,47. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata
siswa akselerasi dan non-akselerasi”. Berdasarkan tingkat kedisiplinan siswa akselerasi terletak pada
hasil analisis diperoleh nilai rata-rata (mean) kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga
karakter pribadi siswa akselerasi sebesar 175,29 dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan siswa
sedangkan siswa non-akselerasi sebesar 176,21. akselerasi di MTsN Malang secara umum berada
Hasil analisis data yang dilakukan dengan Uji t dalam kategori tinggi.
398 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

Siswa akselerasi cenderung memiliki beban disebabkan beberapa faktor, yakni siswa itu sendiri
tugas belajar lebih banyak daripada siswa non- yang memiliki emosi yang cukup stabil, sikap
akselerasi, karena masa studi lebih cepat satu tahun pendidik yang cukup positif dan concern terhadap
dari siswa non-akselerasi. Hal ini mengakibatkan siswa akselerasi, serta lingkungan sekolah yang
siswa akselerasi membutuhkan kedisiplinan yang mendukung siswa akselerasi untuk berdisiplin
tinggi agar semua tugas dan beban belajar tinggi.
terjadwal dengan baik, sehingga dapat diselesaikan Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat
tepat waktu. Lingkungan sekolah yang disimpulkan, bahwa secara umum tingkat
mengharuskan siswa akselerasi untuk kedisiplinan siswa non-akselerasi di MTsN Malang
menyelesaikan masa studi lebih cepat menjadi salah 3 berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-
satu penyebab siswa akselerasi untuk bersikap rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi
disiplin. Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010: sebesar 183,41. Dari hasil tersebut diketahui, nilai
31-33) faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya rata-rata tingkat kedisiplinan siswa non-akselerasi
kedisiplinan bergantung pada siswa itu sendiri, sikap terletak pada kelas interval dengan kategori tinggi,
pendidik, lingkungan, dan tujuan. sehingga dapat disimpulkan tingkat kedisiplinan
Salah satu persyaratan siswa yang masuk siswa non-akselerasi di MTsN Malang secara
program akselerasi, yakni memiliki emosi yang umum berada dalam kategori tinggi. Hal ini
stabil, sehingga cukup kecil kemungkinan siswa mengandung arti, bahwa siswa non-akselerasi
akselerasi untuk melanggar ketentuan-ketentuan memiliki kesadaran yang tinggi untuk mematuhi
yang ada di sekolah. Pendidik Kelas Akselerasi segala bentuk peraturan dan tata tertib yang ada
yang tidak sembarangan dan harus memiliki skill di sekolah.
khusus juga mempengaruhi kedisiplinan siswa Salah satu penyebab tingkat kedisiplinan
akselerasi, karena sikap pendidik merupakan salah siswa non-akselerasi yang tergolong kategori tinggi
satu motivasi siswa untuk bersikap disiplin. Selain bisa disebabkan karena faktor lingkungan, yakni
itu tujuan, dalam hal ini penanaman kedisiplinan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
yang diberikan guru kepada siswa akselerasi juga Berdasarkan data yang diperoleh, di samping
dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa sebagian besar pekerjaan orangtua siswa non-
akselerasi. akselerasi sebagai wiraswasta, yakni sebesar
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat 38,3%, selain itu pekerjaan orangtua siswa non-
Hartati (2009:1) yang menyatakan, bahwa akselerasi sebagai guru/PNS juga cukup banyak,
beberapa persyaratan agar program akselerasi yakni sebesar 30,2%. Hal ini juga dapat
tercapai secara memadai, antara lain: (1) mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa.
Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif Pekerjaan orangtua sebagai guru dapat
untuk mengetahui berfungsinya kemampuan membiasakan anak untuk berdisiplin tinggi karena
intelektual dan kepribadian siswa, di samping memiliki pengalaman dalam mendidik siswa di
tingkat penguasaan akademiknya; (2) Dibutuhkan sekolah. Sesuai dengan pendapat Hamalik (dalam
IQ (Intelligence Question - Pen) di atas 125 bagi Manihai, 2013: 1) yang menyatakan, bahwa “situasi
siswa yang kurang menunjukkan prestasi di dalam lingkungan keluarga besar pengaruhnya
akademiknya; (3) Bebas dari problem emosional terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, disiplin,
dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya dan perbuatan siswa di sekolah”. Kemudian
persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi; diperkuat dengan pendapat Yusuf (dalam Manihai,
(4) Memiliki fisik sehat; (5) Tidak ada tekanan dari 2013: 1) yang mengemukakan “lingkungan keluarga
orangtua, tetapi atas kemauan anak sendiri; (6) mempengaruhi perkembangan kemampuan anak
Guru memiliki sikap positif terhadap siswa untuk disiplin, toleran, dan bertanggungjawab”.
akseleran; (7) Guru concern terhadap kematangan Lingkungan keluarga adalah tempat yang
sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari pertama kali mendidik anak menjadi baik. Dalam
masukan orangtua dan psikolog; (8) Sebaiknya keluarga, siswa mendapat pengetahuan pertama
dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung tentang apapun, begitu juga dengan sikap disiplin.
pada pertengahan tahun ajaran; dan (9) Ada masa Sikap disiplin harus pertama kali ditanamkan pada
percobaan selama enam minggu yang diikuti anak ketika masih berada dalam lingkungan
dengan pelayanan konseling. keluarga, karena keluarga adalah komunitas sosial
Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswa kecil pertama yang diterjuni anak. Jika sikap disiplin
akselerasi yang tergolong kategori tinggi sudah ditanamkan sejak dini dalam lingkungan
Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 399

keluarga, maka sikap disiplin pada anak akan “dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif
menjadi suatu kebiasaan ketika anak berada di luar untuk mengetahui berfungsinya kemampuan
rumah. intelektual dan kepribadian siswa, di samping
Berdasarkan data yang diperoleh, selain tingkat penguasaan akademiknya”. Oleh sebab itu,
sebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempat siswa yang masuk program akselerasi memiliki
tinggal di rumah, juga sebanyak 7,2% bertempat kemampuan intelektual dan kepribadian yang
tinggal di asrama dan sebanyak 27,7% bertempat bagus, sehingga kualitas karakter pribadi siswa
tinggal di pondok. Hal ini dapat menjadi salah satu akselerasi berada dalam kategori tinggi.
faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan, Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat
karena lingkungan asrama dan lingkungan pondok disimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakter
juga membiasakan dan mendidik siswa untuk pribadi siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3
bersikap disiplin yang tinggi dengan adanya jadwal- berada dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-
jadwal kegiatan yang harus diikuti. rata kualitas karakter pribadi siswa non-akselerasi
Sesuai dengan pendapat Fithriyah (2010: 31- sebesar 176,21. Dari hasil tersebut diketahui, nilai
33) salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rata-rata kualitas karakter pribadi siswa non-
rendahnya kedisiplinan adalah lingkungan dan akselerasi terletak pada kelas interval dengan
tujuan. Situasi lingkungan di sini meliputi lingkungan kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan kualitas
fisik (lingkungan sekolah, keluarga, dan karakter priabadi siswa non-akselerasi di MTsN
masyarakat). Tempat tinggal siswa non-akselerasi Malang secara umum berada dalam kategori tinggi.
termasuk dalam lingkungan keluarga dan Hal ini menunjukkan, bahwa karakter pribadi siswa
masyarakat. Tujuan yang dimaksud di sini adalah non-akselerasi sangat berkualitas.
yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan, Faktor penyebab karakter kepribadian adalah
yakni penanaman kedisiplinan yang dilakukan selain genetik dan lingkungan. Sesuai pendapat
dari pihak sekolah, juga dari pihak asrama dan Aniesandriya (2012: 1) yang menyatakan faktor-
pondok. faktor penyebab karakter kepribadian yaitu genetik
Dengan demikian, tingkat kedisiplinan siswa (hereditas), lingkungan, belajar, pengasuhan
non-akselerasi yang tergolong tinggi disebabkan orangtua, perkembangan, kesadaran, dan
faktor, antara lain faktor lingkungan yang meliputi ketidaksadaran. Berdasarkan data yang diperoleh,
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dalam hal sebanyak 63,8% siswa non-akselerasi bertempat
ini pekerjaan orangtua, dan lingkungan masyarakat, tinggal di rumah, sebanyak 7,2% bertempat tinggal
yakni lingkungan pondok dan asrama yang di asrama, dan sebanyak 27,7% bertempat tinggal
mendukung siswa non-akselerasi untuk berdisiplin di pondok. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor
tinggi. yang dapat mempengaruhi karakter pribadi, karena
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat lingkungan asrama dan lingkungan pondok juga
disimpulkan, bahwa secara umum kualitas karakter mendidik siswa untuk memiliki karakter yang baik.
pribadi siswa akselerasi di MTsN Malang 3 berada Pendidik atau guru yang ada di MTsN Malang
dalam kategori tinggi. Hal ini terbukti rata-rata 3 selain memberikan pengajaran dalam bidang
kualitas karakter pribadi siswa akselerasi sebesar akademik juga memberikan pendidikan karakter
175,29. Dari hasil tersebut diketahui, nilai rata-rata terhadap siswanya. Hal tersebut tercermin dalam
kualitas karakter pribadi siswa akselerasi terletak kegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh siswa,
pada kelas interval dengan kategori tinggi, sehingga misalnya kegiatan membaca Al-Qur’an setiap hari,
dapat disimpulkan kualitas karakter pribadi siswa kegiatan sholat dluha berjamaah, kegiatan sholat
akselerasi di MTsN Malang secara umum berada dzuhur berjamaah, dan kegiatan pendidikan
dalam kategori tinggi. Hal ini berarti karakter lingkungan hidup. Dengan kegiatan tersebut, secara
pribadi yang dimiliki oleh siswa akselerasi sangat tidak langsung dapat melatih siswa untuk
berkualitas. meningkatkan kualitas karakter pribadi siswa. Oleh
Sebelum siswa masuk dalam program sebab itu, siswa MTsN Malang 3 tergolong memiliki
akselerasi, diperlukan persyaratan khusus, di kualitas karakter pribadi dalam kategori tinggi,
antaranya pelaksanaan tes psikologi di samping tes termasuk dalam hal ini siswa non-akselerasi.
dalam bidang kemampuan akademik. Sesuai Berdasarkan hasil analisis dengan
pendapat Hartati (2009: 1) yang menyatakan, menggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidak
bahwa beberapa persyaratan agar program menolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,519 > á
akselerasi tercapai secara memadai, antara lain 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa
400 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 392-401

tidak terdapat perbedaan tingkat kedisiplinan Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ada
antara siswa akselerasi dan non-akselerasi. perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa dan
Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidak siswi. Nilai rata-rata (mean) kedisiplinan siswa
ada perbedaan tingkat kedisiplinan antara siswa sebesar 180,24 sedangkan siswi sebesar 185,01.
akselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti, Dari hasil analisis data dengan menggunakan Uji
bahwa perbedaan program atau kelas yang diikuti t, diperoleh thit = -2,349 dengan Signifikansi t =
oleh siswa tidak mempengaruhi tingkat kedisiplinan 0,020 < á 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
siswa. Siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi diambil keputusan untuk menolak H0, sehingga
sama-sama memiliki tingkat kedisiplinan yang dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan
tinggi. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal, tingkat kedisiplinan antara siswa dan siswi. Tingkat
antara lain kondisi lingkungan sekolah yang sama, kedisiplinan siswi cenderung lebih tinggi daripada
sikap pendidik yang sama dalam membiasakan siswa.
siswa akselerasi dan siswa non-akselerasi untuk Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa ada
bersikap disiplin, dan lingkungan di sekitar siswa perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa
akselerasi dan non-akselerasi yang sama-sama dan siswi. Nilai rata-rata (mean) karakter pribadi
mendukung siswa untuk berdisiplin tinggi. siswa sebesar 170,81 sedangkan siswi sebesar
Seseorang yang berada di Kelas Non- 179,42. Dari hasil analisis data dengan
Akseler asi atau Kelas Reguler tidak akan menggunakan Uji t, diperoleh thit = -4,338 dengan
menghambat siswa untuk tidak bersikap disiplin, Signifikansi t = 0,000 < á 0,05. Berdasarkan hasil
karena kedisiplinan merupakan sesuatu yang biasa analisis tersebut, diambil keputusan untuk menolak
dilakukan. Apabila seseorang sudah memiliki H0, sehingga dapat disimpulkan, bahwa terdapat
kedisiplinan yang tinggi, maka kelas atau program perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa
yang diikuti oleh siswa tidak akan mempengaruhi dan siswi. Kualitas karakter pribadi siswi
tingkat kedisiplinan siswa. Dari hasil penelitian ini, cenderung lebih tinggi daripada siswa.
dapat dilihat baik siswa akselerasi, maupun siswa Siswi cenderung memiliki tingkat kedisiplinan
non-akselerasi dapat memiliki tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi yang lebih tinggi
yang tinggi. daripada siswa, karena pada usia anak sekolah
Berdasarkan hasil analisis dengan menengah pertama, yakni sekitar usia 12 tahun
menggunakan Uji t diambil keputusan untuk tidak sampai 15 tahun, anak perempuan cenderung
menolak H0 karena nilai signifikansi t = 0,760 > á memiliki tingkat emosional yang lebih matang
0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa secara psikologis dibanding anak laki-laki. Hal ini
tidak terdapat perbedaan kualitas karakter pribadi dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingkat
antara siswa akselerasi dan non-akselerasi. kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi siswi
Dalam penelitian ini dapat dilihat, bahwa tidak cenderung lebih tinggi daripada siswa. Sesuai
ada perbedaan kualitas karakter pribadi antara siswa pendapat Kamari (2013: 1) yang menyatakan,
akselerasi dan siswa non-akselerasi. Hal ini berarti, penelitian baru juga membuktikan bahwa otak
bahwa perbedaan program atau kelas yang diikuti wanita lebih cepat matang dibanding laki-laki. Para
oleh siswa tidak mempengaruhi kualitas karakter peneliti memaparkan bahwa seiring bertambahnya
pribadi siswa. Siswa akselerasi dan siswa non- usia, kerja otak akan menjadi lebih efisien dan
akselerasi sama-sama memiliki kualitas karakter ramping. Tapi, proses pendewasaan otak dimulai
pribadi yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan pendidik sejak umur 10 tahun pada perempuan dan di usia
atau pihak sekolah yang sama dalam memberikan 20 tahun pada lelaki.
porsi pendidikan karakter terhadap siswa akselerasi Oleh sebab itu, siswi cenderung memiliki
dan siswa non-akselerasi. tingkat kedisiplinan dan kualitas karakter pribadi
Karakter pribadi sendiri merupakan sesuatu yang lebih tinggi dibanding siswa, karena
yang sudah dimiliki oleh siswa sejak lahir, karena perempuan mengalami proses pendewasaan otak
karakter pribadi berasal dari gen/keturunan. atau lebih cepat matang 10 tahun dibanding laki-
Dengan adanya proses pengaruh lingkungan, laki. Dengan proses kematangan yang lebih cepat,
sehingga dapat membentuk atau merubah karakter siswi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
pribadi seseorang. Oleh sebab itu, kelas atau melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
program yang diikuti oleh siswa tidak peraturan, sehingga memiliki tingkat kedisiplinan
mempengaruhi kualitas karakter pribadi yang yang lebih tinggi dibanding siswa. Demikian juga,
dimiliki oleh siswa. dengan proses pendewasaan yang lebih cepat, siswi
Jannah, Perbedaan Tingkat Kedisiplinan dan Karakter Pribadi Siswa Akselarasi dan Non Akselarasi 401

cenderung memiliki kualitas karakter pribadi yang Saran


lebih tinggi daripada siswa.
Kepala sekolah hendaknya mempertimbang-
kan untuk menggunakan sistem akselerasi dengan
KESIMPULAN DAN SARAN tidak memisahkan Kelas Akselerasi dan Kelas
Kesimpulan Reguler, sehingga siswa mendapat perlakuan yang
sama dan tidak merasa dibedakan. Siswa yang
Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
hasan, dapat dikemukakan kesimpulan penelitian dapat diakomodasi dengan memberikan beban
ini sebagai berikut: (1) tingkat kedisiplinan yang belajar tambahan ke ruang sumber (ruang khusus)
dimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang 3 untuk belajar mandiri, belajar kelompok, dan/atau
secara umum berada dalam kategori tinggi. Tingkat belajar dengan guru pembimbing khusus sesuai
kedisiplinan yang tertinggi adalah ketaatan dengan potensi dan bakat yang dimiliki. Guru
terhadap peraturan dan tata tertib sekolah, (2) hendaknya mempertahankan tingkat kedisiplinan
tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa non- siswa dengan cara selalu mendukung siswa dalam
akselerasi di MTsN Malang 3 secara umum berada mempertahankan kedisiplinannya dengan
dalam kategori tinggi. Tingkat kedisiplinan yang memberikan contoh atau teladan yang baik,
tertinggi adalah ketaatan terhadap peraturan dan sehingga siswa tetap termotivasi untuk bersikap
tata tertib sekolah, (3) kualitas karakter pribadi disiplin dan dapat mengembangkan prestasi dan guru
yang dimiliki oleh siswa akselerasi di MTsN Malang hendaknya juga mempertahankan kualitas karakter
3 secara umum berada dalam kategori tinggi atau pribadi siswa dengan cara selalu mengarahkan
sangat berkualitas. Kualitas karakter pribadi yang siswa kepada hal-hal baik dan mengajarkan nilai-
tertinggi adalah kebijaksanaan, (4) kualitas karakter nilai karakter kepada siswa, di samping materi
pribadi yang dimiliki oleh siswa non-akselerasi di pelajaran ketika proses pembelajaran.
MTsN Malang 3 secara umum berada dalam Selain itu, guru hendaknya mengembangkan
kategori tinggi atau sangat berkualitas. Kualitas tingkat kedisiplinan siswa dengan cara membuat
karakter pribadi yang tertinggi adalah toleransi, (5) buku jurnal harian target belajar siswa atau jadwal
terbukti tidak terdapat perbedaan yang signifikan belajar siswa yang dapat dipantau oleh guru setiap
tingkat kedisiplinan antara siswa akselerasi dan hari dan guru hendaknya juga mengembangkan
siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3, (6) kualitas karakter pribadi siswa dengan cara
terbukti tidak terdapat perbedaaan yang signifikan mengadakan kegiatan seperti peduli lingkungan
kualitas karakter pribadi antara siswa akselerasi atau ceramah harian setelah kegiatan sholat dzuhur
dan siswa non-akselerasi di MTsN Malang 3. berjamaah.

DAFTAR RUJUKAN

Aniesandriya. 2012. Faktor-faktor Penyebab Kamari, Kun. 2013. Ini Fakta Kenapa Wanita
Karakter Kepribadian. (Online), (http://bk- Lebih Cepat Dewasa. (Online), (http://
sahabathatianda.blogspot.com/2012/07/ www.astaga.com/ini-fakta-kenapa-wanita-
faktor-faktor-penyebab-karakter.html), lebih-cepat-dewasa/), di akses 13 April
diakses 13 April 2014. 2014.
Fithriyah, Imaniyatul. 2010. Analisis Ekspektasi Manihai, Roy. 2013. Faktor-faktor yang
Siswa Mengenai Karakter Otoritas Mempengaruhi Disiplin. (Online), (http://
Sekolah dan Kedisiplinan Siswa MA PP. mapande.blogspot.com/2013/12/faktor-
Al-Amien Putri 1 Prenduan. Skripsi tidak faktor-yang-mempengaruhi-disiplin.html),
diterbitkan. Malang: Program Studi diakses 13 April 2014.
Bimbingan Konseling, Jurusan Bimbingan Nawawi, Imam. 2009. Makna dan Urgensi
Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Karakter dalam Lembaga
Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pendidikan. Jurnal Pendidikan Nilai, 17
Hartati. 2009. Akselerasi. (Online), (www.goo- (2): 128-142.
gle.com), diakses 20 Februari 2013.
STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN
DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN

Rohmitriasih
Hendyat Soetopo

e-mail: r.mimie20@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No 05 Malang

Abstract: The purpose of this research is to describe the planning, implementation, evaluation,
implementation problem and implementation problem solving of marketing strategy of educational
services in improving customer loyalty in the SD Lab UM. This study uses qualitative methods with
this type of approach of case studies. Data collection procedure with interview techniques,
observation and documentation. Research findings in the study include planning, implementation,
evaluation, implementation problem and implementation problem solving of marketing strategy of
educational services in improving customer loyalty.

Keyword: marketing strategy, educational services, customer loyalty

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan perencanaan, implementasi,
evaluasi, masalah implementasi dan pemecahan masalah implementasi strategi pemasaran jasa
pendidikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan di SD Laboratorium UM. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data
dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Temuan penelitian dalam penelitian ini
mencakup perencanaan, implementasi, evaluasi, masalah dan pemecahan masalah strategi pemasaran
jasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan.

Kata Kunci: strategi pemasaran, jasa pendidikan, loyalitas pelanggan

Dinamika pola pendidikan yang begitu cepat dan demi mempertahankan kepercayaan masyarakat
silih berganti menjadikan persaingan antar sekolah dan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan
semakin ketat, khusunya dalam menarik konsumen terhadap sekolah identik dengan kepuasan
dan meningkatkan loyalitas pelanggan dalam pelanggan mengenai pelayanan yang diberikan
bentuk pelayanan jasa. Hal ini sependapat dengan sekolah kepadanya. Hal ini sesuai dengan yang
Alma (2003:49) bahwa lembaga pendidikan yang disampaikan oleh Alma dan Hurriyati (2009:30),
menganut konsep marketing, tahu persis apa yang Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang
harus dilakukan. Lembaga pendidikan, bisnisnya melayani konsumen, berupa murid, siswa,
bukan hanya sekedar mengajar siswa setiap hari mahasiswa dan juga masyarakat umum yang sering
sesuai jadwal kemudian melaksanakan ujian, lulus, dikenal sebagai “stakeholder”, lembaga
habis perkara. Tetapi harus lebih jauh dari itu. Siswa pendidikan pada hakekatnya bertujuan memberi
harus merasa puas dengan layanan lembaga layanan sedangkan pihak yang dilayani ingin
pendidikan mengenai banyak hal misalnya suasana memperoleh kepuasan dari layanan tersebut
belajar mengajar, ruang kelas yang bersih, taman mengingat mereka sudah membayar cukup mahal
yang asri, pendidik yang ramah, perpustakaan, kepada lembaga pendidikan.
laboratorium, lapangan olahraga, dan sebagainya Mutu lembaga pendidikan bukan hanya
harus siap melayani peserta didik. dilihat dari segi pembelajaran yang berkualitas,
Produk yang dihasilkan sekolah berupa sarana prasarana ataupun sumber daya manusia
lulusan yang diharapkan berkualitas dan produk yang berkualitas saja. Keseluruhan warga
ini nantinya siap bersaing di masyarakat. Mengenai sekolah baik sumber daya manusia maupun non-
hal ini, suatu sekolah tentu harus pandai-pandai manusianya yang saling berpadu pada satu
mempertahankan mutu serta keunggulan sekolah kesatuan untuk memberikan pelayanan
402
Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 403

semaksimal mungkin terhadap pelanggan ketekunan pengamatan, triangulasi, dan


termasuk sebagai strategi pemasaran jasa pengecekan keabsahan keanggotaan. Tahap-tahap
pendidikan yang dilakukan oleh sekolah. yang dilakukan peneliti adalah persiapan,
Pelanggan adalah siswa yang telah menjadi pelaksanaan, dan pelaporan penelitian.
pelanggan ataupun calon siswa dari masyarakat
luas yang akan menjadi pelanggan sekolah. HASIL
Persaingan yang ketat satu sekolah dengan
sekolah lainnya saat ini bukan lagi suatu yang Temuan penelitian terdiri dari lima aspek,
rahasia dalam ranah pemasarannya. Hal ini juga yaitu perencanaan strategi pemasaran dalam
menuntut sekolah untuk dapat menentukan meningkatkan loyalitas pelanggan, implementasi
strategi yang tepat dalam kegiatan pemasaran jasa strategi pemasaran jasa pendidikan dalam
pendidikannya. meningkatkan loyalitas pelanggan, evaluasi strategi
Wijaya (2012:55) menyatakan bahwa setiap pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan
sekolah harus selalu berusaha agar tetap hidup, loyalitas pelanggan, masalah dan pemecahan
berkembang, dan mampu bersaing. Jadi sekolah masalah pada implementasi strategi pemasaran
perlu menentukan dan menerapkan strategi atau jasa pendidikan di SD Laboratorium UM. Pertama,
cara, serta melakukan aktivitas pemasaran. perencanaan strategi pemasaran jasa pendidikan
Aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang dalam meningkatkan loyalitas pelanggan di susun
dilakukan sekolah dapat mengubah penilaian oleh Kepala Sekolah dan para wakil kepala sekolah
masyarakat terhadap kualitas sekolah dalam jangka berupa Program Kerja Humas dan Renstra
panjang dan merupakan cara untuk membangun (Rencana Str ategi) Sekolah. Perencanaan
citra sekolah secara keseluruhan. bertujuan mengungkap citra baik sekolah yang
Melihat fenomena saat ini, sekolah setidaknya mengusung pembelajaran bertaraf internasional
mempersiapkan strategi pemasaran jasa pendidikan dan berada langsung di bawah naungan
yang tidak biasa, salah satunya adalah dengan International Cambrigde Center (Inggris) yang
menggandeng pelanggan di sekolah tersebut dan juga menghadirkan dua kelas yakni kelas bilingual
mempertahankan pelanggan. Tujuan dari dan International Class Program (ICP). SD
mempertahankan keunggulan sekolah dengan Laboratorium UM juga memiliki keunikan dalam
mepertahankan kepuasan pelanggan dibuktikan pendidikannya salah satunya adalah adanya kelas
dengan suatu kegiatan yang jelas dan dapat akselerasi alamiah. Strategi lain yang digunakan
dirasakan pelanggan pendidikan dalam adalah menjaga hubungan baik dan keterlibatan
pemasarannya. sekolah dengan pelanggan pendidikan serta
masyarakat di lingkungan internal maupun
METODE
eksternal. Sekolah menggunakan publikasi sekolah
di lingkungan internal dan eksternal. Perencanaan
Penelitian ini menggunakan pendekatan strategi dilakukan dengan melibatkan semua
kualitatif dengan jenis studi kasus karena bertujuan karyawan dan pemangku kepentingan sekolah.
untuk mengungkap, memahami, dan menggambar- Kedua adalah aspek implementasi strategi
kan sekaligus menggali lebih dalam informasi pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan
mengenai strategi pemasaran oleh SD loyalitas pelanggan. Implementasi program
Laboratorium UM dalam meningkatkan loyalitas unggulan sekolah diterapkan oleh semua warga
pelanggan. sekolah dengan memberikan pelayanan maksimal
Instrumen yang digunakan peneliti dalam melalui pembelajaran yang real dan memberikan
mengumpulkan data yakni peneliti sendiri. kepuasan bagi peserta didik ataupun pelanggan
Prosedur pengumpulan data yakni dengan teknik pendidikan. Mengenai kelas akselerasi alamiah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dilaksanakan dengan memberikan pelayanan
dalam penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah maksimal dengan sistem pembelajaran individu dan
(Waka) yakni Waka Humas (Hubungan semua peserta didik berkesempatan mendapatkan
Masyarakat), Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, pelayanan individu dari pendidik untuk akselerasi
Kepala Tata Usaha, Orang Tua Peserta Didik dan alamiah. Semua guru diwajibkan untuk melayani
Peserta Didik. Analisis data menggunakan reduksi peserta didik berdasarkan kemampuannya.Usaha
data, display data, dan verivikasi data. Pengecekan sekolah mengimplementasikan strategi pemasaran
keabsahan temuan sendiri dilakukan peneliti melalui jasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas
404 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 402-407

pelanggan selanjutnya adalah dengan mengajak SD Laboratorium UM kepada orang-orang


orangtua turut serta dalam kegiatan-kegiatan di sekitarnya.
sekolah. Setiap kelas memiliki kelompok POT Implementasi strategi pemasaran jasa
(paguyuban orangtua) dan terkoordinir langsung pendidikan tidak selamanya mengalami kelancaran,
dengan wali kelas, selain itu POT juga menjadi ada beberapa masalah yang menghambat
perwakilan anggota komite sekolah. keberhasilan strategi yang telah direncanakan.
Implementasi selanjutnya adalah dengan Masalah implementasi strategi pemasaran jasa
publikasi sekolah. Publikasi dilakukan setiap pendidikan dalam meningkatkan loyalitas
tahunnya saat PMB (Penerimaan Murid Baru) pelanggan lebih kepada keadaan lingkungan intern
yakni dilakukan langsung oleh pendidik SD berupa kurangnya kesiapan pendidik pada proses
Laboratorium UM dengan melakukan sosialisasi pembelajaran sehingga pada prakteknya tidak
mengenai sistem pembelajaran SD Laboratorium sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan
UM di sekolah taman kanak-kanak di kota Malang. sekolah. Masalah selanjutnya adalah kurangnya
Program sekolah di sosialisasikan dengan brosur, binaan dan perhatian dari pihak Universitas
spanduk, website, ataupun berita dari mulut ke terhadap SD Laboratorium UM. Mengingat biaya
mulut. Media penunjang kelancaran implementasi pendidikan seluruhnya dibebankan kepada
strategi pemasaran jasa pendidikan di sini adalah orangtua peserta didik, ketika ingin melakukan
orang (karyawan, pelanggan jasa pendidikan SD pengembangan pendidikan keterbatasan dana
Laboratorium, dan masyarakat luas), Media Cetak menjadi salah satu kendalanya. Sistem pembela-
(brosur, spanduk, dan media elektronik (website, jaran berbasis modul di SD Laboratorium UM
kontak sekolah, radio). dikeluhkan oleh beberapa orang tua peserta didik
Ketiga adalah aspek evaluasi strategi yang memang sibuk dan tidak memiliki waktu
pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan banyak untuk membina atau memberikan perhatian
loyalitas pelanggan. Evaluasi dan monitoring lebih serta mengajari putra-putrinya di rumah dalam
melibatkan banyak pihak terkait yakni Kepala belajar. Orang tua peserta didik yang sibuk karena
Sekolah sebagai pimpinan organisasi sekolah, dan notabenenya merupakan masyarakat menengah
para waka serta pihak P2LP UM. Kepala sekolah atas menjadikannya jarang ikut berpartisipasi dalam
melakukan evaluasi keberhasilan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang digalakkan sekolah.
kegiatan pemasaran. Evaluasi mengenai Kendala lain berupa banyaknya sekolah dasar
keberhasilan implementasi pembelajaran dan tetangga (SD-SD lain di Kota Malang) yang
pelayanan dilakukan setiap bulan sekali dalam memiliki keunikan tersendiri dan mutu baik
pertemuan rutin kepala sekolah dan waka-waka menjadikan saingan pasar untuk SD Laboratorium
serta guru. Evaluasi publikasi dilakukan satu tahun UM. Presepsi masyarakat mengenai sekolah
sekali setelah PMB. Hal ini bertujuan mengetahui Internasional yang tidak begitu penting menjadi
tingkat keberhasilan pemasaran dan publikasi yang salah satu hambatan yang ada di SD Laboratorium
dilakukan, mengetahui peningkatkan jumlah murid UM untuk aplikasi strategi pemasaran jasa
dari tahun ke tahun. Pengukuran keberhasilan pendidikan dalam meningkatkan loyalitas
strategi pemasaran jasa pendidikan dalam pelanggan.
meningkatkan loyalitas pelanggan di SD Selanjutnya adalah pemecahan masalah
Laboratorium UM dapat dilihat pada saat strategi pemasaran jasa pendidikan dalam
penerimaan murid baru dan antusiasme siswa/ meningkatkan loyalitas pelanggan. Pemecahan
orang tua pada setiap kegiatan sekolah atau juga masalah dalam strategi pemasaran yang telah
dilihat dari responden siswa/orang tua yang direncanakan sebelumnya dapat berjalan dengan
menjadi program humas dan penilaian keberhasilan lancar salah satu bentuknya adalah pelayanan
implementasi Renstra Sekolah. Dari evaluasi yang maksimal atau prima kepada pelanggan jasa
dilakukan, pelanggan jasa pendidikan SD pendidikan. Sekolah melakukan evaluasi, binaan
Laboratorium UM dapat dikatakan cukup loyal. dan memberikan pemahaman tentang pembe-
Hal ini dapat dilihat dari pembelian ulang pelanggan lajaran cambridge bagi tenaga kependidikan
jasa terhadap jasa pendidikan yang ditawarkan SD ataupun tenaga non-kependidikan. Sekolah
Laboratorium UM, pelanggan melakukan melibatkan warga sekolah untuk memberikan
pembayaran tepat waktu, pelanggan antusiasme perbaikan diri dan layanan maksimal juga
pada kegiatan sekolah dan sebagian pelanggan jasa pengarahan kepada lingkungan internal mengenai
pendidikan SD Laboratorium UM mereferensikan keunikan sekolah dalam pembelajaran berbasis
Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 405

Cambridge. Sekolah selalu melakukan hubungan


Pelayanan maksimal bagi peserta didik yang
dan kontak dengan P2LP sebagai lembaga
telah diberikan oleh SD Laboratorium UM terhadap
pembina dan pengembangan laboratorium
pelanggan pendidikannya mencakup banyak hal
pendidikan serta selalu berusaha melakukan
antara lain adalah (1) sistem pembelajaran dan
perbaikan diri. Sekolah berusaha mengoptimalkan
aplikasinya di kelas yang didukung oleh pendidik-
dana yang ada untuk segala keperluan sekolah demi
pendidik profesional, (2) sarana prasarana yang
kelangsungan pendidikan. Bantuan dana BOS
mutakhir, (3) media pembelajaran menyenangkan
dapat dijadikan dana tambahan untuk kelangsungan
bagi peserta didik, (4) pelayanan yang baik oleh
pendidikan dan segala keperluan sekolah. Sekolah
tenaga kependidikan maupun tenaga non
juga selalu mengadakan sosialisasi bagi orangtua
kependidikan di SD Laboratorium UM dan (5)
peserta didik dan selalu terbuka kepada pelanggan
keterlibatan orangtua peserta didik di kegiatan
baik untuk kritik, saran dan keluhan-keluhan yang
sekolah. Hal ini bukan hanya menjadikan citra
ada untuk selanjutnya dipecahkan bersama.
sekolah baik tetapi juga mampu mempertahankan
pelanggan lama menjadi loyal ataupun
PEMBAHASAN mendatangkan pelanggan baru yang dapat
Strategi pemasaran jasa pendidikan dalam membantu kegiatan pemasaran sekolah. SD
meningkatkan loyalitas pelanggan di SD Labo- Laboratorium UM merupakan sekolah swasta
ratorium UM memerlukan perencanaan. yang juga menganut konsep marketing dalam
Perencanaan dilakukan melalui proses terpadu meningkatkan loyalitas pelanggan. Sesuai dengan
mulai pelayanan maksimal dan fasilitas mumpuni pendapat Alma (2003:49) bahwa, lembaga
bagi konsumen jasa pendidikan. Perencanaan juga pendidikan yang menganut konsep marketing, tahu
didukung guru-guru yang profesional, metode persis apa yang harus dilakukan. Lembaga
pembelajaran yang unik, keterlibatan orangtua pendidikan, bisnisnya bukan hanya sekedar
peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam mengajar siswa setiap hari sesuai jadwal kemudian
kegiatan sekolah dan kenyamanan pada lingkungan melaksanakan ujian, lulus, habis perkara. Tetapi
internal. Perencanaan di SD Laboratorium UM harus lebih jauh dari itu. Siswa harus merasa puas
dilakukan dalam prespektif jangka panjang 4 dengan layanan lembaga pendidikan mengenai
tahunan yang tersusun dalam Rencana Strategi banyak hal misalnya suasana belajar mengajar
(Renstra) Sekolah. Program Kerja Humas menjadi yang nyaman, ruang kelas yang bersih, taman yang
strategi perencanaan jangka pendek yakni pada asri, pendidik yang ramah, adanya perpustakaan,
rentang 1 tahun. Pada perencanaan strategi di SD laboratorium, lapangan olahraga, dan sebagainya
Laboratorium UM dilakukan dari hasil penilaian harus siap melayani peserta didik.
dan analisis SWOT sekolah, disusun oleh Selanjutnya adalah evaluasi pada strategi
pemangku kepentingan (Kepala Sekolah, para pemasaran jasa pendidikan dalam meningkatkan
wakil kepala sekolah, Staf, Komite, Yayasan). loyalitas pelanggan. Evaluasi dilakukan untuk
Wijaya (2012:31) mengemukakan strategi mengetahui apakah semua program yang menjadi
perencanaan merupakan inti manajemen strategi pemasaran baik pelayanan bagi pelanggan
pemasaran jasa pendidikan dan harus dan publikasi serta promosi sekolah yang dilakukan
memperhatikan (1) proses terpadu, (2) melibatkan sudah terlaksana dengan baik atau belum. Djanaid
seluruh karyawan dan para pemangku kepentingan (1986:65) dalam teorinya menyebutkan tahapan
sekolah, (3) selalu berubah sebagai tanggapan penilaian dimaksudkan untuk mencocokkan sampai
terhadap evaluasi, (4) menginformasikan proses dimana progr am atau rencana yang telah
manajemen yang lain, (5) merupakan proses yang ditentukan dirasakan penilaian mengenai (a)
berkelanjutan dan (6) dilakukan dengan prespektif apakah semua program dapat dilaksanakan
jangka panjang. SD Laboratorium UM merupakan sepenuhnya, (b) apa kesulitan yang dihadapi di
sekolah yang melibatkan semua karyawan dalam dalam semua kegiatan, (c) apakah pesan yang
perencanaan da pelaksanaan strategi pema- disampaikan sesuai dengan intruksi, (d) apakah
sarannya. Evaluasi dari tahun sebelumnya menjadi kegiatan yang dilakukan sudah efisien dan (e)
acuan untuk menetapkan perencanaan baru untuk apakah tujuan dalam merebut public opinion
tahun berikutnya atau mempertahankan dapat tercapai. Evaluasi ini nantinya akan menjadi
perencanaan lama yang sudah ada. acuan untuk menetapkan rencana baru yang lebih
efektif dan efisien sebagai strategi pemasaran jasa
406 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 402-407

pendidikan dalam meningkatkan loyalitas meningkatkan loyalitas pelanggan. Ditemukan


pelanggan. perencanaan strategi pemasaran jasa pendidikan
Ketika sekolah merancang dengan baik dalam meningkatkan loyalitas pelanggan yang tersusun
sistem pembelajaran berbasis modul yang didukung dalam program humas sekolah dan Renstra sekolah.
pula oleh kelas akselerasi alamiah oleh SD Lab Selanjutnya adalah implementasi strategi pemasaran
UM justru tidak dapat tersalurkan dengan baik oleh jasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas
tenaga pendidik di sana. Sesuai dengan teori pelangggan. Dalam implementasi ini dilakukan
Zeithmal dan Berry (dalam Alma, 2003:29) bahwa dengan memberikan pelayanan prima, hubungan baik
kegagalan penjualan jasa adalah kesenjangan sekolah dan pelanggan jasa pendidikan serta publikasi
kualitas jasa dengan penyampaian jasa. Jasa yang pembelajaran unik sekolah yakni berbasis modul
diberikan dapat dikatakan sudah baik namun dengan mengacu pada kurikulum cambridge. Untuk
pegawai tersebut yakni tenaga kependidikan mengetahui keberhasilan perencanaan strategi pada
ataupun tenaga non-kependidikan yang ada di implementasinya, SD Laboratorium UM melakukan
sekolah kurang dapat menyampaikan dengan baik evaluasi strategi pemasaran jasa pendidikan dalam
kualitas jasa yang seharusnya disampaikan kepada meningkatkan loyalitas pelanggan. Evaluasi dilakukan
pelanggan jasa pendidikan. Kebutuhan masyarakat oleh semua warga sekolah yang dibina dan
yang cenderung meremehkan pendidikan berbasis dimonitoring oleh Kepala Sekolah, Waka-waka serta
kurikulum internasional juga menjadi masalah bimbingan pihak P2LP (Pusat Pengembangan
implementasi strategi pemasaran jasa pendidikan. Laboratorium UM). Pada implementasi strategi
Alma (2007:19) mengungkapkan problema pemasaran jasa, tentu terdapat masalah dan
pemasaran jasa pendidikan adalah ketidaksesuaian kesenjangan. Masalah yang ada berupa masalah
kebutuhan masyarakat dengan pendidikan yang internal sedangkan dalam pemecahannya, SD
diberikan. Kebutuhan masyarakat mengenai Laboratorium UM melakukan perbaikan dan
pendidikan di SD Laboratorium UM yang evaluasi. Pemecahan masalah strategi pemasaran
menggunakan kurikulum cambridge tidak jasa pendidikan dalam meningkatkan loyalitas
dinginkan oleh semua pelanggan jasa pendidikan. pelanggan dibina oleh P2LP yang juga dilakukan
Beberapa kesenjangan yang ada di SD pembenahan melalui pelayanan maksimal dan
Laboratorium UM menjadi masalah implementasi hubungan pelanggan serta pengoptimalan sumber
strategi pemasaran jasa pendidikan dalam daya manusia maupun non manusia yang ada.
meningkatkan loyalitas pelanggan dapat
dipecahkan dengan solusi yang membantu. Saran
Perbaikan proses di sekolah dilakukan mengguna-
kan konsep kualitas total jasa pendidikan yang Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti
diberikan. Seluruh karyawan dan anggota memberikan saran kepada, (1) Kepada Kepala
masyarakat sekolah dilibatkan dalam perbaikan dan Sekolah Dasar Laboratorium UM, hendaknya lebih
sosialisasi sekolah untuk memenuhi kebutuhan perhatian dalam melakukan pengawasan mengenai
pelanggan jasa pendidikan. Stamatis (dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan
Wijaya, 2012:258) konsep jasa kualitas total pemasaran, hubungan masyarakat terhadap warga
merupakan manajemen strategi terpadu yang internal dan eksternal sekolah serta kegiatan lain
melibatkan seluruh manajer dan karyawan untuk di sekolah; (2) Tenaga pendidikan dan non-
memperbaiki proses organisasi secara berkesi- kependidikan SD Laboratorium UM, hendaknya
nambungan agar dapat memenuhi kebutuhan, hubungan masyarakat yang telah dilakukan
keinginan dan harapan pelanggan. Hal ini proses dipertahankan dan lebih ditingkatkan kembali.
perbaikan meliputi semua bidang manajemen Perencanaan pemasaran yang telah disusun
termasuk pemasaran dan strategi yang digunakan. dilaksanakan semaksimal mungkin. Pelayanan
prima hendaknya selalu diberikan kepada
KESIMPULAN DAN SARAN pelanggan jasa pendidikan untuk meningkatkan
loyalitas dan kepercayaannya terhadap sekolah;
Kesimpulan (3) Ketua Jurusan, Dosen dan Mahasiswa Jurusan
Administrasi Pendidikan, hendaknya mengkaji lebih
Berdasarkan pada paparan data dan
dalam strategi pemasaran jasa pendidikan sebagai
pembahasan, dapat ditemukan dan dideskripsikan
tambahan bahan ajar dan sebagai strategi
mengenai strategi pemasaran jasa pendidikan dalam
mengenalkan Jurusan Administrasi Pendidikan
Rohmitriasih & Soetopo, Starategi Pemasaran Jasa Pendidikan dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan 407

kepada calon pelanggan atau lulusan SMA yang ataupun eksperimen mengenai pemasaran jasa
hendak masuk perguruan tinggi; dan (4) Kepada pendidikan dan loyalitas pelanggan dengan
Peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian menambah situs lokasi penelitian, lebih
pengembangan dan penelitian tindakan sekolah memperdalam fokus penelitian serta kajian teori.

DAFTAR RUJUKAN

Alma, B. 2003. Pemasaran Stratejik Jasa Djanaid, D. 1986. Human Relation dan Public
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Relation dalam Manajemen. Bandung:
Alma, B. 2007. Manajemen Pemasaran dan Alfabeta.
Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Wijaya, D. 2012. Pemasaran Jasa Pendidikan
Alma, B., dan Hurriyati, R,. 2009. Manajemen (Mengapa sekolah memerlukan
Corporate & Strategi Pemasaran Jasa marketing?). Jakarta: Salemba Empat.
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
PERSEPSI DAN SIKAP PESERTA DIDIK TENTANG
MEDIA JEJARING SOSIAL DALAM PEMANFAATANNYA
UNTUK BELAJAR

Aditya Chandra Setiawan


Bambang Setyadin
Raden Bambang Sumarsono

e-mail: acs26um@gmail.com/acs26um@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No 05 Malang

Abstract: This study aims to answer the hypothesis, as follows: (1) determine the relationship of
perceptions about social media with students’ attitudes towards its use for learning, (2) determine
differences in perceptions of male and female students on the utilization of social media for learning,
and (3) determine differences in attitudes toward male and female students in their use of social media
for learning. The results showed that: (1) there is a significant relationship between perceptions of
students about social media and its position in the harness for learning, (2) proved to be no significant
difference between boys and girls in the perception of social media in its use for learning, and (3)
proved to be no significant difference between students and girls in the manner utilizing social media
for learning.

Keywords: perception, attitude, students, social network, learn

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan persepsi tentang media jejaring
sosial dengan sikap siswa terhadap pemanfaatannya untuk belajar, (2) perbedaan persepsi siswa dan
siswi terhadap media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar, dan (3) perbedaan sikap
siswa dan siswi terhadap media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar. Metode penelitian
yang digunakan, yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif-korelasi-komparasi, dengan model korelasional
dwivariat. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
peserta didik tentang media jejaring sosial dan sikapnya dalam memanfaatkan untuk belajar, (2)
terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa dan siswi dalam persepsinya tentang
media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar, dan (3) terbukti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara siswa dan siswi dalam sikapnya memanfaatkan media jejaring sosial untuk belajar.

Kata Kunci: persepsi, sikap, peserta didik, jejaring sosial, belajar

Perkembangan teknologi dewasa ini telah Media pembelajaran menjadi salah satu unsur
memberikan dampak yang besar bagi kehidupan penting dalam proses belajar-mengajar. Hamalik
manusia dan berbagai aspek, utamanya pada (dalam Arsyad, 2013:19) mengemukakan, bahwa
aspek pendidikan, sehingga lembaga-lembaga “pemakaian media pembelajaran dalam proses
pendidikan di Indonesia ini memiliki tanggung jawab belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan
yang sangat besar, untuk dapat menciptakan dan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
menghasilkan sumber daya manusia yang dapat rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta
masa depan. Sarana dan prasarana yang memadai didik”. Sebagai wadah komunikasi dan sumber
akan dapat menunjang proses pembelajaran di informasi yang lebih mudah untuk diakses, media
lembaga pendidikan, maka dari itu perlu internet memfasilitasi hal tersebut salah satunya
peningkatan dalam pengelolaan dan pengem- dengan media jejaring sosial. Hal tersebut juga
bangan sarana pembelajaran agar sesuai dengan dikemukakan oleh Arsyad (2013:195) “kini sudah
tujuan yang diharapkan lembaga pendidikan hadir sosial media, dimana Anda dapat mengetahui
tersebut. status orang-orang di seluruh dunia secara real
408
Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 409

time”. Keberadaan berbagai macam media jejaring rumus formula slovin (Setyadin, 2005:20), diperoleh
sosial di dalam internet, seperti Facebook, Twitter, hasil sampling sejumlah 397 peserta didik.
dan media jejaring sosial lainnya, tentu dapat Selain itu diperoleh hasil validitas pada
membantu peserta didik dalam mencari berbagai variabel persepsi (X), yaitu 0,940, sedangkan
relasi dan informasi yang diinginkan. validitas pada variabel sikap (Y), yaitu 0,865.
Penggunaan internet sebagai tempat Perhitungan validitas menggunakan rumus product
berinteraksi sosial dan sebagai sumber informasi moment pearson (Wiyono dalam Burhanuddin,
memang sangat tinggi, hal tersebut juga 2007:68). Reliabilitas pada variabel persepsi (X),
disampaikan oleh Burhani (2013) dalam surat kabar yaitu 0,941, sedangkan reliabilitas pada variabel
online Antara News.com, bahwa berdasarkan sikap (Y), yaitu 0,872, Perhitungan reliabilitas
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet menggunakan rumus formula alpha cronbach
Indonesia (APJII) pada Tahun 2013, pengguna (Wiyono dalam Burhanuddin, 2007:58). Penelitian
internet di tahun ini sudah mencapai 62 juta orang ini menggunakan data kuantitatif jenis data ordinal
atau 24,23 persen dari total populasi penduduk (persepsi dan sikap) dan data nominal (jenis
Indonesia. Perkembangan pengguna internet kelamin), untuk pengumpulan data dalam penelitian
semakin meningkat salah satu penyebabnya adalah ini menggunakan angket atau kuesioner tertutup.
bertambahnya pengguna media sosial seperti Teknik analisis data dalam penelitian ini
facebook dan twitter. menggunakan rumus analisis deskriptif
Terbukti bahwa internet (media jejaring sosial) (menentukan kualifikasi dan menentukan
juga dapat dijadikan media alternatif yang tepat persentase), menggunakan rumus one way
untuk pembelajaran. Disisi lain, saat ini Analysis of Variance (ANOVA) untuk komparasi
pemanfaatan media jejaring sosial oleh peserta (Wiyono dalam Burhanuddin, 2007:71), dan
didik dirasa hanya sekedar untuk mengikuti trend menggunakan rumus product moment pearson
di lingkungannya. untuk korelasi (Wiyono, 2007:68).

METODE HASIL

Metode penelitian yang digunakan, yaitu Deskripsi variabel penelitian yang akan
pendekatan kuantitatif deskriptif-korelasi- disajikan terlebih dahulu diuji dengan rumus-rumus
komparasi, dengan model korelasional dwivariat yang telah ditentukan, serta dengan bantuan
(XY). Penelitian ini mengungkap dua macam program Method of Successive Interval (MSI)
kelompok variabel sebagai dasar acuan penelitian. dan Statistical Product and Service Solution
Kelompok pertama variabel bebas (X) adalah (SPSS) 16.0 for windows. Tabel 1 adalah tabel
persepsi tentang media jejaring sosial dengan ringkasan analisis deskriptif variabel penelitian.
variabel terikat (Y) sikap terhadap pemanfaatan Berdasarkan perhitungan panjang kelas
media jejaring sosial untuk belajar, sedangkan interval terdapat peluang skor tertinggi 69,4338
kedua variabel tersebut merupakan variabel taut dikurangi peluang skor terendah 15,0000
dalam desain kelompok kedua dengan variabel memperoleh hasil peluang range 54,4338, yang
kategorinya jenis kelamin. kemudian dibagi tiga kategori dan diperoleh panjang
Sedangkan rumus populasi dalam penelitian kelas interval, yaitu 18,1446. Dengan mengetahui
ini sejumlah 50.340 peserta didik, berdasarkan hasil tersebut, diperoleh pula kategori tinggi, yaitu
jumlah keseluruhan sekolah yaitu 111 sekolah, akan > 51,2892; kategori sedang, yaitu < 51,2891; dan
ditentukan jumlah sampel sekolah sebesar 10% kategori rendah, yaitu < 33,1445. Diketahuinya
dari jumlah keseluruhan sekolah. Penentuan 10% kategori tertinggi hingga terendah tersebut akan
sekolah tersebut berdasarkan pendapat Sugiarto, dijadikan kriteria kategori dalam variabel sikap.
dkk (2003:10) yang mengatakan, bahwa “pada Hasil analisis deskriptif menunjukkan afirmasi
umumnya untuk tahap awal ataupun untuk peneliti sikap peserta didik terhadap pemanfaatan media
pemula, sampel diambil sekitar 10 persen dari total jejaring sosial untuk belajar di SLTA Kota Malang
individu populasi yang diteliti”, sehingga ditentukan termasuk dalam kategori ‘sedang’, yaitu dengan
jumlah sekolah yang menjadi sampel sejumlah 11 angka rata-rata 45,1831 < 51,2891.
sekolah. Kemudian untuk pengambilan sampel Berdasarkan perhitungan persentase
responden menggunakan teknik proportional diperoleh hasil pada kategori tinggi sebanyak 71
simple random sampling dan menggunakan orang atau sebesar 17,9%, kategori sedang
410 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Tabel 1 Ringkasan Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel
Persepsi Sikap
Parameter
Mean 137,4991 45,1831
Standar Deviasi 24,0356 7,1875
Varians 577,7091 51,6596
Kurtosis 0,1305 0,1448
Skewness -0,1978 (Normal) -0,0974 (Normal)
Skor Min 60,4824 22,2585
Skor Max 199,0952 66,1548
Range 138,6128 43,8963
Sum 54587,1399 17937,7069
N (Sample) 397 397
Peluang Max 204,7912 69,4338
Peluang Min 47,0000 15,0000
Range Peluang 157,7912 54,4338
Interval 52,5971 18,1446
Kategori Rendah 99,5970 33,1445
Kategori Sedang 152,1941 51,2891
Kategori Tinggi 152,1942 51,2892

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Peserta Didik

No Interval Kategori Frekuensi Persentase


1 51,2892-69,4337 Tinggi 71 17,9%
2 33,1446-51,2891 Sedang 305 76,8%
3 15,0000-33,1445 Rendah 21 5,3%
397 100%

sebanyak 305 orang atau sebesar 76,8%, dan peserta didik terhadap pemanfaatan media jejaring
kategori rendah sebanyak 21 orang atau sebesar sosial untuk belajar di SLTA Kota Malang
5,3%. Maka dapat disimpulkan bahwa, persentase berdasarkan sub-variabelnya, secara pengetahuan
afirmasi sikap peserta didik terhadap pemanfaatan dalam kategori ‘sedang’ sebanyak 310 orang atau
media jejaring sosial untuk belajar di SLTA Kota sebesar 78,1%. Sedangkan secara keyakinan dan
Malang berada pada kategori ‘sedang’ sebanyak tingkah laku dalam kategori ‘rendah’ sebanyak 397
305 orang atau sebesar 76,8%. Hasil distribusi orang atau sebesar 100% pada sub-variabel
frekuensi tingkat sikap peserta didik sebagaimana keyakinan, dan sebanyak 397 orang atau sebesar
disajikan pada Tabel 2. 100% pada sub-variabel tingkah laku. Dari uraian
Adapun hasil analisis pada sub-variabel data tersebut, secara visualisasi dapat dilihat pada
pengetahuan (kognitif) kategori tinggi sebanyak Tabel 3.
21 orang atau sebesar 5,3%, kategori sedang
sebanyak 310 orang atau sebesar 78,1%, dan Persepsi Peserta Didik
kategori rendah sebanyak 66 orang atau sebesar
16,6%, tidak ada yang masuk dalam kategori tinggi Berdasarkan perhitungan panjang kelas
dan sedang pada sub-variabel keyakinan (afektif), interval terdapat peluang skor tertinggi 204,7912
sedangkan kategori rendah sebanyak 397 orang dikurangi peluang skor terendah 47,0000
atau sebesar 100%, dan tidak ada yang masuk memperoleh hasil peluang range 157,7912, yang
dalam kategori tinggi dan sedang pada sub-variabel kemudian dibagi tiga kategori dan diperoleh panjang
tingkah laku (konatif), sedangkan kategori rendah kelas interval, yaitu 52,5971. Dengan mengetahui
sebanyak 397 orang atau sebesar 100%. Dapat hasil tersebut, diperoleh pula kategori tinggi, yaitu
disimpulkan, bahwa persentase afirmasi sikap > 152,1942; kategori sedang, yaitu < 152,1941; dan
Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 411

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sub-Variabel Sikap Peserta Didik

No Variabel Interval Kategori Frekuensi Persentase


1 Pengetahuan 152,1942-204,7911 Tinggi 21 5,3%
(Kognitif) 99,5971-152,1941 Sedang 310 78,1%
47,0000-99,5970 Rendah 66 16,6%
397 100%
2 Keyakinan 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%
(Afektif) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%
47,0000-99,5970 Rendah 397 100%
397 100%
3 Tingkah Laku 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%
(Konatif) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%
47,0000-99,5970 Rendah 397 100%
397 100%

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Persepsi Peserta Didik

No Interval Kategori Frekuensi Persentase


1 152,1942-204,7911 Tinggi 97 24,4%
2 99,5971-152,1941 Sedang 276 69,5%
3 47,0000-99,5970 Rendah 24 6%
397 100%

kategori rendah, yaitu < 99,5970. Diketahuinya tidak ada yang masuk dalam kategori tinggi
kategori tertinggi hingga terendah tersebut akan maupun sedang, dan sebanyak 397 orang atau
dijadikan kriteria kategori dalam variabel persepsi. sebesar 100% masuk dalam kategori rendah, dan
Hasil analisis deskriptif menunjukkan persepsi pada sub-variabel ingatan (retention) tidak ada
peserta didik tentang media jejaring sosial dalam yang masuk dalam kategori tinggi maupun sedang,
pemanfaatannya untuk belajar di SLTA Kota dan sebanyak 397 orang atau sebesar 100%
Malang termasuk dalam kategori ‘sedang’, yaitu masuk dalam kategori rendah. Dapat disimpulkan,
dengan angka rata-rata/mean 137,4991 < bahwa persentase persepsi peserta didik tentang
152,1941. Data distribusi frekuensi tingkat persepsi media jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk
peserta didik disajikan pada Tabel 4. belajar di SLTA Kota Malang berdasarkan sub-
Berdasarkan perhitungan persentase variabelnya, secara keseluruhan dalam kategori
diperoleh hasil pada kategori tinggi sebanyak 97 ‘rendah’ sebanyak 395 orang atau sebesar 99,5%
orang atau sebesar 24,4%, kategori sedang pada sub-variabel perhatian, sebanyak 397 orang
sebanyak 276 orang atau sebesar 69,5%, dan atau sebesar 100% pada sub-variabel pema-
kategori rendah sebanyak 97 orang atau sebesar haman, dan sebanyak 397 orang atau sebesar
24,4%, sehingga dapat disimpulkan, bahwa 100% pada sub-variabel ingatan. Uraian data
persentase persepsi peserta didik tentang media tersebut disajikan dalam Tabel 5.
jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk Adapun untuk hasil pengujian asumsi
pembelajaran di SLTA Kota Malang dalam normalitas data dari variabel persepsi yang dilihat
kategori ‘sedang’ sebanyak 276 orang atau sebesar dari koefisien skewness (α3 ) sebesar -0,1978 <
69,5%. 0,50, sehingga dapat dikatakan distribusi data
Dari hasil analisis pada sub-variabel perhatian tersebut adalah normal. Sedangkan pada variabel
(attention) tidak ada yang masuk dalam kategori sikap koefisien skewness (α3) sebesar -0,0974 <
tinggi, sebanyak 2 orang atau sebesar 0,5% 0,50, sehingga dapat dinyatakan distribusi data
termasuk dalam kategori sedang, dan kategori tersebut adalah normal. Hasil uji homogenitas
rendah sebanyak 395 orang atau sebesar 99,5%, varians menggunakan koefisien levene statistic,
pada sub-variabel pemahaman (comprehension) pada variabel persepsi variasi jenis kelamin
412 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sub-Variabel Persepsi Peserta Didik

No Variabel Interval Kategori Frekuensi Persentase


1 Perhatian 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%
(Attention) 99,5971-152,1941 Sedang 2 0,5%
47,0000-99,5970 Rendah 395 99,5%
397 100%
2 Pemahaman 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%
(Comprehension) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%
47,0000-99,5970 Rendah 397 100%
397 100%
3 Ingatan 152,1942-204,7911 Tinggi 0 0%
(Retention) 99,5971-152,1941 Sedang 0 0%
47,0000-99,5970 Rendah 397 100%
397 100%

Tabel 6 Ringkasan Hasil Analisis Varians

Signifikansi
Variabel Variasi Koefisien (F) Kesimpulan
Hipotesis (P)
Pesepsi Jenis Kelamin 3,503 0,062 P > á 0,05 = H0 Tak Ditolak
Sikap Jenis Kelamin 0,869 0,352 P > á 0,05 = H0 Tak Ditolak

diperoleh koefisien sebesar 0,770 (P = 0,381) > P dilihat pula rata-rata siswi persepsinya (mean =
= 0,05 yang memiliki arti homogen. Sedangkan 140,0211) dan persepsi siswa (mean = 135,4906).
pada variabel sikap pada variasi jenis kelamin Hal tersebut telah menjawab hipotesis, bahwa
diperoleh koefisien sebesar 1,423 (P = 0,234) > P menolak hipotesis kedua, yaitu ‘terdapat perbedaan
= 0,05 yang berarti variansnya homogen. persepsi antara siswa dan siswi terhadap media
jejaring sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar’
Pengujian Hipotesis dengan kategori persepsi yang ‘sedang’.

Uji Hipotesis Hubungan Persepsi dan Sikap Peserta


Uji Hipotesis Perbedaan Sikap Siswa dan Siswi
Didik
Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalah
Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalah P =
koefisien Fhit = 0,869 > α 0,05 atau P = 0,352 > α
0,000 < α 0,05, sehingga H0 ditolak (rejected),
0,05, sehingga H 0 tak ditolak (not rejected),
dengan kata lain ada hubungan antara persepsi dan
dengan kata lain tidak ada perbedaan sikap yang
sikap peserta didik. Hal tersebut telah menjawab
signifikan di antara siswa dan siswi. Dapat dilihat
hipotesis pertama, yaitu ‘terdapat hubungan
pula rata-rata siswi sikapnya (mean = 45,5599)
persepsi peserta didik terhadap media jejaring
dan sikap siswa (mean = 44,8831). Hal tersebut
sosial dengan sikapnya dalam pemanfaatan untuk
telah menjawab hipotesis, bahwa menolak hipotesis
belajar’ atau dengan kata lain tak menolak hipotesis
ketiga yaitu: ‘terdapat perbedaan sikap antara siswa
pertama
pertama (H : ρ  0).
1 dan siswi terhadap media jejaring sosial dalam
pemanfaatannya untuk belajar’ dengan kategori
Uji Hipotesis Perbedaan Persepsi Siswa dan Siswi sikap yang ‘sedang’.
Hasil uji hipotesis yang diperoleh adalah
koefisien Fhit = 0,381 > α 0,05 atau P = 0,062 > α PEMBAHASAN
0,05, sehingga H0 tak ditolak (not rejected), dengan
kata lain tidak ada perbedaan persepsi yang Afirmasi sikap peserta didik terhadap
signifikan diantara siswa dan siswi. Namun dapat pemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar
Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 413

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu yang pertama Selain itu juga diperoleh hasil, yaitu tidak ada
faktor pengetahuan yang terdiri atas pemahaman perbedaan persepsi antara siswa maupun siswi di
manfaat jejaring sosial untuk belajar dan identifikasi SLTA Kota Malang. Hal tersebut dapat dimaknai,
fungsi jejaring sosial yang berada dalam kategori bahwa secara pengetahuan dan kebutuhan akan
‘sedang’. Faktor kedua adalah keyakinan peserta media jejaring sosial antara siswa dan siswi tidak
didik memilih jejaring sosial untuk pembelajaran yang ada beda, sehingga bagi seorang pendidik dapat
masih ‘rendah’. Faktor yang terakhir adalah tingkah membantu dalam mengembangkan metode
laku peserta didik dalam inisiatifnya memanfaatkan mengajar di kelas dengan memanfaatkan media
jejaring sosial yang masih ‘rendah’. Faktor-faktor jejaring sosial dapat diimplementasikan. Selain itu
tersebut juga dikemukakan oleh Azwar (1988:28), juga memacu peserta didik untuk menggunakan
bahwa untuk untuk dapat menjadi dasar pembentukan media jejaring sosial dengan positif, yaitu sebagai
sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang sarana alternatif untuk belajar. Dengan demikian
kuat. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal dapat disimpulkan, bahwa tingkat persepsi peserta
memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya didik tergolong sedang dengan sebab beberapa
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif faktor-faktor, yaitu faktor perhatian, pemahaman,
yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup dan ingatan peserta didik yang masih rendah secara
kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai keseluruhan dengan tidak ada perbedaan antara
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. siswa dan siswi dalam berpersepsi.
Dapat disimpulkan, bahwa tingkat afirmasi Berdasarkan hasil analisis diperoleh P = 0,000
sikap peserta didik tergolong sedang dengan < α 0,05, sehingga H0 ditolak (rejected), dengan
penyebab beberapa faktor-faktor, yaitu yang kata lain ada hubungan antara persepsi dan sikap
pertama adalah faktor pengetahuan yang berada peserta didik dalam memanfaatkan media jejaring
dalam kategori ‘sedang’. Faktor kedua adalah sosial untuk belajar. Hal tersebut berarti, bahwa
keyakinan peserta didik yang masih ‘rendah’ dan persepsi peserta didik tentang media jejaring sosial
faktor yang terakhir adalah tingkah laku peserta dalam kategori ‘sedang’ memiliki hubungan yang
didik dalam kategori ‘rendah’. Berdasarkan hasil signifikan terhadap sikapnya dalam memanfaatkan
pengolahan data tersebut dapat disimpulkan berbagai media jejaring sosial untuk belajar,
bahwa, tingkat afirmasi sikap peserta didik meskipun dalam kategori yang ‘sedang’ pula.
terhadap pemanfaatan media jejaring sosial untuk Jika dikaitkan dengan pendapat Robbins
belajar di SLTA Kota Malang secara umum berada (2003:96) tentang pembentukan sikap “bila ditanya
dalam kategori ‘sedang’. mengenai suatu sikap terhadap suatu objek, individu
Peserta didik dalam mempersepsi media mengingat-ingat akan perilaku mereka yang
jejaring sosial untuk pemanfaatan belajarnya relevan terhadap objek tersebut dan kemudian
tersebut dengan berbagai faktor. Yang pertama, menyimpulkan sikap mereka dari perilaku masa
adalah faktor perhatian terdiri atas mudahnya lalu”, maka hal tersebut sangat jelas mendukung,
peserta didik mengakses jejaring sosial dan faktor bahwa adanya hubungan antara persepsi peserta
intensitas penggunaan jejaring sosial oleh peserta didik dalam membentuk sikapnya, sehingga dapat
didik tersebut baik di dalam sekolah maupun di luar ditarik kesimpulan, bahwa terdapat hubungan
sekolah juga masih ‘rendah’. Intensitas persepsi peserta didik tentang media jejaring sosial
penggunaan jejaring sosial di luar sekolah terhadap sikapnya dalam memanfaatkan media
dimungkinkan juga dipengaruhi oleh lingkungan tersebut untuk belajar secara signifikan. Hal
masing-masing peserta didik. Faktor kedua, yaitu tersebut dapat dimaknai, bahwa adanya hubungan
pemahaman peserta didik dalam menjabarkan antara kebutuhan dan pengetahuan peserta didik
fungsi dan menghafalkan berbagai fungsi jejaring tentang media jejaring sosial dengan respon peserta
sosial yang masih ‘rendah’. Faktor ketiga, adalah didik untuk memanfaatkannya sebagai sarana
ingatan peserta didik dalam menghafal beberapa alternatif dalam belajar, sehingga perlu adanya
menu dan fasilitas pada berbagai jejaring sosial yang peningkatan dalam memanfaatkan media tersebut
‘rendah’. Dari ketiga faktor tersebut juga sejalan untuk belajar dengan memulai menggalakkan
dengan pendapat Thoha (2004:140), yaitu “fungsi metode mengajar dengan memanfaatkan media
persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel jejaring sosial sebagai tempat bertatap muka secara
berikut ini: objek atau peristiwa yang dipahami, tidak langsung antara pendidik dan peserta didik
lingkungan terjadinya persepsi dan orang-orang maupun antar peserta didik.
yang melakukan persepsi”.
414 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 408-415

Dapat dilihat dalam penelitian ini, bahwa tidak tersebut tidak terbukti pada variabel persepsi
ada perbedaan sikap antara siswa dan siswi maupun variabel sikap dalam penelitian ini,
terhadap pemanfaatan media jejaring sosial untuk dikarenakan banyak faktor pendukung yang
belajar. Hal tersebut berarti, perbedaan jenis kelamin cenderung sama antara siswa dan siswi.
pada jenis sekolah, tingkatan kelas dan asal SLTP
tidak mempengaruhi mereka bersikap dalam KESIMPULAN DAN SARAN
pemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar.
Siswa dan siswi memiliki sikap dalam Kesimpulan
memanfaatkan media jejaring sosial untuk belajar
Kesimpulan penelitian sebagai berikut: (1)
yang ‘sedang’. Hal tersebut disebabkan oleh
tingkat persepsi peserta didik tentang media jejaring
beberapa faktor, antara lain pengetahuan yang terdiri
sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar di
atas pemahaman manfaat jejaring sosial untuk
SLTA Kota Malang berada dalam kategori sedang,
belajar dan identifikasi fungsi jejaring sosial yang
(2) tingkat afirmasi sikap peserta didik terhadap
telah ada dalam tingkatan yang sama. Selain itu
pemanfaatan media jejaring sosial untuk belajar di
keyakinan peserta didik memilih jejaring sosial untuk
SLTA Kota Malang berada dalam kategori sedang,
belajar dalam tingkatan yang sama serta tingkah
(3) terdapat hubungan yang signifikan antara
laku peserta didik dalam inisiatifnya memanfaatkan
persepsi peserta didik tentang media jejaring sosial
jejaring sosial pada tingkatan yang sama pula.
dengan sikapnya dalam memanfaatkan untuk
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat baik siswa
belajar di SLTA Kota Malang, (4) terbukti tidak
maupun siswi menunjukkan sikap yang sama.
ada perbedaan yang signifikan antara siswa dan
Hasil analisis dalam penelitian ini diperoleh
siswi terkait persepsinya tentang media jejaring
kesimpulan, bahwa tidak ada perbedaan persepsi
sosial dalam pemanfaatannya untuk belajar di
antara siswa dan siswi terhadap pemanfaatan media
SLTA Kota Malang, (5) terbukti tidak ada
jejaring sosial untuk belajar. Maka hal tersebut
perbedaan yang signifikan antara siswa dan siswi
memiliki arti, bahwa perbedaan jenis kelamin pada
terkait sikapnya memanfaatkan media jejaring
jenis sekolah, tingkatan kelas dan asal SLTP tidak
sosial untuk belajar di SLTA Kota Malang.
mempengaruhi mereka dalam mempersepsikan
media jejaring sosial untuk dimanfaatkan dalam
belajar. Siswa dan siswi memiliki persepsi dalam Saran
memanfaatkan media jejaring sosial untuk belajar Saran dalam penelitian ini, sebagai berikut:
yang ‘sedang’. Terdapat beberapa faktor yang (1) bagi Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala
menyebabkan hal tersebut, antara lain faktor yang Kementerian Agama Kota Malang, hendaknya
pertama adalah mudahnya peserta didik mengakses mempertimbangkan untuk membuat regulasi
jejaring sosial dan faktor intensitas penggunaan tentang pemanfaataan media jejaring sosial
jejaring sosial oleh peserta didik tersebut baik di dalam sebagai sarana alternatif untuk belajar dalam
sekolah maupun di luar sekolah yang sama. Faktor pengembangan kurikulum yang akan datang, (2)
kedua yaitu peserta didik dalam menjabarkan fungsi bagi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
dan menghafalkan berbagai fungsi jejaring sosial Kota Malang hendaknya mempertimbangkan untuk
yang sama. Faktor ketiga adalah peserta didik memberikan layanan atau pembuatan media jejaring
menghafal beberapa menu dan fasilitas pada sosial khusus untuk dimanfaatkan sebagai sarana
berbagai jejaring sosial yang sama pula. belajar alternatif bagi peserta didik, (3) bagi Kepala
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat sekolah, hendaknya meningkatan fasilitas akses
disimpulkan, bahwa baik siswa maupun siswi internet yang optimal di lingkungan sekolah agar
menunjukkan persepsi yang sama. tujuan peningkatan pemanfaatan media jejaring
Jika dikaitkan dengan pernyataan Najma sosial untuk belajar dapat terwujud dengan baik,
(2008:1), bahwa “laki-laki memiliki ciri berfikir (4) bagi Guru untuk memberikan inovasi metode
konsentratif (pemusatan), selalu melihat sisi mengajar di kelas dengan memberikan tugas atau
keterkaitan antara satu hal dengan lainnya, dengan mencoba bertatap muka di dunia maya, dan (5)
cara lingkaran yang saling berhubungan. Di sisi bagi Peneliti lain, hendaknya meneliti objek
lain perempuan bercirikan ekspansif (meluas) penelitian lainnya, yaitu dari sisi kepala sekolah
dalam berfikir, selalu memandang dari sisi maupun pendidik/guru sebagai orang yang secara
hubungan saling bergantian antar sesama”. Hal langsung bertatap muka dengan peserta didik.
Setiawan dkk, Persepsi dan Sikap Peserta Didik tentang Media Jejaringan Sosial dalam Pemanfaatannya untuk Belajar 415

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Setyadin, Bambang. 2005. Modul IV: Desain dan
Jakarta: PT Raja Grafindo. Metode Penelitian Kuantitatif. Malang:
Burhani, Ruslan. 2013. Pengguna Internet di Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Indonesia Capai 82 Juta Orang. (Online), Malang.
AntaraNews.com. hlm.1, diakses tanggal 18 Sugiarto., Siagian, Dergibson., Sunaryanto,
Februari 2014. Lasmono Tri & Oetomo, Deny. 2003.
Najma, Nasruni Abu. 2008. Perbedaan Teknik Sampling. Jakarta: PT SUN.
Pandangan Laki-Laki dan Perempuan. Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi:
(Online), (http://nasruni.wordpress.com/ Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
?s=perbedaan), diakses tanggal 17 Februari PT Rajagrafindo Persada.
2014 Wiyono. 2007. Metodologi Penelitian: Pende-
Robbins, Stephen Paul. 2003. Perilaku Orga- katan Kuantitatif, Kualitatif dan Action
nisasi: Jilid I. Terjemahan Tim Indeks. Research. Malang: Rosindo Malang.
Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

Elwien Sulistya Ningrum


Ahmad Yusuf Sobri

e-mail: elwiensn@ymail.com
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this research describes the implementation of Curriculum 2013, supporting
factors and inhibiting factors in implementation of Curriculum 2013, alternative solutions Curriculum
2013, and the role of teachers and principals in the implementation of Curriculum 2013. The research
used a qualitative approach with case study descriptive -single case as type research. The results of
this research indicate that there are supporting factors and inhibiting factors, alternative solutions,
and the role of principals and teachers in implementation of Curriculum 2013 in SDN Tangkil 01
Wlingi Blitar.

Keywords: curriculum implementation , curriculum 2013

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang implementasi Kurikulum 2013, faktor
pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum 2013, alternatif pemecahan masalah Kurikulum
2013, serta peran guru dan kepala sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif-kasus tunggal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat, alternatif
pemecahan masalah, serta peran kepala sekolah dan guru dalam implementasi Kurikulum 2013 di SDN
Tangkil 01 Wlingi Blitar.

Kata Kunci: implementasi kurikulum, kurikulum 2013

Perkembangan dunia pendidikan dari tahun ke Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah
tahun terus mengalami perubahan seiring dengan Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/
tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/
yang berkualitas dan berdaya saing di era global. Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yang (SMA/SMK/MA). Sekolah Dasar Negeri (SDN)
dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar
rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. merupakan salah satu sekolah dari dua sekolah
Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan yang ada di kecamatan Wlingi yang ditunjuk
mutu pendidikan nasional, salah satunya dengan sebagai sekolah pelaksana Kurikulum 2013.
melakukan penyempurnaan kurikulum. Saat ini, Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01
dunia pendidikan Indonesia ramai diperbincangkan dilaksanakan mulai tanggal 15 Juli 2013. SDN
mengenai penerapan kurikulum 2013. Banyak Tangkil 01 melaksanakan Kurikulum 2013 karena
tanggapan positif dan negatif (pro-kontra) sebelumnya telah melaksanakan Pembelajaran
mengenai perubahan kurikulum dari Kurikulum Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM),
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Peran Serta Masyarakat (PSM), dan Manajemen
Kurikulum 2013. Berbasis Sekolah (MBS). Implementasi Kurikulum
Kurikulum 2013 diberlakukan secara 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi bekerjasama
bertahap mulai tahun ajaran 2013/2014 melalui dengan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu
pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah yang Pendidikan), UPTD (Unit Pelaksana Teknis
sudah siap melaksanakannya dan sekolah yang Daerah) Kecamatan Wlingi, dan orang tua peserta
memiliki nilai akreditasi “A”. Tahun Ajaran 2013/ didik. Sebelum melaksanakan Kurikulum 2013,
2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas SDN Tangkil 01 mengirim 9 orang guru secara
untuk Kelas I dan Kelas IV Sekolah Dasar/ berkala untuk mengikuti sosialisasi supaya guru
416
Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 417

mendapatkan bekal yang cukup dalam sekolah lain yang melaksanakan, namun SDN
melaksanakan Kurikulum 2013. Tangkil 01 Wlingi yang masih aktif dalam
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 melaksanakan program-program tersebut. Kepala
menggunakan tematik integratif, pendekatan sekolah dan guru SDN Tangkil 01 Wlingi mengikuti
scientific, dan juga penilaian auntentik. Tematik setiap sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak
integrative merupakan penggabungan dari LPMP baik sebelum implementasi dan waktu
beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema, implementasi Kurikulum 2013. SDN Tangkil 01
pendekatan scientific merupakan pendekatan Wlingi menggunakan dana BOS dan juga dana dari
melalui menanya, mencoba, dan menalar, LPMP untuk implementasi Kurikulum 2013.
sedangkan penilaian autentik merupakan penilaian Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01
yang mengukur semua kompetensi sikap, sudah diterapkan untuk Kelas I dan Kelas IV. Guru
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses sudah menggunakan pembelajaran tematik
dan hasil. integratif dengan pendekatan scientific, dan
penilaian autentik. Guru juga sudah membuat rapor
METODE PENELITIAN untuk Kelas I dan Kelas IV yang berisi mengenai
deskripsi kelebihan dan kelemahan peserta didik
Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam menguasai suatu kompetensi dasar.
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus Penilaian yang dilakukan guru untuk mengisi
deskriptif-kasus tunggal. Studi kasus deskriptif ini rapor dilihat dari penilaian portofolio, rubrik
peneliti ingin melacak urutan peristiwa, hubungan penilaian, penilaian diri sendiri, dan juga dilihat dari
antar pribadi, mernggambarkan sub-budaya, dan ulangan harian atau tugas yang telah diberikan oleh
menemukan fenomena kunci dalam suatu peristiwa guru. SKL Kurikulum 2013 berisi mengenai sikap,
(Ulfatin, 2013:60). Peneliti dalam penelitian ini pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
bentindak sebagai instrumen kunci yang langsung Implementasi Kurikulum 2013 tidak ada peserta
terjun ke lapangan karena peneliti sebagai instrument didik yang tidak naik kelas karena peserta didik
utama dan bisa mengambil dan mengumpulkan data memiliki kelebihan tersendiri pada setiap
secara langsung dari responden. kompetensi dasar, sehingga meskipun hanya
Penelitian ini dilakukan di SDN Tangkil 01 menguasai satu kompetensi dasar mereka tetap
Wlingi Blitar yang melaksanakan Kurikulum 2013. bisa dinyatakan naik kelas.
SDN Tangkil 01 Wlingi terletak di Jalan Kepundung Faktor pendukung implementasi Kurikulum
14, Tangkil, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, 2013 meliputi buku pedoman yang diberikan ketika
Telepon (0342) 693065. Sumber data penelitian ini sosialisasi Kurikulum 2013, arahan dari pengawas,
antara lain: Kepala sekolah, guru, orang tua peserta fasilitas sekolah, dan sosialisasi yang diberikan oleh
didik, dan peserta didik. Prosedur pengumpulan LPMP. Dengan adanya faktor pendukung tersebut
data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu guru-guru memanfaatkan dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis menggunakan buku pedoman untuk menyusun
data dilakukan dengan mereduksi data, berbagai administrasi kurikulum, memanfaatkan
mengorganisasikan data, dan penyimpulan data. fasilitas sekolah semaksimal mungkin untuk
Hasil analisis data selanjutnya di cek keabsahannya menunjang pembelajaran, mengikuti setiap
melalui pemeriksaan triangulasi, pengecekan sosialisasi yang diberikan oleh LPMP, dan mencari
keanggotaan, kecukupan referensial, dan solusi dari setiap masalah yang dihadapi bersama
perpanjangan keikutsertaan. Proses pengumpulan dengan kepala sekolah. Apabila kepala sekolah dan
data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, guru tidak menemukan solusi dari masalah yang
yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan ada, maka kepala sekolah meminta bantuan
tahap pelaporan. kepada pengawas sekolah untuk mencari solusi
dari masalah tersebut.
HASIL Orang tua peserta didik dan peserta didik juga
merupakan salah satu pendukung dalam
Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan implementasi Kurikulum 2013. Orang tua peserta
pada tanggal 15 Juli 2013. SDN Tangkil 01 Wlingi didik memberikan dukungan dengan membantu
ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 2013 dan mengawasi anak belajar di rumah serta orang
karena sebelumnya sekolah sudah menerapkan tua mendukung adanya Kurikulum 2013 karena
program MBS, PSM, dan PAKEM. Meskipun ada hal itu bisa memudahkan anak dalam belajar.
418 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

Peserta didik juga merasa senang dengan adanya apabila ada kesulitan dalam implementasi
Kurikulum 2013 karena mereka tidak merasa Kurikulum 2013.
bosan belajar materi terlalu banyak karena pada Kepala sekolah memiliki penting dalam
Kurikulum 2013 materi pelajaran berisikan implementasi Kurikulum 2013. Kepala sekolah
mengenai penggabungan dari beberapa mata dalam implementasi Kurikulum 2013 memiliki peran
pelajaran ke dalam satu tema. yaitu memberikan dukungan dan motivasi,
Hambatan yang dihadapi oleh pihak sekolah memonitoring dan menyampaikan ilmu yang
terutama guru dalam implementasi Kurikulum 2013 diperoleh ketika mengikuti sosialisasi kepada guru-
yaitu masih adanya peserta didik yang belum bisa guru, selain itu kepala sekolah melakukan supervisi
membaca, membedakan huruf, dan angka untuk kelompok, yaitu dengan kepala sekolah
Kelas I, materi terlalu banyak dan harus diselesaikan mengadakan rapat untuk membahas kesulitan guru
dengan target satu tema 1,5 bulan, terlalu banyak dalam proses pembelajaran baik untuk
administrasi yang harus diselesaikan, pembuatan implementasi Kurikulum 2013 maupun KTSP.
RPP harus mencantumkan tiga pendekatan, satu Kepala sekolah juga memberikan kesempatan
RPP digunakan untuk satu kali pertemuan atau untuk kepada guru untuk meningkatkan profesinya dan
satu PB, pembelajaran tidak selalu tuntas dalam satu mendorong guru dalam mengikuti kegiatan yang
PB padahal satu PB harus selesai dalam satu hari, bisa menunjang implementasi Kurikulum 2013.
guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antara Guru juga memiliki peran dalam implementasi
pelaksanaan pembelajaran dan administrasi, serta Kurikulum 2013. Guru yang dimaksud disini yaitu
guru kesulitan dalam melakukan penilaian karena guru yang melaksanakan Kurikulum 2013 dan guru
penilaian yang cukup banyak. yang belum melaksanakan Kurikulum 2013. Peran
SDN Tangkil 01 Wlingi dalam mengatasi guru pelaksana dalam implementasi Kurikulum
masalah terkait materi yang belum selesai yakni 2013 yaitu memberikan dukungan dan juga motivasi
dengan guru memberikan tugas mandiri terkait antar sesama guru pelaksana dan membagikan
dengan materi yang belum tuntas dan memberikan ilmu yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasi
tambahan materi pada hari selanjutnya sebelum kepada guru-guru yang tidak mengikuti sosialisasi.
masuk PB baru serta guru meminta bantuan Sedangkan peran guru bukan pelaksana dalam
kepada walimurid untuk membantu anak implementasi Kurikulum 2013 yaitu memberikan
memahami secara detail tema yang belum selesai. motivasi dan dukungan kepada guru yang
Pemecahan masalah dalam mengatasi melaksanakan Kurikulum 2013.
kendala dalam implementasi Kurikulum 2013
terkait dengan penilaian, guru menggunaan PEMBAHASAN
portofolio, penilaian kelompok, membuat rubrik
penilaian, dan meminta siswa melakukan penilaian Implementasi Kurikulum 2013 tingkat SD
sendiri. Cara guru mengatasi masalah terkait masih dilaksanakan pada Kelas I dan Kelas VI.
dengan adanya peserta didik yang belum bisa Kurikulum 2013 dilaksanakan untuk membentuk
membaca dan menulis yaitu dengan cara guru karakter dan keterampilan dari masing-masing
memberitahu perkembangan kepada walimurid peserta didik. Pemerintah memberikan sosialisasi
untuk membantu membimbing anaknya belajar selama implementasi Kurikulum 2013 berupa diklat
membaca dan menulis. Gur u juga bisa untuk menunjang kelancaran implementasi
bekerjasama dengan guru lain yang juga mengikuti Kurikulum 2013 dan supaya guru memperoleh
sosialisasi pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk wawasan mengenai Kurikulum 2013.
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Mulyasa (2013:48) mengungkapkan
Otorisator dalam implementasi Kurikulum Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat
2013 yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, guru penting dilakukan, agar semua pihak yang terlibat
Kelas I dan guru Kelas IV. Masing-masing dalam implementasinya di lapangan paham dengan
otorisator juga memiliki cara sendiri dalam perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan
menangani masalah yaitu dengan memberikan tugas pokok dan fungsinya masing-masing,
motivasi, memonitoring, dan juga menyediakan sehingga mereka memberikan dukungan terhadap
dana untuk keperluan implementasi Kurikulum perubahan kurikulum yang dilakukan…
2013. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin SDN Tangkil 01 Wlingi dalam implementasi
supaya pembelajaran bisa berjalan optimal dan Kurikulum 2013 juga melakukan sosialisasi
sharing dengan guru-guru dan kepala sekolah terhadap guru-guru dan walimurid, selain itu guru-
Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 419

guru dan kepala sekolah juga mengikuti diklat yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga tidak
diadakan oleh pemerintah untuk kesuksesan ada peserta didik yang tidak naik kelas karena setiap
implementasi Kurikulum 2013. Diklat Kurikulum peserta didik pasti memiliki kemampuan sendiri-
2013 tidak hanya diikuti oleh kepala sekolah dan sendiri. SKL Kurikulum 2013 tersebut sesuai dengan
guru kelas, melainkan juga diikuti oleh guru Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 yang
matapelajaran seperti guru agama dan guru menjelaskan bahwa SD/MI/SDLB/Paket A
olahraga. memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berkaitan dengan pendanaan, implementasi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 juga berbeda
Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 menggunakan dengan KTSP. Pembelajaran Kurikulum 2013 lebih
dana dari BOS dan juga LPMP serta sekolah- ditekankan pada proses dan pembelajaran tidak
sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 terpusat pada guru melainkan peserta didik juga
mendapatkan buku pegangan dari pemerintah harus aktif dalam kelas, sedangkan KTSP sistem
untuk guru dan juga peserta didik, sedangkan penilaian menggunakan angka dan dalam
menurut hasil penelitian Sutikno (2009:174) pembelajaran guru cenderung memberikan
menyatakan “….pendanaan operasional yang penjelasan.
ternyata tidak cukup dari mengandalkan dana BOS. Orang tua peserta didik juga memberikan
Selanjutnya dengan persetujuan dan pertimbangan dukungan terhadap implementasi Kurikulum 2013
komite sekolah, sekolah boleh menghimpun dana dengan mengawasi dan membantu anak ketika
dari orang tua siswa……”. Buku yang digunakan belajar di rumah, orang tua peserta didik dan
masih berupa buku hidup (lifing) sehingga guru peserta didik juga merasa senang dengan adanya
juga menggunakan buku paket selain dari Kurikulum 2013 karena adanya pembelajaran
Pemerintah untuk menunjang proses belajar- tematik integratif. Adanya pembelajaran tematik
mengajar. bisa memudahkan peserta didik ketika belajar
Saat pembelajaran di kelas, guru karena tidak terlalu banyak materi yang harus
menggunakan promes sebagai pedoman mengajar dipelajari dan mereka tidak akan merasa bosan,
di kelas, sedangkan hasil penelitian dari Sutikno selain itu orang tua peserta didik yang menanyakan
(2009:208), menjelaskan “guru-guru melaksanakan kepada guru mengenai kekurangan dan apa saja
proses belajar mengajar dengan berpedoman pada yang dibutuhkan oleh guru untuk menunjang proses
silabus, kalender pendidikan, RPP, program belajar-mengajar. Jika dirasa tidak terlalu berat,
semester yang telah disusun sebelumnya”. Tahap maka orang tua siswa memberikan bantuan dengan
penilaian, guru menggunakan penilaian yang mengambilkan dari uang paguyuban yang disertai
berbentuk portofolio, menggunakan rubrik persetujuan dari semua orang tua peserta didik
penilaian, penilaian sendiri dan penilaian teman pada kelas yang bersangkutan.
sejawat. Rubrik penilaian digunakan dalam setiap Kepala sekolah dan guru selalu mengikuti
tema karena setiap tema memuat mata pelajaran diklat pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diadakan
yang berbeda tergantung tema apa yang dipelajari. oleh pihak LPMP supaya kepala sekolah dan guru
Penilaian portofolio digunakan guru ketika peserta paham mengenai Kurikulum 2013. Guru bisa
didik mendapatkan tugas karena pembelajaran memanfaatkan fasilitas sekolah berupa LCD
pada satu hari belum selesai dengan cara guru dalam proses pembelajaran supaya murid-murid
memberikan tugas kepada peserta didik untuk tidak merasa bosan dan merasa bersemangat
dikerjakan di rumah. dalam belajar di kelas serta mendayagunakan
Selain penilaian di atas, guru juga melakukan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
observasi pada setiap pembelajaran untuk melihat Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa (2013:49),
sikap peserta didik dalam memperoleh pembelajaran, bahwa fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu
keterampilan peserta didik dalam memecahkan didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dan
masalah, dan juga pengetahuan yang di miliki oleh disimpan sebaik-baiknya… Dalam pengembangan
peserta didik. Sistem penilaian pada akhir semester fasilitas dan sumber belajar, guru disamping harus
atau rapor dalam Kurikulum 2013 menggunakan membuat sendiri alat pembelajaran dan alat
sistem narasi, sehingga nilai rapor tidak lagi berupa peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan
angka melainkan berupa deskripsi kemampuan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
peserta didik berdasarkan sikap, keterampilan, dan yang lebih konkrit.
pengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. SKL Alternatif pemecahan masalah dalam
pada Kurikulum 2013 mencantumkan mengenai implementasi Kurikulum 2013 yang sudah dilakukan
420 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

di SDN Tangkil 01 Wlingi terkait dengan berupa motivasi kepada guru pelaksana Kurikulum
pembelajaran yang belum tuntas yakni guru 2013 dan jika guru merasa kesulitan dalam
memberikan tugas tambahan, guru juga memberikan implementasi kurikulum maka kepala sekolah
tambahan pada hari berikutnya sebelum jam membantu guru pelaksana untuk mencarikan solusi
pelajaran dimulai, dan guru meminta bantuan kepada dari permasalahan yang dihadapi, selain itu kepala
walimurid untuk mengawasi dan membimbing sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru
anaknya dalam belajar di rumah supaya anak bisa untuk mengikuti kegiatan yang bisa menunjang
lebih memahami materi yang belum tuntas dan jika kinerjanya dalam melaksanakan Kurikulum 2013.
ada yang belum di mengerti, peserta didik bisa Guru bukan pelaksana juga akan membantu
menanyakan materi yang belum dimengerti kepada semampu mer eka demi kelancaran dalam
guru. Kendala yang dihadapi selain masalah implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01
pembelajaran yaitu untuk peserta didik Kelas I masih Wlingi. Selain itu, Bafadal (2006:135)
ada yang belum bisa membaca dan menulis sehingga mengungkapkan pemberian motivasi, semangat
guru harus telaten dan sabar dalam mengajari kerja, pemenuhan fasilitas, dan pemberian arahan
peserta didik. Untuk peserta didik yang tidak bisa kepada guru serta staf merupakan peran yang
membaca dan menulis, guru meminta walimurid cukup tinggi yang dilakukan kepala sekolah dalam
untuk lebih ekstra dalam mengajari anaknya di menggerakkan tim kerjanya. Rohyanto (2013:140)
rumah supaya anak-anaknya bisa lebih cepat untuk juga mengungkapkan “kepala sekolah selalu
belajar membaca dan menulis. memberikan motivasi pada guru secara langsung
Solusi untuk memecahkan masalah terkait maupun tidak langsung. Secara langsung
dengan RPP dan penilaian terhadap peserta didik, contohnya kepala sekolah selalu memberi selamat
guru mengatasinya dengan membuat RPP dan pada guru yang mempunyai prestasi, selalu
penilaian setiap pulang sekolah atau waktu mengucapkan terimakasih setelah memberi tugas
pembelajaran selesai. Penelitian yang dilakukan dan lain sebagainya secara tidak langsung, kepala
oleh Husnawati (2013:65-66) terkait dengan sekolah menyediakan wadah untuk guru saling
alternatif pemecahan masalah mengenai melakukan motivasi yaitu program motivasi pagi”.
penyusunan perangkat pembelajaran telah di atasi Peranan kepala sekolah, guru pelaksana, dan
dengan adanya kegiatan penyusunan perangkat guru bukan pelaksana bisa dikatakan opimal karena
pembelajaran bersama yang dilakukan pada awal kepala sekolah sudah melaksanakan perannya
pembelajaran dan diadakan workshop yang dengan baik yaitu dengan memonitoring, membantu
berhubungan dengan pembuatan perangkat guru dalam memecahkan masalah, dan
pembelajaran. Jika guru mengalami masalah dalam menyediakan bantuan berupa materiil dan
implementasi Kurikulum 2013, guru menyampaikan nonmateriil serta SDN Tangkil 01 Wlingi sudah
kepada kepala sekolah untuk mencari solusi mendapatkaan monitoring langsung dari pihak
bersama-sama dan jika kepala sekolah tidak LPMP terkait implementasi Kurikulum 2013 baik
menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi kepada kepala sekolah dan juga proses belajar
guru, maka kepala sekolah meminta bantuan mengajar yang dilakukan oleh guru pelaksana.
kepada pengawas sekolah untuk mencari solusi Sebagaimana diungkapkan oleh Kemendikbud
terhadap masalah yang dihadapi oleh guru. Selain (2013:94), bahwa evaluasi terhadap pelaksanaan
itu, guru juga bisa sharing dengan sesama guru kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
pelaksana Kurikulum 2013 dan guru yang bukan mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum
pelaksana Kurikulum 2013. dan membantu kepala sekolah dan guru
Kepala sekolah, guru pelaksana, dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi
bukan pelaksana mempunyai peran masing-masing dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan
dalam implementasi Kurikulum 2013. Menurut dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah
Marsh (dalam Hamalik, 2009:239) ada tiga faktor kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
yang mempengaruhi implementasi kurikulum di Evaluasi dalam implementasi kurikulum
antaranya: “dukungan kepala sekolah, dukungan diperlukan oleh sekolah supaya pemerintah
rekan sejawat guru, dan dukungan internal dalam mengetahui kendala yang dialami guru dan kepala
kelas”. Senada dengan pernyataan dari Mars sekolah dalam melaksanakan kurikulum karena dari
(dalam Hamalik bahwa implementasi Kurikulum masing-masing sekolah kendala yang dihadapi
2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi, kepala sekolah berbeda-beda sehingga pada implementasi
juga memiliki peran dalam memberikan dukungan Kurikulum 2103 pihak LPMP mendatangi sekolah
Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 421

untuk melakukan monitoring secara langsung Faktor penghambat implementasi Kurikulum


terhadap implementasi Kurikulum 2013 di SDN 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi meliputi: 1) guru
Tangkil 01 Wlingi. Kegiatan monitoring dilakukan merasa kesulitan dalam membuat RPP untuk
secara rutin untuk mengetahui apakah ada Kurikulum 2013, 2) Target menyelesaikan satu
kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 di tema dalam waktu 1,5 bulan, guru ditarget untuk
sekolah yang kemudian dari kesulitan-kesulitan menyelesaikan satu hari satu PB dan satu tema
yang ada, pihak pemerintah atau LPMP bisa selama 1,5 bulan merupakan hambatan tersendiri
mencarikan solusi supaya masalah yang dihadapi bagi guru karena dalam waktu satu hari guru belum
kepala sekolah dan guru bisa terselesaikan. tentu bisa menyelesaikan satu PB, 3) guru merasa
kesulitan dalam membagi waktu antara mengajar
KESIMPULAN DAN SARAN dan menyelesaikan administrasi Kurikulum 2013,
karena jika guru lebih fokus pada pemenuhan
Kesimpulan administrasi maka guru merasa tidak akan bisa
optimal dalam mengajar, dan 4) penilaian, untuk
Implementasi Kurikulum 2013 di SDN Tangkil
melakukan penilaian pembelajaran Kurikulum
01 Wlingi yang melakukan proses penyusunan
2013 guru harus benar-benar teliti karena guru
kurikulum yaitu pemerintah karena Kurikulum 2013
harus mendeskripsikan kemampuan masing-
masih baru sehingga pemerintah sering memberikan
masing peserta didik baik berupa kelebihan dan
sosialisasi terkait implementasi Kurikulum 2013
kekurangan dalam mencapai suatu KD.
kepada kepala sekolah dan guru. Pendanaan untuk
Administrasi Kurikulum di SDN Tangkil 01
implementasi Kurikulum 2013 di SDN menggu-
Wlingi dilakukan oleh guru karena sekolah masih
nakan dana dari BOS dan juga LPMP serta buku
merupakan jenjang SD, maka belum ada petugas
yang digunakan pada proses pembelajaran diperoleh
administrasi khusus yang menangani masalah
dari pemerintah sehingga sekolah tidak menghimpun
kurikulum seperti waka kurikulum pada jenjang
dana dari orang tua peserta didik. Guru
SMP dan SMA, sehingga guru yang bersangkutan
menggunakan promes sebagai pedoman dalam
dalam implementasi Kurikulum 2013 sendiri yang
mengajar yang dibuat berdasarkan silabus dan dalam
bertugas menyediakan/mempersiapkan segala
implementasi Kurikulum 2013 guru melakukan
keperluan dalam implementasi kurikulum, misalnya
penilaian berupa penilaian portofolio, rubrik penilaian,
saja RPP, fasilitas, personil, dan juga kondisi-kondisi
penilaian diri, dan juga tugas serta ulangan harian
yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum di
yang kemudian dari penilaian-penilaian tersebut guru
sekolah.
bisa memberikan penilaian untuk mengisi rapor yang
Alternatif pemecahan masalah di SDN
berupa deskripsi dari kemampuan yang dimiliki dari
Tangkil 01 Wlingi dilakukan dengan cara guru
masing-masing peserta didik.
memberikan tugas kepada peserta didik apabila
Faktor pendukung implementasi Kurikulum
pada saat mengajar guru tidak bisa menyelesaikan
2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi lebih kepada
satu pembelajaran. Guru juga meminta tolong
dukungan untuk kepala sekolah dan guru berupa
kepada orang tua peserta didik untuk membantu
fasilitas yang dimiliki sekolah dan juga pedoman
dan mengawasi anaknya dalam belajar dan
yang diberikan oleh pemerintah untuk dijadikan
membantu anaknya memahami pelajaran yang
panduan oleh kepala sekolah dan guru dalam
sekiranya mereka belum paham. Ketika
implementasi kurikulum di sekolah maupun di kelas.
mendapatkan masalah dalam implementasi
Faktor pendukung lainnya yaitu buku untuk
kurikulum, guru meminta bantuan kepada kepala
pegangan peserta didik dan guru diberikan oleh
sekolah supaya bisa menemukan solusi bersama-
pemerintah sehingga hal tersebut bisa meringankan
sama, selain itu guru juga membuat RPP ketika
beban peserta didik yang awalnya harus membeli
jam pelajaran selesai namun hal itu tetap belum
buku sekarang mendapat buku dari pemerintah.
bisa dikerjakan secara maksimal.
Orang tua peserta didik dan juga peserta didik
Kepala sekolah dan guru SDN Tangkil 01
merupakan salah satu pendukung dalam
Wlingi memiliki peran dalam memberikan motivasi
implementasi Kurikulum 2013. Orang tua peserta
serta dukungan kepada guru pelaksana Kurikulum
didik dan peserta didik merasa senang dengan
2013 serta kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
adanya Kurikulum 2013 karena bisa memudahkan
manajer berperan dalam memberikan kesempatan
anak ketika belajar dan anak tidak cepat merasa
kepada guru untuk meningkatkan profesinya dan
bosan dalam mengikuti pembelajaran.
mendorong guru untuk mengikuti kegiatan yang
422 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 416-423

bisa menunjang dalam implementasi Kurikulum sarang-saran yang dapat dijadikan masukan
2013. Kepala sekolah sebagai supervisor ditujukan kepada: Kepala Sekolah: (1) Kepala
memberikan supervisi yang bersifat kelompok sekolah dihar apkan bisa meningkatkan
kepada guru dan staf. Kegiatan supervisi dilakukan kerjasama dengan guru dan juga pengawas
dengan cara kepala sekolah mengadakan rapat sekolah, khususnya mengenai implementasi
untuk mengetahui perkembangan guru dan untuk Kurikulum 2013. Hal ini mengingat bahwa
mengetahui hambatan yang dihadapi guru ketika Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru
mengajar. Kepala sekolah sebagai leader dilaksanakan dan guru pelaksana juga masih
melakukan pengawasan kepada guru yang bingung dalam kelengkapan administrasi, (2)
melaksanakan Kurikulum 2013 dan membantu Kepala sekolah juga dihar ap kan lebih
guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan pengawasan dan menanyakan
serta memberikan kewenangan atau keputusan kesulitan kepada guru pelaksana Kurikulum
untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2013 supaya guru tidak merasa kesulitan dalam
Guru bisa memberikan bantuan ketika guru melaksanakan Kurikulum 2013, baik pada proses
pelaksana menemui hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dan kelengkapan administrasi
di kelas maupun dalam pemenuhan administrasi. Kurikulum 2013, dan (3) Kepala sekolah
Kepala sekolah juga melakukan monitoring kepada dihar apkan bisa mengadakan s osialisasi
guru supaya kepala sekolah mengetahui pembuatan RPP Kurikulum 2013 supaya guru
perkembangan guru dalam melaksanakan tidak merasa kesulitan lagi dalam pembu-
Kurikulum 2013 di kelas. Peranan kepala sekolah atannya.
dan guru sudah dikatakan optimal karena kepala Guru, hendaknya mampu mengembangkan
sekolah melakukan monitoring kepada guru metode dan media pembelajaran sehingga mampu
pelaksana supaya kepala sekolah juga mengetahui membuat peserta didik merasa tertarik dalam
perkembangan guru dalam melaksanakan mengikuti pembelajaran yang diberikan, selain itu
Kurikulum 2013 dan kepala sekolah bisa guru juga diharapkan bisa meningkatkan kerjasama
mencarikan solusi apabila guru mengalami dengan guru lain yang melaksanakan dan belum
kesulitan, selain itu pihak pemerintah yang diwakili melaksanakan Kurikulum 2013. Guru juga
oleh LPMP juga sudah melakukan monitoring ke diharapkan menggunakan RPP sebagai panduan
SDN Tangkil 01 Wlingi terkait implementasi dalam setiap pembelajaran.
Kurikulum 2013. Peneliti lain, yang berminat melakukan
penelitian terkait Kurikulum 2013 dengan perspektif
Saran yang berbeda, dapat mengembangkan penelitian
ini pada fokus dampak Kurikulum 2013 bagi
Berdasarkan hasil penelitian implementasi kesiapan peserta didik dalam menerima setiap
Kurikulum 2013 di SDN Tangkil 01 Wlingi, perubahan kurikulum.

DAFTAR RUJUKAN

Bafadal, I. 2006. Manajemen Pendidikan: Peran Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru
Kepala Sekolah dalam Implementasi Implementasi Kurikulum 2013: SD Kelas
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). IV. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber
Jurnal Manajemen Pendidikan, 19 (2): 128- Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
141. dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Hamalik, O. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Rosdakarya. PT Remaja Rosdakarya.
Husnawati, Z. 2013. Implementasi Kurikulum Rohyanto, A. H. 2013. Peran Kepala Sekolah
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalam Pengembangan Kurikulum
Sekolah Dasar Islam (SDI) Surya Buana Berbasis Karakter (Studi Kasus Pada
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Sekolah Dasar Plus Al-Kautsar di Kota
FIP UM. Malang). Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Malang: FIP UM.
Ningrum & Sobri, Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar 423

Sutikno. 2009. Implementasi Kurikulum 2006 di Ulfatin, N. 2013. Metodologi Penelitian


Sekolah Dasar (Studi Multisitus di SDN Kualitatif di Bidang Pendidikan.Malang:
Bintoro 4 dan SDN Guntur 1 Kabupaten Banyumedia Publishing.
Demak. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
PPs UM.
PROYEKSI KEBUTUHAN GURU AGAMA ISLAM
SEKOLAH DASAR NEGERI

Ersa Khoirur Rizqi


Djum Djum Noor Benty

e-mail: ersakhoirur@gmail.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract:The purpose of this study is knowing the characteristic of public elementary school students
in Probolinggo religiously, knowing the projection number of moslem students, the projection number
of learning group, and the projection number of the islamic religion teachers needspublic elementary
school in 2014 until 2018. This study uses a quantitative approach, namely descriptive projective.
Results projected number of Islamic teachers need elementary schools in Probolinggo 2014 to 2018
experienced are duction. In accordance with the calculation of 2014 Islamic teacher shortage of
teachers number 6, while 2015 excess 4 teachers, 2016 excess 6 teachers, 2017 and 2018 excess 7
teachers, so no need to do additional Islamic teacher.

Keywords: projection, needs of islamic teachers

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik siswa SDN di Kota Probolinggo
ditinjau dari segi agama, mengetahui jumlah proyeksi siswa SDN yang beragama Islam, rombongan
belajar SDN, dan kebutuhan Guru Agama Islam SDNdi Kota Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan
2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu deskriptif proyektif. Hasil proyeksi
jumlah kebutuhan Guru Agama Islam SDN di Kota Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018
mengalami pengurangan. Sesuai dengan perhitungan Tahun 2014 kekurangan Guru Agama Islam
sejumlah 6 orang guru, sedangkan Tahun 2015 kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016 kelebihan 6 orang
guru, Tahun 2017 dan Tahun 2018 kelebihan 7 orang guru, sehingga tidak perlu melakukan penambahan
Guru Agama Islam.

Kata Kunci: proyeksi, kebutuhan guru agama islam

Pelaksanaan pendidikan di SD memerlukan Adapun agama yang dianut oleh siswa Kota
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan Probolinggo, di antaranya Agama Islam, Kristen
sesuai dengan kualifikasi akademik terutama Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Sedangkan
tenaga pendidik dan kependidikan. Saat ini, tenaga mayoritas agama yang dianut oleh siswa adalah
pendidik dan kependidikan yang ada di SD Kota Agama Islam (Dinas Pendidikan Kota Probolinggo
Probolinggo, di antaranya Kepala Sekolah, Guru Tahun 2012/2013). Meskipun di Sekolah Dasar
Kelas, Guru Agama, Guru Pendidikan Jasmani, Negeri (SDN) tersebut ada beberapa siswa yang
Guru Bahasa Inggris, Guru Muatan Lokal, tenaga menganut Agama Non-Islam. Akan tetapi, di SDN
administrasi, dan petugas perpustakaan (Dinas Kota Probolinggo hanya ada Guru Agama Islam.
Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2012/2013). Akan tetapi, pada kenyataannya di Kota Probolinggo
Diharapkan dengan adanya guru yang sesuai masih ada SDN yang tidak memiliki Guru Agama
dengan bidangnya akan memperlancar proses Islam, sehingga sekolah tersebut diajar oleh Guru
belajar-mengajar di kelas. Misalnya, Guru Agama Agama Islam yang terdekat dari lokasi sekolah atau
Islam di masing-masing SD. Dalam hal ini, Guru guru kelas masing-masing. Hal ini dikarenakan Guru
Agama Islam dapat memberikan materi pelajaran Agama Islam yang pensiun belum ada penggantinya
sesuai dengan perkembangan peserta didik dan belum ada pengangkatan Guru Agama Islam.
berdasarkan kurikulum yang ada dan kompetensi/ Jumlah Guru Agama Islam Tahun Pelajaran
keahlian Guru Agama Islam tersebut. 2013/2014 yang sudah ada sebanyak 98 orang,

424
Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 425

sedangkan guru yang dibutuhkan sebanyak 109 Wiranata (2013:1) menyatakan bahwa, “rombongan
orang karena ada satu sekolah yang membutuhkan belajar adalah tempat pertemuan antara siswa dan
Guru Agama sebanyak empat orang. Hal ini guru, sehingga sebuah rombel dianggap sah sebagai
dikarenakan di SDN tersebut merupakan merger sebuah rombel jika memiliki siswa minimal 20 orang
dari 3 sekolah dan saat ini memiliki 24 rombel. dan adanya guru yang mengajar”. Agar guru dapat
Untuk jumlah Guru Agama Islam yang belum ada terhitung jumlah jam mengajarnya maka guru harus
sebanyak 11 orang dan jumlah rombongan belajar dipetakan (mapping) ke dalam rombel dan
sebanyak 654 rombel, sehingga ada 11 buah SDN ditentukan matapelajaran yang diajarkan pada kelas
yang belum memiliki Guru Agama Islam. Melalui (rombel) tersebut.
penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui jumlah Proyeksi rombongan belajar adalah
kebutuhan Guru Agama Islam untuk Tahun 2014 memperkirakan jumlah rombongan belajar
sampai dengan 2018. Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan jumlah proyeksi siswa pada masa yang
adalah untuk mengetahui karakteristik siswa SDN akan datang. Untuk menghitung jumlah proyeksi
di Kota Probolinggo ditinjau dari segi agama, rombel digunakan Rumus Geometric Mean (rata-
mengetahui jumlah proyeksi siswa SDN yang rata ukur) adalah rata-rata yang diperoleh dengan
beragama Islam, rombongan belajar SDN, dan mengalikan semua data dalam suatu kelompok
kebutuhan Guru Agama Islam SDNdi Kota sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan
Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018. jumlah data sampel tersebut. Menurut Nawari
Proyeksi merupakan salah satu bagian dari (2010:18), “ukuran ini banyak digunakan sebagai
perencanaan pendidikan. “Proyeksi adalah suatu ukuran laju perubahan (rate of change) suatu
aktivitas memperkirakan suatu kondisi di masa variabel menurut waktu”. Rata-rata geometrik
depan berdasarkan data dan informasi di masa dirumuskan XG = (X1*X2*....*XN)1/n, di mana XG
lampau dan masa kini” (Matin, 2013:101). Menurut = Rata-rata ukur (geometrik); X1 = Nilai sampel
Muliakusuma (1981:253), “proyeksi adalah ke-1; dan n = Jumlah sampel.
perhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas, Perhitungan proyeksi kebutuhan Guru Agama
mortalitas, dan migrasi dimasa yang akan datang”. Islam adalah memperkirakan sejumlah orang yang
Proyeksi merupakan salah satu tindak lanjut dalam dibutuhkan dalam lembaga pendidikan yang
proses perencanaan pendidikan setelah data yang memberikan layanan jasa berupa pemberian
dibutuhkan untuk menghitung proyeksi sudah matapelajaran Agama Islam kepada peserta didik
terkumpul. Perhitungan proyeksi enrollment untuk pada masa yang akan datang. Metode proyeksi
memprediksi data pertumbuhan jumlah siswa pada dihitung berdasarkan hasil perhitungan jumlah
masa yang akan datang. Menurut Effendi proyeksi siswa, rombel, dan rekapitulasi guru yang
(1985:100) menjelaskan, bahwa “proyeksi akan pensiun (prediksi guru meninggal).
enrollment merupakan usaha mengekstrapolasi-
kan jumlah penduduk bersekolah lewat suatu METODE
jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia
sekolah dan jumlah murid pada masing-masing Penelitian ini menggunakan pendekatan
jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk kuantitatif, yaitu deskriptif proyektif karena
kelompok umur untuk setiap jenjang pendidikan”. memproyeksikan jumlah Guru Agama Islam
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan, selama lima tahun ke depan. Penelitian ini
bahwa proyeksi adalah suatu kegiatan menggunakan metode dokumentasi berdasarkan
memperkirakan suatu kondisi di masa depan pedoman instrumen dokumentasi yang telah dibuat
berdasarkan data dan informasi di masa lampau serta melakukan wawancara kepada Bagian
dan masa kini, dengan menggunakan rumus-rumus Ketenagaan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo
atau asumsi-asumsi tertentu. dan Sekretaris KKG Agama Islam Kota
Penelitian ini dihitung dengan menggunakan Probolinggo untuk memperoleh informasi yang
Rumus Trend Parabola karena menghitung jumlah dibutuhkan. Peneliti memperoleh data sekunder
proyeksi siswa SDN yang beragama Islam Tahun yang diperlukan dalam penelitian ini dari Dinas
2014 sampai dengan 2018, sehingga tidak perlu Pendidikan Kota Probolinggo Bagian Ketenagaan
menghitung jumlah siswa yang naik kelas, tidak naik dan Sub-Bagian Program. Peneliti juga
kelas, dan dropout. Selanjutnya untuk menghitung memperoleh data dari Sekretaris KKG Agama
jumlah proyeksi kebutuhan Guru Agama Islam juga Islam karena ada beberapa SDN yang belum
dibutuhkan data jumlah rombel SDN. Menurut tercantum, sehingga data nama Guru Agama Islam
426 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

dicocokkan dengan yang sudah diperoleh dari setiap tahunnya. Siswa yang beragama Islam
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. paling banyak selama 5 tahun terakhir, yaitu pada
Selain itu, penulis juga memperoleh data Tahun 2009 sejumlah 21.041 orang siswa, Kristen
tentang kondisi demografis meliputi jumlah Protestan paling banyak selama 5 tahun terakhir,
penduduk pemeluk agama menurut kecamatan dan yaitu pada Tahun 2012 sejumlah 66 orang siswa,
jumlah penduduk menurut kelompok umur dari BPS Katolik paling banyak selama 5 tahun terakhir, yaitu
Kota Probolinggo. Penulis hanya meminjam pada Tahun 2012 sejumlah 34 orang siswa. Untuk
dokumen berupa buku yang sudah diterbitkan. Agama Budha dan Hindu jumlahnya sangat sedikit
Instrumen penelitian yang telah terkumpul, di SDN Kota Probolinggo.
kemudian divalidasi ke dosen pembimbing pertama, Data yang berkaitan dengan jumlah siswa
yaitu Bapak Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, Sekolah Dasar Negeri yang beragama Islam di
M.Pd. untuk mengecek kebenaran data yang telah Kota Probolinggo Tahun 2009 sampai dengan 2013
diperoleh. Setelah divalidasi kemudian dianalisis diperoleh dari Data Pokok Pendidikan Dinas
dengan menggunakan rumus yang telah ada oleh Pendidikan Kota Probolinggo Sub-Bagian
peneliti. Untuk menghitung hasilnya, peneliti Program. Berikut ini rincian data yang telah
menggunakan alat bantu komputer dengan program diperoleh, tampak pada Tabel 2.
Microsoft Office Excel 2007, yaitu penggunaan
rumus Trend Parabola dan Geometric Mean. Tabel 2 Jumlah Siswa Pemeluk Agama Islam

HASIL Tahun Siswa Pemeluk Agama Islam


2009 21.041
Data mengenai karakteristik siswa SDN di 2010 20.904
Kota Probolinggo ditinjau dari segi agama diperoleh 2011 20.683
peneliti dari Dinas Pendidikan Kota Proboliggo Sub- 2012 20.189
Bagian Program. Data ini merupakan jumlah 2013 19.745
keseluruhan siswa menurut agama yang dianut di
Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas Pendidikan
lima kecamatan yang ada di Kota Probolinggo mulai Kota Probolinggo Sub-Bagian Program
Tahun 2009 sampai dengan 2013. Berikut ini rincian Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.
data yang telah diperoleh, tampak pada Tabel 1.
Terdapat berbagai macam agama yang dianut Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa
oleh siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota jumlah siswa pemeluk Agama Islam pada Tahun
Probolinggo, di antaranya Agama Islam, Kristen 2009sejumlah 21.041 orang siswa, Tahun
Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. 2010sejumlah 20.904 orang siswa, Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 1 jumlah pemeluk Agama Islam sejumlah 20.683 orang siswa, Tahun 2012 sejumlah
pada Tahun 2009 sejumlah 21.041 orang siswa, 20.189 orang siswa, dan Tahun 2013 sejumlah
Kristen Protestan sejumlah 55 orang siswa, 19.745 orang siswa. Dari tabel tersebut dapat
Katolik sejumlah 25 orang siswa, Budha sejumlah diketahui bahwa jumlah siswa pemeluk Agama
4 orang siswa, dan Hindu sejumlah 3 orang siswa. Islam dari tahun ke tahun berkisar antara 19.000
Jumlah ini mengalami peningkatan dan penurunan sampai 21.000 orang siswa. Jumlah ini mengalami

Tabel 1 Jumlah Siswa SDN Menurut Agama yang Dianut

Siswa Menurut Agama


Tahun Total
Kristen
Islam Katolik Budha Hindu
Protestan
2009 21.041 55 25 4 3 21.128
2010 20.904 58 27 5 3 20.997
2011 20.683 65 24 5 1 20.778
2012 20.189 66 34 3 2 20.294
2013 19.745 47 32 5 7 19.836

Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Sub-


Bagian Program Tahun 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.
Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 427

penurunan setiap tahunnya, sedangkan jumlah yang Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jumlah
siswa pemeluk Agama Islam yang paling banyak Guru Agama Islam pada Tahun 2009 sejumlah 109
selama 5 tahun terakhir, yaitu pada Tahun 2009 orang, Tahun 2010 sejumlah 100 orang, Tahun 2011
sejumlah 21.041 orang siswa dan paling sedikit sejumlah 108 orang, Tahun 2012 sejumlah 102
pada Tahun 2013 sejumlah 19.745 orang siswa. orang, dan Tahun 2013 sejumlah 98 orang. Tahun
Data yang ber kaitan dengan jumlah 2010 jumlah Guru Agama Islam berkurang
rombongan belajar Tahun 2009 sampai dengan sejumlah 9 orang, Tahun 2011 jumlah Guru Agama
2013 diperoleh dari Data Pokok Pendidikan Dinas Islam bertambah sejumlah 8 orang, Tahun 2012
Pendidikan Kota Probolinggo Sub-Bagian jumlah Guru Agama Islam berkurang sejumlah 6
Program. Berikut ini rincian data yang telah orang, dan Tahun 2013 jumlah Guru Agama Islam
diperoleh, tampak pada Tabel 3. berkurang sejumlah 4 orang. Data tersebut
menunjukkan hampir setiap tahun mengalami
Tabel 3 Jumlah Rombongan Belajar Tahun 2009 penurunan jumlah Guru Agama Islam dikarenakan
sampai dengan 2013 beberapa guru sudah pensiun dan belum ada
Tahun Jumlah Rombel penggantinya yang baru.
2009 585 Dapat disimpulkan, bahwa jumlah Guru
2010 672 Agama Islam di Kota Probolinggo hampir setiap
2011 669 tahun mengalami penurunan karena pensiun dan
2012 657 belum ada penggantinya. Sementara itu, dari data
2013 654 jumlah Guru Agama Islam yang PNS semuanya
Sumber: Data Pokok Pendidikan Dinas Pendidikan merupakan angkatan Kementerian Pendidikan
Kota Probolinggo Sub-Bagian Program Nasional (Kemendiknas). Ada 88 orang guru yang
Tahun 2009, 2010, 2011,2012, dan 2013. angkatan Kemendiknas, sedangkan 10 orang guru
lainnya tergolong Non-PNS. Berdasarkan
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui jumlah informasi yang diperoleh dari Bagian Ketenagaan,
rombel pada Tahun 2009 sejumlah 585 rombel, sebelum Tahun 2011 untuk Guru Agama Islam itu
Tahun 2010 sejumlah 672 rombel, Tahun 2011 merupakan Angkatan Kementerian Agama
sejumlah 669 rombel, Tahun 2012 sejumlah 657 (Kemenag). Akan tetapi, pada Tahun 2011 Guru
rombel, dan Tahun 2013 sejumlah 654 rombel. Agama Islam yang angkatan dari Kemenag ditarik
Dapat diketahui bahwa jumlah rombel mengalami kembali karena dibutuhkan untuk mengajar di
peningkatan dan penurunan. Selama 5 tahun terakhir Madrasah Ibtidaiyah (MI). Selanjutnya pada Tahun
jumlah rombel yang paling banyak, yaitu pada Tahun 2012 untuk Guru Agama Islam yang mengangkat
2010 dan yang paling sedikit terjadi pada Tahun 2009. dari Kemendiknas. Adapun untuk Nomor Induk
Dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pegawai (NIP) dari angkatan Kemendiknas dan
Data yang berkaitan dengan jumlah Guru Kemenag itu berbeda. Kode angkatan dari
Agama Islam Tahun 2009 sampai dengan 2013 Kemendiknas adalah 130, 131, 132, dan 510.
diperoleh dari Bagian Ketenagaan Dinas Sementara itu, kode NIP bagi Guru Agama Islam
Pendidikan Kota Probolinggo dan Sekretaris KKG angkatan dari Kemenag adalah 150. Meskipun
Agama Islam Kota Probolinggo. Berikut ini rincian Guru Agama Islam diangkat oleh Kemendiknas,
data yang telah diperoleh, tampak pada Tabel 4. tetapi untuk pengawasan dan sertifikasi Guru
Agama Islam tetap dilakukan oleh Kemenag.
Tabel 4 Jumlah Guru Agama Islam Tahun 2009 Sementara itu, untuk gaji pegawai merupakan
sampai dengan 2013 tanggung jawab dari Kemendiknas. Jumlah dari
Tahun Jumlah Guru Agama Islam kode tersebut adalah 9 digit. Namun, mulai Tahun
2009 109
2010 ada konversi NIP, yaitu NIP angkatan
2010 100 Kemdiknas dan Kemenag didasarkan pada tahun
2011 108 kelahiran, bulan kelahiran, tanggal kelahiran, tahun
2012 102 pengangkatan, bulan pengangkatan, nomor urut,
2013 98 dan kode jenis kelamin dengan jumlah 18 digit.
Konversi dilakukan karena pertimbangan PNS di
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Probolinggo
Indonesia sudah banyak sehingga kode yang 9 digit
Bagian Ketenagaan dan Sekretaris KKG
Agama Islam Kota Probolinggo Tahun tersebut sudah tidak cukup.
2013.
428 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

PEMBAHASAN suatu kondisi di masa depan berdasarkan data dan


informasi di masa lampau dan masa kini, dengan
Jumlah SDN yang ada di Kota Probolinggo,
menggunakan rumus-rumus atau asumsi-asumsi
yaitu 106 buah SDN. Dari jumlah tersebut, hanya
tertentu. Sedangkan proyeksi siswa adalah
ada lima agama yang dianut oleh siswa SDN di
perkiraan mengenai perkembangan jumlah siswa
Kota Probolinggo, terdiri dari Agama Islam,
usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentup ada
Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Mayoritas
masa yang akan datang.
siswa beragama Islam sehingga di SDN Kota
Selain itu, dalam penelitian ini juga tidak
Probolinggo hanya ada Guru Agama Islam di
memperhitungkan jumlah siswa yang naik kelas,
sekolah. Akan tetapi, ada beberapa SDN yang
siswa tidak naik kelas,dan siswa yang tidak
belum memiliki Guru Agama Islam sehingga untuk
melanjutkan. Sehingga hanya menghitung data
sementara waktu dirangkap oleh Guru Agama
jumlah siswa yang beragama Islam berdasarkan
Islam dari sekolah lain atau diajar oleh wali kelas
data selama lima tahun terakhir untuk mengetahui
masing-masing dan guru yang sudah pensiun masih
jumlah proyeksi kebutuhan Guru Agama Islam
tetap mengajar. Saat ini, ada beberapa guru yang
selama lima tahun ke depan.
merangkap di sekolah lain, padahal jumlah siswa
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah
di sekolah asal sudah banyak. Hal ini akan
proyeksi siswa SDN yang beragama Islam di Kota
membebani guru yang bersangkutan, sehingga
Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018
diharapkan yang merangkap adalah Guru Agama
dengan menggunakan Rumus Trend Parabola
Islam yang memiliki jumlah siswa sedikit, meskipun
adalah Tahun 2014 berjumlah 19.262 orang siswa,
lokasinya berbeda kecamatan.
Tahun 2015 berjumlah 18.374 orang siswa, Tahun
Sementara itu, bagi siswa yang beragama
2016 berjumlah 17.300 orang siswa, Tahun 2017
Non-Islam ketika pelajaran Agama Islam sedang
berjumlah 16.041 orang siswa, dan Tahun 2018
berlangsung, siswa tetap berada di dalam kelas
berjumlah 14.596 orang siswa.
asalkan tidak mengganggu atau boleh keluar kelas.
Sesuai dengan hasil perhitungan yang telah
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bagian
diperoleh, jumlah proyeksi siswa SDN yang
Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Sekretaris
beragama Islam di Kota Probolinggo Tahun 2014
KKG Agama Islam Kota Probolinggo bahwa siswa
sampai dengan 2018 mengalami penurunan. Hal
yang beragama Kristen Protestan, Katolik, Budha,
ini dikarenakan data pada Tahun 2009 sampai
dan Hindu akan diajar dan dididik oleh pemuka
dengan 2013 juga mengalami penurunan. Jumlah
agamanya masing-masing dan beribadah sesuai
siswa yang beragama Islam di Sekolah Dasar
dengan keyakinannya pada hari tertentu, sehingga
Negeri dari Tahun 2009 sampai dengan 2013
di SDN Kota Probolinggo tidak menyediakan Guru
disebabkan dari data yang ada pada tahun tersebut
Agama Non-Islam.
ada SD swasta yang berdiri dan berbasis Islam.
Selain itu, jumlah siswa Non-Islam di setiap
Pada Tahun 2012 juga ada Madrasah Ibtidaiyah
kelas jumlahnya sedikit, bahkan tidak ada.
yang berdiri, sehingga mengurangi jumlah siswa
Sementara itu, ketika ada ulangan akhir sekolah,
yang beragama Islam memilih ke Sekolah Dasar
pihak sekolah memperoleh soal-soal ulangan
Negeri. Selain itu, dikarenakan pagu dari pusat
agama dari pihak Gereja dan Yayasan Tri Dharma.
setiap tahunnya dibatasi mulai dari 40 siswa per
Selanjutnya yang memberikan penilaian adalah dari
kelas, 36, siswa per kelas, 34 siswa per kelas, dan
pihak Gereja dan Yayasan Tri Dharma dan
32 siswa per kelas. Apabila dari sekolah melebihi
berkoordinasi dengan Guru Agama Islam yang ada
pagu yang telah ditetapkan, maka siswa ada yang
di setiap sekolah untuk mencocokkan nilai yang
tidak memperoleh Nomor Induk Siswa (NIS).
diberikan dengan sikap siswa sehari-hari.
Selain itu, dibatasi agar siswa tidak berkumpul di
Menurut Gaffar (1987:13), “perencanaan
kota saja, akan tetapi tersebar di berbagai wilayah
sebagai proses penyusunan berbagai keputusan
kota maupun kabupaten.
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan
Menurut Wiranata (2013:1) menyatakan
datang untuk mencapai tujuan yang telah
bahwa, “rombongan belajar adalah tempat
ditentukan”. Penelitian ini merupakan rencana
pertemuan antara siswa dan guru, sehingga sebuah
jangka menengah dan perencanaan lokal karena
rombel dianggap sah sebagai sebuah rombel jika
meneliti proyeksi kebutuhan Guru Agama Islam
memiliki siswa minimal 20 orang dan adanya guru
selama lima tahun ke depan dan di tingkat kota.
yang mengajar”. Agar guru dapat terhitung jumlah
Proyeksi adalah suatu kegiatan memperkirakan
jam mengajarnya maka guru harus dipetakan
Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 429

(mapping) ke dalam rombel dan ditentukan Guru SD/MI dianggap Guru Kelas dengan
matapelajaran yang diajarkan pada kelas (rombel) tambahan masing-masing 1 Guru Agama, 1 Guru
tersebut. Untuk menghitung jumlah proyeksi Olahraga, dan 1 KepalaSekolah. Kelas I dan kelas
rombel digunakan Rumus Geometrik Mean (rata- II dianggap belajar setengah hari sekolah, sehingga
rata ukur) adalah rata-rata yang diperoleh dengan dirangkap oleh seorang guru, dan setiap SD/MI
mengalikan semua data dalam suatu kelompok memiliki jumlah rombongan belajar rata-rata 6
sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan rombongan. Untuk menentukan kebutuhan guru
jumlah data sampel tersebut. Menurut Nawari SD/MI yang mempunyai 6 rombel dapat dihitung
(2010:18), “ukuran ini banyak digunakan sebagai dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
ukuran laju perubahan (rate of change) suatu
variabel menurut waktu”. JG = (JK-1) + (1 GA) + 1 GO + 1 KS
Hasil perhitungan jumlah proyeksi rombongan
belajar SDN Kota Probolinggo Tahun 2014 sampai Keterangan:
dengan 2018 adalah Tahun 2014 berjumlah 607 JG = Jumlah guru yang dibutuhkan;
rombel, Tahun 2015 berjumlah 579 rombel, Tahun JK = Jumlah kelas (rombel) yang ada di sekolah;
2016 berjumlah 545 rombel, Tahun 2017 berjumlah -1 = Kelas I dan kelas II diajar oleh seorang
606 rombel, dan Tahun 2018 berjumlah 460 rombel. guru;
Dapat diketahui bahwa jumlah proyeksi rombel GA = Guru Agama;
juga menurun setiap tahunnya dikarenakan jumlah GO = Guru Olahraga;
proyeksi siswa menurun. Hal ini juga akan KS =Kepala Sekolah.
berpengaruh terhadap hasil proyeksi kebutuhan
Guru Agama Islam SDN di Kota Probolinggo Guru SD/MI dianggap Guru Kelas dengan
Tahun 2014 sampai dengan 2018. tambahan ½ Guru Agama, ½ Guru Olahraga, dan
1 Kepala Sekolah. Kelas I dan kelas II dianggap
Jumlah Proyeksi Kebutuhan Guru Agama Islam belajar setengah hari sekolah, sehingga dirangkap
Sekolah Dasar Negeri di Kota Probolinggo Tahun oleh seorang guru, dan jumlah SD/MI memiliki
2014 sampai dengan 2018 rombongan belajar rata-rata 6 rombongan.
(Menurut ketentuan yang berlaku, Guru Agama
Proyeksi kebutuhan Guru Agama Islam dan Guru Olahraga wajib memenuhi beban
adalah memperkirakan sejumlah orang yang mengajar 24 jam pelajaran per minggu, ini berarti
dibutuhkan dalam lembaga pendidikan yang mereka harus mengajar paling sedikit di dua
memberikan layanan jasa berupa pemberian sekolah).
matapelajaran Agama Islam kepada peserta didik Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak
pada masa yang akan datang. Menurut Gaffar menggunakan perhitungan tersebut karena tidak
(1987:79-80) menjelaskan dalam menghitung memperhitungkan jumlah jam mengajar. Selain itu,
kebutuhan guru dalam suatu lembaga atau sistem dalam perhitungan penelitian ini juga tidak
memerlukan data yang mencakup: 1) Enrollment menghitung jumlah kebutuhan Guru Agama Islam
siswa, 2) Jumlah jam per minggu yang diterima berdasarkan jumlah lembaga. Penelitian ini
murid seluruh matapelajaran atau matapelajaran memperhitungkan jumlah jam mengajar guru
tertentu, 3) Beban mengajar penuh guru per berdasarkan perhitungan jumlah proyeksi siswa,
minggu, 4) Jumlah guru yang ada, 5) Jumlah guru rombel, bidang studi, dan rekapitulasi guru yang
yang akan pensiun atau berhenti atau karena akan pensiun (prediksi guru meninggal), sehingga
sesuatu hal akan meninggalkan jabatan keguruan, diperoleh jumlah proyeksi kebutuhan Guru Agama
6) Jenis sekolah dan jenjang sekolah yang Islam Tahun 2014 sampai dengan 2018.
memerlukan guru. Hasil perhitungan proyeksi jumlah kebutuhan
Beban mengajar untuk Guru Agama Islam Guru Agama Islam SDN di Kota Probolinggo
SDN di Kota Probolinggo sebanyak 24 jam per Tahun 2014 sampai dengan 2018 adalah Tahun
minggu dan beban belajar siswa untuk 2014 berjumlah 104 orang guru, Tahun 2015
matapelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu 4 berjumlah 100 orang guru, Tahun 2016 berjumlah
jam pelajaran per minggu. Setiap 1 jam tatap muka 94 orang guru, Tahun 2017 berjumlah 87 orang
diperlukan waktu selama 35 menit. Menurut Matin guru, dan Tahun 2018 berjumlah 80 orang guru.
(2013:112-113) untuk menghitung kebutuhan Guru Dapat diketahui bahwa jumlah proyeksi kebutuhan
SD/MI, dilakukan dua jenis asumsi, antara lain: Guru Agama Islam juga mengalami pengurangan
430 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 424-431

dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tahun tersebut ada SD swasta yang berdiri dan
jumlah proyeksi siswa dan rombel juga mengalami berbasisIslam. Pada Tahun 2012 juga ada
penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan Madrasah Ibtidaiyah yang berdiri, sehingga
perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui mengurangi jumlah siswa yang beragama Islam
hasil proyeksi kebutuhan riil Guru Agama Islam memilih ke Sekolah Dasar Negeri. Selain itu,
diperoleh dengan cara guru prediksi ditambah dikarenakan pagu dari pusat setiap tahunnya
prediksi meninggal. Sehingga diperoleh hasil pada dibatasi mulai dari 40 siswa per kelas, 36, siswa
Tahun 2014 sejumlah 104 orang guru, Tahun 2015 per kelas, 34 siswa per kelas, dan 32 siswa per
sejumlah 100 orang guru, Tahun 2016 sejumlah 94 kelas. Apabila dari sekolah melebihi pagu yang
orang guru, Tahun 2017 sejumlah 87 orang guru, telah ditetapkan, maka siswa ada yang tidak
dan Tahun 2018 sejumlah 80 orang guru. Sesuai memperoleh Nomor Induk Siswa (NIS). Selain itu,
dengan perhitungan tersebut, dapat diketahui dibatasi agar siswa tidak berkumpul di kota saja,
bahwa pada Tahun 2014 kekurangan guru akan tetapi tersebar di berbagai wilayah kota
sejumlah 6 orang guru, sedangkan Tahun 2015 maupun kabupaten.
kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016 kelebihan 6 Proyeksi jumlah rombongan belajar Tahun
orang guru, Tahun 2017, dan Tahun 2018 kelebihan 2014 sampai dengan 2018 setiap tahunnya
7 orang guru. Dapat disimpulkan bahwa pada mengalami penurunan karena jumlah proyeksi
Tahun 2014 dibutuhkan penambahan 6 orang guru siswa juga mengalami penurunan, sehingga
dari tahun sebelumnya yang hanya ada 98 orang berpengaruh dengan jumlah proyeksi rombongan
guru, sedangkan Tahun 2015 sampai dengan 2018 belajar dan jumlah proyeksi Guru Agama Islam.
tidak perlu menambah jumlah Guru Agama Islam. Proyeksi jumlah kebutuhan Guru Agama
Islam Sekolah Dasar Negeri di Kota Probolinggo
KESIMPULAN DAN SARAN Tahun 2014 sampai dengan 2018 juga mengalami
pengurangan karena jumlah proyeksi siswa dan
Kesimpulan rombel juga mengalami penurunan. Sesuai dengan
perhitungan pada Tahun 2014 kekurangan Guru
Hasil penelitian ini, setelah dianalisis dan
Agama Islam sejumlah 6 orang guru, sedangkan
dibahas mengenai proyeksi kebutuhan Guru
Tahun 2015 kelebihan 4 orang guru, Tahun 2016
Agama Islam Sekolah Dasar Negeri di Kota
kelebihan 6 orang guru, Tahun 2017 dan Tahun
Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018,
2018 kelebihan 7 orang guru, sehingga tidak perlu
maka kesimpulannya adalah karakteristik siswa
melakukan penambahan Guru Agama Islam.
SDN di Kota Probolinggo ditinjau dari segi Agama
menganut lima agama, yaitu Agama Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Dari kelima Saran
agama tersebut, mayoritas siswa menganut Agama
Berdasarkan kesimpulan tersebut, untuk
Islam sehingga di SDN Kota Probolinggo hanya
menjawab tentang proyeksi kebutuhan Guru
ada Guru Agama Islam yang mengajar
Agama Islam Sekolah Dasar Negeri di Kota
matapelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk
Probolinggo Tahun 2014 sampai dengan 2018,
Agama Non-Islam diserahkan ke pemuka agama
maka saran-saran yang dapat disampaikan antara
untuk diajar dan dididik sesuai dengan hari yang
lain kepada yang Pertama Dinas Pendidikan Kota
telah ditentukan. Ketika matapelajaran Agama
Probolinggo, hasil penelitian ini dapat digunakan
Islam siswa Non-Islam boleh mengikuti pelajaran
sebagai (1) tolok ukur untuk menetapkan rencana
asalkan tidak menggangu temannya atau berada
moratorium guru sehingga pada Tahun 2014
di luar kelas.
memerlukan penambahan Guru Agama Islam di
Proyeksi jumlah siswa yang beragama Islam
Kota Probolinggo, sedangkan pada Tahun 2015
Tahun 2014 sampai dengan 2018 setiap tahunnya
sampai dengan 2018 tidak perlu ada pengangkatan
mengalami penurunan karena data mulai Tahun
Guru Agama Islam karena tidak terjadi kekurangan
2009 sampai dengan 2013 juga mengalami
Guru Agama Islam melainkan kelebihan Guru
penurunan. Hal ini dikarenakan data pada Tahun
Agama Islam berdasarkan perhitungan jumlah
2009 sampai dengan 2013 juga mengalami
proyeksi siswa, rombel, jam mengajar, dan prediksi
penurunan. Jumlah siswa yang beragama Islam di
guru yang pensiun. (2) Apabila menempatkan guru
Sekolah Dasar Negeri dari Tahun 2009 sampai
yang merangkap di sekolah lain, diharapkan bagi
dengan 2013 disebabkan dari data yang ada pada
Guru Agama Islam yang memiliki jumlah siswa
Rizqi & Benty, Proyeksi Kebuutuhan Guru Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 431

yang sedikit di sekolah asalnya. Hal ini agar tidak melanjutkan studinya dan ikut sertifikasi. Ketiga
membebani Guru Agama Islam yang bersangkutan Kepala Kementerian Agama, hasil penelitian ini
dalam hal mengajar dan memberikan penilaian dapat digunakan untuk memberikan layanan yang
kepada siswa. Kedua Kepala Unit Pelaksana lebih baik bagi Guru Agama Islam yang ada di
Teknis Daerah (UPTD), hasil penelitian ini dapat SDN Kota Probolinggo, terutama dalam hal
digunakan untuk mengatur keberadaan Guru pengawasan dan sertifikasi guru. Keempat Ketua
Agama Islam di masing-masing kecamatan Jurusan Adminstrasi Pendidikan, sebagai referensi
berdasarkan jumlah proyeksi siswa, proyeksi bahan pustaka bagi jurusan Administrasi Pendidikan
rombel, jam mengajar, dan prediksi guru yang khususnya matakuliah Perencanaan Pendidikan.
pensiun sehingga di SDN ada Guru Agama Islam Kelima Peneliti Lain, hasil penelitian ini bisa
yang mengajar matapelajaran Agama Islam. Selain dikembangkan untuk penelitian yang lebih
itu, pihak UPTD dapat mendorong dan memotivasi kompleks dengan melakukan penelitian di tingkat
Guru Agama Islam yang belum sertifikasi dan bagi Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah
yang belum menempuh pendidikan S1 agar Menengah Atas baik negeri dan swasta.

DAFTAR RUJUKAN

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2010. Data Negeri Tahun Pelajaran 2012/2013.
Pokok Pendidikan Tahun 2009/2010. Probolinggo: Dinas Pendidikan Kota
Probolinggo: Dinas Pendidikan Kota Probolinggo.
Probolinggo. Gaffar, M. F. 1987. Perencanaan Pendidikan
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2011. Data Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud
Pokok Pendidikan Tahun 2010/2011. Dirjen Dikti.
Probolinggo: Dinas Pendidikan Kota Matin. 2013. Perencanaan Pendidikan:
Probolinggo. Perspektif Proses dan Teknik dalam
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2012. Data Penyusunan Rencana Pendidikan.
Pokok Pendidikan Tahun 2011/2012. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Probolinggo: Dinas Pendidikan Kota Nawari. 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel
Probolinggo. 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT Elex
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. 2012. Media Komputindo.
Rangkuman Kecamatan Data SD/MI Wiranata, C. 2013. Pengertian Rombel Normal
Negeri Tahun Pelajaran 2013/2014. dan Tidak Normal dan Jumlah Jam
Probolinggo: Dinas Pendidikan Kota Mengajarnya, (Online), (http://www.can-
Probolinggo. drawira.com/2013/04/ pengertian-robel-
Dinas Pendidikan Kota Probolinggo.2012. normal-dan-tidak.html), diakses 18 Maret
Rangkuman Kecamatan Data SD/MI 2014.
MANAJEMEN PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING

Mayasari

e-mail: mayasari_maya10@yahoo.com
Bagian Pendidikan dan Latihan Bank Rakyat Indonesia
Cabang Kota Malang Jawa Timur

Abstract: This study was conducted to determine the implementation of learning management
homeschooling at Sekolah Dolan Malang, the research method used is qualitative approach with
case. Techniques of data collection using interviews, observation, and documentation. The results
showed that the learning management at Sekolah Dolan Malang, that is: (1) curriculum at Sekolah
Dolan Malang used is based on Kemendikbud, (2) the implementation of learning at Sekolah Dolan
Malang students were given the opportunity to explore directly related to something they learned,
(3) evaluation of student learning outcomes homeschooling at Sekolah Dolan Malang for graduation
is determined from the equality test scores, and (4) the barriers to the implementation of homeschooling
learning is consistency between children and parents in the learning program that has been agreed
upon.

Keywords: homeschooling, learning management

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyelenggaraan manajemen pembelajaran


homeschooling di Sekolah Dolan Malang, metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembelajaran
homeschooling di Sekolah Dolan Malang, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran di Sekolah Dolan
yaitu kurikulum yang digunakan mengacu pada Kemendikbud; (2) pelaksanaan pembelajaran di
Sekolah Dolan yaitu siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara langsung
berkaitan dengan sesuatu yang mereka pelajari; (3) evaluasi hasil pembelajaran siswa homeschooling
di Sekolah Dolan untuk kelulusan ditentukan dari nilai ujian kesetaraan; dan (4) hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak dan
orang tua dalam mengikuti program pembelajaran yang telah disepakati.

Kata Kunci: homeschooling, manajemen pembelajaran

Pendidikan informal yang mendapat sorotan homeschooling dalam pelaksanaan pembelajaran.


sekarang, yaitu sekolah rumah atau home- Layanan pembelajaran model homeschooling
schooling. Homeschooling adalah model sekarang ini mulai diminati oleh masyarakat karena
pendidikan berupa sebuah keluarga yang memilih pembelajarannya terbilang unik dan jarang ada di
untuk bertanggungjawab sendiri atas pendidikan sekolah pada umumnya.
anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan Lembaga pendidikan penyelenggara pendi-
menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. dikan homeschooling di Malang yaitu Sekolah
Homeschooling semakin diakui keberadaannya Dolan yang bertempat di Jalan Villa Bukit Tidar
ketika pemerintah memberikan kebijakan bahwa A-4 209 Merjosari Malang. Pembelajaran
pendidikan yang dilakukan dalam keluarga dan homeschooling di Sekolah Dolan dilakukan
lingkungan masuk dalam pendidikan jalur informal. dengan cara mendatangkan tutor ke rumah siswa
Homeschooling merupakan pendidikan berbasis yang ingin melakukan pembelajaran ataupun
rumah, yang memungkinkan anak berkembang sebaliknya siswa juga dapat belajar di komunitas,
sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing. pembelajaran dapat diulang sesuai dengan
Metode pembelajaran homeschooling secara kebutuhan jika siswa kurang memahami materi
umum berisi kurikulum pembelajaran. Metode yang telah dipelajari. Homeschooling menjadi
praktis ini yang biasa digunakan oleh siswa tempat harapan orang tua untuk meningkatkan
432
Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 433

mutu pendidikan anaknya dengan suasana belajar dasar dan menengah yang bermutu bagi siswa yang
yang menyenangkan. Proses pembelajaran berasal dari keluarga yang menentukan pendidikan
dilakukan dengan memanfaatkan media yang ada, anaknya melalui homeschooling; (2) menjamin
siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan untuk pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia
bereksplorasi secara langsung berkaitan dengan muda dan orang dewasa melalui akses yang adil
sesuatu yang mereka pelajari. Sekolah ini lebih pada program-program belajar dan kecakapan
banyak menggunakan lingkungan sebagai sarana hidup; dan (3) melayani siswa yang memerlukan
belajar, dengan tetap mempertahankan keunikan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara
sistem belajar yang digunakan yaitu belajar di mana fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.
saja, kapan saja, dan dengan siapa saja sehingga Homeschooling memiliki bermacam-macam
mempunyai sarana dan prasarana yang tak model. Kembara (2007:30) menyebutkan bahwa
terhingga. Pembelajaran homeschooling di “perkembangan homeschooling di Indonesia dibagi
Sekolah Dolan merupakan bentuk pemberian menjadi tiga jenis yaitu homeschooling tunggal,
pelayanan kepada siswa dalam pr oses homeschooling majemuk, dan komunitas
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan homeschooling. Secara rinci menurut Direktorat
masing-masing siswa. Pendidikan Kesetar aan (2006:1): (1)
Berpijak dari kenyataan tersebut dipandang homeschooling tunggal, jenis ini dilakukan oleh
perlu diungkap lebih jauh dan mendalam mengenai orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung
pengelolaan pembelajaran homeschooling di dengan yang lainnya. Ini karena hal tertentu atau
Sekolah Dolan Malang. Meninjau permasalahan karena lokasi yang berjauhan; (2) homeschooling
yang dikemukakan, maka penelitian ini berjudul majemuk, jenis ini dilakukan oleh dua atau lebih
‘Manajemen Pembelajaran Homeschooling (Studi keluarga sekolah rumah yang memilih untuk
Kasus di Sekolah Dolan Malang)’.Tujuan umum menyelenggarakan satu atau lebih kegiatan
yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu untuk bersama-sama. Misalnya dari keluarga atlet,
mendeskripsikan manajemen pembelajaran mereka sepakat untuk kegiatan olah raga, keahlian
homeschooling di Sekolah Dolan Malang. musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan
Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dari keagamaan bersama-sama; dan (3) komunitas
penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan homeschooling, jenis ini merupakan gabungan
perencanaan pembelajaran homeschooling di dari homeschooling majemuk yang menyusun dan
Sekolah Dolan Malang; (2) mendeskripsikan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok,
pelaksanaan pembelajaran homeschooling di sarana dan prasarana, serta jadwal pelajaran.
Sekolah Dolan Malang; (3) mendeskripsikan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
evaluasi hasil belajar siswa homeschooling di (Sisdiknas) No. 2 Tahun 2003, Pasal 27 ayat (2)
Sekolah Dolan Malang; dan (4) mendeskripsikan menyebutkan bahwa “hasil pendidikan informal
hambatan serta solusi dalam penyelenggaraan dihargai setara dengan hasil pendidikan formal dan
pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan non formal setelah melalui proses penilaian
Malang. penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Homeschooling merupakan sistem pemerintah dan pemerintah daerah dengan
pendidikan alternatif yang menempatkan anak mengacu pada standar nasional pendidikan. Ujian
sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan kesetaraan bagi keluarga homeschooling bersifat
secara at home. Dalam bahasa Indonesia, pilihan, jika keluarga homeschooling ingin agar
terjemahan yang biasanya digunakan untuk hasil pendidikannya dapat diintergrasikan dengan
homeschooling adalah sekolah rumah (Kembara, kurikulum yang ditetapkan kementerian pendidikan
2007:23). Homeschooling merupakan suatu dan kebudayaan, siswa homeschooling harus
proses pendidikan yang diselenggarakan oleh mengikuti ujian kesetaraan. Jika keluarga
keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya homeschooling ingin mengikuti ujian kesetaraan,
yang masih usia sekolah, dengan memilih model keluarga homeschooling harus mengintergrasikan
atau kurikulum yang sesuai dengan gaya anak kurikulum dan bahan pelajaran yang diujikan dalam
belajar. Pendidikan yang dapat dilakukan di mana program homeschooling yang di laksanakan.
saja dan membuat anak merasa bebas tanpa ada Menurut Setyosari (2001:19) “manajemen
paksaan. Direktorat Pendidikan kesetaraan pembelajaran merupakan proses pengadminis-
(2006:12) menjelaskan tujuan homeschooling trasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan
adalah: (1) menjamin penyelesaian pendidikan atau proses pembelajaran yang dilakukan oleh
434 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

guru.”. Manajemen pembelajaran dalam program hasil belajar siswa. Dengan demikian evaluasi
kesetaraan merupakan suatu proses pengelolaan dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
dalam suatu pembelajaran yang dilaksanakan pada belajar dan tutor yang melakukan pembelajaran.
program kesetaraan yang dimaksudkan untuk Tutor dapat menentukan keberhasilannya baik
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. dengan angka atau nilai-nilai kepribadian yang
Pelaksanaan program pembelajaran ini, layaknya tampak dari siswa. Hal yang perlu diperhatikan
sekolah formal pada umumnya juga memerlukan dalam penyusunan alat evaluasi yaitu berpedoman
manajemen pembelajaran yang baik. Hal ini pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
terutama agar pelaksanaan pembelajaran yang Beberapa aspek yang perlu diperhatikan tutor
terjadi dalam progr am kesetaraan dapat dalam menentukan proses penilaian (evaluasi) yaitu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari siswa pemberian tes, pengamatan hasil belajar, membuat
tersebut. kesimpulan, penerimaan input untuk kualitas PBM,
Menurut Setyosari (2001:18), implementasi dan pemanfaatan fasilitas lingkungan. Penggunaan
pembelajaran merupakan “proses menentukan dan hasil belajar siswa berhubungan dengan analisa
menggunakan prosedur-prosedur secara optimal hasil belajar. Penilaian perubahan hasil belajar
untuk mengadaptasikan dengan suatu program berfungsi sebagai feedback ( umpan balik)
pembelajaran khusus dan atau intuisi pembelajaran perbaikan dalam pembelajaran.
di mana program diimplementasikan, sehingga
memungkinkan diperoleh hasil yang optimal dari METODE
program tersebut. Adapun penyelenggaraan
program kesetaraan dalam perencanaannya yaitu Penelitian ini menggunakan pendekatan
mengacu pada beberapa faktor yang mengarah kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan
terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar manajemen pembelajaran homeschooling
pada proses pembelajarannya, antara lain: (1) berorientasi layanan prima di Sekolah Dolan
sistem pembelajarannya bersifat klasikal mengacu Malang dalam bentuk kata-kata tertulis yang
pada kondisi masyarakat yang secara umum warga merupakan hasil informasi yang diperoleh
belajar merupakan usia sekolah, dan dari klasifikasi langsung dari narasumber (informan), hasil
sasaran lebih terarah; (2) jumlah warga belajar pengamatan (observasi), maupun hasil studi
sesuai dengan kuota perkelompok sasaran yaitu dokumentasi. Menurut Moedzakir (2010:1)
20 orang, warga belajar yang diperoleh berdasarkan “penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan
hasil identifikasi kebutuhan belajar masyarakat; (3) penelitian yang diselenggarakan dalam setting
dibentuk beberapa kelompok kecil guna alamiah, memerankan peneliti sebagai instrumen
mempermudah dalam proses kegiatan belajar pengumpulan data, menggunakan analisis induktif,
mengajarnya; dan (4) diberikan keterampilan untuk dan berfokus pada makna menurut partisipan.
memberikan wawasan usaha mandiri dimasa Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus,
mendatang sehingga setelah selesai dari pendidikan di mana peneliti berusaha untuk mengeksplorasi
yang diikuti warga belajar akan mampu membuka lebih dalam terhadap subyek penelitian yaitu
usaha mandiriatau memperoleh pekerjaan sesuai manajemen pembelajaran homeschooling di
dengan keterampilan yang dimilki. Sekolah Dolan Malang. Penelitian ini mengambil
Menurut Setyosari (2001:20), bahwa lokasi di Sekolah Dolan Malang yang bertempat
“evaluasi pembelajaran merupakan proses untuk di Perumahan Villa Bukit Tidar A-4/209 Merjosari
menentukan dan menggunakan teknik untuk Malang. Sekolah Dolan memberikan panduan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada belajar serta buku-buku yang diper lukan,
atau yang terjadi dalam pembelajaran. Evaluasi mendatangkan pengajar di rumah, memfasilitasi
atau penilaian program pembelajaran kesetaraan siswa untuk ujian kesetaraan, ujian nasional
merupakan suatu aktivitas untuk mendeskripsikan ataupun ujian internasional, dan mendata
tingkat pencapaian kurikulum sesuai dengan instrumen belajar yang dibutuhkan siswa.
kebutuhan siswa, orang tua, masyarakat, dan Sesuai dengan pendekatan yang digunakan,
sekolah untuk memperoleh umpan balik di samping maka instrumen yang di pakai untuk mengumpul-
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas yang kan data yaitu peneliti sendiri. Kehadiran peneliti
berkaitan dengan waktu, tenaga, sarana, dan dana di lapangan sangat diperlukan sebagai perencana,
yang menunjang pelaksanaan kurikulum. Sasaran pengumpul data, menganalisis, menyimpulkan, dan
penilaian antara lain meliputi penilaian proses serta pada akhirnya melaporkan hasil penelitian,
Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 435

kehadiran peneliti dalam penelitian yaitu sebagai pelaksanaan penelitian, tahap penelitian tersebut
pengamat penuh. Sumber data dalam penelitian meliputi, antara lain tahap pra-penelitian, tahap
ini berupa sumber data manusia dan sumber data penelitian, tahap pasca-penelitian.
non manusia. Sumber data manusia berupa orang
yang dijadikan informan atau yang dianggap secara HASIL
jelas dan rinci tentang pengelolaan pembelajaran
homeschooling. Orang-orang yang dijadikan Berdasarkan paparan data, maka temuan
sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala penelitian tentang perencanaan pembelajaran
Sekolah Dolan Malang, 4 orang personil tutor, orang homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu:
tua, dan siswa di Sekolah Dolan Malang yang telah (1) Sekolah Dolan menggunakan kurikulum inovatif
mengimplementasikan model pembelajaran dalam kegiatan belajar dan mengajar, kurikulum
homeschooling. Sedangkan sumber data non inovatif adalah kurikulum yang dibuat oleh
manusia berupa dokumen atau arsip yang terkait komunitas bersama dengan orang tua yang
dengan fokus penelitian. Ada beberapa teknik mengadopsi dari kurikulum nasional dengan
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian maksud untuk dapat mengakomodir keinginan dan
kualitatif, yaitu “teknik wawancara, teknik minat siswa sehingga dapat meningkatkan
observasi, dan teknik dokumentasi. potensinya; (2) pembelajaran di Sekolah Dolan
Analisis data merupakan tahap selanjutnya bersifat konstruktivistik, yaitu pembelajaran yang
yang dilakukan setelah memperoleh data. Analisis menjadikan kebebasan sebagai unsur yang esensial
data adalah “proses mengatur urutan data, dalam kegiatan belajarnya; (3) Sekolah Dolan
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, menerapkan metode pembelajaran melalui
kategori, dan satuan uraian dasar”. Analisis data permainan (learning by playing), melakukan
bermaksud mengorganisasikan data. Tugas analisis sendiri dan aktif mengeksplorasi (Learning by
data dalam hal ini adalah mengatur, mentutortkan, doing and active learning), dan dengan cara yang
menggelompokkan, memberikan kode, dan menyenangkan (fun learning). Sekolah Dolan
mengkategorikannya. Analisis data yang dilakukan mengelola kegiatan belajar secara menyenangkan
dalam penelitian ini melalui tiga proses seperti yang dan langsung di alam terbuka, sehingga kegiatan
disarankan oleh Wiyono (2007:93), yaitu: (1) nyata dapat dirasakan oleh siswa; serta (4) Sekolah
reduksi data, (2) display data, dan (3) verifikasi Dolan membuat program kerja untuk satu semester
data/kesimpulan. Ketiga proses tersebut terus- saja, dikarenakan kegiatan Sekolah Dolan lebih
menerus dilakukan selama proses penelitian fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu yang
dilaksanakan, sampai bisa ditemukannya disesuaikan dengan kondisi yang ada.
kesimpulan yang menjawab fokus penelitian. Berdasarkan paparan data, maka temuan
Penggunaan analisis tersebut dapat memberikan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran
informasi tentang tentang hasil penelitian sesuai homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu:
dengan subjek yang diteliti. (1) proses pembelajaran dilakukan dengan
Hasil dari pengumpulan data diperlukan memanfaatkan media yang ada. Misal pembela-
adanya pengecekan keabsahan data. Pedoman jarannya menggunakan media online. Melalui cara
Penulisan Karya Ilmiah (2010:33) disebutkan, langsung membuka website pembelajarannya,
bahwa “usaha-usaha peneliti untuk memperoleh sistem pembelajarannya seper ti ada tutor
keabsahan temuannya agar diperoleh temuan dan elektroniknya yang langsung menjelaskan, disitu
interpretasi yang absah”. “Agar kesimpulan dapat lengkap ada materi, soal-soal, dan tryout; (2)
diambil dengan tepat, maka dalam penelitian pembelajaran homeschooling lebih bersifat
kualitatif perlu didukung oleh data yang kuat dan menuntut kemandirian anak untuk belajar, tanpa
data tersebut harus memiliki kriteria kredibilitas, harus menunggu tutor untuk menjelaskan terlebih
tranferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas” dahulu; (3) Sekolah Dolan juga mempunyai cara
(Wiyono, 2007:85). Sedangkan pengecekan untuk membuat siswa merasa nyaman dalam
keabsahan data dilakukan peneliti dengan melakukan pembelajaran, diantaranya dengan
menggunakan teknik triangulasi dan pengecekan memberikan peluang mengembangkan bakat yang
anggota. Tahap penelitian adalah rancangan, dimiliki siswa, berupaya memenuhi semua yang
prosedur atau langkah-langkah dalam kegiatan ingin diketahui, berupaya bisa mencarikan
penelitian. Tahap-tahap penelitian yang dimaksud jawabannya bersama model dan tema belajar yang
dalam penelitian ini yaitu berkenaan dengan proses memang lebih mengakomodir keinginan yang
436 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

mungkin tidak mungkin dilakukan di sekolah Dolan. Tes kognitif akan mengukur kemampuan
formal. Pelajaran yang tidak di sukai di sekolah anak dalam berpikir, sehingga dalam hal ini akan
formal tidak dipaksakan untuk dipelajari, namun dapat diketahui perkembangan anak di rumah dan
pelajaran yang menyangkut atau berhubungan di sekolah pembelajarannya cuma 3 jam saja, hal
dengan ujian diprioritaskan untuk di pelajari bila ini dilakukan untuk melihat mana yang belum
anak mengambil jalur kesetaraan, namun dengan sinkron dan akan dilakukan tindak lanjut. Tes
cara belajar yang nyaman; (4) kegiatan kognitif ini berupa pertanyaan-pertanyaan kecil
pembelajaran homeschooling dilakukan atas tentang kegiatan di rumah.
tanggungjawab orang tua siswa. Dukungan yang Berdasarkan paparan data, maka temuan
diberikan tentu tidak hanya materi tetapi juga penelitian tentang hambatan yang sering muncul
waktu, tenaga, dan pemikiran guna memenuhi dalam pelaksanaan pembelajaran homeschooling
kebutuhan siswa. orang tua merespon proses yaitu: (1) apabila pembelajaran homeschooling
pembelajaran anak di antaranya melalui bahan menggunakan media online kadang yang
belajar, mereka biasanya mencari di internet diinginkan belum dapat tersampaikan sepenuhnya;
dengan cara download bahan-bahan materi (2) jadwal pembelajaran yang seharusnya dilakukan
pembelajaran yang digunakan anaknya. Orang tua siswa bisa saja mereka tidak bisa hadir untuk
juga berperan untuk menentukan sendiri metode melakukan pembelajaran, dikarenakan kesibukan
pembelajaran apa yang cocok untuk anaknya. masing-masing siswa yang tidak bisa ditinggalkan;
Orang tua harus andil dalam penyusunan program (3) konsistensi siswa dan orang tua dalam
pembelajaran anak, untuk proses pembelajarannya, mengikuti kesepakatan program pembelajaran
orang tua harus ikut mengawasi bagaimana proses yang dibuat; dan (4) kebijakan pemerintah yang
pembelajaran yang di lakukan anak; serta (5) sering berubah.
dukungan yang diberikan tutor dalam pelaksanaan Berdasarkan paparan data, maka temuan
pembelajaran lebih pada pemberian tanggung penelitian tentang solusi dalam mengatasi hambatan
jawab, mandiri, dan tutor lebih berperan sebagai pelaksanaan pembelajaran homeschooling antara
mitra belajar. Ketika pembelajaran tutor sebagai lain: (1) untuk menangani permasalahan dalam
mediator belajar. pembelajaran homeschooling secara online dapat
Berdasarkan paparan data, maka temuan diatasi dengan tutor memberikan bantuan melalui
penelitian tentang evaluasi pembelajaran pertemuan (tatap muka), apabila ada yang belum
homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu: memahami siswa bisa langsung menanyakan ke
(1) pelaksanaan evaluasi yang di lakukan Sekolah tutor dalam kegiatan pembelajaran; (2) melakukan
Dolan merupakan suatu cara yang di lakukan untuk pembelajaran di lain waktu untuk mengganti hari
mengetahui keberhasilan siswa selama mengikuti yang tidak bisa dilakukan pembelajaran karena
pembelajaran, untuk kelulusan ditentukan dari nilai kesibukan siswa; (3) melakukan koordinasi dengan
ujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidak keluarga yang melakukan pembelajaran
menuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapi homeschooling mengenai kesepakatan yang telah
tuntas atau tidak tuntas; (2) penilaian hasil terhadap ditetapkan antara pihak orang tua, siswa, dan
siswa di Sekolah Dolan tidak selalu dilakukan dalam Sekolah Dolan; serta (4) melakukan koordinasi
bentuk angka, melainkan dalam bentuk laporan dengan Asosiasi penyelenggara homeschooling
juga. Penilaian tersebut nantinya akan disampaikan apabila terdapat kebijakan baru tentang
kepada orang tua, sehingga orang tua mengetahui penyelenggaraan homeschooling, melakukan
perkembangan anaknya ketika pembelajaran yang koordinasi dengan pejabat terkait mengenai
di lakukan anaknya setiap hari; (3) penilaian proses sosialisasi pembelajaran secara homeschooling,
belajar dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan dan menulis di media bila ada kebijakan yg kurang
penilaian portofolio 50%, penilaian modul 10%, dan menguntungkan bagi anak homeschooling.
tes kognitif 40%; serta (4) Penilaian portofolio
meliputi kumpulan dari semua kegiatan PEMBAHASAN
pembelajaran kegiatan dengan tutor, jika anak
mengikuti program kesetaraan yang menginginkan Fleksibelitas kurikulum merupakan salah satu
ijazah, untuk lulus, maka salah satu portofolionya keunggulan dari sistem homeschooling yang
yaitu materi dari program kesetaraan. Modul yang sekaligus sebagai hal yang unik dari sistem
dibuat disesuaikan dengan kurikulum nasional tersebut. Sebagaimana temuan penelitian, bila
(bidang kesetaraan) dan dibuat sendiri oleh Sekolah kurikulum sekolah formal membuat bidang
Mayasari, Manajemen Pembelajaran Homeschooling 437

pengajaran menjadi terikat, maka dengan Kemendikbud, karena ujian penyetaraan yang
melakukan homeschooling orang tua, siswa, dan dilakukan oleh pemerintah mengacu pada kurikulum
komunitas akan bersepakat untuk belajar yang berlaku; (2) pelaksanaan pembelajaran di
berdasarkan kurikulum inovatif yang telah disusun Sekolah Dolan yaitu proses pembelajaran dilakukan
bersama dan menggunakan metode belajar yang dengan memanfaatkan media yang ada, siswa di
khas juga. Sebagaimana temuan penelitian Sekolah Dolan diber i kesempatan untuk
kurikulum yang digunakan di Sekolah Dolan bereksplorasi secara langsung berkaitan dengan
mengacu pada Kemendikbud, karena ujian sesuatu yang mereka pelajari; (3) evaluasi hasil
penyetaraan yang dilakukan oleh pemerintah pembelajaran siswa homeschooling di Sekolah
mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum Dolan yaitu keberhasilan siswa selama mengikuti
yang diterapkan yaitu kurikulum inovatif yaitu pembelajaran, untuk kelulusan ditentukan dari nilai
kurikulum yang disusun oleh sekolah bersama ujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidak
dengan orang tua di mana isi kurikulum tersebut menuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapi
dapat mewadahi dan mengakomodir keinginan atau tuntas atau tidak tuntas; dan (4) hambatan dalam
minat siswa sehingga dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran homeschooling di
potensi yang dimiliki siswa. Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak dan
Siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan orang tua dalam mengikuti program pembelajaran
untuk bereksplorasi secara langsung berkaitan yang telah disepakati.
dengan sesuatu yang mereka pelajari. Oleh karena
hal itu siswa merasa belajar adalah hal yang Saran
menyenangkan karena belajar diartikan sebagai
bersenang-senang dan ber eksperimen. Berdasarkan kesimpulan yang didapat,
Pembelajaran homeschooling lebih bersifat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai
menuntut kemandirian anak untuk belajar, tanpa implikasi dari hasil penelitian yaitu: (1) Bagi Kepala
harus menunggu tutor untuk menjelaskan terlebih dan tutor di Sekolah Dolan Malang untuk terus
dahulu. Pembelajar an homeschooling mener us melakukan per baikan dalam
menggunakan media online juga mempermudah penyelenggaraan pembelajaran homeschooling
siswa untuk memahami materi pelajaran karena dan tetap konsisten pada pemenuhan kebutuhan
bisa dipelajari secara berulang kali sampai siswa siswa sebagai bentuk layanan prima sehingga dapat
mengerti. meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di
Keberhasilan siswa selama mengikuti Sekolah Dolan, (2) Bagi Kepala Dinas Pendidikan
pembelajaran untuk kelulusan ditentukan dari nilai dan Kebudayaan Kota Malang dapat memberikan
ujian kesetaraan. Sedangkan untuk mereka tidak layanan dan kemudahan, ser ta menjamin
menuntut ijazah, tidak ada kata tidak lulus tapi tuntas tersedianya pendidikan yang bermutu bagi
atau tidak tuntas. Penilaian proses dilakukan dalam komunitas homeschooling tanpa diskriminasi
bentuk penilaian portofolio, modul, dan kognitif. Perlu dengan jalur pendidikan lainnya, agar lulusan
adanya keseragaman pemahaman dan konsistensi homeschooling dapat diakui keberadaannya, (3)
dari komunitas homeschooling Sekolah Dolan untuk Bagi Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan agar
melakukan pembelajaran agar program menginformasikan hasil penelitian ini kepada
pembelajaran yang sudah dibuat dan disepakati oleh mahasiswa lain, sehingga kajian mengenai
orang tua serta sekolah dapat berjalan. manajemen pembelajaran homeschooling di
Sekolah Dolan Malang dapat menginspirasi dan
KESIMPULAN DAN SARAN juga dapat menambah bahan materi tentang
manajemen pembelajaran yang lebih dalam
Kesimpulan khususnya dalam manajemen pembelajaran
homeschooling, dan (4) Bagi Peneliti Lain dapat
Kesimpulan penelitian tentang manajamen
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembelajaran homeschooling yang di lakukan di
penelitian yang sejenis dengan pr oses
Sekolah Dolan Malang meliputi: (1) perencanaan
penyelenggaraan pembelajaran homeschooling.
pembelajaran di Sekolah Dolan yaitu kurikulum
yang digunakan di Sekolah Dolan mengacu pada
438 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 432-438

DAFTAR RUJUKAN

Direktorat Pendidikan Kesetaraan. 2006. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Komunitas Homeschooling Sebagai tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: 2003. Bandung: Citra Umbara.
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Kembara, Maulia. 2007. Homeschooling. Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas
Bandung: Progressio. Akhir, Laporan Penelitian. Malang:
Moedzakir, Djauzi. 2010. Desain dan Model Universitas Negeri Malang.
Penelitian Kualitatif (biografi, fenome- Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi
nologi, teori grounded, etnografi, dan Penelitian (Pendekatan Kuantitatif,
studi kasus). Malang: Universitas Negeri Kualitatif, dan Action Research). Malang:
Malang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Setyosari. 2001. Rancangan Pembelajaran Malang.
Teori dan Praktek. Malang: Elang
Mas.
PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN
BAGI ANAK TERPIDANA

Devi Mariana

e-mail: reana_devi@yahoo.com
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This research aims to describe students and teachers’ characteristics, classroom management
activities, approaches, problems, and efforts to solve the problems at SD Istimewa 3 LPA Blitar. This
research design uses a qualitative with case study research. The results of the study show that there
are students and teachers’ characteristics, classroom management activities, approaches to change
students’attitudes, problems and efforts to solve the problems.

Keywords: Class Management, learning, convided children

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik peserta didik dan pendidik, kegiatan
pengelolaan kelas, pendekatan pengelolaan kelas, masalah pengelolaan kelas, dan upaya pengelolaan
kelas di SD Istimewa 3 LPA Blitar. Desain penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakteristik peserta didik dan pendidik,
kegiatan pengelolaan kelas, pendekatan perubahan tingkah laku, masalah pengelolaan kelas, serta
upaya mengatasi masalah pengelolaan kelas.

Kata Kunci: pengelolaan kelas, pembelajaran, anak terpidana.

Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi
kegiatan untuk mengubah sikap manusia dari suatu belajar yang optimal di dalam kelas sehingga siswa
kondisi tertentu terhadap kondisi lainnya. Kegiatan dapat belajar dengan baik.
yang paling inti dalam pendidikan adalah proses Kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi
pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses kegiatan mengelola tingkah laku peserta didik di
pembelajaran, seorang guru melaksanakan dua dalam kelas dan mengelola proses kerja kelompok,
kegiatan pokok yaitu kegiatan pembelajaran dan sehingga proses pembelajaran berlangsung secara
kegiatan pengelolaan kelas. Nawawi (2010:24) efektif. Pengelolaan kelas sangat penting dalam
berpendapat bahwa pengelolaan kelas diartikan usaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif
sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan serta untuk mencapai tujuan pembelajaran.
potensi kelas, sehingga waktu dan dana yang tersedia Fenomena perilaku anak-anak yang berujung
dapat dimanfaatkan dengan efisien untuk melakukan pada tindak kejahatan saat ini marak terjadi di
kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan Indonesia. Perilaku anak yang berujung pada tindak
perkembangan siswa. Usman (2005:10) kejahatan kriminal dapat disebut tindakan pidana,
mengemukakan bahwa pengelolaan kelas sehingga anak tersebut mendapat hukuman dan
mempunyai dua tujuan yaitu umum dan tujuan menjadi anak terpidana. Anak terpidana akan
khusus. (a) tujuan umum adalah menyediakan dan mendapat perlakuan berbeda dari lingkungannya.
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam- Aktifitas kehidupan mereka menjadi terbatas,
macam kegiatan belajar dan mengajar supaya sehingga anak nakal ini tidak lagi bebas terutama
mencapai hasil yang baik. (b) tujuan khususnya kebebasan mendapatkan pendidikan yang layak.
mengembangkan kemampuan siswa dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA)
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi menjadi tempat bagi anak nakal tersebut yang telah
belajar, serta membantu siswa memperoleh hasil dijatuhi hukuman pidana untuk dibina dan dididik,
yang diharapkan. Dari kedua tujuan tersebut dapat termasuk anak sipil yang atas permintaan dari
disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah orangtua atau walinya yang telah memperoleh
439
440 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

penetapan dari pengadilan untuk dapat dididik di Jenis data yang digunakan dalam penelitian
LPA agar mendapatkan pembinaan, bimbingan, dan ini diperoleh secara langsung dari informan.
pendidikan serta keterampilan. Semua penghuni Peneliti melakukan pengumpulan data primer. Data
LPA pada umumnya berumur kurang dari 21 tahun, primer diperoleh melalui observasi dan wawancara
dengan usia minimal 12 tahun. Mereka berasal dari antara lain keadaan fisik sekolah, suasana belajar
berbagai daerah, usia, dan status pasal berbeda. di kelas, dan kegiatan lain yang berhubungan
LPA memiliki tujuan yaitu menyelenggarakan dengan fokus penelitian. Sumber data dalam
program pendidikan dan keterampilan sesuai penelitian ini yaitu sumber data insani dan non-
kebutuhan dan kondisi anak. insani. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu
Salah satu LPA yang dihuni oleh anak usia Kepala SD Istimewa 3. Sumber data non-insani
sekolah adalah LPA Kelas IIA Kota Blitar. Untuk adalah sumber data berupa catatan, rekaman
memenuhi hak-hak anak terpidana di bidang peristiwa, foto, maupun catatan lain yang
pendidikan, LPA Kelas IIA Anak Kota Blitar memberikan informasi sesuai dengan fokus
menyelenggarakan layanan pendidikan mulai dari penelitian.
pendidikan formal pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Tiga teknik yang digunakan oleh peneliti
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Program dalam mengumpulkan data penelitian yaitu
Kesetaraan Paket B, Paket C, Bimbingan wawancara mendalam, pengamatan (observasi),
Kepribadian, Bimbingan Kerohanian, Pembinaan dan dokumentasi. Peneliti mengadakan percakapan
Mental, Pembinaan Fisik, serta Bimbingan dengan informan. Peneliti menggunakan teknik
Keterampilan (skill). Selama mengikuti proses wawancara untuk mendapatkan informasi terkait
pembelajaran, setelah keluar dari LPA diharapkan profil sekolah, karakteristik peserta didik dan
anak didik pemasyarakatan memperoleh pendidik, kegiatan pengelolaan kelas, pendekatan
pengalaman dan keterampilan sebagai bekal pengelolaan kelas, masalah dan upaya
hidupnya untuk mencari pekerjaan. SD Istimewa 3 menyelesaikan masalah pengelolaan kelas di SD
merupakan salah satu sekolah formal di dalam LPA Istimewa 3 LPA Blitar. Peneliti telah menyusun
yang menyediakan pendidikan bagi anak terpidana pertanyaan sebagai panduan awal wawancara.
apabila belum memiliki ijasah SD atau yang karena Peneliti melaksanakan observasi partisipasi
tindak kejahatannya, sehingga harus putus sekolah aktif, yaitu peneliti secara langsung mengamati
pada jenjang SD. Nama SD Istimewa 3 merupakan kegiatan dan terlibat dalam kegiatan tersebut
urutan nama SD yang ada di LPA Jawa Timur dan dengan membantu guru dalam pengelolaan
berada di Kota Blitar. Pengelolaan kelas yang tepat pembelajaran di kelas. Data hasil pengamatan
menjadi salah satu hal yang patut mendapat didokumentasikan lewat catatan lapangan, catatan
perhatian khusus bagi para pendidik, sebab subjek kronologis dari waktu ke waktu, dan jadwal
yang dihadapi berbeda dengan sekolah-sekolah pada kegiatan. Teknik observasi menggunakan pedoman
umumnya. Mereka adalah anak-anak istimewa observasi tentang setting dan peristiwa penelitian
yang harus mendapatkan layanan khusus dari yang telah dibuat sebelum melaksanakan penelitian,
petugas atau pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitar terkait keadaan fisik sekolah, suasana proses
agar anak-anak terpidana mendapatkan belajar mengajar di kelas dan pengelolaan kelas.
pembelajaran yang layak di dalam kelas. Dokumen dalam penelitian ini digunakan
sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan,
METODE dan meramalkan permasalahan yang diteliti.
Peneliti memanfaatkan dokumen untuk melengkapi
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. data yang diperoleh melalui observasi dan
Jenis penelitian ini yaitu studi kasus deskriptif-kasus wawancara. Dokumen penelitian ini meliputi profil
tunggal karena latarnya tunggal dan peneliti ingin sekolah, ketenagaan, struktur organisasi, sarana
memberikan gambaran dalam bentuk tulisan dan prasarana, surat keputusan, data siswa, dan
tentang karakteristik peserta didik dan pendidik, SOP kegiatan pembelajaran di SD Istimewa 3 LPA
kegiatan, pendekatan, masalah, dan upaya Blitar.
menyelesaikan masalah pengelolaan kelas di SD Analisis data dilakukan sejak sebelum, selama,
Istimewa 3 LPA Blitar secara intensif, mendalam, dan sesudah di lapangan. Proses analisis data yang
detail, menyeluruh, dan komprehensif. Lokasi peneliti lakukan yaitu mengumpulkan data
penelitian di SD Istimewa 3 LPA Blitar, Jalan Bali sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber (kepala
Nomor 76 Blitar, Jawa Timur. sekolah, pendidik, petugas, serta peserta didik) dan
Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 441

teknik (wawancara, observasi, dan dokumentasi). 3 termasuk dalam kelas kecil karena jumlah siswa
Miles dan Huberman (1992:16-21) menyatakan, tidak lebih dari 10 orang. Semua anak didik di LPA
langkah-langkah dalam analisis data yaitu reduksi Blitar berjenis kelamin laki-laki. Setiap hari anak-
data, display data, dan penarikan kesimpulan. anak terpidana di SD Istimewa 3 memulai sekolah
Reduksi data yang dilakukan peneliti merupakan pada pukul 07.00-10.00, namun jadwal tersebut
suatu kegiatan pemilihan data yang tepat. Langkah- seringkali tidak dilaksanakan dengan baik
langkah reduksi data yang dilakukan peneliti, dikarenakan banyak hal diluar proses belajar
pertama, setelah melakukan wawancara peneliti mengajar yang tidak dikoordinir dengan baik oleh
memilah data yang dianggap penting dan sesuai sub bagian LPA.
dengan fokus penelitian serta membuang data yang Pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitar berasal
dianggap tidak perlu. Kedua, peneliti melakukan dari pendidik petugas LPA sendiri yang masuk pada
observasi ke lapangan dan membandingkan data sub bidang pembinaan dan tenaga dari luar LPA
hasil wawancara dengan data hasil observasi. yaitu guru dari Dinas yang memiliki jam mengajar
Ketiga, setelah memperoleh data dokumentasi dari kurang sehingga mengajar di LPA, dan guru bantu
pihak sekolah, peneliti membandingkan hasil data dari luar yang diperkerjakan untuk membantu
wawancara dan observasi. Data yang sudah mengajar oleh LPA. Jumlah guru di SD Istimewa
direduksi memberikan gambaran yang jelas dan 3 ini juga terbatas, keseluruhan berjumlah 6 orang.
mempermudah peneliti untuk melakukan Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa
pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi 3 dilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awal
data, peneliti dipandu oleh pedoman penelitian yang yaitu mempersiapkan kondisi kelas dan para siswa
sudah disusun. untuk siap menerima pelajaran. Seluruh siswa
Penyajian data yang telah diperoleh ke dalam mendapatkan instruksi dari petugas jaga untuk
sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data bersiap – siap dan berkumpul untuk segera
yang didapat, penyajian data dalam bentuk naratif. bersekolah dan memasuki kelas masing – masing.
Data yang didapat dalam bentuk gambar, tabel, Sebelum seluruh siswa masuk kelas, setiap siswa
dan uraian/penjelasan tidak mungkin dipaparkan yang mendapat jadwal piket kelas terlebih dahulu
secara keseluruhan. Penyampaian data disusun membersihkan kelas dengan menyapu lantai,
secara sistematis dan simultan, sehingga data yang menata bangku dan meja.
diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab Pengaturan tempat duduk sama dengan
masalah yang diteliti. sekolah-sekolah pada umumnya, terdapat kursi dan
Penarikan kesimpulan sementara masih dapat meja untuk masing-masing siswa yaitu satu kursi
diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara dan meja untuk satu siswa. Meja dan kursi bagi
triangulasi, keceukupan referensial, dan guru juga terletak di depan kelas tepatnya di sudut
pengecekan keanggotaan, sehingga kebenaran kelas dengan papan tulis digunakan sebagai media
ilmiah dapat tercapai. Proses verifikasi data yang pelajaran terletak di depan kelas dan berada di
disajikan peneliti dalam bentuk uraian atau tengah. Kelengkapan atau aksesori kelas terdapat
penjelasan, gambar, dan tabel. Peneliti mengambil jam dinding yang terletak di depan kelas, peta
kesimpulan dari tiap-tiap bentuk data tersebut Indonesia dan peta dunia, serta foto-foto pahlawan.
untuk selanjutnya dipadukan dengan kesimpulan Untuk vertilisasi dan tata cahaya, di ruang kelas
dari data bentuk lainnya sehingga menghasilkan terdapat 2 jendela besar di dekat pintu.
kesimpulan yang kredibel dan mendukung penelitian Sebelum pelajaran dimulai, guru yang
dan disusun dalam bentuk deskriptif. mengajar saat itu mempersilahkan salah satu siswa
untuk memimpin doa sebelum pelajaran berlangsung.
HASIL Guru tidak dapat memberikan pekerjaan rumah
(PR) kepada para siswa sebab buku tulis dan buku
Karakteristik peserta didik di SD Istimewa 3 paket pelajaran selalu dikembalikan di ruang guru.
LPA Blitar sangat beragam, mereka berasal dari Guru selama ini tidak pernah membuat rancangan
berbagai daerah di Jawa Timur dengan usia pelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaan
berbeda-beda, dan status pasal yang berbeda. mengajar mereka. Metode yang dilakukan oleh guru
Jumlah siswa di SD Istimewa 3 saat ini yaitu 16 antara lain ceramah, tanya jawab, penugasan,
anak, mereka dibagi kedalam dua rombogan kelompok dan demonstrasi. Sedangkan media yang
belajar yaitu kelas 3 berjumlah 7 orang, dan kelas digunakan oleh guru menyesuaikan materi yang
6 berjumlah 9 orang. Setiap kelas di SD Istimewa dipelajari. Media yang guru gunakan dari fasilitas
442 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

yang diberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupa harus mengungkapkan pendapat mereka dan ikut
buku paket. aktif dalam pembelajaran. Pengulasan materi
Pendekatan yang digunakan guru dalam pelajaran diberikan oleh guru terhadap materi yang
pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 lebih sebelumnya diberikan sebelum mempelajari materi
mengutamakan pendekatan perubahan tingkah baru. Sehingga waktu yang hilang sebelumnya
laku. Pendekatan yang guru lakukan disesuaikan akibat aktivitas siswa diluar pelajaran atau saat
dengan kondisi siswa, dengan mengetahui latar siswa mendapat kunjungan kelas tergantikan.
belakang pendidikan, daerah asal, budaya dan lain Upaya menyelesaikan masalah sarana dan
sebagainya. Guru bekerjasama dengan petugas prasarana yang tidak sesuai dengan kebutuhan
LPA dalam mengajar, dimana setiap kegiatan yang siswa. Sekolah telah mengupayakan untuk
dilakukan di dalam kelas mendapat pantauan dari meminta bantuan dari Diknas dan mengusulkan
petugas piket. pengadaan sarana dan prasarana dari dana BOS
Pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 yang yang diperoleh. Kerjasama dengan Diknas yang
memiliki siswa dengan latar belakang tindak pidana masih kurang, sudah diatasi dengan membuat
yang dilakukan termasuk sulit dilakukan. Selain dari laporan setiap bulan tentang kondisi dan keadaan
faktor pengelolaannya, faktor siswa sendiri yang sekolah. Guru bertindak tegas dengan memberi
menjadi masalah utama dalam pengelolaan kelas sanksi yang tepat pada siswa yang melanggar
di SD Istimewa 3. Ruang kelas yang terbatas peraturan. Guru melemparkan pertanyaan kepada
diberikan pihak LPA untuk siswa SD Istimewa 3 siswa yang ramai dan memberi tugas tambahan.
dikarenakan murid yang ada jumlahnya sedikit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifan
Tenaga pendidik dan kependidikan yang terbatas siswa di dalam kelas.
dan bukan dari basis guru membuat sulitnya
pengelolaan kelas yang baik dilakukan. Hal ini PEMBAHASAN
dilaksanaan di SD Istimewa 3 dengan guru
sebagian besar adalah petugas dari substansi Anak terpidana di SD Istimewa 3 adalah
bidang Pembinaan dan Pendidikan (Binadik). anak-anak yang telah melakukan pelanggaran
Sebagian besar siswa malas dan kurang berusaha hukum dan telah dijatuhi hukuman pidana. Namun
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Waktu di SD Istimewa 3 peserta didik yang bersekolah
yang diberikan oleh sekolah untuk pr oses tidak dibedakan berdasarkan usia, mereka
pembelajaran tidak menentu. Hal ini dibuktikan dibedakan berdasarkan kemampuan intelegensi
dengan seringnya proses pembelajaran di kelas peserta didik. Karakteristik anak SD terpidana di
tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. LPA Blitar sangat beragam, mereka berasal dari
Adanya kegiatan diluar pembelajaran yang wajib berbagai daerah di Jawa Timur dengan berbagai
siswa ikuti dan terkadang siswa mendapat besukan kultur, bahasa, agama, dan keadaan sosial ekonomi
dari orang tua sehingga mereka harus yang berbeda. Hal ini selaras dengan pengertian
menghentikan proses pembelajaran. Sarana dan kelas yang diungkapkan Djamarah (2010:175)
prasarana seperti buku alat peraga yang tidak menyatakan, kelas adalah suatu masyarakat kecil
sesuai dengan kebutuhan siswa. Seperti buku yang yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah,
digunakan adalah terbitan tahun lama. Kerjasama sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja
dengan Dinas Pendidikan (Diknas) kurang, terbukti yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
tidak ada pengawasan dari Diknas. Banyak siswa belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai
yang tidak aktif di kelas karena tingkat pendidikan suatu tujuan.
sebelum masuk di LPA berbeda. Mereka kesulitan Jumlah peserta didik di SD Istimewa 3 saat
untuk menyampaikan pendapat. ini yaitu 16 anak, mereka dibagi kedalam dua
Setiap masalah yang muncul dalam rombogan belajar yaitu kelas 1-3 berjumlah 7
pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 mendapat orang, dan kelas 4-6 berjumlah 9 or ang.
upaya penyelesaian sebagai solusi agar mencapai Penggabungan kelas ini dikarenakan pihak lapas
tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Guru tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan 6
mengelola kelas dengan memberi metode ceramah kelas untuk jumlah peserta didik yang sedikit, sebab
dan diskusi kelas yang menyenangkan dengan tiap kelas di SD Istimewa 3 termasuk dalam kelas
mengajak siswa mengemukakan pendapat kecil karena jumlah peserta didik tidak lebih dari
terhadap masalah yang dihadapi dari setiap materi 10 orang. Dengan jumlah peserta didik yang tidak
pelajaran. Sehingga membuat siswa mau tidak mau banyak ini memudahkan guru untuk mengatur
Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 443

kelas. Kelas yang memiliki jumlah peserta didik oleh peserta didik di kamar mereka masing-masing,
yang sedikit ini mempermudah guru untuk mereka tidak bertanggung jawab atau merusak
mengelola kelas sesuai dengan tujuan pengelolaan perlengkapan sekolah mereka untuk bermain.
kelas seperti pendapat Rohani (2010: 118) Guru selama ini tidak pernah membuat rancangan
menyatakan, Kelas yang jumlah peserta didiknya pelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaan
banyak akan sulit untuk dikelola. Jumlah peserta mengajar mereka.
didik dalam satu kelas di sekolah dasar yang Metode yang dilakukan oleh guru antara lain
mencapai rata-rata 30-40 orang. ceramah, tanya jawab, penugasan, kelompok dan
Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa demonstrasi. Sedangkan media yang digunakan
3 dilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awal oleh guru menyesuaikan materi yang dipelajari.
yaitu mempersiapkan kondisi kelas dan para Media yang guru gunakan dari fasilitas yang
peserta didik untuk siap menerima pelajaran. Hal diberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupa buku
ini sesuai dengan pendapat Nawawi (2010:24) paket.
berpendapat bahwa pengelolaan kelas diartikan Pendekatan yang digunakan guru dalam
sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 berbeda-beda
potensi kelas, sehingga waktu dan dana yang dari setiap guru yang mengajar. Namun
tersedia dapat dimanfaatkan dengan efisien untuk pendekatan perubahan tingkah laku lebih
melakukan kegiatan kelas yang berkaitan dengan diutamakan dalam proses pengelolaan kelas di SD
kurikulum dan perkembangan peserta didik. Istimewa 3 LPA Blitar. Pendekatan-pendekatan
Sebelum seluruh peserta didik masuk kelas, setiap yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam
peserta didik yang mendapat jadwal piket kelas mengelola kelas menurut Rusydie (2011:46)
terlebih dahulu membersihkan kelas dengan meliputi: (1) pendekatan kekuasaan; (2)
menyapu lantai, menata bangku dan meja. pendekatan hukuman; (3) pendekatan kebebasan;
Pengaturan tempat duduk sama dengan (4) pendekatan resep; (5) pendekatan pengajaran;
sekolah-sekolah pada umumnya, terdapat kursi dan (6) pendekatan perubahan tingkah laku; (7)
meja untuk masing-masing peserta didik yaitu satu pendekatan iklim sosio-emosional; (8) pendekatan
kursi dan meja untuk satu peserta didik. Meja dan proses kelompok dan (9) pendekatan pluralistis.
kursi bagi guru juga terletak di depan kelas tepatnya Pendekatan yang sering digunakan oleh guru
di sudut kelas dengan papan tulis digunakan sebagai di SD Istimewa 3 lebih kepada usaha untuk
media pelajaran terletak di depan kelas dan berada merubah perilaku peserta didik. Guru lebih
di tengah sehingga seluruh peserta didik dapat mengacu pada situasi dan kondisi kelas yang saat
melihat dengan jelas dan memudahkan peserta itu terjadi dalam memilih pendekatan, sehingga
didik ataupun guru untuk melaksanakan menggabungkan beberapa pendekatan dalam
pembelajaran, papan tulis juga membantu peserta mengelola kelas cenderung dilakukan oleh guru di
didik untuk melakukan diskusi. Kelengkapan atau SD Istimewa 3 LPA Blitar.
aksesori kelas terdapat jam dinding yang terletak Masalah utama yang menjadi kendala dalam
di depan kelas, peta indonesia dan peta dunia, serta pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 salah satunya
foto-foto pahlawan. Pembelajaran dilakukan dari peserta didik itu sendiri. Ketidak sabaran dan
secara klasikal (di dalam kelas). rasa malas tersebut disebabkan oleh ketidakpahaman
Untuk ventilisasi dan tata cahaya, di ruang terhadap materi atau kurangnya perhatian peserta
kelas terdapat 2 jendela besar di dekat pintu. didik sendiri dalam pelajaran di kelas sehingga
Jendela ini merupakan tempat keluar masuknya berdampak pada keaktifan mereka di dalam kelas.
udar a di ruang kelas dan sebagai tempat Hal ini tentunya menyebabkan masalah yang
penghubung masuknnya cahaya matahari dari luar. membuat guru sulit mengelola kelas dan peserta didik
Selain jendela sebagai ventilasi udara, terdapat tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan. Menurut
pencahayaan berupa 3 buah bola lampu yang Rohani (2010: 118) “format belajar mengajar yang
berada diatap kelas. monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta
Guru tidak dapat memberikan pekerjaan didik. Format pembelajaran yang tidak bisa bervariasi
rumah (PR) kepada para peserta didik sebab buku dapat menyebabkan peserta didik bosan, frustasi atau
tulis dan buku paket pelajaran selalu dikembalikan kecewa dan hal lain yang akan menjadi kendala dalam
di ruang guru. Hal ini sudah menjadi peraturan dari mengelola kelas”.
pihak sekolah karena dikawatirkan jika buku tulis Sarana dan Pr asarana masih kurang
dan buku pelajaran serta peralatan sekolah dibawa mendukung pengelolaan kelas. Seperti buku – buku,
444 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

ruang kelas masih sangat minim. Hal ini sesuai sehingga jumlah keseluruhan anak didik di LPA
dengan pandapat Rohani (2010: 118) “Jumlah buku Blitar berjumlah 167 orang. Dari 167 orang
yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan penghuni LPA Blitar, yang bersekolah di SD
jumlah peserta didik yang membutuhkannya akan Istmewa 3 berjumlah 16 orang. Jenis kejahatan
menimbulkan kendala dalam pengelolaan kelas”. atau jenis pidana yang dilakukan oleh anak
Karena SD Istimewa 3 dibawah lingkungan terpidana di SD Istimewa 3 meliputi, pembunuhan,
Kemenkumham menjadikan kerjasama dengan narkoba, pencurian, dan perampokan. Rata – rata
Diknas dalam hal penyelenggaraan pendidikan di dengan masa hukuman ± 5 tahun penjara. Semua
LPA kurang maksimal. Sehingga substansi anak didik di LPA Blitar berjenis kelamin laki-laki.
manajemen pendidikan termasuk pengelolaan kelas Setiap hari anak-anak terpidana di SD Istimewa 3
harus membuat peserta didik tenang dan nyaman memulai sekolah pada pukul 07.00-10.00, namun
dalam proses pembelajaran. jadwal tersebut seringkali tidak dilaksanakan
Dalam permasalahan untuk anak yang malas dengan baik dikarenakan banyak hal diluar proses
dan tidak aktif di dalam kelas, guru dituntut untuk belajar mengajar yang tidak dikoordinir dengan
mencari cara bagaimana agar peserta didik baik oleh sub bagian LPA.
berubah menjadi aktif dan bersemangat. Guru Tenaga pendidik di SD Istimewa 3 LPA Blitar
dituntut untuk kreatif dan memudahkan peserta berasal dari pendidik petugas LPA sendiri yang
didik dalam mempelajari topik dari setiap materi masuk pada sub bidang pembinaan dan tenaga dari
pelajaran yang menjadi bahasan. luar LPA yaitu guru dari Dinas yang memiliki jam
Menurut Entang (2006:8) “upaya pengelolaan mengajar kurang sehingga mengajar di LPA, dan
yang bersifat kuratif merupakan tindakan terhadap guru bantu dari luar yang diperkerjakan untuk
tingkah laku yang menyimpang atau telah terlanjur membantu mengajar oleh LPA. Jumlah guru di SD
terjadi”. Adapun langkah-langkah yang harus Istimewa 3 ini juga terbatas, keseluruhan berjumlah
dilakukan seorang guru, yaitu identifikasi masalah, 6 orang.
analisis masalah, dan penetapan alternatif Kegiatan pengelolaan kelas di SD Istimewa
pemecahan. 3 LPA Blitar merupakan kegiatan yang selalu
dilakukan oleh guru diawali dengan kegiatan awal
KESIMPULAN DAN SARAN yaitu mempersiapkan kondisi kelas dan para
peserta didik untuk siap menerima pelajaran.
Kesimpulan Sebelum seluruh peserta didik masuk kelas, setiap
peserta didik yang mendapat jadwal piket kelas
Karakteristik anak SD terpidana di LPA Blitar
terlebih dahulu membersihkan kelas dengan
sangat beragam, mereka berasal dari berbagai
menyapu lantai, menata bangku dan meja.
daerah di Jawa Timur dengan berbagai usia,
Pengaturan tempat duduk sama dengan sekolah-
bahasa,status pasal, dan keadaan sosial ekonomi
sekolah pada umumnya, terdapat kursi dan meja
yang berbeda. Penghuni LPA Blitar adalah anak-
untuk masing-masing peserta didik yaitu satu kursi
anak yang masih dibawah umur, usia kurang dari
dan meja untuk satu peserta didik.
21 tahun dengan usia minimal 12 tahun. Sesuai
Sebelum pelajaran dimulai, guru yang
dengan nama lembaga yaitu Lembaga
mengajar saat itu mempersilahkan salah satu
Pemasyarakatan Anak. Jumlah peserta didik di SD
peserta didik untuk memimpin doa sebelum
Istimewa 3 saat ini yaitu 16 anak, mereka dibagi
pelajaran berlangsung. Guru tidak dapat
kedalam dua rombogan belajar yaitu kelas 3
memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada para
berjumlah 7 orang, dan kelas 6 berjumlah 9 orang.
peserta didik sebab buku tulis dan buku paket
Penggabungan kelas ini dikarenakan pihak lapas
pelajaran selalu dikembalikan di ruang guru. Guru
tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan 6
selama ini tidak pernah membuat rancangan
kelas untuk jumlah peserta didik yang sedikit, sebab
pelaksanaan pembelajaran sebagai perencanaan
tiap kelas di SD Istimewa 3 termasuk dalam kelas
mengajar mereka. Metode yang dilakukan oleh guru
kecil karena jumlah peserta didik tidak lebih dari
antara lain ceramah, tanya jawab, penugasan,
10 orang.
kelompok dan demonstrasi. Sedangkan media yang
Berdasarkan usianya, jumlah anak didik di
digunakan oleh guru menyesuaikan materi yang
LPA Blitar berusia kurang dari 15 tahun berjumlah
dipelajari. Media yang guru gunakan dari fasilitas
2 orang, usia 15 sampai 18 tahun berjumlah 75
yang diberikan sekolah yaitu buku pelajaran berupa
orang, dan usia 18 tahun keatas berjumlah 90 orang,
buku paket.
Mariana, Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran bagi Anak Terpidana 445

Pendekatan dalam pengelolaan kelas di SD tidak mau harus mengungkapkan pendapat mereka
Istimewa 3 LPA Blitar adalah pendekatan dan ikut aktif dalam pembelajaran, strategi yang
perubahan tingkah laku, sebagaimana prinsip dari dilakukan guru sangat dibutuhkan. Dengan
pengelolaan kelas adalah untuk merubah tingkah mengembangkan konten dari setiap materi yang
laku peserta didik menjadi lebih baik. Hal ini juga diajarkan membuat peserta didik mudah mengerti
yang peneliti lihat dari latar belakang tindak karena dari awal pendekatan yang lebih ditekankan
kejahatan dan perilaku peserta didik SD Istimewa oleh guru adalah pendekatan perubahan tingkah
3 merupakan anak-anak nakal yang membutuhkan laku dimana merubah perilaku peserta didik yang
perlakuan istimewa. tidak baik menjadi baik, tidak mengerti menjadi
Masalah yang muncul dalam pengelolaan mengerti, pengulasan materi pelajaran diberikan
kelas di SD Istimewa 3 LPA Blitar yang memiliki oleh guru terhadap materi yang sebelumnya
peserta didik dengan latar belakang tindak pidana diberikan sebelum mempelajari materi baru.
yang dilakukan menjadi masalah utama. Peneliti Sehingga waktu yang hilang sebelumnya akibat
menemukan beberapa masalah yang muncul aktivitas peserta didik diluar pelajaran atau saat
selama penelitan sebagai meliputi (a) ruang kelas peserta didik mendapat kunjungan kelas
yang terbatas diberikan pihak LPA untuk peserta tergantikan, upaya menyelesaikan masalah sarana
didik SD Istimewa 3 dikarenakan murit yang ada dan prasarana yang tidak sesuai dengan kebutuhan
jumlahnya sedikit, (b) tenaga pendidik dan peserta didik. Sekolah telah mengupayakan untuk
kependidikan yang terbatas dan bukan dari basis meminta bantuan dari Diknas dan mengusulkan
guru membuat sulitnya pengelolaan kelas yang baik pengadaan sarana dan prasarana dari dana BOS
dilakukan. Hal ini dilaksanaan di SD Istimewa 3 yang diperoleh, kerjasama dengan Diknas yang
dengan guru sebagian besar adalah petugas dari masih kurang, sudah diatasi dengan membuat
substansi bidang Pembinaan dan Pendidikan laporan setiap bulan tentang kondisi dan keadaan
(Binadik), (c) sebagian besar peserta didik malas sekolah, guru bertindak tegas dengan memberi
dan kurang berusaha dalam proses pembelajaran sanksi yang tepat pada peserta didik yang
di dalam kelas, (d) waktu yang diberikan oleh melanggar peraturan, guru melemparkan
sekolah untuk proses pembelajaran tidak menentu. pertanyaan dan melakukan presentasi. Hal ini
Hal ini dibuktikan dengan seringnya proses dilakukan untuk meningkatkan keaktifan peserta
pembelajaran di kelas tidak sesuai dengan jadwal didik di dalam kelas.
yang sudah ditentukan, (e) adanya kegiatan diluar
pembelajaran yang wajib peserta didik ikuti dan Saran
terkadang peserta didik mendapat besukan dari
orang tua sehingga mereka harus menghentikan Berdasarkan paparan data dan pembahasan
proses pembelajaran, (f) sarana dan prasarana di atas, saran-saran yang dapat dikembangkan dan
seperti buku alat peraga yang tidak sesuai dengan sebagai masukan antara lain: (1) Kepala SD
kebutuhan peserta didik. Seperti buku yang Istimewa 3 LPA Blitar, hendaknya memberikan
digunakan adalah terbitan tahun lama, dan (g) bimbingan dalam mengelola pendidik terutama
kerjasama dengan Diknas kurang, terbukti tidak dalam mengelola kelas yaitu selalu menggunakan
ada pengawasan dari Diknas, (h) banyak peserta rancangan pembelajaran sebelum melakuan
didik yang tidak aktif di kelas karena tingkat pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang
pendidikan sebelum masuk di LPA berbeda. efektif dan efisien, (2) Pendidik SD Istimewa 3
Mereka kesulitan untuk menyampaikan pendapat. LPA Blitar, hendaknya lebih serius dalam
Upaya dalam menyelesaikan masalah mengelola kelas agar pembelajaran dapat
pengelolaan kelas di SD Istimewa 3 LPA Blitar berlangsung dengan baik. Dalam hal ini guru
mendapat upaya penyelesaian sebagai solusi agar seharusnya menggunakan pendekatan dalam
mencapai tujuan dari pembelajaran yang diberikan. mengelola kelas agar dapat menstabilkan proses
Beberapa upaya dalam menyelesaikan masalah belajar dan menjaga efektifitas pembelajaran di
pengelolaan kelas di SD Istimewa 3, yaitu guru kelas, (3) Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan,
mengelola kelas dengan memberi metode ceramah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
dan diskusi kelas yang menyenangkan dengan Malang, hendaknya mendorong dan membimbing
mengajak peserta didik mengemukakan pendapat pendidik dan tenaga kependidikan dalam jurusan
terhadap masalah yang dihadapi dari setiap materi Administrasi Pendidikan untuk lebih baik dalam
pelajaran. Sehingga membuat peserta didik mau pengelolaan kelas agar tujuan setiap matakuliah
446 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 439-446

tercapai, (4) Kepala Lembaga Pemasyarakatan guru di sekolah-sekolah termasuk SD Istimewa 3


Klas IIA Anak Kota Blitar, hendaknya lebih yang terletak di dalam LPA untuk mengembangkan
memperhatikan Sub. Binadik yang mengurus pengelolaan kelas yang baik terutama untuk
masalah pendidikan anak-anak terpidana agar pembelajaran peserta didik; dan (6) Peneliti lain,
mereka dapat sepenuhnya memperoleh pendidikan, hendaknya melakukan penelitian secara kualitatif
terutama memperhatikan pendidik agar lebih baik atau kuantitatif dan penelitian tindakan terkait
dalam mengelola kelas di SD Istimewa 3 LPA dampak pengelolaan kelas bagi kesiapan belajar
Blitar, (5) Kepala Dinas Pendidikan dan peserta didik, pengaruh pengelolaan kelas dengan
Kebudayaan Kota Blitar, hendaknya membimbing berbagai pendekatan.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, S. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Nawawi, H. 2010. Organisasi Sekolah dan
Bandung: Rineka Cipta. Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Entang, M. 2006. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung.
Penataran. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajar.
Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. Analisis Bandung: Rineka Cipta.
Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Usman, M. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PENGELOLAAN EKSTRAKURIKULER JURNALISTIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA

Risca Apriliyandari

e-mail: riscaapriliyandari@yahoo.co.id
Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The poin of this research describes the management of extracurricular journalistic, constraint
and support management of extracurricular journalistic, and effort overcome constraint and support
deceit management of extracurricular journalistic. The research used a qualitative approach with case
study. The results of this research indicate that there are constraint and support management of
extracurricular journalistic, and effort overcome constraint and support deceit management of
extracurricular journalistic in national senior high school Garum-Blitar.

Keywords: management, extracurricular, journalistic

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik,
kendala dan pendukungpengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik, serta upaya mengatasi kendala dan
pemberdayaan pendukung pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat kendala dan pendukung, serta upaya mengatasi kendala dan pemberdayaan pendukung
ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garum-Blitar.

Kata kunci: pengelolaan, ekstrakurikuler, jurnalistik

Pendidikan sebagai investasi jangka panjang pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,


memerlukan pengelolaan pendidikan secara baik yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
dan cermat. Menurut Kurniadin dan Machali sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
(2012:126) fungsi manajemen ada empat, yakni pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-
“planning, organizing, directing, dan sumber lain”.
controlling”. Selain fungsi manajemen, Kurniadin Sektor terkecil pendidikan adalah sekolah dan
dan Machali (2012:119) menambahkan sumber melalui sekolah inilah awal mula pendidikan dapat
daya dalam manajemen yang perlu diperhatikan, ditingkatkan. Sekolah Menengah Atas (SMA)
yaitu: “man (manusia), money (uang), materials Negeri 1 Garum merupakan salah satu sekolah
(bahan/alat-alat), methods (teknik/cara), yang berusaha meningkatkan mutu peserta
machines(mesin), market (pasar), dan minutes didiknya. Sekolah ini berusaha mewadahi
(waktu) yang biasa disebut ‘7M’ “. Tanpa kebutuhan peserta didiknya untuk mengasah
pelaksanaan dan pengelolaan hal-hal tersebut, kemampuan dan mengeksplorasi diri. Sekolah ini
pendidikan hanya akan sia-sia karena akan didapati memberikan dukungan penuh kepada peserta didik
pendidikan berkualitas rendah dengan biaya yang untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki.
tinggi. Hal ini akan merugikan dan mengakibatkan Wujud nyata SMA Negeri 1 Garum sebagai
rendahnya produktivitas SDM. Manajemen dapat wadah untuk mengembangkan potensi peserta
berjalan dengan baik apabila dikelola oleh pemimpin didiknya dengan meningkatkan mutu dari segi
yang berkompeten dan berjiwa manajerial. Hal ini akademik dan non-akademik. Segi akademiknya,
akan membuat organisasi mudah mencapai tujuan sekolah berusaha melengkapi sarana prasarana,
secara optimal serta meningkatkan mutu. Sejalan meningkatkan hubungan sekolah dengan
dengan pendapat Terry (1986:4) yang menyatakan masyarakat, meningkatkan kualitas pendidik, dan
“manajemen merupakan sebuah proses yang khas, meningkatkan proses pembelajaran. Sedangkan
yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, dari segi non-akademiknya adalah meningkatkan
447
448 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler adalah kesehatan. Inilah yang mendorong SMA Negeri 1
suatu kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah Garum memberikan fasilitas pengembangan bakat
untuk mengembangkan potensi diri peserta didik. dan minat peserta didik dalam dunia jurnalistik
Sejalan dengan pendapat Hamalik (2008:181) khususnya keterampilan menulis. Dengan adanya
ekstrakurikuler adalah “kegiatan pendidikan di luar keterampilan menulis, peserta didik dapat
ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi berekspresi dan menuangkan segala yang ada di
bersifat paedagogis dan menunjang pendidikan pikirannya melalui suatu karya berupa tulisan yang
dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah”. dapat ditunjukkan kepada khalayak.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan
pada kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik. METODE
Ekstrakurikuler jurnalistik merupakan wadah bagi
peserta didik untuk mengembangkan potensi diri Penelitian ini menggunakan pendekatan
melalui suatu karya, baik tulisan maupun karya kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus,
yang lain. Dalam era modern seperti sekarang, karena peneliti berusaha untuk mengeksplorasi
kehidupan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari secara mendalam terhadap suatu program atau
jurnalistik dan pers. Manusia sekarang ini tidak subjek penelitian lainnya. Dalam penelitian studi
dapat hidup tanpa mendapatkan suguhan pers. kasus, peneliti melakukan penelitian secara
Menurut Assegaf (1985:9) “jurnalistik adalah menyeluruh dan mendalam di satu sekolah yang
kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis meneliti tentang satu kegiatan ekstrakurikuler.
untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya”. Seluruh konteks menjadi pusat penelitian dan
Jurnalis sekolah mempelajari keahlian yang ditelaah secara menyeluruh dan mendalam. “Studi
bisa dipakai pada kehidupan dewasa kelak dan kasus merupakan, serangkaian kegiatan
juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, penyelidikan untuk mendeskr ipsikan dan
logis, dan keahlian berorganisasi serta melakukan menganalisis secara intensif dan terperinci suatu
wawancara. Menurut sebuah riset pada 1994 yang gejala atau unit sosial tertentu, seperti individu,
bertajuk Journalism Kids Do Better, penulis Jack kelompok, komunitas atau lembaga” (Wiyono,
Dvorak, Larry Lain dan Tom Dickson (dalam 2007:77). Peneliti dalam penelitian ini bertindak
Rolnieki, 2008:157) menemukan bukti, bahwa sebagai instrumen kunci yang langsung terjun ke
keterampilan jurnalisme amat bermanfaat bagi lapangan. Oleh karena itu, peran peneliti di
peserta didik. Temuan dalam studi itu: anak-anak lapangan merupakan kunci keberhasilan, sehingga
jurnalisme lebih unggul di 10 sampai 12 bidang dalam pelaksanaannya dibutuhkan keseriusan
akademis, anak-anak jurnalisme menulis dengan dalam penelitian.Peneliti mengumpulkan data dari
lebih baik di dalam 17 dari 20 perbandingan dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Berdasarkan
tulisan mahasiswa, anak-anak jurnalisme lebih data dari lapangan ditarik kesimpulan yang
menghargai jurnalisme sekolah daripada pelajaran bersifat utuh.
bahasa, dan terakhir anak-anak jurnalisme adalah Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
‘pelaku aktif ’ di sekolah. Berdasarkan hasil Garum. Lokasinya di Jalan Raya Bence Garum
penelitian di atas terlihat, bahwa peserta didik yang Blitar. Sumber data penelitian ini antara lain:
memiliki keterampilan jurnalistik lebih unggul dari Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang
segi akademisnya dan hasil tulisannya lebih baik Kesiswaan, Pembina Dalam, Pembina Luar,
daripada tulisan mahasiswa. Berarti, keterampilan Pengurus BPH Ekstrakurikuler jurnalistik, dan
menulis bisa dimiliki oleh siapapun tidak tergantung anggota ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1
pada umur asalkan giat berlatih dan rajin membaca, Garum. Prosedur pengumpulan data yang
sehingga dapat menghasilkan tulisan yang bagus. dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi,
Era globalisasi sekarang kegiatan jurnalistik wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
penting, sebab semua orang tidak bisa mengatur dilakukan dengan reduksi data, display data, dan
dan berbuat sesuatu bagi dirinya tanpa memperoleh verifikasi data. Hasil analisis data selanjutnya di
informasi terlebih dahulu. Sedangkan semua cek keabsahannya melalui perpanjangan
informasi tentang hal yang tersedia dan terjadi saat pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
ini merupakan produk jurnalistik seperti yang penelitian, dan triangulasi. Proses pengumpulan
tersedia di surat kabar, radio, dan televisi. Informasi data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan,
yang dibutuhkan bisa dalam hal politik, ekonomi, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
sosial, budaya, keamanan, pendidikan, dan tahap pelaporan.
Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 449

HASIL Kegiatan evaluasi diperlukan untuk


mengetahui kekurangan dan hambatan dalam
Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik
pelaksanaan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk
dilakukan dengan menyusun program kerja tahunan.
memperbaiki kekurangan dan hambatan sehingga
Awalnya ekstrakurikuler jurnalistik mengadakan
dapat meningkatkan kinerja dalam kegiatan
rapat untuk menyusun program kerja, jadwal setiap
mendatang. Kegiatan evaluasi ekstrakurikuler
program kerja, dan keuangan setiap program kerja.
jurnalistik dilakukan oleh pembina dan sekolah.
Program kerja disusun oleh pembina dan anggota
Pembina Luar memberikan nilai kepada anggota
pada awal tahun kepengurusan. Selanjutnya,
sedangkan Pembina Dalam memberikan arahan
program kerja dilaporkan kepada sekolah untuk
dan saran dalam melakuan penilaian. Sekolah
mendapatkan persetujuan. Program kerja yang
melakukan evaluasi dengan cara mengawasi
disetujui akan dilaksanakan sedangkan yang tidak
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang
disetujui kemungkinan akan diupayakan
dilakukan setiap bulan. Kegiatan pengawasan
dilaksanakan tahun depan.
dilihat dari jurnal kegiatan ekstrakurikuler dan
Langkah selanjutnya setelah menyusun
daftar hadir. Selain itu, dilihat dari proposal kegiatan
perencanaan adalah pengorganisasian. Organisasi
dan laporan pertanggungjawaban setiap
Junega dibawahi langsung oleh Kepala SMA
ekstrakurikuler.
Negeri 1 Garum yang bertindak sebagai
Kendala ekstrakurikuler jurnalistik SMA
penanggungjawab. Junega memiliki dua pembina
Negeri 1 Garum adalah keaktifan anggota dan
karena itu perlu adanya kerjasama antara
publikasi. Beberapa anggota ada yang mengikuti
keduanya. Selain itu, Junega memiliki pengurus
les, belajar kelompok, bergabung dengan OSIS,
BPH yang bertindak langsung terhadap kemajuan
atau mengikuti ekstrakurikuler lain. Anggota yang
organisasi. Dalam BPH terdapat komisi-komisi
memiliki kegiatan banyak di luar ekstrakurikuler
yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi
jurnalistik cenderung kurang aktif dalam mengikuti
yang berbeda. Pengorganisasian ekstrakurikuler
setiap kegiatan ekstrakurikuler. Kendala kedua
jurnalistik terdiri dari: kualifikasi pembina,
adalah publikasi. Sejauh ini publikasi hasil karya
perekrutan anggota, pemilihan pengurus
anggota melalui mading, majalah dan blog. Untuk
ekstrakurikuler, pembagian jabatan pengurus, dan
mading dan majalah sudah terkelola dengan baik
pembagian tugas setiap pengurus.
namun, lingkupnya hanya dalam sekolah. Untuk
Setelah kegiatan pengorganisasian terlaksana,
blog lingkupnya sudah masyarakat luas namun,
kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan kegiatan
kurang aktif sehingga tidak bisa menampilkan
dalam program kerja ekstrakurikuler jurnalistik di
karya terbaru.
SMA Negeri 1 Garum. Program kerja yang disetujui
Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik SMA
akan dilaksanakan sedangkan program kerja yang
Negeri 1 Garum berasal dari sarana prasarana,
tidak disetujui akan ditunda pelaksanaannya.
biaya, pembina, dan wali murid. Ketika
Kemungkinan akan dilaksanakan tahun depan atau
ekstrakurikuler jurnalistik mengadakan kegiatan
menyesuaikan dengan situasi dan kemampuan
sekolah bersedia untuk memberikan bantuan dana
ekstrakurikuler maupun kemampuan sekolah.
dan meminjamkan gedung sekolah. Pembina
Program kerja yang telah dilaksanakan hingga
memberikan motivasi dan arahan dalam
bulan Pebruari 2014 adalah PAB, Katalissma,
pelaksanaan program kerja. Wali murid juga turut
Diefest, Peta Junega, praktek reportase,
membantu pelaksanaan program kerja terbukti
pembuatan mading, dan pembuatan majalah
dengan bersedia menjadikan rumahnya untuk
semester ganjil. Bulan Desember lalu Junega juga
pelaksanaan kegiatan anjangsana.
mengikuti lomba membuat mading 2 dimensi dan
Upaya mengatasi kendala dan pemberdayaan
cerpen se- Mataraman yang diadakan STIKIP
pendukung diperlukan untuk memperbaiki kinerja
Blitar dan mendapatkan juara. Selanjutnya, Junega
anggota ekstrakurikuler jurnalistik setiap tahunnya.
sedang mempersiapkan pembuatan film.
Upaya mengtasi kendala yang pertama dengan
Pelaksanaan program kerja terdiri dari:
memberikan izin apabila ada anggota yang tidak
implementasi program kerja, evaluasi program
masuk ekstrakurikuler karena memiliki kesibukan
kerja, dan perubahan program kerja. Di samping
di luar. Sedangkan untuk mengatasi kendala
itu, ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garum
publikasi dengan mengaktifkan kembali blog
telah menghasilkan karya berupa mading dan
ekstrakurikuler. Selain itu, dengan mengirimkan
majalah sekolah. Prestasi yang didapat beragam
karya ke media lain seperti koran.
mulai dari tingkat daerah maupun karisidenan.
450 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

Pemberdayaan pendukung dilakukan dengan “pada ekstrakurikuler memerlukan perencanaan,


mengadakan kegiatan secara optimal, kerjasama terutama disesuaikan dengan kebijaksanaan
dengan berbagai pihak, dan mengelola keuangan pendidikan atau sekolah yang bersangkutan
secara baik. Mengadakan kegiatan secara optimal termasuk dukungan sumber-sumber seperti alat
perlu dilakukan agar manfaatnya bisa dirasakan dan fasilitas, biaya, serta tenaga pembina”.
anggota dan pihak yang diajak kerjasama. Program kerja yang telah disusun oleh
Pengelolaan keuangan secara baik diperlukan Pembina Luar dan anggota ekstrakurikuler
setiap mengadakan kegiatan agar tidak terjadi jurnalistik kemudian, disampaikan kepada Pembina
minus. Dalam. Program kerja tersebut akan didiskusikan
oleh Pembina Dalam dan Pembina Luar untuk
PEMBAHASAN bahan pertimbangan kira-kira sekolah mampu
membantu pelaksanaan program kerja tersebut atau
Perencanaan merupakan langkah pertama tidak. Kalau tidak akan dihapus dari program kerja
yang perlu dilakukan dalam manajemen. dan akan dilaksanakan pada tahun mendatang.
Perencanaan sebagai dasar dalam melaksanakan Sesuai dengan pendapat Ter ry (2009:48)
kegiatan. Berdasarkan hasil temuan peneliti di merumuskan penggunaan tahapan waktu untuk
SMA Negeri 1 Garum, langkah yang dilakukan membantu berbagai kegiatan perencanaan di
sebelum proses perencanaan ekstrakurikuler antaranya: “(1) Membagi rencana ke dalam
adalah mengadakan rapat untuk menyusun serangkaian tindakan yang sederhana; (2)
program kerja. Rapat tersebut diadakan untuk Mempertahankan pelaksanaan rencana sesuai
memperoleh kesepakatan tentang kegiatan yang jadwalnya; (3) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan
akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk yang terpisah ke dalam perencanaan; dan (4)
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai Rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihak
dengan pendapat Sobri (2009:3) bahwa yang berkepentingan”.
“perencanaan merupakan keseluruhan proses Berdasarkan paparan di atas dapat
pemikiran dan penentuan secara matang terhadap disimpulkan, bahwa perencanaan merupakan
hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan kegiatan awal yang dilaksanakan sebagai dasar
datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah pelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datang
ditetapkan”. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
Rapat ini dilaksanakan oleh anggota perencanaan membahas tentang kegiatan yang
ekstrakurikuler beserta pembina. Rapat digunakan akan dilaksanakan, jadwal pelaksanaan kegiatan
untuk membahas kegiatan yang dilakukan selama tersebut serta anggaran setiap pelaksanaan
1 tahun kepengurusan beserta jadwal kegiatan. Selain itu, juga membahas tentang sasaran
pelaksanaannya. Di samping itu juga menetapkan yang akan dicapai, tindakan yang akan diambil, dan
anggaran setiap kegiatan beserta sumber orang yang terlibat. Kegiatan perencanaan
anggarannya. Dalam rapat dibahas jalannya menghasilkan program kerja yang mana dalam
kegiatan tersebut dan orang-orang yang dilibatkan menyusun program kerja harus mempertimbangkan
dalam kegiatan tersebut. Sesuai dengan pendapat berbagai hal yang disesuaikan dengan kemampuan
Kurniadin dan Machali (2012:129) perencanaan sekolah dan ekstrakurikuler. Kemampuan bisa dilihat
sebagai “aktivitas pengambilan keputusan tentang dari dukungan sumber-sumber seperti alat dan
sasaran (objectives) yang akan dicapai, tindakan fasilitas, biaya, serta tenaga anggota dan pembina.
yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistik
atau sasaran tersebut, dan siapa yang akan digunakan untuk koordinasi dalam menjalankan
melaksanakan tugas tersebut”. suatu kegiatan dalam organisasi. Untuk saling
Program kerja ekstrakurikuler jurnalistik koordinasi diperlukan beberapa orang yang
terdiri dari program tetap dan tidak tetap. Program memiliki tujuan yang sama. Seperti halnya
tetap adalah program yang harus dilaksanakan organisasi ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri
setiap tahun. Sedangkan program tidak tetap adalah 1 Garum memiliki anggota dan pembina yang
program yang tidak harus dilaksanakan setiap memiliki hubungan kerja satu sama lain. Sesuai
tahun. Disesuaikan dengan situasi, kondisi dan dengan pendapat Terry (2009:77) menyebutkan
kemampuan sekolah serta ekstrakurikuler untuk komponen-komponen yang diperlukan dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Sesuai dengan pengorganisasian, yaitu: “pekerjaan, pegawai,
pendapat Lutan (1986:73) mengemukakan, bahwa hubungan kerja, dan lingkungan”.
Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 451

Struktur organisasi ekstrakurikuler jurnalistik hubungan kerja, dan lingkungan. Keempat


SMA Negeri 1 Garum di bawah tanggungjawab komponen tersebut berguna untuk menjalankan
kepala sekolah dan pembina. Dalam pemilihan dan organisasi. Namun, komponen pegawai mutlak
penunjukkan pembina ekstrakurikuler merupakan diperlukan untuk saling koordinasi menjalankan
tanggungjawab sekolah. Sedangkan pemilihan dan kegiatan organisasi. Orang-orang yang bergabung
penunjukkan pengurus organisasi dari anggota dalam organisasi menempati jabatan tertentu yang
ekstrakurikuler jurnalistik, merupakan wewengan tertera dalam struktur organisasi yang mana
Pembina Luar dibantu anggota senior. masing-masing orang memiliki tugas, wewenang,
Pengorganisasian dalam ekstrakurikuler dan tanggungjawab yang berbeda. Masing-masing
jurnalistik di SMA Negeri 1 Garum yaitu anggota organisasi saling membentuk hubungan
menentukan BPH inti untuk selanjutnya kerja sehingga terwujud suatu kesatuan untuk
menentukan masing-masing anggota dalam setiap mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
komisi. Pembina dan anggota senior menetapkan Pelaksanaan merupakan bentuk realisasi dari
lima calon ketua BPH. Selanjutnya, dilakukan perencanaan dan pengorganisasian yang telah
voting untuk memilih satu dari lima calon tersebut disusun sebelumnya. Pelaksanaan sama dengan
dan yang mendapatkan suara terbanyak menjadi pengarahan dan termasuk pemberdayaan anggota
ketua BPH. Keempat calon lainnya akan menepati organisasi untuk melaksanakan kegiatan sesuai
posisi Ketua 1, Sekretaris Umum, Sekretaris 1, dan dengan yang direncanakan. Pelaksanaan
Bendahara 1. Kelima orang terpilih selanjutnya ekstrakurikuler jurnalistik melibatkan anggota,
menetapkan ketua dari lima komisi. Kemudian, pembina, sekolah, dan masyarakat untuk memenuhi
ketua komisi memilih anggota komisi. Pemilihan tujuan organisasi itu sendiri. Sesuai dengan pendapat
pengurus ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri Terry (2009:138) mendefinisikan pengarahan
1 Garum dilakukan secara terbuka dan melibatkan sebagai “suatu kegiatan untuk mengintegrasikan
anggota. Pemilihan pengurus yang terbuka usaha-usaha anggota-anggota dari suatu kelompok,
nantinya akan memudahkan bekerjasama untuk sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi
melaksanakan tugas sehingga menciptakan sistem tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya”.
pekerjaan yang terstuktur. Sesuai dengan pendapat Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik
Fattah (2006:2) pengorganisasian adalah dimulai dengan implementasi program kerja.
“mengelompokkan, mengatur serta membagi tugas, Program kerja yang disetujui akan langsung
kewenangan, dan tanggungjawab, sehingga dilaksanakan sedangkan yang tidak disetujui akan
tercipta suatu sistem pekerjaan yang terstruktur”. ditunda pelaksanaannya disesuaikan dengan
Selanjutnya membahas pembagian tugas dan kemampuan ekstrakurikuler dan sekolah.
wewenang sesuai dengan pengurus atau jabatan Program kerja yang akan dilaksanakan
dalam struktur organisasi. Jabatan dalam struktur disertai dengan rapat antara Pembina Luar dan
organisasi tersebut terdiri dari kepala sekolah anggota. Rapat tersebut membahas tentang
selaku penanggungjawab, pembina selaku menentukan ketua pelaksana beserta panitianya
pembimbing pelaksanaan program kegiatan, dan lalu menyusun jalannya kegiatan. Panitia yang telah
anggota yang menempati posisi sebagai ketua, terbentuk segera menentukan hal-hal yang
sekretaris, bendahara, dan ketua komisi. Anggota dibutuhkan termasuk pembuatan proposal,
ekstrakurikuler jurnalistik berperan ganda yaitu perijinan, sarana prasarana yang dibutuhkan,
sebagai pengurus sekaligus pelaksana program konsumsi, transportasi dan segala hal yang
kegiatan. Keseluruhan orang yang tertera dalam menunjang pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
struktur organisasi tersebut saling membentuk yeng telah direncanakan.
hubungan kerja untuk mencapai tujuan yang telah Berdasarkan paparan di atas dapat
ditetapkan. Sesuai dengan pendapat Sobri (2009:4) disimpulkan, pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik
mengemukakan, bahwa “pengorganisasian ditunjukkan dengan implementasi program kerja
merupakan aktivitas menyusun dan membentuk yang telah disetujui. Program kerja yang tidak
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang disetujui akan ditunda pelaksanaannya. Pelaksana
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam program kerja adalah anggota dan pembina dibantu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. sekolah dan masyarakat yang saling bekerja sama
Berdasarkan pernyataan di atas dapat untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan.
disimpulkan, dalam pengorganisasian diperlukan Hasil karya ekstrakurikuler jurnalistik berupa
beberapa komponen yaitu pekerjaan, pegawai, tulisan yang biasanya dipaparkan dalam mading
452 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

dan majalah sekolah. Untuk itu, anggota berupa tulisan yang diterbitkan dalam mading dan
ekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk membuat majalah sekolah. Sesuai dengan pendapat Doyin
tulisan yang bagus sehingga menghasilkan suatu (2011:1), menjabarkan “dunia jurnalistik dalam
karya yang berkualitas. Untuk membuat tulisan dunia peserta didik mencakupi dunia tulis-menulis
yang bagus memerlukan berbagai bahan tulisan dan dunia penerbitan”.
dan pengalaman penulisnya. Secara umum fungsi adanya mading dan
Anggota ekstrakurikuler jurnalistik dilatih majalah sekolah untuk memberi wawasan dan
untuk mencari berita yang tertera dalam kegiatan pengetahuan kepada pembaca. Apabila orang ingin
reportase. Kegiatan tersebut menuntut anggota memiliki pengetahuan yang luas harus rajin
untuk mencari narasumber untuk diwawancarai membaca. Sumber bacaan tidak terikat pada buku
kemudian dibuat laporan berupa tulisan. Dengan pelajaran tetapi bisa bersumber dari majalah,
adanya kegiatan tersebut jelas bahwa anggota tabloid, koran, dan semua media cetak. Bacaan
ekstrakurikuler jurnalistik dilatih untuk bisa yang tersebar luas di masyarakat memiliki manfaat
menulis, menggunakan bahasa yang tepat agar bisa memberikan informasi dan hiburan. Sesuai dengan
menghasilkan suatu karya bagus yang dapat pendapat Willing (2011:16) fungsi media yaitu: “(a)
dinikmati masyarakat luas. memberi informasi; (b) mendidik; (c) memberi
Keterampilan menulis itu tidaklah mudah hiburan; dan (d) melaksanakan kontrol sosial”.
memerlukan latihan, pengalaman, dan pengetahuan Prestasi yang ditorehkan anggota
yang banyak. Melalui tulisan anggota dapat ekstrakurikuler jurnalistik banyak. Prestasi
mengekspresikan pendapat dan perasaan melalui diperoleh dari tingkat daerah dan regional. Prestasi
tulisan. Sesuai dengan pendapat Sartinah (1988:85) yang didapatkan selama ini diguakan untuk
menulis adalah “mengabdikan bahasa dengan memacu semangat untuk menorehkan prestasi
tanda-tanda grafis. Aspek-aspek di luar bahasa pun yang lebih banyak lagi.
dapat diabadikan dalam suatu tulisan seperti kesan- Hasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistik
kesan subjektif seseorang, pendapat, perasaan, dan yang berupa tulisan dipublikasikan melalui mading
sebagainya”. dan majalah. Publikasi hasil karya juga dilakukan
Anggota ekstrakurikuler jurnalistik bisa melalui blog ekstrakurikuler jurnalistik yang dikelola
dikatakan sebagai wartawan sekolah karena oleh komisi C.
mereka mengumpulkan berita untuk disampaikan Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukan
kepada semua warga sekolah. Anggota untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari
ekstrakurikuler jurnalistik menyuguhkan beragam setiap program yang dijalankan. Kekurangan yang
inforrmasi seputar teknologi, kesehatan, ada dijadikan pembelajaran untuk memperbaiki
keagamaan, hiburan, dan pariwisata. Bukan hanya pada kegiatan berikutnya. Sedangkan kelebihan
itu anggota ekstrakurikuler jurnalistik juga dipertahankan atau ditingkatkan pada kegiatan
menyuguhkan berita terbaru seputar sekolah berikutnya. Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik
sehingga semua warga sekolah mengetahui dilakukan oleh ekstrakurikuler itu sendiri dan
perkembangan terbaru di sekolah. Anggota sekolah.
ekstrakurikuler jurnalistik mengumpulkan informasi Evaluasi oleh ekstrakurikuler menyangkut tiga
dari beberapa narasumber untuk bahan berita. hal yakni, aspek yang dinilai, yang memberikan nilai,
Sesuai dengan pendapat Djuroto (2004:22) dan waktu pemberian nilai. Aspek yang dinilai
mendefinisikan wartawan sebagai “seseorang beragam mulai dari sikap, tugas, dan kerjasama.
yang bertugas mencari, mengumpulkan, dan Sedangkan yang memberikan nilai adalah Pembina
mengolah informasi menjadi berita untuk disiarkan Luar saja. Waktu pemberian nilai dilakukan setiap
melalui media massa”. saat. Untuk penilaian tugas dilakukan di depan kelas
Mading dikerjakan oleh kelas X ketika di hadapan semua anggota secara langsung.
semester genap. Pembuatan mading dikoordinir Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan di tempat
oleh komisi D. Dalam pengerjaan mading kelas X berlangsungnya kegiatan pada hari itu juga. Namun,
dibagi menjadi kelompok-kelompok dan bergilir setiap akhir semester semua nilai yang didapat
mengerjakan mading. Mading di perbarui setiap anggota di rekap untuk dimasukkan ke dalam rapor.
dua minggu. Sedangkan majalah sekolah dikerjakan Evaluasi oleh sekolah menyangkut waktu
oleh kelas XI. Majalah sekolah terbit setiap penilaian dan penilaian kegiatan. Waktu penilaian
semester. Dengan demikian, secara garis besar maksudnya adalah kegiatan pengawasan yang
hasil karya anggota ekstrakurikuler jurnalistik dilakukan setiap bulan oleh Waka Kesiswaan dan
Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 453

BK yang mengawasi daftar hadir dan jurnal walimurid bersedia menyediakan tempat untuk
kegiatan ekstrakurikuler. Setiap akhir kegiatan dan kegiatan tersebut.
kepengurusan ekstrakurikuler juga harus membuat Apabila disimpulkan dukungan ekstrakurikuler
laporan pertanggungjawaban yang dismpaikan jurnalistik berupa sarana prasarana, biaya, pembina,
kepada sekolah. Sesuai dengan pendapat dan wali murid. Sekolah memberikan dukungan
Kurniadin dan Machali (2012:132) mendefinisikan berupa penyediaan sarana prasarana dan biaya.
pengawasan sebagai “pengukuran dan koreksi Pembina memberikan motivasi kepada anggota dan
terhadap segenap aktivitas anggota organisasi guna memberi dukungan secara penuh untuk
meyakinkan, bahwa semua tingkatan tujuan dan mengembangkan potensi anggota. Sedangkan wali
rancangan yang dibuat benar-benar dilaksanakan”. murid turut serta membantu dalam pelaksanaan
Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMA program kerja ekstrakurikuler jurnalistik. Dari
Negeri 1 Garum terdapat beberapa kendala dan paparan di atas dapat diketahui bahwa ekstrakurikuler
pendukung yang menyertainya. Kendala yang jurnalistik menjalin kerjasama dengan semua warga
terdapat pada ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri sekolah dan masyarakat untuk kemajuan organisasi
1 Garum adalah keaktifan anggota dan publikasi. ekstrakurikuler jurnalistik. Sesuai dengan pendapat
Beberapa anggota ekstrakurikuler jurnalistik memiliki Mustiningsih (2005:34) yaitu “untuk meningkatkan
kegiatan di luar seperti bimbingan belajar, kelompok efektivitas kerjasama antara siswa, guru, dan pegawai
belajar, dan mengikuti OSIS atau ekstrakurikuler lain. tata usaha; menyatukan berbagai kegiatan di sekolah;
Hal ini tentu menyita waktu, tenaga, dan pikiran mengisi waktu luang; memotivasi siswa;
anggota. Untuk itu, anggota ekstrakurikuler jurnalistik meningkatkan hubungan antara sekolah dan
harus pandai membagi waktu, tenaga, dan pikiran masyarakat serta untuk mendorong perhatian
untuk melaksanakan semua kegiatan tersebut. masyarakat terhadap sekolah”.
Meskipun demikian, pembina merasa anggota yang Kendala yang ada dalam pelaksanaan
memiliki kegiatan di luar kurang maksimal dalam ekstrakurikuler perlu di atasi agar kegiatan dapat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik. berjalan dengan lancar. Salah satu kendala
Kendala berikutnya adalah publikasi. Hasil ektrakurikuler jurnalistik SMA Negeri 1 Garum
karya anggota ekstrakurikuler jurnalistik selama adalah keaktifan anggota. Beberapa anggota
ini publikasinya melalui mading, majalah, dan blog. memiliki kesibukan di luar sehingga anggota
Untuk mading dan majalah sudah terkelola dengan tersebut harus absen dari kegiatan ekstrakurikuler
baik. Namun, untuk blog kurang terkelola dengan jurnalistik. Upaya mengatasi kendala tersebut
baik. Sangat disayangkan, hasil karya yang baik dengan memberikan izin kepada anggota. Pembina
kurang diketahui banyak orang. memberikan izin kepada anggota yang sibuk
Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik adalah asalkan memiliki alasan yang jelas. Namun, apabila
sarana prasarana, biaya, pembina, wali murid. anggota telah melewati batas terakhir perijinan,
Setiap pelaksanaan program kerja ekstrakurikuler maka pembina tidak akan memberikan izin lagi
jurnalistik sekolah membantu menyediakan sarana kepada anggota tersebut.
prasarana dan membantu biaya. Ketika anggota Upaya mengatasi kendala berikutnya adalah
membutuhkan gedung untuk melaksanakan melakukan penegasan. Apabila anggota tersebut
kegiatan dengan senang hati sekolah memberikan jelas bergabung dengan OSIS atau ekstrakurikuler
izin menggunakan gedung tersebut asalkan ada lain pembina akan menindak tegas anggota
yang bertanggungjawab. Ketika ekstrakurikuler tersebut. Karena anggota tersebut akan kurang
jurnalistik mengajukan proposal, kepala sekolah maksimal dalam mengerjakan majalah. Hal ini tentu
menyutujuinya dan memberikan bantuan dana. tidak diharapkan. Pembina akan mengarahkan
Pendukung selanjutnya adalah pembina dan anggota tersebut untuk memilih satu dari kegiatan
wali murid. Ketika anggota memiliki ide baru dalam yang diikuti. Karena ekstrakurikuler jurnalistik
pelaksanaan kegiatan, pembina selalu memberikan sangat padat kegiatannya sehingga tidak bisa
persetujuan dan motivasi. Pembina berusaha dikesampingkan. Semua kegiatan yang diikuti
memfasilitasi kebutuhan dan keinginan anggota peserta didik hendaknya dijalani secara optimal
ekstrakurikuler jurnalistik demi kemajuan baik dari segi individual dan sosial agat terlihat
ekstrakurikuler jurnalistik. Selain itu, wali murid juga potensinya. Sesuai dengan pendapat Nasihin dan
senantiasa membantu dan mendukung pelaksanaan Sururi, (2012:206), “sebagai wahana bagi peserta
program kerja ekstrakurikuler jurnalistik. Terbukti didik untuk mengembangkan potensi diri se-optimal
dengan pelaksanaan kegiatan anjangsana, mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
454 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 447-455

individualitas, segi sosial, aspirasi, kebutuhan, dan penyusunan program kegiatan tetap dan tidak tetap
segi-segi potensi peserta didik lainnya”. yang disusun oleh pembina beserta anggota.
Kendala kedua adalah publikasi. Hasil karya Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik terdiri dari:
anggota ekstrakurikuler jurnalitik kurang bisa (a) rapat; (b) menyusun program kerja; (c)
dinikmati masyarakat luas. Penikmat hasil karya perencanaan jadwal setiap program kerja; (d)
sebatas warga sekolah dan anggota ekstrakurikuler perencanaan keuangan setiap program kerja; (e)
jurnalistik tetangga sekolah. Hal ini sangat konsultasi program kerja dengan sekolah.
disayangkan karena ada banyak cara untuk Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMA
mengenalkan hasil karya kepada masyarakat luas. Negeri 1 Garum sudah baik. Hal itu terlihat dari
Upaya mengatasinya dengan mengaktifkan blog perencanaan program kerja dikonsultasikan kepada
dan mengirimkan karya ke media. Meskipun sekolah.
ekstrakurikuler jurnalistik sudah memiliki blog Pengorganisasian ekstrakurikuler jurnalistik
namun, kurang terkelola dengan baik. Untuk itu, diawali dengan pemilihan BPH. Kemudian,
perlu adanya peningkatan pengelolaan untuk pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab
publikasi hasil karya. Pembina juga menyarankan masing-masing BPH. Terlaksananya program
anggota untuk mengirimkan tulisannya ke media kerja dan tercapainya tujuan merupakan bentuk
cetak koran. Namun, sampai saat ini belum ada kerjasama antara pembina, anggota, sekolah, dan
karya yang dimuat. pihak terkait. Pengorganisasian ekstrakurikuler
Pemberdayaan pendukung dilakukan dengan jurnalistik termasuk baik karena setiap anggota dan
mengadakan kegiatan secara optimal, kerjasama pembina malaksanakan pekerjaan sesuai dengan
dengan berbagai pihak, dan mengelola keuangan yang tertera pada struktur organisasi.
secara baik. Ketika mengadakan kegiatan Pelaksanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMA
ekstrakurikuler jurnalistik selalu melakukannya secara Negeri 1 Garum merupakan bentuk implementasi
total tidak pernah setengah-setengah. Semua tenaga dari program kerja yang telah disusun. Namun,
dikerahkan semua orang yang berkepentingan tidak semua program kerja yang disusun
dilibatkan demi kesuksesan suatu kegiatan. dilaksanakan. Program kerja dikaji lebih lanjut
Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi
dilakukan. Termasuk dengan walimurid, sekolah lain, ekstrakurikuler maupun sekolah. Hasil karya
dinas pendidikan setempat, dan masyarakat. anggota ekstrakurikuler jurnalistik berupa mading
Ekstrakurikuler jurnalistik berusaha mengelola dan majalah. Prestasi yang didapatkan pun cukup
keuangan dengan baik ketika mengadakan suatu banyak baik tingkat kabupaten maupun
kegiatan. Meskipun dengan biaya sedikit asalkan karisidenan.
kegiatan bisa sukses. Sesuai dengan pendapat Saputra Evaluasi ekstrakurikuler jurnalistik dilakukan
(1999:13) prinsip pelaksanaan ekstrakurikuler yaitu: oleh sekolah dan ekstrakurikuler itu sendiri.
“Prinsip efisiensi, berkenaan dengan waktu yang Evaluasi oleh sekolah dilihat dari jurnal kegiatan,
digunakan, tenaga yang dikeluarkan, biaya yang presensi, dan laporan pertanggungjawaban
dialokasikan dapat melahirkan hasil kegiatan yang sedangkan evaluasi oleh ekstrakurikuler dilihat dari
optimal. Perbandingan antara hasil yang dicapai kemampuan, sikap, keaktifan, keredaksian,
dengan pengeluaran yang diharapkan paling tidak reportase, dan keorganisasian. Penilaian
menunjukkan hasil yang seimbang”. Ekstrakurikuler sepenuhnya dilakukan oleh Pembina Luar karena
jurnalistik memberdayakan keseluruhan pendukung yang mengetahui secara teknis di lapangan.
dengan jalan memanfaatkan waktu yang ada, Kendala ekstrakurikuler jurnalisik SMA
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, Negeri 1 Garum adalah keaktifan anggota dan
mengerahkan semua tenaga yang ada, dan publikasi. Pendukung ekstrakurikuler jurnalistik
menggunakan biaya seminimal mungkin untuk SMA Negeri 1 Garum adalah sarana prasarana,
melaksanakan kegiatan secara optimal. biaya, pembina, dan wali murid. Keempat
komponen tersebut saling melengkapi untuk
KESIMPULAN DAN SARAN kemajuan ekstrakurikuler jurnalistik SMA Negeri
1 Garum.
Kesimpulan Upaya mengatasi kendala keaktifan anggota
dengan memberikan izin kepada anggota tersebut
Perencanaan ekstrakurikuler jurnalistik SMA
apabila ada kepentingan di luar. Selain itu, dengan
Negeri 1 Garum yang didalamnya terdapat
memberikan ketegasan kepada anggota yang
Apriliyandari, Pengelolaan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa 455

sibuk. Pemberdayaan pendukung dilakukan dengan peserta didik khususnya kepenulisan, sehingga
melaksanakan kegiatan secara maksimal, dapat meningkatkan mutu ekstrakurikuler jurnalistik
memanfaatkan semua sumber daya yang ada, dan di SMA Negeri 1 Garum; (3) Anggota
mengelola keuangan secara baik. Ekstrakurikuler Jurnalistikmeningkatkan motivasi
untuk lebih giat belajar membuat tulisan yang
Saran berkualitas; (4) Dosen dan Ketua Jurusan
Administrasi Pendidikan, hasil penelitian ini
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, agar diharapkan sebagai penambah kualitas dan
pelaksanaan pengelolaan ekstrakurikuler jurnalistik kuantitas referensi bidang Administrasi Pendidikan,
SMA Negeri 1 Garum dapat terlaksana dengan secara khusus tentang manajemen peserta didik
baik dan lancar disarankan: (1) Kepala SMA terutama ekstrakurikuler; dan (5) Peneliti Lain, hasil
Negeri 1 Garum untuk melakukan evaluasi penelitian ini diharapkan sebagai sumber referensi
terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dan inspir asi dalam mengembangkan ilmu
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada pengetahuan, terutama dalam hal penelitian sejenis
peserta didik; (2) Wakil Kepala Sekolah Bidang yaitu manajemen peserta didik.
Kesiswaan untuk meningkatkan keterampilan

DAFTAR RUJUKAN

Assegaf, D. H. 1985. Jurnalistik Masa Kini. Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia. Pendidikan.
Djuroto, T. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Nasihin dan Sururi. 2012. Manajemen Peserta
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Didik. Riduwan (Ed). Manajemen
Doyin, M. 2011. Pendidikan Karakter Melalui Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Ekstrakurikuler Jurnalistik. Yogyakarta: Rolnieki, T. E. 2008. Pengantar Dasar
Multi Pressindo. Jurnalisme. Jakarta: Kencana Prenada
Fattah, N. 2006. Landasan Manajemen Media Group.
Pendidikan. Bandung: Remaja Saputra, Y. 1999. Pengembangan Kegiatan Ko
Rosdakarya. dan Ekstrakurikuler. Bandung: Depdikbud
Hamalik, O. 2008. Manajemen Pengembangan Dirjen Dikti.
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip Pengajaran
Rosdakarya. Bahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud.
Kurniadin, D. dan Machali, I. 2012.Manajemen Sobri, A., J. & Rochman, C. 2009. Pengelolaan
Pendidikan Konsep dan Prinsip Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Ar Terry, G., R. 1986. Asas-Asas Manajemen.
Ruzz Media. Bandung: PT. Alumni.
Lutan, R. 1986. Buku Materi Pokok Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian
Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Intrakurikuler, Kokurikuler, dan Action Research). Malang: Departemen
Ekstrakurikuler. Jakarta: Karunika. Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Mustiningsih. 2005. Manajemen Layanan Malang Fakultas Ilmu Pendidikan.
Khusus di Lembaga Pendidikan. Malang:
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

Eka Harjanto

e-mail: ekaharjanto@gmail.com
SMAN 5 Bandung, Alamat Jl. Nayaga No. 35 Bandung

Abstract: This research was conducted with the aim of describing in descriptive and correlational
between achievement motivation of teachers, pedagogic competence of the teachers’ teaching
performance. The research method used descriptive method with quantitative approach. The results
showed motivation variable work has an influence on teachers’ teaching performance. There is a
significant relationship between the variables of pedagogical competence of teachers with teachers’
teaching performance. Work motivation of teachers with pedagogical competence of teachers together
correlated to the performance of teachers to teach. Recommended context of achievement motivation
for researchers recommend to advance the internal motivation of teachers itself, further
complementered with motivation from the outside. Principals and Education Department is expected
to provide guidance and provide a facilitator to foster pedagogical competence of teachers, provide
scholarships for teachers to participate in education at a higher level, giving awards to teachers on
achievement or performance of the display.

Keyword: achievement motivation, pedagogical competence, teacher’s teaching performance

Abstrak Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menggambarkan secara deskriptif dan korelasional
antara motivasi berprestasi guru, kompetensi pedagogik terhadap kinerja mengajar guru. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan variabel motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel kompetensi pedagogik guru dengan kinerja mengajar
guru. motivasi kerja guru dengan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama berkorelasi
terhadap kinerja mengajar guru. Direkomendasikan untuk konteks motivasi berprestasi peneliti
merekomendasikan untuk terlebih dahulu menumbuhkan motivasi dari internal guru itu sendiri,
selanjutnya dikomplementer dengan motivasi dari luar. Kepala sekolah dan Dinas Pendidikan
diharapkan melakukan pendampingan dan menyediakan fasilitator untuk membina kompetensi
pedagogik guru, menyediakan beasiswa bagi para guru untuk mengikuti pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi, memberikan penghargaan kepada para guru atas prestasi atau kinerja yang
ditampilkannya.

Kata kunci: motivasi berprestasi, kompetensi pedagogik, kinerja mengajar guru

Kinerja guru dewasa ini sedang menjadi sorotan untuk Jurusan IPS di Kota Bandung, menunjukkan
masyarakat, di tengah remunerasi yang diterima masih terdapat nilai terendah yang kesenjangannya
guru, para guru pun dituntut untuk meningkatkan dengan nilai tertinggi begitu lebar. Hal ini
kualitas kerjanya. Namun, dalam banyak hal kinerja menggambarkan bahwa kinerja mengajar guru
para guru tersebut masih dipandang rendah. belum sepenuhnya optimal oleh karena ujian
Indikator yang kasat mata adalah berkenaan nasional merupakan kegiatan evaluasi untuk
dengan tingkat kehadiran guru di kelas, hasil ujian menilai prestasi belajar siswa, yang merupakan
nasional yang dipandang sebagai output dari kerja hasil pembelajaran antara guru dan siswa.
guru, penyusunan perencanaan pembelajaran yang Gambaran lain dari kinerja guru adalah
dalam beberapa bagian para guru tidak konsisten aktivitas penyusunan perangkat pembelajaran yang
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. meliputi silabus, rencana pembelajaran, kalender
Mengacu pada pencapaian nilai Ujian pendidikan, program semester dan program
Nasional Tahun 2011-2012 pada 27 SMA Negeri tahunan dan berdasarkan data yang diperoleh pada
456
Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 457

dua SMA Negeri di Kota Bandung penyerahan Penelitian ini mengkaji kondisi faktual terkait
perangkat pembelajaran dari guru kepada Bidang dengan kompetensi pedagogik. Mengingat hal ini
Kurikulum/Akademik hanya mencapai 57 orang merupakan modal dasar seorang guru untuk dapat
(91%) dari 62 orang guru. Pada sekolah lainnya melaksanakanan tugasnya dengan baik. Disisi lain
kegiatan penyerahan hanya mencapai 50 orang peneliti juga memandang motivasi berprestasi
(89%) dari 56 orang guru. seorang guru turut menentukan baik dan tidaknya
Penyusunan perangkat pembelajaran kinerja yang ditunjukkan. Sehingga hal ini juga
merupakan salah satu aktivitas atau kinerja guru menarik untuk dikaji sejauhmana motivasi
dalam rangka melakukan perencanaan berprestasi para guru tersebut. Hasil kajian kondisi
pembelajaran sebagaimana dipersyaratkan dalam faktual tersebut akan dihubungkan dengan kinerja
kompetensi pedagogik, yang dituangkan dalam mengajar para guru, pandangan peneliti apabila
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 pasal kompetensi pedagogik guru sudah baik dan
3 butir d yaitu perancangan pembelajaran. Dari motivasi berprestasi tinggi maka kinerja mengajar
kedua data peneliti memiliki pandangan bahwa guru juga akan baik.
kinerja mengajar guru belum sepenuhnya optimal. Upaya untuk membuktikan pemikiran
Gambaran akan kinerja mengajar guru yang belum tersebut, peneliti menggunakan pendekatan
sepenuhnya optimal sebagaimana di atas penelitian kuantitatif dengan statistik deskriptif dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya korelatif. Penelitian dilakukan pada empat SMAN
kompetensi pedagogik dan motivasi berprestasi. di Kota Bandung dengan pertimbangan bahwa ke
Tingkat kompetensi pedagogik guru empat sekolah tersebut dapat mewakili empat
diwujudkan melalui kinerja mengajar sesuai dengan kluster sekolah seperti yang sudah dikelompokkan
satuan pendidikannya serta mata pelajaran yang Dinas Pendidikan Kota Bandung. Melalui
diampunya. Mengajar merupakan tugas yang berat penelitian ini, peneliti berharap akan diketahui sejauh
oleh karena menuntut tingkat kompetensi mana tingkat kompetensi pedagogik para guru,
pedagogik yang tinggi dari seorang guru. Dalam serta bagaimana motivasi berprestasi yang dimiliki
proses pembelajaran kompetensi yang tinggi akan para guru. Sehingga pada akhirnya akan diketahui
berpengaruh pada prestasi akademik peserta didik, pula pengaruh diantara kedua variabel tersebut
yang pada gilirannya meningkatkan mutu sekolah. terhadap kinerja mengajar guru.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru disebutkan bahwa kompetensi METODE
pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah
Penguasaan akan kompetensi pedagogik metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
akan berdampak pada hasil (out put) yang ditandai yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan
dengan hasil ulangan ataupun ujian. Dengan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian
demikian gurupun harus berkinerja baik oleh karena secara eksak dengan menggunakan perhitungan-
posisinya dalam penyelenggaraan pendidikan di perhitungan statistik. Sedangkan, metode deskriptif
tingkat mikro (sekolah) sangat strategis dan banyak bertujuan menerangkan dan mengungkapkan
mengambil peran dalam proses pendidikan secara sistematis antara dua variabel atau lebih,
persekolahan (Suyanto dan Hisyam, 2000:27). sekaligus menguji satu atau beberapa hipotesis
Selain faktor kompetensi pedagogik guru pun yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini
harus mengembangkan motivasi berprestasi dalam dilakukan untuk memprediksi keeratan hubungan
dirinya. Seperti halnya penelitian yang dilakukan antara variabel yang diteliti dan dapat juga diukur
di Sekolah Melania Jakarta pada tahun 2010 oleh sekaligus.
Fenijanti Sutjipto (2010), yang diikuti 34 orang
responden guru menunjukkan “ hasil analisis HASIL
korelasional antara motivasi kerja dan kinerja kerja
menunjukan korelasi positif dengan tingkat Analisis deskriptif dari jumlah sampel
signifikansi sebesar 0,724. Temuan tersebut penelitian terdiri dari 96 responden, yang terdiri
menunjukkan adanya pengaruh yang sangat besar dari: SMAN 1 berjumlah 24 (24%) responden,
diantara kompetensi pedagogik dan motivasi SMAN 5 berjumlah 24 (24%) responden, SMAN
berprestasi guru terhadap kinerja yang ditampilkan 6 berjumlah 24 (24%) responden, dan SMAN 21
guru. terdiri dari 24 (24%) responden. Jenis kelamin dari
458 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

96 responden, yang tidak mengisi identitas sebesar Data untuk tahun lulus pada tingkat pendidikan,
6 (6,2%) orang, responden berjenis kelamin pria yang tidak mengisi sebanyak 1 orang, tahun lulus
terdiri dari 24 (25%) orang responden, sedangkan 1980-1985 sebanyak 14 orang, tahun lulus 1986-
responden berjenis kelamin wanita sebanyak 66 1990 sebanyak 17 orang, tahun lulus 1991-1995
(68,8%) orang. Tingkat pendidikan dari 96 sebanyak 19 orang, tahun lulus 1996-2000 sebanyak
responden, sebesar 82 (85,4%) lulusan S1, dan 15 orang, tahun lulus 2001-2005 sebanyak 9 orang,
sebesar 14 (14,6%) berpendidikan S2. tahun lulus 2006-2010 sebanyak 12 orang, dan tahun
Hasil Crosstab antara nama SMA dan jenis lulus 2010-2012 sebanyak 9 orang.
kelamin adalah untuk SMAN 1 yang tidak mengisi Dari jumlah responden 96 orang, responden
identitas sebesar 0, jenis kelamin laki-laki sebanyak yang berusia 20-30 tahun terdiri dari 11 (11,5%),
5 dan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang. berusia 31-40 tahun terdiri 8 (8,3%), berusia 41-
Untuk SMAN 5 yang tidak mengisi identitas 50 tahun terdiri dari 35 (36,5%), berusia 51-60
sebesar 3, jenis kelamin laki-laki sebanyak 10 dan tahun terdiri dari 42 (43,8%).
jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang. Hasil analisis data deskriptif untuk variabel
SMAN 6, yang tidak mengisi identitas sebesar 1, Motivasi Kerja (X1) yang berjumlah 27 item. Nilai
jenis kelamin laki-laki sebanyak empat dan jenis minimal 27 x 1 = 27, sedangkan nilai maksimal 27
kelamin perempuan sebanyak 19 orang. Untuk x 5 = 135. Hasil range (i) adalah (135-27)/5 = 22.
SMAN 21, yang tidak mengisi identitas sebesar 2, Oleh karena itu, range variabel motivasi kerja
jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 dan jenis kelamin sebagai berikut.
perempuan sebanyak 17 orang. Tabel 1 di atas menyatakan bahwa responden
Hasil Crosstab antara nama SMA dan tingkat menjawab selalu sebanyak 64 (66,7%), selanjutnya
pendidikan, untuk SMAN 1 yang bergelar S1 hampir selalu sebesar 32 (33,3%). Sedangkan
sebanyak 20 dan bergelar S2 sebanyak empat meannya sebesar 117,55 termasuk di kelas interval
responden. Untuk SMAN 5 yang telah bergelar 5 yang berarti Selalu.
S1 sebanyak 20 orang dan bergelar S2 sebanyak Hasil analisis data deskriptif untuk variabel
empat orang. Untuk SMAN 6 yang telah bergelar Kompetensi pedagogik Guru (X2) yang berjumlah
S1 sebanyak 21 orang dan bergelar S2 sebanyak 40 item. Nilai minimal 40 x 1 = 40, sedangkan nilai
3 orang. Sedangkan untuk SMAN 21 yang telah maksimal 40 x 5 = 200. Hasil range (i) adalah (200-
bergelar S1 sebanyak 21 orang dan yang telah 40)/5 = 32. Oleh karena itu range variabel
bergelar S2 sebanyak 3 orang. Kompetensi pedagogik Guru pada tabel 2.

Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Kerja

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak Pernah 27-48 0 0
2 Hampir Tidak Pernah 49-70 0 0
3 Kadang-Kadang 71-92 0 0
4 Hampir Selalu 93-114 32 33,3
5 Selalu 115-136 64 66,7
Jumlah 96 100

Tabel 2 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kompetensi pedagogik Guru

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)


1 Sangat Tidak Baik 40-71 0 0
2 Kurang Baik 72-103 0 0
3 Cukup Baik 104-135 17 17,7
4 Baik 136-167 63 65,6
5 Sangat Baik 168-200 16 16,7
Jumlah 96 100
Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 459

Tabel 3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Mengajar Guru

Kode Makna Range Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak Pernah 41-73 0 0
2 Hampir Tidak Pernah 74-106 0 0
3 Kadang-Kadang 107-139 1 1,0
4 Hampir Selalu 140-172 32 33,4
5 Selalu 173-205 63 65,6
Jumlah 96 100

Tabel 4 Hasil Analisis Data Korelasi

No. Hubungan r hitung r table Nilai sig Taraf


antar Variabel (2 tailed) Kepercayaan Kesimpulan
1 X1 dengan Y 0,760 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu ada
hubungan yang signifikan antara
variabel Motivasi kerja (X1)
dengan Kinerja Mengajar Guru (Y)
2 X2 dengan Y 0,597 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu ada
hubungan yang signifikan antara
variabel Kompetensi pedagogik
Guru (X2) dengan Kinerja
Mengajar Guru (Y)
3 X1 dan X2 dengan Y 0,733 0,201 0,000 0,05 Menerima H1/Ha yaitu ada
hubungan yang signifikan antara
variabel Motivasi Kerja (X1) dan
variabel Kompetensi pedagogik
Guru (X2) dengan Kinerja
Mengajar Guru (Y)

Data di atas menunjukkan responden (X2) dengan variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
terbanyak menjawab baik sebesar 63 (65,6%), rx2y hasil sebesar 0,597 dan sig (2 tailed) sebesar
cukup baik sebanyak 17 (17,7%), sangat baik 0,000. Antara variabel X1 dan X2 dengan Kinerja
sebanyak 16 (16,7%), sedangkan kurang baik dan Mengajar Guru (Y) mendapatkan nilai korelasi
sangat tidak baik sebanyak 0 (0%). Sedangkan rx1x2y hasil sebesar 0,733 dan sig (2 tailed) sebesar
meannya sebesar 150,98 termasuk pada kelas 0,000. Sedangkan r tabel Product Moment dengan
interval 4 yaitu Baik. df untuk N = 96 responden yaitu N-2 = 96-2= 94
Hasil analisis data deskriptif untuk variabel dengan level signifikan two tailed test 0,05 atau
Kinerja Mengajar Guru (Y) yang berjumlah 41 95% mendapatkan nilai N = 90 mendapatkan nilai r
item. Nilai minimal 41 x 1 = 42, sedangkan nilai tabel = 0,205 sedangkan N=100 mendapatkan nilai
maksimal 41 x 5 = 205. Hasil range (i) adalah (205- r tabel = 0,195, sehingga untuk N = 94 mendapatkan
42)/5 = 33. Oleh karena itu range variabel Kinerja r tabel sebesar 0,201.
Mengajar Guru sebagai berikut. Dari ketiga hasil analisis tersebut semuanya
Hasil analisis variabel Kinerja Mengajar Guru mendapatkan r hasil e” r tabel atau mendapatka
paling banyak responden menjawab selalu nilai sig (2 tailed) hasil kurang dari d” 0,05 taraf
sebanyak 63 (65,6%), hampir selalu sebanyak 32 kepercayaan 95%, sehingga semuanya menerima
(33,4%), dan kadang-kadang sebanyak 1 (1,0%), H1 dan menolak Ho yang berarti ada hubungan
sisanya 0. Sedangkan meannya sebesar 175,88 yang signifikan antara X1 dengan Y, X2 dengan Y,
masuk pada kelas interval 5 yaitu Selalu. dan X1 dan X2 dengan Y.
Hasil analisis korelasi antara variabel Motivasi
Kerja (X1) dengan variabel Kinerja Mengajar Guru PEMBAHASAN
(Y) rx1y hasil sebesar 0,760 dan sig (2 tailed) adalah
0,000. Antara variabel Kompetensi pedagogik Guru Konsep motivasi merupakan konsep yang
penting dalam penelitian tentang kinerja individu
460 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

atau perorangan. Dengan perkataan lain motivasi karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi
merupakan sebuah determinan yang penting bagi secara langsung pada kinerja pekerjaan yang
kinerja individual. Motivasi tinggi dan keinginan dilakukan.
untuk kinerja yang tinggi harus didukung oleh faktor Kompetensi seseorang pada dasarnya dapat
individu dan juga organisasi sehingga akan dikelompokkan menjadi dua, meliputi kompetensi
meningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akan pribadi dan kompetensi sosial. Kompetensi pribadi
menghasilkan penghargaan yang berasal dari meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan
dalam maupun luar. Penghargaan intrinsik akan motivasi. Sedangkan kompetensi sosial terdiri atas
mempengaruhi motivasi. Perbandingan keadilan empati dan keterampilan sosial. Dalam proses
akan menghasilkan kepuasan, dan kepuasan akan pembentukan kompetensi atau yang memberi
menambah motivasi. pengaruh pada kompetensi terdapat faktor-faktor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi yang berperan penting di dalamnya, terdiri atas (1)
berprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keahlian dan keterampilan individu, (2)
mengajar guru pada empat SMA Negeri di Kota pengalaman yang didapat, (3) karakteristik
Bandung. Dari berbagai penelitian tentang motivasi individu, (4) motivasi, (5) kapasitas intelektual,
dan kinerja, dibuktikan bahwa motivasi (6) kepercayaan dan nilai-nilai, dan (7) isu
memberikan sumbangan penting sebesar 15,72% emosional. Untuk pengembangan atau peningkatan
terhadap kinerja guru. Dengan demikian kinerja kompetensi, ketujuh faktor tersebut perlu
guru dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan diperhatikan oleh karena beberapa faktor
dan mengembangkan motivasi. Pada hasil menjadikan peningkaan kompetensi mudah
penelitian lainnya ditemukan adanya hubungan dilakukan, namun pula terdapat faktor yang lain
yang signifikan dan positif antara motivasi yang menjadikan kompetensi sulit untuk
berprestasi dengan kinerja guru. Sehingga dapat dikembangkan.
dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi Bagi guru, kompetensinya ditetapkan ke dalam
berprestasi guru, maka akan semakin tinggi pula tiga komponen. Pertama, komponen kompetensi
performansi mengajarnya. pengelolaan pembelajaran, yang mencakup (1)
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan penyusunan perencanaan pembelajaran, (2)
didapatkan bahwa kompetensi pedagogik pelaksanaan interaksi belajar mengajar, (3) penilaian
berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar prestasi belajar peserta didik, (4) pelaksanaan tindak
guru pada empat SMA Negeri di Kota Bandung. lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi
Kompetensi dapat disebutkan sebagai kapasitas pengembangan potensi yang diorientasikan pada
individu untuk melakukan berbagai tugas dalam pengembangan profesi. Ketiga, kompetensi
suatu jenis pekerjaan. Selanjutnya dikatakan penguasaan akademik yang mencakup (1)
bahwa kapasitas individu dibentuk oleh dua faktor, pemahaman wawasan pendidikan, (2) penguasaan
yaitu faktor kemampuan intelektual dan bahan kajian akademik.
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah Motivasi yang dimiliki pekerja dan keinginan
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan yang kuat dari peker ja belum tentu dapat
kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik mempengaruhi kinerjanya. Keinginan yang kuat
adalah kemampuan yang diperlukan untuk dan motivasi saja tanpa didukung keahlian dan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kemampuan tidak dapat meningkatkan kinerja,
kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. ditambah lagi dengan situasi kerja (faktor situasi)
Adapun kompetensi yang dimiliki oleh setiap yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Kinerja
guru adalah kemampuan penguasaan pengetahuan pegawai di sini bersangkutan dengan kegiatan guru
dan sikap pedagogik dalam menjalankan fungsinya, sebagai seorang pengajar dan pendidik. Mengajar
dengan demikian ia akan menunjukkan kualitasnya adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru
dalam melakukan pr oses pembelajaran. dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa,
Kompetensi yang diperlukan oleh seorang guru sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks
tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang dimaksud antara lain adalah (1) mengatur
maupun pengalaman. kegiatan belajar siswa, (2) memanfaatkan
Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di
seseorang yang berkaitan dengan kinerja luar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan
berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
pekerjaan dan situasi tertentu. Kompetensi adalah
Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 461

Hasil penelitian menyatakan bahwa motivasi menghasilkan penghargaan yang berasal dari
berprestasi dan kompetensi pedagogik secara dalam maupun luar. Penghargaan intrinsik
simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja selanjutnya akan mempengaruhi motivasi.
mengajar guru pada empat SMA Negeri di Kota Perbandingan keadilan akan menghasilkan
Bandung. Hal ini selaras dengan pendapat yang kepuasan, dan kepuasan menjadi faktor pendorong
menyatakan bahwa karena kompetensi dibina dan bertambahnya motivasi.
dibangun oleh karakter, motif, konsep diri, Motivasi untuk berprestasi bagi guru akan
pengetahuan dan keterampilan, maka selanjutnya meningkatkan kinerja mengajar, dan kinerja
kompetensi berpengaruh penting pada perilaku. mengajar berhubungan dengan kompetensi
Perilaku pada gilirannya mempengaruhi kinerja. pedagogik seorang guru. Semakin baik kompetensi
Terdapat tiga proposisi pokok, yaitu proposisi pedagogik seorang guru, maka semakin baik pula
pertama adalah bahwa kompetensi mempunyai kinerja mengajarnya, hal ini akan mengundang
hubungan dengan kinerja. Hubungan kausal antara penghargaan atau imbalan.
kompetensi, perilaku, dan kinerja oleh Spencer dan McClelland’s Achievement Motivation
Spencer (1993: 13) diragakan sebagai berikut: Theory atau Teori Motivasi Prestasi dikembangkan
oleh David C. McClelland dari Universitas Harvard
Intent Tindakan Hasil
Amerika Serikat beserta timnya, yang secara luas
dan mendalam dibahas dalam karya tulis yang
KARAKTERISTIK PERFORMANSI
INDIVIDU PERILAKU KERJA berjudul The Achieving Society. McClelland
 Watak  Keterampilan

menggolongkan kebutuhan manusia menjadi tiga
 Motif jenis, yaitu need for achievement (nAch), need
 Konsep diri for power (nPow), dan need for affiliation (nAff).
 Pengetahuan
Need for Achievement (Ach) diartikan
Gambar 1 Hubungan Kausal antar Kompetensi kebutuhan seseorang untuk mengejar dan
mencapai tujuan yang lebih baik dijelaskan
Proposisi kedua menyatakan bahwa motivasi Hasibuan (2003:112), kebutuhan akan prestasi
mempunyai hubungan dengan kinerja. merupakan daya penggerak yang memotivasi
Dikemukakan bahwa konsep motivasi merupakan semangat kerja seseorang. Karena itu nAch ini
sebuah konsep yang penting dalam penelitian akan mendorong seseorang untuk mengembang-
tentang kinerja individu. Dengan perkataan lain kan kreativitas dan mengar ahkan semua
motivasi merupakan sebuah determinan penting kemampuan serta energi yang dimilikinya demi
bagi kinerja individual. Schermerhorn et.al. mencapai prestasi kerja optimal. Karyawan akan
(1983:121) menggambarkan keterkaitan antara antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan
motivasi dengan kinerja seperti tampak pada kemungkinan untuk hal itu diberikan kesempatan.
gambar 2. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan
Motivasi yang tinggi dan keinginan akan mencapai prestasi kerja yang tinggi akan dapat
kinerja yang tinggi harus didukung oleh faktor memperoleh pendapatan yang besar. Dengan
individu dan organisasi, yang gilirannya akan pendapatan yang besar akhirnya ia dapat memiliki
meningkatkan kinerja. Kinerja yang baik akan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Individual Extrinsic
Attributes Rewards

Work Equity
MOTIVATION PERFORMANCE Comparison SATISFACTION
Effort

Organizational Intrinsic
Support Rewards

Gambar 2 Keterkaitan Motivasi dengan Kinerja


462 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

Siagian (2002:108) menjelaskan ingin berhasil peningkatan prestasi berikutnya. (3) memperhitungkan
merupakan kebutuhan seseorang manusia. Tidak keberhasilan. Seseorang yang berprestasi tinggi, pada
ada manusia yang senang jika dikatakan ‘telah umumnya hanya memperhitungkan keberhasilan
gagal’. Akan tetapi sebaliknya, seseorang tidak prestasinya saja dan tidak mempedulikan penghargaan-
seharusnya dihantui oleh ketakutan akan penghargaan materi. (4) Menyatu dengan tugas. Sekali
kegagalan. Rivai (2004:459) memaknai kebutuhan orang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan
ini sebagai kemampuan untuk mencapai hubungan untuk dicapai, maka cenderung untuk menyatu dengan
kepada standar perusahaan yang telah ditentukan tugas pekerjaannya sampai benar-benar berhasil
juga perjuangan bawahan untuk menuju secara gemilang.
keberhasilan. Hal ini berarti bahwa seorang individu
Dorongan berprestasi dapat diajarkan kepada bertekad akan mencapai tujuan yang telah
orang-orang dari kebudayaan yang berbeda-beda. dipilihnya dengan tekad yang tidak setengah-
Melalui percobaan dengan orang-orang yang setengah. Dia tidak bisa meninggalkan tugas yang
berasal dari Amerika Serikat, Italia, Polandia, dan selesai baru separuh perjalanan, dan dia tidak akan
India, McClelland menemukan dalam semua puas sebelum tugas pekerjaan tersebut selesai
kasus, program-program pelatihan (training) seluruhnya, dengan memberikan hasil maksimal.
berhasil meningkatkan kebutuhan orang untuk Tipe komitmen pada dedikasinya ini memancar dari
berprestasi. Program-progr am tersebut kepribadiannya yang teguh, yang kadangkala
menekankan prestise, kepraktisan menimbulkan mempunyai pengaruh kurang baik terhadap orang
perubahan, pengajaran pola bahasa dan pemikiran yang berhubungan dengannya. Orang lain
orang-orang yang bermotivasi untuk berprestasi, merasakan bahwa orang yang berprestasi tinggi
dukungan emosional dari peserta pelatihan ini seringkali tidak bersahabat (loner). Dia lebih
(terutama melalui pertukaran pengalaman), dan condong berpikir secara realistik mengenai
penyampaian bukti-bukti penelitian tentang kemampuannya dan tidak menyenangi orang lain
dorongan untuk berprestasi. bersama-sama dalam satu jalan untuk mencapai
Seseorang mempunyai motivasi berprestasi satu tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa tipe
yang tinggi sangat menyukai pekerjaan yang orang yang berprestasi tinggi ini tidak selalu ramah
menantang keahliannya dan kemampuannya dengan orang lain.
memecahkan persoalan. Seseorang yang memiliki Empat karakteristik tersebut di atas
motivasi berprestasi tinggi cenderung tidak begitu dikemukakan oleh McClelland berdasarkan hasil
mempercayai nasib baik karena dalam risetnya bertahun-tahun. Adapun Jay Hall bersama
pandangannya bahwa segala sesuatu akan kelompoknya yang dapat dikatakan sebagai orang
diperoleh melalui usaha. Penentuan mitra kerja dan yang agak menyeluruh tentang gaya manajer. Dia
staf lebih banyak didasarkan kepada kemampuan mengobservasi lebih dari 16.000 manajer dengan
dan kredibilitas seorang individu. membaginya atas manajer-manajer yang
Dalam penjelasan yang dikemukakan Thoha mempunyai prestasi tinggi, tengah, dan rendah.
(2003:206), menyatakan seseorang yang mempunyai Berikut ini adalah laporan penemuannya: (1)
motivasi berprestasi tinggi cenderung mempunyai Manajer yang mempunyai prestasi rendah, dapat
keinginan untuk melakukan suatu karya yang diketahui lewat sifat pandangannya yang pesimis,
berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. dan mempunyai sifat dasar tidak percaya pada
Ada beberapa karakteristik dari orang-orang yang kemampuan bawahannya, adapun manajer yang
berprestasi tinggi, antara lain (1) Suka mengambil risiko berprestasi tinggi menunjukkan sifat yang
yang moderat (moderate risks). Orang semacam ini berlawanan dari rendah prestasinya. Dia selalu
mau berprestasi dengan suatu risiko yang tidak terlalu optimis dan memandang bawahannya sebagai
besar dan tidak terlampau rendah. (2) Memerlukan potensi yang berguna bagi kelanjutan organisasi. (2)
umpan balik yang segera. Ciri ini amat dekat dengan Motivasi pribadi manajer itu dapat diproyeksikan
karakteristik di atas. Seseorang yang mempunyai pada bawahannya. Dengan demikian manajer
kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih dengan motivasi prestasi yang tinggi selalu
menyenangi akan semua informasi mengenai hasil- memikirkan aspek-aspek pekerjaan yang
hasil yang dikerjakannya. Informasi itu akan memberikan kesempatan pada bawahan untuk bisa
memberikan kepadanya penjelasan sebagaimana berprestasi. Dia berusaha membicarakan hal ini
usaha yang dilakukan. Sehingga bisa diketahui pada bawahannya dan berusaha mengelompokkan
kekurangannya yang nantinya bisa diperbaiki untuk dalam struktur pekerjaan yang menjamin bawahan
Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 463

untuk mencapai prestasi. Adapun manajer dengan mengenalkan motivasi berprestasi ini amat
motivasi yang moderat selalu memikirkan status bermanfaat dalam mempelajari motivasi, karena
simbol. Dan yang bermotivasi prestasi rendah motivasi untuk berprestasi itu dapat diajarkan untuk
senantiasa memikirkan tentang keamanan. Baik mencapai prestasi kelompok atau organisasi lewat
yang moderat maupun yang rendah senantiasa beberapa latihan.
memikirkan tentang keamanan. Baik yang moderat Need for Power (nPow) diartikan sebagai
maupun yang rendah mempunyai cara-cara yang kebutuhan seseorang untuk menguasai/
sama dalam memotivasi bawahan. (3) Manajer mendominasi orang lain. Kebutuhan akan
yang mempunyai motivasi prestasi tinggi siap kekuasaan merupakan daya penggerak yang
mempergunakan metode partisipasi dengan memotivasi semangat kerja seseorang karyawan.
bawahannya, sementara itu yang moderat dan Karena itu nPow ini yang merangsang dan
rendah tidak mempunyai kemauan untuk melibatkan memotivasi gairah kerja seseorang serta
bawahan dalam berperan serta pada pembuatan- mengerahkan semua kemampuan demi mencapai
pembuatan keputusan. (4) Manajer yang kekuasaan atau kedudukannya yang terbaik dalam
bermotivasi prestasi tinggi bersikap terbuka dalam organisasi. Ego manusia yang ingin berkuasa dari
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lainnya baik manusia lainnya sehingga menimbulkan
sesama manajer ataupun dengan bawahannya. persaingan. Persaingan ini oleh manajer
Adapun yang moderat selalu dikuasai oleh perasaan ditumbuhkan secara sehat dalam memotivasi
dan ide-idenya sendiri. Sedangkan manajer yang bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk
rendah prestasinya cenderung untuk menghindari bekerja giat.
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Siagian (2002:109) mengatakan serendah apa
(5) Manajer berprestasi tinggi menunjukkan pun jabatan dan kedudukan seseorang dalam
sikapnya mau memikirkan baik orang-orang yang organisasi, ia tetap ingin ‘ber kuasa’ dan
ada dalam organisasinya maupun produksinya. berpengaruh terhadap orang lain. Rivai (2004:459)
Manajer berprestasi moderat mempunyai minat mengemukakan kebutuhan dalam kekuasaan atau
yang besar untuk memikirkan produksi dan otoritas kerja (Need for power) merupakan
perhatian yang rendah pada orang-orang. Adapun kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam
manajer yang rendah prestasinya selalu keadaan yang wajar dan bijaksana dalam tugasnya
memperhatikan perlindungan diri dan tidak masing-masing. Orang-orang seperti ini pada
memperdulikan orang-orang dan produksi. umumnya berusaha mencari posisi pimpinan;
Beberapa hasil penemuan Hall menunjukkan mereka penuh daya, keras kepala, dan sangat
adanya perbedaan dengan profil McClelland menuntut; serta senang mengajar dan berbicara
tentang berprestasi tinggi dan rendah. Suatu di depan umum.
contoh, oleh McClelland disebutkan bahwa orang Ukas (2004:320) menjelaskan kebutuhan
yang bermotivasi prestasi tinggi cenderung tidak akan kekuasaan, akan nampak pada seseorang
bersahabat (loner) dan tidak menyenangi orang yang berkeinginan untuk berpengaruh pada orang
lain. Sementara itu penemuan Hall menyatakan lain. Ia akan cepat tanggap terhadap masalah-
bahwa orang yang bermotivasi prestasi tinggi masalah organisasi dimana ia bekerja, ia akan
cenderung berorientasi pada orang-orang, mau merupakan orang aktif dalam menjalankan
bersifat ter buka dalam berinteraksi dan kebijakan organisasi, ia akan senang membantu
berkomunikasi dengan bawahannya, berkehendak orang lain dengan kemampuannya dalam
melaksanakan metode partisipasi, dan mau mengadakan pendekatan untuk mempengaruhi
memikirkan atau memandang optimis bawahannya orang lain dengan mengesankan dan selalu
sebagai potensi yang bermanfaat. Selain itu menjaga prestasi, reputasi, serta posisinya. Untuk
nampaknya penemuan Hall cenderung memberikan menjadi manusia yang berprestasi tentu dibutuhkan
atribut serba baik bagi manajer yang mempunyai motivasi yang tinggi dan konsisten dalam
motivasi prestasi tinggi (mulai dari penemuan pencapaiannya dengan penuh tanggung jawab
nomor 1 sampai dengan nomor 5). Tetapi hal disertai pandainya orang untuk bekerja sama dan
tersebut belum cukup meyakinkan bahwa manajer dapat mempengaruhi orang apabila ia seorang
yang berprestasi tinggi benar-benar berlaku efektif manajer dalam mengejar tujuannya.
dalam pelaksanaan kerja yang sesungguhnya. Hal Motivasi untuk berkuasa tidaklah perlu
ini tersebut oleh Hall tidak banyak diterangkan. diartikan sama dengan keinginan untuk menjadi
Namun demikian, penemuan McClelland yang penguasa yang totaliter atau kepemimpinan yang
464 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

otokratis. Persoalannya berhubungan dengan yang ada di sisi kita di saat mengalami kesusahan.
kemampuan seseorang untuk menggunakan motif (3) Sosialisasi. Tidak ada orang yang dapat hidup
berkuasa tersebut dalam setiap organisasi. Tidak sendiri. Bahkan untuk membuat roti yang dijadikan
dapat disangkal bahwa setiap pimpinan atau menu sarapan pagi dibutuhkan tangan ribuan
manajer perlu mempunyai motivasi untuk berkuasa, orang, mulai dari gandum, tepung, roti, sampai ke
karena kalau tidak, ia akan kehilangan hak dan tangan konsumen.
kewenangan untuk mengambil keputusan atau Ukas (2004:320) menjelaskan kebutuhan
tindakan. Sebaliknya, terlalu banyak menggunakan akan ditunjukkan dengan adanya kesediaan
motivasi untuk berkuasa dalam suatu organisasi keinginan untuk ber sahabat, ia selalu
dapat menghilangkan keinginan bawahannya untuk memperhatikan aspek antar pribadi dalam
berpartisipasi dan juga menghilangkan kesempatan pekerjaannya, selalu bekerja sama, senang bergaul/
bagi mereka untuk mengembangkan diri dan memiliki jiwa empathy dan dapat bekerja sama,
kemampuan mereka. secara efektif dalam melaksanakan kerjanya.
Need for Affiliation (nAff)diartikansebagai Kebutuhan akan prestasi merupakan
kebutuhan seseorang untuk mengadakan hubungan kebutuhan untuk tercapainya tujuan yang
yang erat dan saling menyenangkan dengan orang diinginkan. Dengan kata lain kebutuhan ini dapat
lain. Need for Affiliation (nAff)merupakan daya dikatakan sebagai keberhasilan. Kebutuhan akan
penggerak yang akan memotivasi semangat kerja afiliasi adalah kebutuhan untuk lebih akrab dengan
seseorang karyawan. Kebutuhan ini meliputi (1) orang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa orang
kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain tua juga memanfaatkan sekolah sebagai sarana
di lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of untuk bisa lebih akrab dengan orang tua siswa yang
belonging), (2) kebutuhan akan perasaan lain. Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan
dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya untuk dapat mempunyai pengaruh untuk
penting (sense of important), (3) kebutuhan akan mempengaruhi orang lain.
perasaan maju dan gagal (sense of achievement), Teori ini juga memaparkan bahwa setiap
dan (4) kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense individu memiliki kebutuhan untuk berprestasi,
of participation). berafiliasi dan kekuasaan. Kebutuhan akan prestasi
Siagian (2002:109) mengatakan kebutuhan menunjukkan fitrah manusia yang menginginkan
afiliasi penting mendapat perhatian untuk bahwa dirinya adalah yang terbaik dibandingkan
dipuaskan karena predikat manusia sebagai dengan yang lain. Dalam setiap perlombaan semua
makhluk sosial. Keinginan disenangi, dicintai, orang bersaing untuk menjadi yang terbaik, hal ini
kesediaan bekerja sama, iklim bersahabat, dan berarti bahwa setiap individu memiliki keinginan
saling mendukung dalam organisasi, merupakan kuat untuk menjadi yang terbaik diantara individu
bentuk-bentuk pemuasan kebutuhan ini. Rivai lainnya. Sementara itu kebutuhan berafiliasi
(2004:459) mengemukakan kebutuhan untuk merupakan implementasi dari kodrat manusia
berafiliasi (Need for affiliation) merupakan sebagai mahluk sosial. Para guru sebagai bagian
hasrat untuk bersahabat dan mengenal lebih dekat dari komponen masyarakat membutuhkan proses
rekan kerja atau para karyawan di dalam afiliasi agar kehidupannya lebih tentram dan
organisasi. mendapat pengakuan dari masyarakat.
Arep dan Tanjung (2004:31) menjelaskan Kebutuhan akan kekuasaan dapat dimaknai
affiliation adalah kebutuhan untuk berinteraksi bahwa setip individu mengharapkan memiliki
dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan kekuasaan yang dapat dugunakan untuk mengatur
cara (1) Bekerja sama dengan orang lain. Bekerja orang lain. Kekuasaan dimaknai sebagai sesuatu
sama bukan berarti si A bekerja, si B bekerja, kewenangan yang digunakan untuk mengatur dan
keduanya mengerjakan pekerjaan yang berbeda mengambil tindakan yang diperlukan demi
dan tidak ada koordinasi disebut kerja sama, tetapi terwujudnya tujuan organisasi. Dalam skala
kerja sama itu adalah si A dan si B bekerja dengan persekolahan kekuasaan para guru dapat dimaknai
tujuan yang sama dan terkoordinasi. (2) Membuat sebagai kewenangannya dalam mengatur kelas,
kawan di tempat kerja.Bukan membuat lawan di setiap guru memiliki otonomi yang luas untuk
tempat kerja. Membuat lawan mudah, tetapi menentukan komposisi kelas, penentuan media dan
membuat kawan susah. Banyak orang yang mudah pendekatan pembelajaran, penetapan standar
dijadikan lawan, tetapi sedikit yang dapat dijadikan penilaian dan menentukan siapa murid yang
kawan. Karena kawan yang baik adalah kawan dipandang terbaik di kelasnya.
Harjanto, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru 465

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas tertentu.
guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan 2005 tentang Guru Dan Dosen Pasal 10 Ayat (1)
dan profesional dalam menjalankan fungsinya kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
sebagai guru. McAhsan sebagaimana dikutip oleh kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi profesional yang diperoleh melalui
kompetensi: “…is a knowledge, skills, and pendidikan profesi.
abilities or capabilities that a person achieves, Uraian di atas memperlihatkan keragaman
which become part of his or her being to the dalam mengkaji dimensi kompetensi guru. Namun
extent he or she can satisfactorily perform demikian substansinya bermuara pada dimensi yang
particular cognitive, affective, and psychomotor sama. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.
psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
dengan itu Finch & Crunkilton sebagaimana dikutip merencanakan program belajar mengajar,
oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi kemampuan melaksanakan interaksi atau
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, mengelola pr oses belajar mengajar, dan
keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan kemampuan melakukan penilaian.
untuk menunjang keberhasilan.
Robbins (2001:37) menyebut kompetensi KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu Kesimpulan
pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
Menurut hasil penelitian tentang Pengaruh
kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu
Motivasi Berprestasi dan Kompetensi pedagogik
faktor kemampuan intelektual dan kemampuan
terhadap Kinerja Mengajar Guru pada empat SMA
fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan
Negeri di Kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental
berikut: gambaran secara deskriptif motivasi
sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan
berprestasi guru pada empat SMA Negeri di Kota
yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas
Bandung adalah para guru memiliki motivasi yang
yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan
tinggi untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih
keterampilan.
baik. Sementara itu hasil analisis data hubungan
Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan
diantara motivasi kerja (X1) dengan Kinerja
“Competency is underlying characteristic of an
mengajar guru (Y) diperoleh kesimpulan bahwa
individual that is causally related to criterion-
Menerima H1/Ha yaitu ada hubungan yang
referenced effective and/or superior perfor-
signifikan antara variabel Motivasi kerja (X1)
mance in a job or situation”. Jadi kompetensi
dengan Kinerja Mengajar Guru (Y). Sehingga
adalah karakteristik dasar seseorang yang
dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja
berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau
memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru.
unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.
Responden mempersepsi bahwa para guru
Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan,
pada empat SMA Negeri di Kota Bandung berada
kompetensi dikatakan underlying characteristic
pada kategori kompetensi yang baik. Sementara
karena karakteristik merupakan bagian yang
itu hubungan antara variabel kompetensi pedagogik
mendalam dan melekat pada kepribadian
guru (X2) terhadap kinerja mengajar guru (Y)
seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi
dapat disimpulkan bahwa H1/Ha diterima yang
dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related,
berarti ada hubungan yang signifikan antara
karena kompetensi menyebabkan atau mempre-
variabel Kompetensi pedagogik Guru (X2) dengan
diksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-
Kinerja Mengajar Guru (Y). Temuan ini
referenced, karena kompetensi itu benar-benar
menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru
memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik
466 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 5, MARET 2015: 456-466

memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru. menumbuhkan motivasi dari internal guru itu
Seperti batasan yang telah dikemukakan bahwa sendiri, selanjutnya dikomplementer dengan
yang dimaksud kompetensi pedagogik guru meliputi motivasi dari luar. Sehingga para guru akan merasa
merencanakan program belajar mengajar, bekerja itu bukan dirasakan sebagai tuntutan
kemampuan melaksanakan interaksi atau kewajiban seorang guru melainkan sudah menjadi
mengelola pr oses belajar mengajar, dan panggilan jiwa. Hendaknya kepala sekolah masih
kemampuan melakukan penilaian. tetap memperhatikan dan tetap memotivasi guru
Gambaran secara deskriptif kinerja mengajar untuk selalu berprestasi dan meningkatkan
guru pada empat SMA Negeri di Kota Bandung kompetensi pedagogik guru, karena motivasi
adalah responden paling banyak menjawab Sangat berprestasi guru dan kompetensi pedagogik
Tinggi sebesar 65,6% yang berarti bahwa para guru mempunyai sumbangan yang besar dan berarti
memiliki kinerja baik. Sementara itu pengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Apabila kinerja
variabel motivasi kerja guru dengan kompetensi mengajar guru baik, maka kualitas lulusan akan
pedagogik guru secara bersama-sama berkorelasi baik pula dan tujuan pendidikan akan tercapai
terhadap kinerja mengajar guru. Terdapat dengan hasil yang optimal. Dinas Pendidikan Kota
hubungan yang signifikan antara variabel motivasi Bandung: sebagai lembaga yang menaungi kegiatan
berprestasi dan variabel kompetensi pedagogik pendidikan di Kota Bandung, peneliti
guru (Pyx1x2) terhadap variabel kinerja mengajar menyampaikan beberapa rekomendasi, yaitu: (1)
guru. Sehingga motivasi kerja guru dengan Melakukan pendampingan dan menyediakan
kompetensi pedagogik guru memiliki pengaruh fasilitator untuk membina kompetensi pedagogik
secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru yang dilaksanakan secara terencana dan
guru. Hal ini menggambarkan begitu besarnya simultan; (2) Menyediakan beasiswa bagi para guru
pengaruh kedua variabel independen tersebut untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih
terhadap variabel dependen. tinggi; (3) Memberikan penghargaan kepada para
guru atas prestasi atau kinerja yang ditampilkannya
Saran sehingga setiap individu guru terpacu motivasinya
untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Dalam konteks motivasi berprestasi peneliti
merekomendasikan untuk ter lebih dahulu

DAFTAR RUJUKAN

Arep dan Tanjung. 2004. Manajemen Motivasi. Schermerhorn, John R., Hunt, James G., Osborn,
Jakarta: PT. Gramedia. Richard N. 1983. Managing Organizati-
Majid, Abdul.2005. Perencanaan Pembelajaran: onal Behavior. New York: John Wiley &
Mengembangkan Standar Kompetensi Sons.
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Siagian. 2002. Kiat meningkatkan Produktivitas
Mulyasa.2003.Menjadi Guru Profesional. Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Bandung: Remaja Rosda Karya. Suyanto dan Hisyam. 2000. Refleksi dan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Reformasi Pendidikan di Indonesia
Tentang Guru. Millenium III: Yogyakarta: Adi Cipta.
Spencer, Lyle M., Jr. & Signe M., Spencer.1993. Thoha, M. 2003. Kepemimpinan Dalam Mana-
Competence at Work: Models for jemen : Suatu Pendekatan Perilaku.
Superior Performance. John Wiley & Jakarta: Rajawali Press.
Sons. Inc. Ukas. 2004 Manajemen: Konsep, Prinsip, dan
Rivai, v.2004. Manajemen Sumber Daya Aplikasi. Bandung: Agnini.
Manusia untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru
Raja Grafindo Persada. dan Dosen
Robbin S. P. 2001. Perilaku Organisasi. Terje-
mahan oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT.
Indeks.
PETUNJUK BAGI CALON PENULIS

1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Manajemen Pendidikan (JMP) meliputi hasil penelitian di bidang manajemen
pendidikan. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada
kertas A4, antara 15-20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar dan file. Berkas (file)
dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat:
desyeri@gmail.com atau teguh.triwiyanto.fip@um.ac.id
2. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis; alamat e-mail; abstrak Bahasa Inggris; Keyword;
abstrak Bahasa Indonesia; Kata kunci; pendahuluan (tanpa judul); metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran
(di bawahnya dijabarkan masing-masing kesimpulan dan saran); daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang
dirujuk). Pada Metode, Hasil, dan Pembahsan tanpa ada sub judul.
3. Judul artikel dicetak dengan huruf capital semua dengan posisi di tengah-tengah, size 14, tebal, lebih kurang 12-15
kata.
4. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel, ditulis tanpa gelar akademik dan ditulis dengan urutan ke
bawah). Penulis dianjurkan mencantumkan alamat instansi, e-mail, dan nomor telepon/handphone untuk
memudahkan komunikasi.
5. Penulisan abstrak maksimum 75-100 kata, ditulis Bahasa Inggris dan di bawahnya Bahasa Indonesia. Berisi tujuan,
metode, dan hasil penelitian. Kata kunci (penulisan Kata kunci, awal huruf besar selanjutnya kecil tebal dan diberi
titik dua, sebanyak 3-5 kata/gabungan kata, tanpa ada titik di akhir kalimat, untuk Bahasa Inggris ada Keyword).
6. Penulisan Pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian.
7. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan format esai. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang
berbeda (semua judul bagian dan sub bagian dicetak tebal atau tebal miring), dan tidak menggunakan angka/nomor
pada judul bagian.

PERINGKAT 1 (HURUF KAPITAL SEMUA, TEBAL, RATA KIRI KANAN/JUSTIFY)


Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Kiri Kanan/Justify)
Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal Miring, Rata Kiri Kanan/Justify)

8. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan sumber-
sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam
jurnal dan/atau majalah ilmiah. Penulisan nama terakhir dahulu, lalu nama depan disingkat).
9. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan
langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67).
Tidak diperbolehkan menggunakan kutipan wawancara lebih dari 40 kata. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara
seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
Contoh Daftar Rujukan
a. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah oleh Suatu Penerbit
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta:
Tamita Utama.
b. Rujukan dari Buku
Robbins, S.P & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.
c. Rujukan dari Makalahdisajikan dalam Seminar dan Lokakarya
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan
Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.
d. Rujukan dari Koran yang Ada Namanya dan Tanpa Nama
Catur, S. 14 Juli 2010. HKTI dalam Sandra Parol. Jawa Pos, hlm.4.
Kompas. 23 Januari 2004. Ijazah Penyetaraan Paket C Rawan Manipulasi, hlm. 12.
e. Rujukan dari Karya Ilmiah (Skripsi)
Widiasari, D. 2014. Persepsi dan Ekspektasi Wali Peserta Didik tentang Sekolah Dasar Negeri Kauman 1
Malang dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.
f. Rujukan dari Karya Terjemahan
Cochran, W.G. Tanpa Tahun. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rudiansyah. 2000. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
g. Rujukan dari Artikel yang Dimuat di Internet
Nugroho, B. W. 2008. Dampak Ujian Nasional terhadap Siswa, Guru, dan Sekolah, (Online), (http://
wdnoegroho.wordpress.com), diakses 27 Oktober 2014.
h. Rujukan dari Jurnal yang Dicetak
Sanzo, K.L., Sherman, W.H and Clayton, J. 2011. Leadership practices of successful middle school principals.
Jurnal of Educational Administration. Volume 49. Number 1.
i. Rujukan dari Jurnal yang Dimuat di Internet
Dharmayana, I.W, Masrun, Kumara, A. dan Wirawan, Y. 2012. Keterlibatan Siswa (Student Engagement) Sebagai
Mediator Kompetensi Emosi dan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi. Volume 39, No. 1, Juni 2012: 76 – 94.
(Online), (http://www.google.com/url?sa=t&rct), diakses 8 Desember 2014.
9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Universitas Negeri Malang) terbaru atau mencotoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.
10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang dirujuk oleh penyunting menurut bidang
kepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/
saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepada
penulis sebelum penerbitan.
11. Pemeriksanaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel
yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.
12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software computer untuk pembuatan naskah
atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang
mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.
13. Artikel yang tidak dimuat tindak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.
TUGAS PENYUNTING

A. TUGAS KETUA DAN WAKIL PENYUNTING


1. Menjembatani antara penulis dengan pembaca.
2. Menjaga mutu karya yang disebarluaskan.
3. Mengolah naskah hingga layak diterbitkan.
4. Menentukan gaya dan format, isi, bentuk dan penampilan perwajahan, ukuran tebal terbitan, dan jilid keberkalaan.

B. TUGAS PENYUNTING PELAKSANA


1. Mengelola kesekretariatan.
2. Mengelola naskah dari penulis sampai dengan siap terbit.
3. Menghubungi percetakan/penerbit.
4. Menangani semua surat menyurat mengenai penyuntingan dengan penulis.
5. Mencetak naskah mengikuti format dan gaya selingkung.

C. TUGAS MITRA BEBESTARI


1. Menelaah naskah untuk disetujui/menolak naskah yang masuk.
2. Menyisir kecermatan setiap pernyataan, ketepatan istilah, dan kebakuan bahasa setiap artikel yang ditelaah.
3. Menyakini kesesuaian bunyi judul artikel dengan isinya.
4. Menyimak kemubasiran bagian-bagian naskah.
5. Mencermati kelengkapan sarana pendukung dan kemutakhiran pustaka.
6. Memindai kedalaman analisis dan keleluasaan sintesis hasil.
7. Mengevaluasi kecukupan dan kepantasan pembahasan.
8. Menjamin kebermaknaan naskah yang mempunyai sumbangan ilmiah dan keorisinilan naskah.
9. Menjaga kesesuaian bidang/ranah artikel yang diloloskan dengan kecukupan berkala.
10. Mencegah adanya plagiasi dan pengulangan publikasi.

Anda mungkin juga menyukai