Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
Kelompok 5
TRANSFERB 2019
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rambut adalah mahkota bagi setiap orang khususnya wanita. Selain
berfungsi untuk menunjang penampilan dan menambah kecantikan,
rambut juga berfungsi sebagai penghangat dan pelindung kepala dan kulit
kepala (Rostamailis dkk., 2009). Rambut yang sehat tentunya menjadi
idaman bagi setiap orang. Ciri-ciri rambut yang sehat adalah tebal, kuat,
berkilau, dan mudah diatur (Rostamailis dkk., 2009). Pengaruh dari cuaca,
ekskresi kelenjar sebaceous, debu atau kotoran, bahan-bahan kimia, dan
panas dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah pada rambut.
Masalah-masalah rambut tersebut adalah rambut berminyak, rambut
kering, rambut bercabang, rambut kusam dan kasar. Kondisi rambut yang
parah ditandai dengan kekasaran dan kekeringan rambut (Mottram, 2000).
Shampoo merupakan kosmetika pembersih, yaitu berguna untuk
membersihkan kulit kepala dan rambut dari berbagai kotoran yang
melekat. Kotoran terjadi karena adanya lemak, minyak dan keringat di kulit
kepala dan rambut yang berasal dari kelenjar palit. Penggunaan
kosmetika dekorasi rambut, dan debu dari udara juga menyebabkan
rambut menjadi kotor. Dalam pengertian ilmiahnya shampo didefinisikan
sebagai sediaan yang mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok
dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada
rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala,
dan kesehatan si pemakai. Shampo pada umumnya digunakan dengan
mencampurkannya dengan air dengan tujuan untuk melarutkan minyak
alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut dan
membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua shampo
berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga shampo
kering berupa serbuk yang tidak menggunakan air. Shampo kering ini
selain digunakan oleh manusia, lebih umum digunakan untuk binatang
peliharaan seperti kucing yang tidak menyukai bersentuhan dengan
air ataupun anjing. Formulasi untuk shampo harus mengandung bahan
bahan yang berfungsi sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer,
opacifier, hydrotopes, viscosity modifier, dan pengawet. Bahan-bahan
dalam shampoo harus aman dan mudah terdegradasi sebagaimana
kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki fungsi dan
peran yang spesifik (Mottram, 2000)
I.2.1 Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu dapat mengetahui cara
memformulasi, dan cara mengevaluasi beberapa sediaan sampo yang
beredar di pasaran.
I.2.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu
1. Untuk mengetahui cara memformulasi sediaan sampo
2. Untuk mengetahui cara mengevaluasi beberapa sediaan sampo
yang beredas di pasaran
I.3 Prinsip
Adapun prinsip percobaan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
membuat formulasi sampo, kemudian diambil beberapa sampel sampo
yang beredar dipasaran dilakukan evaluasi sedian yaitu uji pH, uji
viskosistas dan uji tinggi busa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Na-CMC
3. Dinatrium EDTA
4. Nipagin
Nipagin merupakan salah satu pengawet yang digunakan untuk
mencegah jamur dan ragi, nipagin sering kali digunakan untuk
pengawet kosmetik, nipagin merupakan zat berbentuk serbuk putih
hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
5. Asam sitrat
6. Aquades
7. Parfum
URAIAN BAHAN
1. Sodium lauryl sulfate (Rowe C,dkk. 2009 Hal; 651)
titiklebur :2040C
titiklebur : 0oC,32oF
pH : PH 7,5 –8,5
Informasilain : Suhu penguraian tidak
ditentukan.Penguraian pada suhu
panas dapat menimbulkan asap, karbon
monoksida, karbondioksida, aldehida dan
produk lainnya dari pembakaran yang tidak
sempurna. Zat yang mengiritasi dan
beracun dikeluarkan setelah pembakaran,
saat pembakaran, atau pada penguraian
padatankering
Stabilitas : Stabil pada suhu dan tekanan
yang cukuptinggi Inkompatibiltas : Asam dan
oksidator kuat, basakuat
Toksisitas : LCD50 oral pada tikus > 2.000 mg/kg.
Toksisitas kulit pada kelinci LD50 yaitu >
2.000 mg/kg. Toksisitas akut pada ikan air
tawar LC50 yaitu 110 mg/L; pada
invertebrata ait tawar EC50 yaitu 1-10 mg/L;
dan pada alga LC50 yaitu 10-100mg/L
Penanganan :Kenakan kacamata pengaman/pelindung
mata yang direkomendasikan untuk
mencegah kontakmata
Saran penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik
3. Sodium Chloride (Rowe C,dkk.
2009 Hal;637) Namaresmi :
SodiumChloride
Namalain : Alberger; klorure de natrium; garam biasa;
garam hopper; natrii chloridum; halit alami;
garam kasar; garam; garam; garam laut;
garamdapur
Kelasfungsional :
Konsentrasi :
Pemerian : bubuk kristal berwarna putih atau tidak
berwarna;rasanya
asin
Kelarutan : larut dalam 2.8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih dan dalam lebih kurang 10
bagian gliserol P, sukar larut dalam
etanol(95%).
RM :NaCl
BM :58.44
titiklebur :54-600C
Informasilain :--
Stabilitas : tidak stabil terhadapcahaya
Inkompatibiltas :--
Toksisitas : Etilen glikol stearat terutama digunakan
dalam kosmetikdan
topikal formulasi farmasi, di mana mereka
umumnya dianggap sebagai bahan yang
relatif tidak beracun dan tidak iritan
Penanganan : pencegahan normal sesuai dengankeadaan
Saranpenyimpanan : disimpan di tempat yang sejuk dan
gelap,terlindung dari cahaya
titiklebur :270C
Informasilain : dapat menyebabkan
iritasimata/kulit Stabilitas :--
Inkompatibiltas :--
Toksisitas : tidak ada bukti aktivitas karsinogenik
natrium xylenesulfonat; Penanganan :bilas kulit/mata dengan
air mengalir selama beberapamenit,
gunakan sarung tangan pelindung
Saranpenyimpanan : disimpan ditempat aman dan dipisahkan dari
oksidankuat
11. Guar Hydroxipropyltrimonium Chloride (Rowe C, dkk. 2009; Hal 298
dan pubChem, 2020)
Namaresmi : Guar
HydroxipropyltrimoniumChloride Namalain
: guar Hidrokloride,CTFA
Kelasfungsional :
Konsentrasi : <0,5%
Pemerian : bubuk berwarna putih pucat hingga putih
kekuningan;hampir
tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik.
Dalam dinginatau
panas air, menyebar dan membengkak
segera untuk terbentuk sol thixotropic yang
sangat kental.
RM :(C6H12O6)n
BM : ≈220000
titiklebur :--
Ph : penyangga sangat stabil pada pH4,0-10,5
Informasilain :--
Stabilitas : stabil terhadap panas namun pemanasan
yang lamaakan
mengurangi viskositas dispersi.
Toksisitas :--
Penanganan :--
Saran penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
tempat yangsejuk
dan kering.
12. Dimethicone (Rowe C dkk, 2009 hal. 233
dan PubChem, 2020) Namaresmi
:Dimethicone
Namalain :ABIL; dimethylpolysiloxane; dimethylsilicone
fluid; dimethylsiloxane; dimeticonum; Dow
Corning Q7-9120; E900; methyl
polysiloxane; poly(dimethylsiloxane);Sentry
Kelasfungsional :zatantifoaming
Konsentrasi :--
Pemerian :cairan bening dan tidak berwarna yang
tersedia dalam berbagai viskositas
Kelarutan :Larut dengan etil asetat, metil etil keton,
minyak mineral, eter, kloroform, dan toluena;
larut dalam isopropil miristat; sangat sedikit
larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut
dalam gliserin, propilen glikol, dan air
RM :C6H24O2Si3 (PubChem,2020)
BM : 236,53 g/mol (PubChem,2020)
pKa dan pH larutan : --
titiklebur : -80,00C (PubChem,2020).
Informasilain :Dalam emulsi minyak-dalam-air topikal,
dimetikon ditambahkan ke fase minyak
sebagai zat antifoaming. Dimetikon bersifat
hidrofobik dan juga banyak digunakan
dalam sediaantopikal
Stabilitas :Stabil terhadap panas dan tahan terhadap
sebagian besar zat kimia meskipun
dipengaruhi oleh asamkuat
Inkompatibiltas :--
Toksisitas :Dimetikon umumnya dianggap sebagai
bahan yang relatif tidak beracun dan tidak
iritan meskipun dapat menyebabkan iritasi
sementara padamata
Penanganan :Patuhi kewaspadaan normal yang sesuai
dengan keadaan dan jumlah bahan yang
ditangani.
Saran penyimpanan :disimpan dalam wadah kedap udara di tempat
yang sejuk dan kering
13. Sodium Benzoate (Rowe C dkk, 2009 hal. 627 dan Dirjen
BPOM, 1995 hal. 892) Namaresmi : SodiumBenzoate
Namalain : Natrium benzoat, Benzoic acid sodium salt;
benzoate of soda; E211; natrii benzoas;
natrium benzoicum; sobenate; sodii
benzoas; sodium benzoicacid
Kelasfungsional : zatpengawet
Konsentrasi :0.1–0.5%
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau praktis tidak berbau; stabil
diudara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol dan lebih mudah larut dalam
etanol90%.
RM :C7H5NaO2
BM :144,11
pKa dan pH
larutan : pH 2-5
titiklebur :--
Informasilain :Data klinis menunjukkan bahwa natrium
benzoat dapat menghasilkan urtikaria
kontak non-imunologis dan reaksi kontak
langsung non-imunologis. Namun, juga
diketahui bahwa reaksi-reaksi ini sangat
ketat pada kulit,dan oleh
titiklebur :3000C
pH larutan : 1%:11,3
Informasilain :saat ini bahan ini digunakan dalam
berbagaiaplikasi.
EDTA,HEDTA dan garamnya menjaga
kejernihan, melindungi komponen
wewangian, menstabilkan penegntal
polimer dan aditif warna, mencegah bau
tengik, dan meningkatkan efektivitas
pengawet, diantara efek lainnya
Stabilitas :--
Inkompatibiltas :--
Toksisitas : menyebabkan irritasi kulit danmata
Penanganan : segera basuh mata yang terkontaminasi
dengan air yang mengalir. Tutupi luka pada
kulit dengan perban steril kering
setelahkontaminasi
15. Trisodium
EthylenediamineDissucc
inate Namaresmi :
Namalain :
Kelasfungsional :
Konsentrasi :
Pemerian :
Kelarutan :
RM :
BM :
titiklebur :
Informasilain :
Stabilitas :
Inkompatibiltas :
Toksisitas :
Penanganan :
titiklebur :50-510C
pH larutan :2,58 (5% larutan dalam air)
Informasilain : ketika dipanaskan akan
mengeluarkan uap beracun Stabilitas : stabil dibawah
kondisi penyimpanandirekomendasikan Inkompatibiltas :--
Toksisitas :--
Penanganan :--
BAB III
METODE KERJA
III.1 Formula yang Disetujui
BAHAN SHAMPO PENTENE (Halus dan Lembut)
Sodium lauryl sulfate (surfaktan anionic)
Sodium laureth sulfate (surfaktan anionic)
Sodium Chloride (pengatur kekentalan)
Cocamidopropyl Betaine (surfaktan amfoterik)
Glycol Distearat (opacifier)
Citrit Acid (pendapar)
Fragrance (pengharum)
Sodium Citrate (pendapar)
Cocamide MEA
Sodium Xylenesulfonat
Guar Hydroxipropyltrimonium Chloride (peningkat viskositas)
Dimethicone (agen pelembut)
Sodium Benzoate (zat pengawet)
Tetrasodium EDTA (agen pengkhelat)
Trisodium Ethylenediamine Dissuccinate
Panthenol
Panthenyl Ethyl Ether (Pengoksidasi)
Water (pelarut)
Methylisothiazolinone DAN Methylchloroisothiazolinone (Pengawet)
III.2 Rekaman produksi
Tanggal pengesaan: Februari 2020
Nomor Reg: NA1910200253A1
NAMA PRODUK : LAURYL
Nomor Bets: J19953002
Alur produksi
Tahap Bahan Alat Parameter Hasil
Preformulasi - Buku Sifat fisika -
kimia zat
aktif
Penimbanga Zat aktif Timbangan seksama Baik
n
Pengemasan Campuan Alat Homogeny Baik
bahan
Penyimpanan Sediaan Lemari Baik
Evaluasi Sediaan - - Baik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Evaluasi
IV.1.1 Uji pH
Data hasil pengujian pH dengan menggunakan pH meter.
Tabel1. Hasil uji pH
formula Uji pH
1 2 3
A 5,6 5,4 5,4
A 8 7 6 6
B 9 8 8 8
C 6 6 6 7
1 2 3
A 5300 5300 5400
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dipilih 3 sediaan brand shampoo yang beredar
dipasaran yang ditandai dengan sampel A, sampel B dan sampel C.
shampoo merupakan sediaan yang diformulasikan dengan tujuan utama
untuk membersihkan rambut dan kulit kepala (Kumar dan Rakesh,2010).
Shampoo juga merupakan produk utama dalam sediaan kosmetik pada
rambut.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji evaluasi fisik dari sampel A,
sampel B dan sampel C. uji evaluasi shampo dilakukan untuk mengetahui
sifat dan karakteristik sediaan shampo pada sampel A, sampel B dan
sampel C yang meliputi uji pH, uji tinggi busa dan uji viskositas. Uji
evaluasi dilakukan dengan 3 kali pengujian pada setiap sampel yang diuji.
Pada pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat pH
meter.Alat terlebih dahulu dikalibrasi, setelah itu pH meter dicelupkan
kedalam larutan sediaan shampoo cair (sediaan shampoo terlebih dahulu
sudah diencerkan dengan aquadest dengan perbandingan 1:10) dibiarkan
alat menunjukan angka pH sampai konstan. Angka yang ditunjukan pH
pada sampel A pada pengujian 1, 2 dan 3 adalah 5,6;5,4 dan 5,4. Pada
sampel B menunjukan pada pengujian 1,2 dan 3 adalah 6,3;6,2 dan 6,2
sedangkan pada sampel C pengujian 1,2 dan 3 adalah 5,6;5,5 dan 5,5.
Berdasarkan hasil pengukuran pH, diperoleh nilai pH suatu sediaan
sampo pada ketiga formula masih menunjukkan pH yang sesui untuk pH
kulit kepala yaitu berkisar antara 5,0-9,0 sesui dengan SNI 06-4085-1996
untuk sediaan sampo (Nurhikmah, dkk, 2018).
Pada pengujian tinggi busa sediaan shampoo sampel A, sampel B,
dan sampel C diambil 0,5 gram dibuat larutannya kedalam aquadest.
Kemudian dimasukan kedalam gelas ukur 100 mL dan dikocok selama 20
detik dengan cara membalikan gelas ukur secara beraturan. Tinggi busa
yang terbentuk diamati setiap 5, 10 dan 15 menit. Hasil pengukuran tinggi
busa menunjukkan kemampuan surfaktan membentuk busa. Busa dari
sampo merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena busa menjaga
sampo tetap berada pada rambut, membuat rambut mudah dicuci, serta
mencegah batangan-batangan rambut menyatu sehingga menyebabkan
kusut Tinggi busa yang didapat dari ketiga sampel setiap 5, 10 dan 15
menit pada sampel A yaitu 8 cm; 7cm; dan 6cm. pada sampel B konstan
pada 8 cm. sedangkan pada sampel C tinggi busa tidak mengalami
perubahan angka hanya menunjukan pada 6 cm, berdasarkan hasil
pengujian tinggi busa yang diperoleh dari ketiga sampel sampo sudah
memenuhi persyaratan tinggi busa yaitu 1,3-22 cm (Amelia, dkk, 2019).
Pengujian ketiga yaitu uji viskositas dengan menggunakan
viskometer.Viskometer merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk
mengukur viskositas suatu sediaan.Viskometer yang digunakan yaitu
viskometer Brookfield yang dipilih karena sediaan yang mau diuji terlihat
kental. Dengan menggunakan viskometer Brookfield dipilih spindel nomor
3 pada speed 6. Sediaan shampoo diletakan dibawah spindel kemudian
spindel diturunkan sedikit demi sedikit hingga batas wadah sediaan.
Kemudian dicatat skalanya ketika angka yang ditunjukan stabil pada 3 kali
putaran. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi viskositas shampo
yaitu basis shampoo, hasil uji viskositas pada sampel A untuk tiga
pengujian menunjukan nilai viskositas yaitu 5.400cP, pada sampel B untuk
tiga pengujian menunjukan 7.300cP sedangkan pada sampel C
menunjukan 10.100cP Dari hasil viskositas ketiga sampel shampo tidak
ada yang memenuhi nilai range standar viskositas dari shampo yaitu 400-
4000 Cp (Amelia, dkk, 2019).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA