Anda di halaman 1dari 11

AYAKAN

Disusun Oleh :

Feby Maryanti (2017430020)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
I. Judul
Ayakan (Sieving)

II. Prinsip
Sieving atau Screening atau penyaringan adalah suatu proses pemisahan secara
mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu material.

III. Maksud dan Tujuan


1. Memisahkan bahan atas dasar ukuran partikel, untuk memperoleh bahan
dengan ukuran partikel lebih uniform.
2. Menentukan luas permukaan spesifik bahan.

IV. Landasan Teori


Pengecilan bahan menjadi ukuran tertentu biasanya disesuaikan dengan
tujuannya. Bahan padat dapat dipecah dengan beberapa cara, antara lain sebagai
berikut (Padma, 2018) :
• Copression
• Impact
• Attrition
• Cutting.
Setelah bahan itu dipecah tentunya bahan tersebut mempunyai ukuran partikel
lebih kecil. Keseragaman ukuran dapat diperoleh melalui operasi ayakan, kemudian
bahan tersebut dianalisis dengan perlakuan memisahkannya secara mekanis. Salah
satu alat untuk menganalisis ukuran partikel yang telah menjadi ukuran kecil-kecil
adalah standar Ayakan Tyler.
Karakteristik Partikel Zat Padat.
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk dan
densitasnya. Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan
bahan bongkahan. Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat
campuran, misalnya bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas,
biasanya mempunyai densitas yang berbeda dari bahan lindaknya. Untuk partikel
yang bentuknya beraturan, misalnya yang berbentuk bola dan kubus, ukuran dan
bentuknya dapat dinyatakan dengan mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak
beraturan (seperti butir-butir pasir dan serpih mika), istilah “ukuran” (size) dan
“bentuk” (shape) tidak begitu jelas dan harus didefinisikan secara acak (Zeffa,
2011).
Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikkan dengan sferisitas atau kebolaan
(Sphericity) S , yang tidak bergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel
berbentuk bola dengan diameter Dp, ¼ = 1; untuk partikel yang tidak berbentuk
bola, sferisitas didefinisikan oleh hubungan :
6V p
S = D p ×S p (1)
dimana : Dp = diameter ekivalen atau diameter nominal partikel
sp = luas permukaan ssatu partikel
vp = volume satu partikel
Diameter ekivalen kadang-kadang didefinisikan sebagai diameter bola yang
volumenya sama dengan volume partikel itu. Tetapi, bahan-bahan berbentuk bijian
(granular) halus, volume maupun luas permukaannya tidak mudah ditentukan secara
eksak, sehingga Dp biasanya diambil dari ukuran nominal atas dasar analisis ayak
(screen analysis) atau melalui pemeriksaan mikroskop. Luas permukaan didapatkan
dari pengukuran adsorpsi atau dari penurunan tekanan di dalam hamparan partikel,
dan kemudian pers. (1) diterapkan untuk menghitung S. Untuk kebanyakan bahan
pecahan, nilai S berkisar antara 0,6 dan 0,8, seperti terlihat pada tabel 1; tapi untuk
partikel yang telah membulat karena abrasi S bisa sampai setinggi 0,95.
Untuk kubus dan silinder yang panjangnya L sama dengan diameternya, diameter
ekivalen itu lebih besar dasri L, dan S yang didapatkan dari diameter ekivalen ialah
0,61 untuk kubus dan 0,87 untuk silinder. Untuk bentuk-bentuk itu sebaiknya
digunakan diameter nominal L, karena rasio permukaan terhadap volume ialah 6/Dp,
sama dengan bola, dan hal ini membuat S sama dengan 1,0. Untuk isian kolom
(column packing) seperti cincin dan pelana, juga digunakan ukuran nominal untuk
menentukan S.
Ukuran Partikel
Pada umumnya, “diameter” dapat ditentukan untuk setiap partikel yang
ekidimensional. Partikel yang tidak ekidimensional, yaitu yang panjang pada satu
arah ketimbang pada arah yang lain, partikel itu dikarakterisasi dengan dimensi
utama yang kedua terpanjang. Untuk partikel berbentuk jarum, umpamanya Dp akan
menunjukkan tebal partikel, dan bukan pada panjangnya.
Ukuran partikel manurut konvensi, dinyatakan dalam berbagai satuan,
bergantung pada jangkauan ukuran yang terlibat. Parikel-partikel kasar diukur dalam
inci atau milimeter; partikel halus dengan ukuran ayak, partikel yang sangat halus
dengan ukuran mikrometer. Partikel-partikel yang ultra halus kadang-kadang
diberikan dengan luas permukaan per satuan massa, biasanya dalam meter persegi
per gram.
Ukuran ayakan dinyatakan dalam dua cara dengan angka ukuran mesh untuk
ukuran kecil dandengan ukuran actual dari bukan ayakan untuk ukuran partikel yang
besar. Ada beberapa perbedaan yang standar dalam penggunaan untuk ukuran mesh
dan yang terpenting adalah untuk memperoleh standar tertentu yang digunakan
apabila penentuan range ukuran partikel dinyatakan dengan ukuran mesh. Beberapa
jenis ayakan yang sering digunakan antara lain :
a. Grizzly merupakan jenis ayakan statis dimana material yang akan diayak
mengikuti aliran pada posisi kemiringan tertentu
b. Vibrating screen, permukaan horizontal dan miring digerakkan pada
frekuensi tinggi (1000-7000 Hz). Satuan kapasitas tinggi, dengan
efisiensi pemisahan yang baik, yang digunakan untuk range yang luas
dari ukuran partikel.
c. Occillating screen, dioperasika pada frekuensi yang lebih rendah dari
vibrating screen (100-400 Hz) dengan waktu yang ebih lama, lebih linier
dan tajam.
d. Reciprocating screen, dioperasikan dengan gerakan menggoyang,
pukulannya yang panjang (20-200 Hz). Digunakan untuk memindahkan
dengan pemisahan ukuran.
e. Shifting screen, dioperasika dengan gerakan memutar dalambidang
permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran atau gerakan
memutar. Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.
f. Resolving screen, ayakan miring, berotasi pada kecepatan rendah (910-20
rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-material yang
relatif kasar, tetapi memiliki pemindahan yang kasar dengan vibrating
screen.
Zat padat dapat diperkecil dengan berbagai cara, namun hanya ada empat cara
saja yang lazim digunakan dalam mesin pemesah panghalus. Cara itu ialah :
1. Kompresi (Tekanan)
Pada umumnya kompresi digunakan untuk pemecahan kasar zat padat
keras, dengan menghasilkan relatif sedikit halusan.
2. Impact (Pukulan)
Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar, sedang dan halus.
3. Atsiri (Gesekan)
Atsiri menghasilkan hasil yang sangat halus dari bahan yang lunak dan
tak abrasive.
4. Pemotongan
Memberikan hasil ukuran pasti, dan kadang-kadang juga bentuknya
dengan sedikit dan taka da halusan sama sekali
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu :
a. Jenis Ayakan
b. Cara Pengayakan
c. Kecepatan Pengayakan
d. Ukuran Ayakan
e. Waktu Pengayakan
f. Sifat Bahan yang Diayak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran
ayakan adalah :
1. Ukuran Bahan Ayakan
Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material
yang lolos.
2. Ukuran Relatif Partikel
Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan
memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya
berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan dari Material
Pada waktu material jatuh ke screen maka material kana membentur kisi-
kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang
tidak teratur.
4. Kandungan
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya
sedikit akan menyumbat screen.

Sifat Fisika Karbon Aktif

a. Fase            : Padat
b. Massa jenis                  : 2,267 g/cm3 (grafit) dan 3,513 g/cm3 (intan)
c. Titik lebur                   : 4300-4700 K
d. Titik didih                  : 4000 K
e. Kalor peleburan           : 100 kJ/mol (grafit)dan 120 kJ/mol (intan)
f. Kalor penguapan        : 355,8 kJ/mol
g. Kapasitas kalor        : 8,517 J/mol K (grafit) dan 6,115 J/mol K
(intan)

Ciri-ciri atom Karbon Aktif

a. Struktur Kristal                   : Heksagonal


b. Bilangan oksidasi                  : 4, 2
c. Elektronegativitas                 : 2,55 skala pauling
d. Energi ionisasi ke-1               : 1086,5 kJ/mol
e. Energi ionisasi ke-2               : 2352,6 kJ/mol
f. Energi ionisasi ke-3               : 4620,5 kJ/mol
g. Jari-jari atom                          : 70 pm
h. Jari-jari kovalaen                   : 77 pm 

Sifat kimia Karbon Aktif

a. Karbon sangat tak reaktif pada suhu biasa. Apabila karbon bereaksi, tidak
ada kecenderungan dari atom-atom karbon untuk kehilangan elektron-
elektron terluar dan membentuk kation sederhana seperti C4+. Ion ini akan
mempunyai rapatan-rapatan muatan begitu tinggi sehingga eksistensinya
tidaklah mungkin.
b. Karbon bereaksi langsung dengan Fluor, dengan reaksi sebagai berikut: C (s)

+ 2 F2 (g)      →         CF4(g)
c. Karbon dibakar dalam udara yang terbatas jumlahnya menghasilkan karbon
monoksida. 2C(s) + O2(g)      →          2CO(g)
d. Jika dibakar dalam kelebihan udara, akan terbentuk karbon dioksida 2CO (g)
+ O2(g)           →        2CO2(g)
e. Membentuk asam oksi. Bila karbon dipanaskan dalam udara, unsur ini
bereaksi dengan oksigen membentuk CO2 dan jika CO2 ini bereaksi dengan
air akan membentuk asam karbonat. CO2(g) + H2O(l)         →        H2CO3(l)
f. Membentuk garam asam oksi
g. Kecenderungan atom karbon membentuk ikatan kovalen tunggal, rangkap
dua, dan rangkap tiga yang akan membentuk senyawa organik. Contoh:
C2H6, C2H2, dan C2H4.

Bahaya dan Penyebab

a. Jika uapnya terhirup tidak menyebabkan efek akut. 


b. Kulit : Tidak menyebabkan iritasi kulit atau mempunyai potensi kecil
terhadap sensitisisitasi secara kontak dengan kulit.
c. Mata : Menyebabkan iritasi secara fisik.
d. Tertelan: Tidak berbahaya bagi pencernaan.
e. Tidak mudah menyala atau terbakar secara perlahan-lahan tanpa
menghasilkan uap atau nyala.
f. Stabil pada kondisi normal. Merupakan oksidator kuat. Menghasilkan
produk yang berbahaya dalam komposisinya, missal karbon oksida atau
karbon monoksida. Tidak menghasilkan polimerisasi yang berbahaya.
g. Tidak berbahaya bagi lingkungan.

Cara Penanggulangannya

a. Gunakan air atau alat spray pemadam kebakaran karbon dioksida. Hindari
metode yang menimbulkan kabut.
b. Jika terhirup: bawa korban ke area air bersih.
c. Jika terkena mata: cuci dengan air sebanyak-banyaknya.
d. Jika iritasi: bersihkan material dari kulit dengan sabun dan air.
e. Jika tertelan: minum satu atau dua gelas air.
f. Gunakan alat pelindung diri: googles, sarumg tangan, masker.
g. Simpan ditempat yang sejuk.
V. Alat dan Bahan
 Satu set ayakan dan Timbangan.
1) Tombol Pengatur Frekuensi
2) Tombol pengatur waktu
3) Peganggan/ pengikat
 Bahan arang aktif
VI. Rangkaian Alat

Gambar Ayakan

VII. Prosedur
1. Ditimbang tokokan dan pan kosong dari alat ayakan.
2. Alat diset sesuai gambar dengan urutan pan paling bawah dan selanjutnya
tokokan yang berurutan semakin ke atas nilai meshnya makin kecil.
3. Bahan padat/arang (coal) ditimbang sebanyak 10 gram.
4. Arang dimasukkan ke dalam tokokan paling atas.
5. Alat ayakan dinyalakan sampai waktu dan frekuensi tertentu.
6. Bahan dianalisis dengan dua percobaan berat konstan dan waktu konstan.
7. Pan yang berisi coal ditimbang.
VIII. Data Pengamatan

 Pengayakan karbon aktif massa 10 gram dengan variasi waktu

Bobot 5 Menit 7,5 Menit 10 Menit


Mesh Kosong Bobot Selisih Bobot Selisih Bobot Selisih
(Awal) Akhir Bobot Akhir Bobot Akhir Bobot
90 214,93 223,84 8,91 223,83 8,9 223,81 8,88
106 225,11 225,13 0,02 225,14 0,03 225,11 0
125 211,62 211,64 0,02 211,64 0,02 211,63 0,01
150 225,13 225,31 0,18 225,31 0,18 225,32 0,19
180 236,33 236,43 0,1 236,42 0,09 236,42 0,09
250 235,74 235,76 0,02 235,74 0 235,74 0
Pan 262,14 262,85 0,71 262,87 0,73 262,90 0,76
Total 9,96 9,95 9,93

 Pengayakan karbon aktif dalam waktu 6 menit dengan variasi massa

Mesh 10 gram
Bobot Kosong (Awal)
Bobot Akhir Selisih Bobot
90 214,94 223,69 8,75
106 225,10 225,13 0,03
125 211,62 211,65 0,03
150 225,12 225,23 0,11
180 236,33 236,40 0,07
250 235,74 235,76 0,02
Pan 262,10 263,10 1
Total 10,01

15 gram
Mesh Bobot Kosong (Awal)
Bobot Akhir Selisih Bobot
90 214,94 227,73 12,79
106 225,09 225,12 0,03
125 211,60 211,65 0,05
150 225,13 225,22 0,09
180 236,34 236,39 0,05
250 235,74 235,74 0
Pan 262,12 263,91 1,79
Total 14,8

20 gram
Mesh Bobot Kosong (Awal)
Bobot Akhir Selisih Bobot
90 214,92 232,13 17,21
106 225,08 225,16 0,08
125 211,61 211,67 0,06
150 225,10 225,22 0,12
180 236,32 236,43 0,11
250 235,74 235,75 0,01
Pan 262,11 264,49 2,38
Total 19,97

IX. Pembahasan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari proses pengayakan :
1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu optimum),
jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga
serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya
terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya
partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang
paling kasar.

Beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan adalah :

- Bentuk lubang ayakan

- Celah dan interval ayakan

- Ukuran partikel
- Kapasitas ayakan dan keefektifan

- Variabel dalam operasi pengayakan

X. Kesimpulan
- Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel .
- Faktor yang harus diperhatikan dalam operasi pengayakan : bentuk lubang
ayakan, celah dan interval ayakan, ukuran partikel, kapasitas ayakan dan
keefektifan.
- Dalam proses pengayakan harus diperhatikan beberapa variable : metode
pengumpanan, permukaan ayakan, sudut kemiringan, kecepatan putaran, frekuensi
getaran.

XI. Daftar Pustaka


Fatma Sari ST., MT. 2019. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 4. Jakarta :
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Padma. 2018. Ayakan. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Zeffa. 2011. Ayakan (Shieving). Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai