Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
I. Judul
Heat Exchanger Shell And Tube
II. Prinsip
heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju fluida dingin.
Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan fluida.
Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu ke
dalam alat penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor
yang digunakan.
B A’
Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft
Panjang efektif, panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over
di mana terjadi perpindahan panas dan mengeluarkan inner pipe yang
menonjol melewati the exchanger section. (Kern, 1983).
Keuntungan :
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat
exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat
transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface
area permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature
cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan
dengan konstruksi pipa-U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.
Kerugian :
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing
dengan single shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus.
Shell and Tube Heat Exchanger mempunyai beberapa bagian antara lain :
1. Tube
Pipa tube berpenampang lingkaran menjadi jenis yang paling banyak
digunakan pada heat exchanger tipe ini. Desain rangkaian
pipa tube dapat bermacam-macam sesuai dengan fluida kerja yang
dihadapi. Umumnya terbuat dari besi, tembaga, aluminium, baja,
stainless steel dan campuran nikel – tembaga. Diameter Tube yang
biasanya digunakan yaitu antara 5/8 in (16 mm) sampai 2 in (50 mm).
2. Shell
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain selain
yang mengalir di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk
silinder dengan penampang melingkar. Material untuk
membuat shell ini adalah pipa silindris jika diameter desain
dari shell tersebut kurang dari 0,6 meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6
meter, maka digunakan bahan plat metal yang dibentuk silindris dan
disambung dengan proses pengelasan.
3. Nozzle
Titik masuk fluida ke dalam heat exchanger, entah itu sisi shell ataupun
sisi tube, dibutuhkan sebuah komponen agar fluida kerja dapat
didistribusikan merata di semua titik. Komponen tersebut adalah nozzle.
Nozzle ini berbeda dengan nozzle-nozzle pada umumnya yang
digunakan pada mesin turbin gas atau pada berbagai alat ukur. Nozzle
pada inlet heat exchanger akan membuat aliran fluida yang masuk
menjadi lebih merata, sehingga didapatkan efisiensi perpindahan panas
yang tinggi.
4. Baffle
Baffle berfungsi untuk menjaga turbulensi sehingga diperoleh koefisien
transfer panas yang lebih besar. Jarak antara baffle disebut baffle
spacing. beberapa tipe baffle yang umum digunakan adalah segmental
baffle, disc baffle dan orifice baffle.
Keuntungan :
1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar
dengan bentuk atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk
operasi bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis
material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti
(diketahui oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan
rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan
satu kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
3. Fouling Factor
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih normal dan
bersih sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor. Namun pada
suatu saat fluida yang terus menerus mengalir dalam pipa akan membentuk
seperti sebuah lapisan yang akan mengganggu aliran kalor. Hal inilah yang
disebut dengan fouling resistance. Untuk menghitung fouling resistance dapat
digunakan rumus berikut ini :
1 1
Rd ≡ −
U D UC
4. Efisiensi Heat exchanger
Efisiensi adalah perbandingan antara panas yang ditransfer dengan panas
yang disediakan ole fluida panas (panas maksimum yang dapat ditransfer).
C h (T h in−T hout ) C c ( T cout −T cin )
ε≡ =
C min (T hin −T c min ) C min (T hin −T cin )
Δtm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference
(LMTD). Untuk shell and tube heat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi
dengan faktor yang dicari dari grafik yang sesuai.
6. Penurunan Tekanan pada Alat Penukar Kalor
Pada setiap aliran akan terjadi penurunan tekanan (pressure drop) karena gaya
gesek yang terjadi antara fluida dan tempatnya.
VII. Prosedur
1. Isi air pada bagian heater dibelakang HE.
2. Nyalakan tombol master.
3. Tombol sensor.
4. Tombol Heater.
5. Atur suhu maksimal 100 °C selama 30 menit.
6. Lalu nyalakan pompa kira-kira selama 30 menit.
7. Catat suhu dan kecepatan aliran.
8. Matikan pompa.
Data 1 :
∆ T 1−∆ T 2
∆ LMTD=
∆ T1
ln
∆ T2
(35,19−32,97)−(33,52−33,41)
∆ LMTD=
(35,19−32,97)
ln { }
(33,52−33,41)
∆ LMTD=0,7023
Data 2 :
(34,41−33,52)−(33,63−33,41)
∆ LMTD=
(34,41−33,52)
ln { }
(33,63−33,41)
∆ LMTD=0,4196
IX. Pembahasan
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah
temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan
memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida
bersuhu rendah.
Jenis heat exchager yang umumnya terdapat di industri yaitu shell and tube heat
exchanger dan plate heat exchanger. Shell and tube heat exchager merupakan
jenis penukar kalor yang paling banyak digunakan di industri khususnya industri
perminyakan. Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter cukup besar yang
di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif kecil. Salah satu fluida
yang dipertukarkan energinya dilewatkan di dalam pipa atau berkas pipa sedang
fluida yang lainnya dilewatkan di luar pipa atau di dalam tabung.
Prinsip kerja shell and tube yaitu fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa,
sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang
pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran
panas, biasanya pada alat shell and tube heat exchanger dipasang sekat (buffle).
Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal
(residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop
operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan panasnya harus diatur. Shell and tube penukar panas terdiri dari
serangkaian tabung. Shell and tube haet axchanger biasanya digunakan untuk
aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih
besar dari 260 ° C. Hal ini karena shell dan penukar panas tabung yang kuat
karena bentuknya.
X. Kesimpulan
Hasil yang didapat dari paktikum adalah perbedaan suhu yang terjadi pada heat
exchanger shell and tube (ΔLMTD) adalah sebesar 0,7023 dan 0,4196.
Fatma Sari ST., MT. 2019. Modul Praktikum Operasi Teknik Kimia 4. Jakarta :
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Kevin Sanjaya, dkk. 2014. Penukar Kalor (Heat Exchanger Type Shell and Tube).
Jakarta
McCabe, Warren L & Smith, J.C. 1999. “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.