Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KONTEKSTUALISME DALAM ARSITEKTUR”

Disusun Oleh:

Teguh Iman Riansyah

5201180003

FAKULTAS TEKNIK

PRODI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS BUNG KARNO

Kontekstualisme dalam Arsitektur 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Kontekstualisme dalam
Arsitektur” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Bapak Abdullah
Ali, ST. MT pada mata kuliah Teori Arsitektur II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Kontekstualisme dalam Arsitektur bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta, Februari 2021

Teguh Iman Riansyah

Kontekstualisme dalam Arsitektur 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................3

1.2 Tujuan ...............................................................................................................3

1.3 Manfaat ............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................5

2.1 Arsitektur Kontekstual Menurut Para Tokoh ..............................................5

2.2. Sejarah Lahirnya Arsitektur Kontekstual ...................................................6

2.3 Konteks Arsitektur Kontekstual ....................................................................7

2.4 Ciri-Ciri dan Prinsip Arsitektur Kontekstualisme .......................................8

2.4 Karakter Desain Arsitektur Kontekstual ......................................................8

2.6 Kriteria Arsitektur Kntekstualisme ...............................................................9

2.7 Contoh Bangunan Arsitektur Kontekstualisme ............................................9

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................11

Kesimpulan .......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................12

Kontekstualisme dalam Arsitektur 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah ”kontekstual” bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan kondisi keterkaitan. Dengan kata lain konstektual bisa diartikan adanya keterkaitan
antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Di bidang arsitektur, dalam sebuah proses perencanaan
dan perancangan, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karya baru yang
direncanakan. Hal-hal yang mempunyai keterkaitan tersebut antara lain adalah lingkungan,
budaya, gaya regional, karakter masyarakat, sejarah, dll.

Arsitektur bangunan gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan karakteristik
arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta harus mempertimbangkan perwujudan
kualitas bangunan gedung dan lingkungan. Sehingga proses analisa penentuan bentuk dan
penampilan bangunan juga harus memperhatikan karakteristik bangunan-bangunan yang terdapat
di lingkungan setempat.

1.2 Tujuan

 Memahami apa itu konstektual dalam perancangan Arsitektur


 Mengetahui definisi dari Kontekstualime dalam Arsitektur
 Memahami konsep Arsitektur konstektualisme

1.3 Manfaat

Makalah ini memberikan manfaat yaitu sebagai referensi bagi para pembaca dalam memahami
Arsitektur dalam Kontekstualisme.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 4


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arsitektur Kontekstual Menurut Para Tokoh

Pokok-pokok pemikiran kontekstual yang mengemukakan tentang keterkaitan antara bentuk


dan penampilan bangunan baru dengan karakteristik bangunan-bangunan yang terdapat di
lingkungan setempat, antara lain dikemukakan oleh:

1. Bill Raun
Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan
lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk
melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan
(bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. Dalam pemikiran
kontekstual, kehadiran bentuk bangunan bukan secara spontan, tetapi berdasarkan bentuk
yang telah diakui oleh masyarakat sekelilingnya. Prinsip ini mencakup pengertian bahwa
kehadiran suatu bentuk merupakan pengembangan atau variasi dari suatu kondisi yang
telah mapan sebelumnya.

2. Stuart E Cohen
Dalam pemikiran kontekstual, menganggap bahwa salah satu metode untuk mengetahui
keberadaan suatu bentuk dan bahasa arsitektur adalah berdasarkan pengakuan secara
resmi oleh masyarakat di sekitarnya. Hal ini berarti bentuk fisik yang telah mapan adalah
bentuk yang diakui dan terbiasa oleh pengamat sekitarnya.Pemikiran secara kontekstual
mempunyai prinsip bahwa bangunan yang muncul di kemudian waktu, untuk
mendapatkan pengakuan keberadaannya seharusnya merupakan tambahan yang terkait
(depent addition) dari lingkungan sekitarnya.Pemikiran kontekstual menganjurkan para
arsitek dan perancang untuk melihat dan mempelajari bangunan tradisional, bentuk-
bentuk asli, material setempat, untuk menangkap nafas dan ciri khas dari bentuk fisik
lingkungan.Untuk membentuk keterkaitan dalam kontekstual dapat diperoleh melalui
proses analogi dan seleksi bentuk arsitektur setempat yang telah sesuai dan diakui oleh
masyarakat dan lingkungan.
3. Brent C Brolin
Seorang arsitek atau perencana bangunan dianjurkan untuk memperhatikan dan
menghormati lingkungan fisik sekitarnya, mengutamakan kesinambungan visual antara
bangunan baru dengan bangunan, landmark dan gaya setempat yang keberadaannya telah
diakui sebelumnya. Berdasarkan uraian tentang kontekstual seperti tersebut di atas, dapat
disimpulkan adanya fungsi prinsip-prinsip kontekstual, sbb:

Kontekstualisme dalam Arsitektur 5


 Untuk menghadirkan bangunan yang memperhatikan kondisi sekelilingnya
sehingga keberadaannya serasi dan menyatu, dan dengan demikian potensi dalam
lingkungan tersebut tidak diabaikan.
 Membentuk satu kesatuan citra oleh pengamat dalam suatu kawasan dan
lingkungan, yang terbentuk dari suatu komposisi bangunan dengan periode
keberadaan yang berlainan. Kesatuan citra oleh pengamat, terbentuk karena
komposisi fisik yang dilihatnya mempunyai kesinambungan, meskipun
keberadaannya tidak secara bersamaan.

2.2. Sejarah Lahirnya Arsitektur Kontekstual

Antara tahun 1880-1890 terjadi revolusi Industri kedua dalam bentuk rasionalisasi
dan penggunaan mesin produksi. Dampak yang timbul akibat revolusi industri
diantaranya adalah timbulnya sistem fabrikasi di mana sebagian besar elemen bangunan
dibuat dipabrik, penggunaan mesin-mesin, teknologi baja tulangan, dsb. Sistem fabrikasi
tersebut memungkinkan pembangunan dalam waktu yang relatif singkat.

Antara tahun 1890-1910 gerakan yang menentang peniruan dan pengulangan


bentuk kaidah dan teori lama semakin meluas ke seluruh dunia. Dalam masa modernisasi
awal teori-teori keindahan dalam arsitektur berkembang secara radikal menentang
klasikisme. Sejalan dengan hal itu berlangsung pemasyarakatan fungsionalisme yang
mengakibatkan lahirnya gerakan arsitektur modern. Gaya arsitektur modern muncul
sebagai gaya internasional yang cukup memiliki kemiripan di semua tempat, semua
negara. Setidaknya, gaya modern tetap mengusung fungsi ruang sebagai titik awal desain
sehingga, pada zaman itu bangunan-bangunan yang muncul mempunyai style yang
hampir sama meskipun diberbagai tempat yang berbeda. Bahkan, bangunan-bangunan
yang muncul terkadang tidak memperhatikan kondisi lokal lingkungan sekitar. Sampai-
sampai ada yang mengatakan bahwa arsitektur pada masa itu tidak mempunyai ruh.

Pada saat-saat seperti itulah , muncul gerakan arsitektur kontekstualime.


Kontekstualisme muncul dari penolakan dan perlawanan terhadap arsitektur modern yang
antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang memerhatikan kondisi
bangunan lama di sekitarnya. Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan
konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya
yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan
hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 6


2.3 Konteks Arsitektur Kontekstual

Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan


konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara
bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang
menyatu. Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan
karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah
ada. Suatu bangunan harus mengikuti lambang dari lingkungannya agar dapat
menyesuaikan diri dengan banguna lama dan memiliki kesatuan desain dengan lbanguna
lama tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan
alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud
untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik.

Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:

I. Contras (kontras/berbeda)
Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan
menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai
bumbu yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya
dan hati-hati. Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh
bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus
dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara
yang salah atau sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan
kekacauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras
bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia
mengingatkan bila terlalu banyak yang timbul sebagai akibat kontras, maka
efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah
kekacauan.

II. Harmony (harmoni/selaras)


Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian/keselarasan, hal tersebut
dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada.
Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan bangunan sudah ada ,
kemudian bersama-sama dengan bangunan yang baru untuk menjaga dan
melestarikan “tradisi” yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga kehadiran satu
bangunan baru lebih menunjang dari pada menyaingi karakter bangunan yang
sudah ada walaupun terlihat dominan.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 7


2.4 Ciri-Ciri dan Prinsip Arsitektur Kontekstualisme

 Ciri-Ciri Arsitektur Kontekstualisme


Brent C Brolin dalam bukunya Architecture in Context pada tahun 1980, pernah
menjelaskan bahwa kontekstualisme dalam arsitektur adalah jurusan bangunan dan
keinginan untuk mengaitkan bangunan baru dengan bangunan lama. Kontekstual tidak
hanya berarti dalam hal fisik dan tampilan Semata tetapi juga aspek non fisik seperti
fungsi filosofi maupun penggunaan teknologi. Berikut adalah cara-cara untuk mencapai
aspek kontekstualisme dalam arsitektur :
 Mengambil motif-motif desain bangunan sekitar seperti bentuk massa pola irama
bukaaan dan juga ornamen bangunan
 Bisa menggunakan bentuk dasar bangunan yang sama dengan bangunan di
sebelahnya tetapi dapat diatur kembali sehingga nampak perbedaan namun masih
dalam suasana yang harmonis
 Dapat mencari bentuk paruh yang memiliki efek visual yang sama atau mendekati
bentuk-bentuk lama
 Bisa juga dengan mengabstraksi bentuk-bentuk asli untuk memberikan sebuah
kontras namun tetap kontekstual

 Prinsip Arsitektur Kontekstual dalam buku Responsive Architecture


 Permeability, kemudahan akses dan sirkulasi.
 Variety, ada beberapa fungsi berbeda dalam satu bangunan atau satu kawasan.
 Legibility, ada bentukan yang mudah diidentikasi dan membantu kemudahan
orientasi.
 Robustness, ada ruang-ruang temporal, dapat difungsikan untuk berbagai aktivitas
yang berbeda pada waktu yang berbeda.
 Richness, kekayaan rasa dan pengalaman melalui perbedaan material, susunan
ruang, dll.
 Visual Appropriate, mampu mengidentifikasi fungsi bangunan dengan melihat
fisiknya, sekolah tampak seperti sekolah, rumah sakit seperti rumah sakit, mall
seperti mall.
 Personalization, melibatkan partisipasi komunitas serta adanya interaksi antara
manusia dan lingkungan.

2.5 Karakter Desain Arsitektur Kontekstual


 Bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri dan berteriak “Lihatlah Aku!” tetapi
bahkan cenderung menjadi suatu bangunan yang bersifat latar belakang.
 Teknik mendisain dengan faham Kontekstualisme dapat dikembangkan untuk
dapat memberikan jawaban khususnya untuk kondisi-kondisi yang bersifat
morfologis, tipologis, dan pragmatis menjadi bersifat pluralistik dan fleksibel.
 Selain itu juga bukan dogmatis rasional atau terlalu berorientasi pada kaidah-
kaidah yang terlalu universal.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 8


2.6 Kriteria Arsitektur Kntekstualisme
 Fit (pas) pada lingkungannya
 Merespons lingkungannya
 Menjadi perantara bagi lingkungannya
 Mungkin melengkapi pola implisit dari lay-out jalan atau memperkenalkan
sesuatu yang baru

2.7 Contoh Bangunan Arsitektur Kontekstualisme

Bila melihat definisi sebelumnya, secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, kondisi bangunan lama yang bisa dilihat dari bentuk, material, dan skala
bangunan. Kedua, karakter dan jiwa tempat bangunan tersebut berada yang bisa dilihat
dari motif atau pola desain setempat. Dari beberapa hal tersebut dapat dijabarkan
beberapa pendekatan desain arsitektur kontekstual yang bervariasi atau tidak sekadar
meniru.

Berikut ini terdapat beberapa contoh eksplorasi desain yang mengacu kepada arsitektur
kontekstual:

 Pertama, mengambil motif-motif desain setempat, seperti bentuk massa, pola atau
irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan.

Salah satu contoh pendekatan ini adalah rumah-rumah, di Rumah-rumah tersebut


merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan
bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia II. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk
massa dan irama bukaan atau jendela.

 Kedua, menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama, tetapi mengaturnya kembali


sehingga tampak berbeda.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 9


Hal ini dapat terlihat dari desain bangunan Butterfield House di Kota New York.
Keterkaitan visual bangunan apartemen tersebut dengan bangunan di sekitarnya dapat
dilihat dari penggunan elemen balkon, namun sudah dengan penyelesaian desain berbeda.
Bangunan lama mempunyai bentuk bukaan yang datar pada balkon, sedangkan pada
Butterfield House, bentuk bukaan pada balkon terlihat melengkung dan menonjol ke luar.
Walaupun terdapat perbedaan desain pada balkon, kedua bangunan tetap terlihat menyatu
karena memiliki bentuk dasar atau pola yang sama.

 Ketiga, melakukan pencarian bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual sama
atau mendekati yang lama.

Contoh pendekatan ini adalah New Housing di Zwolle, Belanda. Pencarian bentuk-
bentuk baru pada bangunan terlihat pada penggunaan atap gable dengan versi lebih
modern.

 Keempat, mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras). Dalam arsitektur kontekstual


hubungan yang simpatik tidak selalu ditunjukkan dengan desain harmonis yang
biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang
terdapat pada bangunan lama. Hubungan simpatik tersebut bisa dicapai dengan solusi
desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan
langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 10


Contohnya, desain bangunan Woll Building, Carlton Gardens, dan St James, London.
Elemen bukaan pada bangunan lama yang memiliki ukuran kecil, diabstraksikan pada
bangunan baru dengan bentuk lebih besar dan transparan dengan tetap menjaga pola-pola
atau ritme dari bukaan pada bangunan lama.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Arsitektur bangunan harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan karakteristik


arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta harus mempertimbangkan
perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan. Sehingga proses analisa
penentuan bentuk dan penampilan bangunan juga harus memperhatikan karakteristik
bangunan-bangunan yang terdapat di lingkungan setempat.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 11


DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A., 2011. Kontekstualisme dalam Arsitektur. Jakarta: Universitas Gunadharma

Arsitur S. 2018. Arsitektur Kontekstualisme Lengkap. Diambil dari


https://www.arsitur.com/2018/10/arsitektur-kontekstualisme-lengkap.html diakses pada
februari 2021

Arsitur S. 2020. Pengertian Arsitektur Kontekstualisme, Sejarah, Ciri-ciri dan Contohnya. Diambil
dari https://www.arsitur.com/2018/10/arsitekturkontekstualisme-lengkap.html diakses pada
Februari, 2021.

Kontekstualisme dalam Arsitektur 12

Anda mungkin juga menyukai