Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Penyakit Prostatitis
Dosen Pengampu : Naomi Parmila, M.Keb

Disusun oleh :
Amalia Mulyaningrum
(D202001425)

AKBID GRAHA MANDIRI CILACAP


2020

I. Pengertian
Hipertrofi prostat benigna (benign protatic hypertropi – BPH) adalah pembesaran prostat
yang mengenai uretra menyebabkan gejala urinaria (Nursalam & Fransisva, 2009.)

BPH ( Benign Prostat Hipertropi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat,
bersifat jinak disebabkan oleh hipertropi beberapa atau semua komponen prostat yang
mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Arif muttaqin dan Kumala Sari,
2011)

Hipertropi prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara
umum pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi ureter dan
pembatasan aliran urinarius ( Arora P. Et,al, 2006)

Hiper hiperplasia prostat atau BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat
menyebabkan uretra prostatika buntu dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar
dari buli-buli ( Basuki B Purnomo, 2008)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa prostatitis adalah


peradangan pada kelenjar prostat yang mengakibatkan obstruksi leher kandung
kemihdapat menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan gangguan
perkemihan. Hal ini juga dapat terjadi tiba-tiba (akut) atau berkembang secara bertahap
dalam waktu yang lama (kronis).
II. Anatomi dan Fisiologi
i. Anatomi

Gambar 2.1
Organ Reproduksi Pria

Gambar 2.2
Anatomi Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari bulibuli, di depan rectum
dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5cm dan
beratnya kurang lebih 20gram (Purnomo, 2012).

Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai
bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat berhubungan dengan vesika
urinaria, sedangkan bagian inferior bersandar pada diafragma urogenital. Permukaan ventral
prostat terpisah dari simpisis pubis oleh lemak retroperitoneal dalam spatium retropubicum dan
permukaan dorsal berbatas pada ampulla recti (Moore & Agur, 2002).

Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pada
masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Secara anatomi, prostat
berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, vas deferens, dan vesikula seminalis. Prostat
terletak di atas diafragma panggul sehingga uretra terfiksasi pada diafragma tersebut, dapat
terobek bersama diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok
dubur (Sjamsuhidajat dkk., 2012).

Selain mengandung jaringan kelenjar, kelenjar prostat mengandung cukup banyak


jaringan fibrosa dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra dan kedua duktus
ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar limfe regionalnya ialah kelenjar
limfe hipogastrik, sacral, obturator, dan iliaka eksterna (Sjamsuhidajat dkk.,2012).

Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis inferior dan arteria
rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Venavena bergabung membentuk plexus venosus
prostaticus sekeliling sisisisi dan alas prostat. Plexus venosus prostaticus yang terletak antara
kapsula fibrosa dan sarung prostat, ditampung oleh vena iliaka interna. Plexus venosus
prostaticus juga berhubungan dengan plexus venosus vesicalis dan plexus venosi vertebrales.
Pembuluh limfe terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan nodi lymphoidei
externi (Moore & Agur, 2002).
ii. Fisiologi

Menurut Purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung
kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian
yang peka terhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap
androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasi karena
sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen relatif bertambah. Sel-sel kelenjar prostat
dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif bekerja pada pH 5.

Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan bersifat alkalis.
Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulase serta fibrinolisis.
Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan
kontraksi vas deferen dan cairan prostat keluar bercampur dengan semen yang lainnya. Cairan
prostat merupakan 70% volume 12 cairan ejakulat dan berfungsi memberikan makanan
spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di dalam tubuh wanita, dimana
sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini dialirkan melalui duktus skretorius dan
bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada
saat ejakulasi. Volume cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Dengan
demikian sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina
dan melakukan pembuahan, sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH cairan sekitarnya
meningkat 6 sampai 6,5 akibatnya mungkin bahwa cairan prostat menetralkan keasaman cairan
dan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilitas sperma
(Wibowo dan Paryana, 2009).
III. Anatomi dan Patofisiologi
i. Anatomi

Gambar 3.1
Anatomi Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada kelenjar prostat. Kondisi ini
lebih sering terjadi pada pria yang berusia lebih muda, yaitu antara usia 30–50 tahun.

Gambar 3.2
BPH

BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak terjadi ketika kelenjar prostat
membesar, sehingga saluran kemih mengalami penyempitan. Kondisi ini dapat menyebabkan
otot kandung kemih menebal. Lambat laun, dinding kandung kemih akan melemah dan sulit
untuk mengeluarkan urine.

Gambar 3.3
Anatomi Prostate Cancer
Prostate cancer adalah pertumbuhan sel secara abnormal pada kelenjar prostat.

ii. Patofisiologi

Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam


prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas
dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri
dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Proses
pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga
terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada
leher buli-buli dan daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan
tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien
tidak bisa mengosongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin
yang statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri ( Baradero, dkk
2007).
Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan aliran urin
tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes, kencing terputus-putus
(intermiten), dengan adanya obstruksi maka pasien mengalami kesulitan untuk memulai
berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami
iritasi dari urin yang tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan interval disetiap
berkemih lebih pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien mengalami
perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri saat berkemih /disuria ( Purnomo,
2011).

Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinensia paradoks. Retensi kronik 16 menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter,
hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam
kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu
tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis
(Sjamsuhidajat dan De jong, 2005).

IV. Penyakit ( Faktor Predisposisi)

Pada kelenjar prostat terdapat beberapa penyakit dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
penyakit tersebut serta gejala-gejala yang ditimbulkan dari penyakit tersebut.

i. Prostatitis

Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada kelenjar prostat. Kondisi ini
lebih sering terjadi pada pria yang berusia lebih muda, yaitu antara usia 30–50 tahun.
Prostatitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, yang bisa berasal dari infeksi saluran
kemih atau penyakit menular seksual. Namun, pada beberapa kasus, penyebab prostatitis tidak
dapat diketahui secara pasti.
Penyebab prostatitis dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu:

a. Prostatitis bakteri akut, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Esherichia coli, Nisseria
gonorrhoeae, Pseudomonas, dan Chlamydia trachomatis

b. Prostatitis bakteri kronis, yang disebabkan oleh penyebaran bakteri dari saluran kemih
atau infeksi saluran kemih (ISK)

c. Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS), yang belum diketahui


secara pasti penyebabnya. Namun, ada dugaan bahwa penyakit ini berkaitan dengan ;
stress, cedera di saraf dekat prostat, trauma fisik di prostat atau area sekitar, riwayat
infeksi saluran kemih, sindrom kelelahan kronis, dan Irritable bowel syndrome

d. Asymptomatic inflammatory prostatitis, yaitu kondisi ketika kelenjar prostat mengalami


peradangan, namun tidak menimbulkan gejala apa pun

Gejala prostatitis bisa sangat bervariasi pada tiap orang. Berikut ini adalah beberapa gejala yang
dapat muncul:
a. Demam, mengigil
b. Sulit serta muncul sensasi nyeri atau perih saat buang air kecil
c. Terdapat darah saat buang air kecil
d. Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
e. Aliran urine yang lemah
f. Rasa sakit ketika ejakulasi
g. Air mani berdarah
h. Disfungsi seksual atau kehilangan libido

ii. Benigna Prostate Hiperplasia ( BPH )


Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidajat dan De jong (2005) secara
klinis penyakit BPH dibagi menjadi 4 gradiasi :
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan
prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin kurang dari 50 ml
Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur dan batas atas dapat
dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml.
Derajat 3 : Pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas prostat tidak dapat diraba dan
sisa volum urin lebih dari 100ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi urine total

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH,
namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah
terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar
50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekiatr 100%
(Purnomo, 2011)

Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga menjadi
penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Purnomo (2011) meliputi,
Teori Dehidrotestosteron (DHT), teori hormon (ketidakseimbangan antara estrogen dan
testosteron), faktor interaksi stroma dan epitel-epitel, teori berkurangnya kematian sel
(apoptosis), teori sel stem.

a. Teori Dehidrotestosteron (DHT) Dehidrotestosteron/ DHT


adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat.
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT) dalam sel
prostad merupakan factor terjadinya penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat menyebabkan
inskripsi pada RNA, sehingga dapat menyebabkan terjadinya sintesis protein yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak
jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa –
reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel
prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.

b. Teori hormone ( ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron)


Pada usia yang semakin tua, terjadi penurunan kadar testosteron sedangkan kadar estrogen
relative tetap, sehingga terjadi perbandingan antara kadar estrogen dan testosterone relative
meningkat. Hormon estrogen didalam prostat memiliki peranan dalam terjadinya poliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru
akibat rangsangan testosterone meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga masa prostat jadi lebih besar.

c. Faktor interaksi Stroma dan epitel epitel.


Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel
stroma melalui suatu mediator yang disebut Growth factor. Setelah sel-sel stroma mendapatkan
stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang
selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri intrakrin 14 dan autokrin, serta
mempengaruhi sel-sel epitel parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya poliferasi sel-sel
epitel maupun sel stroma. Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) dapat menstimulasi sel stroma
dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostad
jinak. bFGF dapat diakibatkan oleh adanya mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.

d. Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)


Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk
mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi
sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di
sekitarnya, kemudian didegradasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat
keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan
prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati
dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru dengan prostat yang
mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi
meningkat, sehingga terjadi pertambahan masa prostat.

e. Teori sel stem


Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru. Didalam kelenjar
prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormone
androgen, sehingga jika hormone androgen kadarnya menurun, akan terjadi apoptosis.
Terjadinya poliferasi sel-sel BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem
sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar
saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada
saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran
kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak
bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing
terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran kemih
bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang
(merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.

3. Gejala diluar saluran kemih Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi
sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak
pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri
tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal
ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.

Pada umumnya, BPH terjadi seiring bertambahnya usia. Belum ada yang mengetahui pasti
penyebab BPH. Namun, ada beberapa gejala yang ditimbulkan BPH yaitu; susah buang air kecil,
aliran urine yang lemah dan tersendat-sendat, rasa tidak tuntas usai berkemih, dan sering ingin
buang air kecil di malam hari.

iii. Kanker prostat


Kanker prostat adalah pertumbuhan sel secara abnormal pada kelenjar prostat. Hingga
kini, penyebab munculnya kanker prostat masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker prostat, yaitu faktor usia,
riwayat keluarga, dan obesitas.
Kanker prostat biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun saat stadium awal. Namun pada
stadium lanjut, gejala yang muncul dapat berupa:
a. Sulit buang air kecil
b. Penurunan aliran urine
c. Nyeri tulang dan rasa tidak nyaman di area panggul
d. Darah pada urine dan air mani

V. Penanganan

Dalam menangani pasien yang memiliki penyakit pada kelenjar prostat, biasanya Dokter
melakukan beberapa metode yang dapat memastikan jenis penyakit tersebut.
i. Prostatitis
Diagnosis
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, salah satunya dengan colok dubur. Pemeriksaan colok dubur
bertujuan untuk mendeteksi pembesaran prostat.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
a. Tes darah, untuk mendeteksi infeksi di dalam darah, meliputi hitung darah lengkap dan
pemeriksaan kadar prostate-specific antigen (PSA)
b. Tes urine, untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat di urine
c. Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan colok dubur, untuk
memperoleh sampel cairan sekresi dari prostat yang kemudian akan dianalisis
d. Pemindaian dengan USG atau CT scan, untuk melihat kondisi prostat dengan lebih jelas
Pengobatan
Pengobatan prostatitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Metode pengobatannya
meliputi:
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengatasi prostatitis antara lain:
a. Antibiotik, untuk mengatasi prostatitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik
bisa diberikan dalam bentuk obat minum atau suntik
b. Penghambat alfa, untuk meredakan nyeri dan penyumbatan yang terjadi saat buang air
kecil
c. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk mengurangi peradangan
Pemasangan kateter
Pada pasien prostatitis yang mengalami pembengkakan kelenjar prostat dan sulit buang air kecil,
dokter akan melakukan pemasangan kateter dari perut bagian bawah (suprapubic).
Operasi
Bila terdapat batu pada prostat pasien, dokter akan melakukan pemotongan dan pengangkatan
prostat melalui prosedur transurethral resection of the prostate (TURP) atau prostatektomi total.
Terapi pendukung
Untuk membantu meredakan gejala, pasien dapat melakukan beberapa langkah sederhana
berikut:
a. Merendam area anus dan kelamin dalam air hangat (sitz bath)
b. Minum banyak air putih untuk membantu membuang bakteri melalui urine
c. Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein atau
beralkohol
d. Menghindari aktivitas yang dapat memicu tekanan dan iritasi pada prostat, seperti duduk
dalam waktu lama atau bersepeda
Komplikasi Prostatitis
Jika tidak segera ditangani, prostatitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
a. Epididimitis, yaitu peradangan di saluran yang mengantarkan sperma dari testis
b. Sulit mengeluarkan urine (retensi urine)
c. Penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui aliran darah (sepsis)
d. Terbentuknya kumpulan nanah (abses) pada prostat
e. Mengalami disfungsi seksual
f. Kemandulan dan penurunan kualitas air mani

ii. Benigna Prostate Hiperplasia ( BPH )


Diagnosis
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut Purnomo (2011) dapat diperkirakan dengan
mengukur residual urin dan pancaran urin:
a. Residual urin, yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat diukur dengan cara
melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan dengan pemeriksaan USG setelah
miksi.
b. Pancaran urin (flow rate), dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah urin dibagi
dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat urofometri yang
menyajikan gambaran grafik pancaran urin.
Pengobatan
Terapi medikamentosa Menurut Baradero dkk (2007) tujuan dari obat-obat yang diberikan
pada penderita BPH adalah :
a. Mengurangi pembesaran prostat dan membuat otot-otot berelaksasi untuk mengurangi
tekanan pada uretra
b. Mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan alfa blocker
(penghambat alfa adrenergenik)
c. Mengurangi volum prostat dengan menentuan kadar hormone testosterone/
dehidrotestosteron (DHT).

Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, menurut Purnomo (2011)
diantaranya : penghambat adrenergenik alfa, penghambat enzin 5 alfa reduktase, fitofarmaka.
1) Penghambat adrenergenik alfa Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin,
doxazosin,terazosin,afluzosin atau yang lebih selektif alfa 1a (Tamsulosin). Dosis dimulai
1mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaaan antagonis alfa 1
adrenergenik karena secara selektif dapat mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak
kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot
polos di trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relakasi didaerah
prostat. Obat-obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin. Hal ini
akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan
gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam 1-2
minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul 19 adalah pusing,
sumbatan di hidung dan lemah. Ada obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka
perlu dihindari seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer, dekongestan, obatobat ini
mempunyai efek pada otot kandung kemih dan sfingter uretra.

2) Pengahambat enzim 5 alfa reduktase Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar)
dengan dosis 1X5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga
prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari golongan alfa
bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan
karena obat ini baru menunjukkan perbaikan sedikit/ 28 % dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan
pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan pancaran
miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido, impoten dan gangguan ejakulasi.

3) Fitofarmaka/fitoterapi Penggunaan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain


eviprostat. Substansinya misalnya pygeum africanum, saw palmetto, serenoa repeus dll. Afeknya
diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1- 2 bulan dapat memperkecil volum prostat.

3. Terapi bedah Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakukan


pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri,
tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat.
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi.
Komplikasi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Pembesaran prostat jinak yang tidak ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius,
yaitu:
a. Infeksi saluran kemih
b. Penyakit batu kandung kemih
c. Tidak bisa buang air kecil
d. Kerusakan kandung kemih dan ginjal

iii. Kanker Prostat


Diagnosis
Jika hasil pemeriksaan rektal atau PSA menunjukkan adanya kelainan, dokter akan
melakukan tes lanjutan untuk memastikan diagnosis kanker prostat. Tes yang akan dilakukan
antara lain:
a. USG prostat
USG prostat dilakukan untuk memeriksa kondisi kelenjar prostat. Pemeriksaan ini
menggunakan alat USG yang ditempelkan pada perut atau dimasukkan melalui dubur.
b. MRI
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kelainan yang terjadi di dalam kelenjar
prostat. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio dan magnet.
c. Biopsi prostat
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kelenjar prostat, untuk kemudian
dianalisa di laboratorium.
Tes tersebut dilakukan untuk memeriksa lokasi kanker dan mendeteksi apakah kanker telah
menyebar hingga ke organ lain di sekitar kelenjar prostat, seperti tulang dan organ panggul. Dari
hasil pemeriksaan, dokter akan menentukan stadium kanker prostat yang dialami pasien. Ada 4
stadium kanker prostat, yaitu:
a. Stadium I
Kanker masih sangat kecil dan belum menyebar ke luar kelenjar prostat.
b. Stadium II
Kanker mulai membesar, namun belum menyebar dan masih di dalam kelenjar prostat.
c. Stadium III
Kanker mulai menyebar sampai ke selaput kelenjar prostat.
d. Stadium IV
Kanker telah menyebar ke organ sekitar, seperti kandung kemih dan kelenjar getah
bening, atau organ-organ lain di luar panggul, misalnya paru-paru dan hati.

Pengobatan
Untuk penderita kanker prostat stadium awal, dokter akan menunggu dan mengawasi
perkembangan kanker. Hal ini dilakukan karena pengobatan kanker prostat stadium awal
memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh.
Meski demikian, selama masa pengawasan, pasien akan menjalani tes PSA dan biopsi
secara teratur untuk mendeteksi tanda pertumbuhan kanker. Bila kanker berkembang, ada
beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan. Jenis pengobatan tersebut meliputi:
a. Operasi prostat
Operasi prostat dilakukan dengan cara mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat, serta
beberapa jaringan dan kelenjar getah bening di sekitarnya yang telah terkena sel kanker.
b. Radioterapi atau terapi radiasi
Radioterapi dilakukan setelah operasi, untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Terapi ini juga
dilakukan untuk meredakan gejala dan menghambat perkembangan kanker pada penderita
kanker prostat stadium lanjut.
c. Terapi hormon
Terapi hormon dapat dilakukan sebelum atau setelah radioterapi. Terapi hormon yang dilakukan
sebelum radioterapi bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan proses pengobatan, sedangkan
terapi hormon yang diberikan setelah radioterapi bertujuan untuk mengurangi risiko kembalinya
sel kanker.
Selain itu, terapi hormon juga diberikan sebagai pengobatan tunggal untuk memperlambat
perkembangan kanker prostat stadium akhir dan meredakan gejala yang muncul.
d. Kemoterapi
Dalam kemoterapi, digunakan obat-obatan untuk menghilangkan sel kanker yang bersifat agresif.
Obat-obatan dapat diberikan melalui infus atau tablet. Kemoterapi dilakukan jika kondisi kanker
telah menyebar ke organ lain di luar kelenjar prostat.
e. Krioterapi
Krioterapi dilakukan dengan cara membekukan jaringan dengan memasukkan gas yang sangat
dingin untuk membunuh sel kanker.

Komplikasi Kanker Prostat


Kanker yang telah menyebar hingga ke luar kelenjar prostat berisiko merusak fungsi saraf
organ sekitar, seperti penis dan kandung kemih. Jika saraf ini mengalami gangguan, dapat
terjadi disfungsi ereksi dan inkontinensia urine.
Kanker juga dapat menyebar melalui aliran darah atau kelenjar getah bening menuju tulang
atau organ lainnya. Kanker prostat yang telah menyebar ke tulang dapat menimbulkan nyeri
hebat, bahkan retak atau patah tulang.

VI. Pencegahan
Ada beberapa cara yang mencegah terjadinya penyakit kelenjar prostat, yaitu :
i. Prostatitis
Pada sebagian besar kasus, penyebab prostatitis tidak diketahui, sehingga sulit untuk dicegah.
Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terserang
prostatitis, yaitu:
a. Rutin menjaga kebersihan area kelamin
b. Menghindari duduk terlalu lama dan melakukan perubahan posisi dari duduk ke berdiri
secara berkala
c. Rutin berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu
d. Banyak minum air putih
e. Banyak mengonsumsi buah dan sayur untuk menjaga daya tahan tubuh
f. Tidak mengonsumsi makanan pedas, minuman berkafein, dan minuman beralkohol
g. Menjaga berat badan ideal
h. Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi atau relaksasi
i. Melakukan hubungan seks yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan

ii. Benigna Prostate Hiperplasia ( BPH )


a. Menghindari minum apapun satu atau dua jam sebelum tidur.
b. Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
c. Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan dan antihistamin.
d. Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
e. Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6 jam.
f. Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang sehat.
g. Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam Kegel.
h. Mengelola stres dengan baik.

iii. Kanker Prostat

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker prostat, yaitu:

a. Menjalani diet sehat dengan cara mengonsumsi makanan rendah lemak, serta
meningkatkan konsumsi sayur dan buah.
b. Mengurangi konsumsi susu dan produk-produk olahannya, seperti keju dan yoghurt, serta
suplemen berkalsium.
c. Membatasi konsumsi alkohol.
d. Menghentikan kebiasaan merokok.
e. Melakukan olahraga secara rutin setidaknya 30 menit tiap hari.
f. Mengurangi stres dengan melakukan meditasi dan yoga.

Anda mungkin juga menyukai