Penyakit Prostatitis
Dosen Pengampu : Naomi Parmila, M.Keb
Disusun oleh :
Amalia Mulyaningrum
(D202001425)
I. Pengertian
Hipertrofi prostat benigna (benign protatic hypertropi – BPH) adalah pembesaran prostat
yang mengenai uretra menyebabkan gejala urinaria (Nursalam & Fransisva, 2009.)
BPH ( Benign Prostat Hipertropi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat,
bersifat jinak disebabkan oleh hipertropi beberapa atau semua komponen prostat yang
mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Arif muttaqin dan Kumala Sari,
2011)
Hipertropi prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara
umum pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi ureter dan
pembatasan aliran urinarius ( Arora P. Et,al, 2006)
Hiper hiperplasia prostat atau BPH adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat
menyebabkan uretra prostatika buntu dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar
dari buli-buli ( Basuki B Purnomo, 2008)
Gambar 2.1
Organ Reproduksi Pria
Gambar 2.2
Anatomi Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari bulibuli, di depan rectum
dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5cm dan
beratnya kurang lebih 20gram (Purnomo, 2012).
Prostat memiliki kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai
bagian fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat berhubungan dengan vesika
urinaria, sedangkan bagian inferior bersandar pada diafragma urogenital. Permukaan ventral
prostat terpisah dari simpisis pubis oleh lemak retroperitoneal dalam spatium retropubicum dan
permukaan dorsal berbatas pada ampulla recti (Moore & Agur, 2002).
Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pada
masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Secara anatomi, prostat
berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, vas deferens, dan vesikula seminalis. Prostat
terletak di atas diafragma panggul sehingga uretra terfiksasi pada diafragma tersebut, dapat
terobek bersama diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok
dubur (Sjamsuhidajat dkk., 2012).
Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis inferior dan arteria
rectalis media, cabang arteria iliaca interna. Venavena bergabung membentuk plexus venosus
prostaticus sekeliling sisisisi dan alas prostat. Plexus venosus prostaticus yang terletak antara
kapsula fibrosa dan sarung prostat, ditampung oleh vena iliaka interna. Plexus venosus
prostaticus juga berhubungan dengan plexus venosus vesicalis dan plexus venosi vertebrales.
Pembuluh limfe terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan nodi lymphoidei
externi (Moore & Agur, 2002).
ii. Fisiologi
Menurut Purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh yang tergantung
kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian
yang peka terhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap
androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasi karena
sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen relatif bertambah. Sel-sel kelenjar prostat
dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif bekerja pada pH 5.
Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang berwarna putih susu dan bersifat alkalis.
Cairan ini mengandung asam sitrat, asam fosfatase, kalsium dan koagulase serta fibrinolisis.
Selama pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi bersamaan dengan
kontraksi vas deferen dan cairan prostat keluar bercampur dengan semen yang lainnya. Cairan
prostat merupakan 70% volume 12 cairan ejakulat dan berfungsi memberikan makanan
spermatozon dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di dalam tubuh wanita, dimana
sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini dialirkan melalui duktus skretorius dan
bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada
saat ejakulasi. Volume cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Dengan
demikian sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina
dan melakukan pembuahan, sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH cairan sekitarnya
meningkat 6 sampai 6,5 akibatnya mungkin bahwa cairan prostat menetralkan keasaman cairan
dan lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilitas sperma
(Wibowo dan Paryana, 2009).
III. Anatomi dan Patofisiologi
i. Anatomi
Gambar 3.1
Anatomi Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada kelenjar prostat. Kondisi ini
lebih sering terjadi pada pria yang berusia lebih muda, yaitu antara usia 30–50 tahun.
Gambar 3.2
BPH
BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak terjadi ketika kelenjar prostat
membesar, sehingga saluran kemih mengalami penyempitan. Kondisi ini dapat menyebabkan
otot kandung kemih menebal. Lambat laun, dinding kandung kemih akan melemah dan sulit
untuk mengeluarkan urine.
Gambar 3.3
Anatomi Prostate Cancer
Prostate cancer adalah pertumbuhan sel secara abnormal pada kelenjar prostat.
ii. Patofisiologi
Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi
inkontinensia paradoks. Retensi kronik 16 menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter,
hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin, dapat menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam
kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu
tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan mengakibatkan pielonefritis
(Sjamsuhidajat dan De jong, 2005).
Pada kelenjar prostat terdapat beberapa penyakit dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
penyakit tersebut serta gejala-gejala yang ditimbulkan dari penyakit tersebut.
i. Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada kelenjar prostat. Kondisi ini
lebih sering terjadi pada pria yang berusia lebih muda, yaitu antara usia 30–50 tahun.
Prostatitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, yang bisa berasal dari infeksi saluran
kemih atau penyakit menular seksual. Namun, pada beberapa kasus, penyebab prostatitis tidak
dapat diketahui secara pasti.
Penyebab prostatitis dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Prostatitis bakteri akut, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Esherichia coli, Nisseria
gonorrhoeae, Pseudomonas, dan Chlamydia trachomatis
b. Prostatitis bakteri kronis, yang disebabkan oleh penyebaran bakteri dari saluran kemih
atau infeksi saluran kemih (ISK)
Gejala prostatitis bisa sangat bervariasi pada tiap orang. Berikut ini adalah beberapa gejala yang
dapat muncul:
a. Demam, mengigil
b. Sulit serta muncul sensasi nyeri atau perih saat buang air kecil
c. Terdapat darah saat buang air kecil
d. Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
e. Aliran urine yang lemah
f. Rasa sakit ketika ejakulasi
g. Air mani berdarah
h. Disfungsi seksual atau kehilangan libido
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH,
namun beberapa hipotesisi menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua. Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah
terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka kejadiannya sekitar
50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%, dan usia 90 tahun sekiatr 100%
(Purnomo, 2011)
Etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga menjadi
penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut Purnomo (2011) meliputi,
Teori Dehidrotestosteron (DHT), teori hormon (ketidakseimbangan antara estrogen dan
testosteron), faktor interaksi stroma dan epitel-epitel, teori berkurangnya kematian sel
(apoptosis), teori sel stem.
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar
saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada
saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran
kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin tidak
bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten (kencing
terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran kemih
bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan dipinggang
(merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
3. Gejala diluar saluran kemih Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saan miksi
sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak
pada pasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri
tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, dan gagal
ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan volume residual yang besar.
Pada umumnya, BPH terjadi seiring bertambahnya usia. Belum ada yang mengetahui pasti
penyebab BPH. Namun, ada beberapa gejala yang ditimbulkan BPH yaitu; susah buang air kecil,
aliran urine yang lemah dan tersendat-sendat, rasa tidak tuntas usai berkemih, dan sering ingin
buang air kecil di malam hari.
V. Penanganan
Dalam menangani pasien yang memiliki penyakit pada kelenjar prostat, biasanya Dokter
melakukan beberapa metode yang dapat memastikan jenis penyakit tersebut.
i. Prostatitis
Diagnosis
Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien. Setelah itu, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, salah satunya dengan colok dubur. Pemeriksaan colok dubur
bertujuan untuk mendeteksi pembesaran prostat.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
a. Tes darah, untuk mendeteksi infeksi di dalam darah, meliputi hitung darah lengkap dan
pemeriksaan kadar prostate-specific antigen (PSA)
b. Tes urine, untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat di urine
c. Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan colok dubur, untuk
memperoleh sampel cairan sekresi dari prostat yang kemudian akan dianalisis
d. Pemindaian dengan USG atau CT scan, untuk melihat kondisi prostat dengan lebih jelas
Pengobatan
Pengobatan prostatitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Metode pengobatannya
meliputi:
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengatasi prostatitis antara lain:
a. Antibiotik, untuk mengatasi prostatitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik
bisa diberikan dalam bentuk obat minum atau suntik
b. Penghambat alfa, untuk meredakan nyeri dan penyumbatan yang terjadi saat buang air
kecil
c. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk mengurangi peradangan
Pemasangan kateter
Pada pasien prostatitis yang mengalami pembengkakan kelenjar prostat dan sulit buang air kecil,
dokter akan melakukan pemasangan kateter dari perut bagian bawah (suprapubic).
Operasi
Bila terdapat batu pada prostat pasien, dokter akan melakukan pemotongan dan pengangkatan
prostat melalui prosedur transurethral resection of the prostate (TURP) atau prostatektomi total.
Terapi pendukung
Untuk membantu meredakan gejala, pasien dapat melakukan beberapa langkah sederhana
berikut:
a. Merendam area anus dan kelamin dalam air hangat (sitz bath)
b. Minum banyak air putih untuk membantu membuang bakteri melalui urine
c. Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein atau
beralkohol
d. Menghindari aktivitas yang dapat memicu tekanan dan iritasi pada prostat, seperti duduk
dalam waktu lama atau bersepeda
Komplikasi Prostatitis
Jika tidak segera ditangani, prostatitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
a. Epididimitis, yaitu peradangan di saluran yang mengantarkan sperma dari testis
b. Sulit mengeluarkan urine (retensi urine)
c. Penyebaran infeksi ke seluruh tubuh melalui aliran darah (sepsis)
d. Terbentuknya kumpulan nanah (abses) pada prostat
e. Mengalami disfungsi seksual
f. Kemandulan dan penurunan kualitas air mani
Adapun obat-obatan yang sering digunakan pada pasien BPH, menurut Purnomo (2011)
diantaranya : penghambat adrenergenik alfa, penghambat enzin 5 alfa reduktase, fitofarmaka.
1) Penghambat adrenergenik alfa Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin,
doxazosin,terazosin,afluzosin atau yang lebih selektif alfa 1a (Tamsulosin). Dosis dimulai
1mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaaan antagonis alfa 1
adrenergenik karena secara selektif dapat mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak
kontraktilitas detrusor. Obat ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot
polos di trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relakasi didaerah
prostat. Obat-obat golongan ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan laju pancaran urin. Hal ini
akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan
gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam 1-2
minggu setelah ia mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul 19 adalah pusing,
sumbatan di hidung dan lemah. Ada obat-obat yang menyebabkan ekasaserbasi retensi urin maka
perlu dihindari seperti antikolinergenik, antidepresan, transquilizer, dekongestan, obatobat ini
mempunyai efek pada otot kandung kemih dan sfingter uretra.
2) Pengahambat enzim 5 alfa reduktase Obat yang dipakai adalah finasteride (proscar)
dengan dosis 1X5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga
prostat yang membesar akan mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat dari golongan alfa
bloker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang besar. Efektifitasnya masih diperdebatkan
karena obat ini baru menunjukkan perbaikan sedikit/ 28 % dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan
pengobatan bila dilakukan terus menerus, hal ini dapat memperbaiki keluhan miksi dan pancaran
miksi. Efek samping dari obat ini diantaranya adalah libido, impoten dan gangguan ejakulasi.
Pengobatan
Untuk penderita kanker prostat stadium awal, dokter akan menunggu dan mengawasi
perkembangan kanker. Hal ini dilakukan karena pengobatan kanker prostat stadium awal
memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh.
Meski demikian, selama masa pengawasan, pasien akan menjalani tes PSA dan biopsi
secara teratur untuk mendeteksi tanda pertumbuhan kanker. Bila kanker berkembang, ada
beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan. Jenis pengobatan tersebut meliputi:
a. Operasi prostat
Operasi prostat dilakukan dengan cara mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat, serta
beberapa jaringan dan kelenjar getah bening di sekitarnya yang telah terkena sel kanker.
b. Radioterapi atau terapi radiasi
Radioterapi dilakukan setelah operasi, untuk membunuh sel kanker yang tersisa. Terapi ini juga
dilakukan untuk meredakan gejala dan menghambat perkembangan kanker pada penderita
kanker prostat stadium lanjut.
c. Terapi hormon
Terapi hormon dapat dilakukan sebelum atau setelah radioterapi. Terapi hormon yang dilakukan
sebelum radioterapi bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan proses pengobatan, sedangkan
terapi hormon yang diberikan setelah radioterapi bertujuan untuk mengurangi risiko kembalinya
sel kanker.
Selain itu, terapi hormon juga diberikan sebagai pengobatan tunggal untuk memperlambat
perkembangan kanker prostat stadium akhir dan meredakan gejala yang muncul.
d. Kemoterapi
Dalam kemoterapi, digunakan obat-obatan untuk menghilangkan sel kanker yang bersifat agresif.
Obat-obatan dapat diberikan melalui infus atau tablet. Kemoterapi dilakukan jika kondisi kanker
telah menyebar ke organ lain di luar kelenjar prostat.
e. Krioterapi
Krioterapi dilakukan dengan cara membekukan jaringan dengan memasukkan gas yang sangat
dingin untuk membunuh sel kanker.
VI. Pencegahan
Ada beberapa cara yang mencegah terjadinya penyakit kelenjar prostat, yaitu :
i. Prostatitis
Pada sebagian besar kasus, penyebab prostatitis tidak diketahui, sehingga sulit untuk dicegah.
Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terserang
prostatitis, yaitu:
a. Rutin menjaga kebersihan area kelamin
b. Menghindari duduk terlalu lama dan melakukan perubahan posisi dari duduk ke berdiri
secara berkala
c. Rutin berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu
d. Banyak minum air putih
e. Banyak mengonsumsi buah dan sayur untuk menjaga daya tahan tubuh
f. Tidak mengonsumsi makanan pedas, minuman berkafein, dan minuman beralkohol
g. Menjaga berat badan ideal
h. Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi atau relaksasi
i. Melakukan hubungan seks yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena kanker prostat, yaitu:
a. Menjalani diet sehat dengan cara mengonsumsi makanan rendah lemak, serta
meningkatkan konsumsi sayur dan buah.
b. Mengurangi konsumsi susu dan produk-produk olahannya, seperti keju dan yoghurt, serta
suplemen berkalsium.
c. Membatasi konsumsi alkohol.
d. Menghentikan kebiasaan merokok.
e. Melakukan olahraga secara rutin setidaknya 30 menit tiap hari.
f. Mengurangi stres dengan melakukan meditasi dan yoga.