Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAXONOMI TUJUAN

PENGAJARAN DARI B.S BLOOM DAN GAGNE

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. Husin Saputra (2018 121 014)


2. Julia Sari (2018 121 038)
3. Kokon Ayu febriani (2018 121 011)
4. Melisa (2018 121 007)
5. Novita Sari (2018 121 024)
6. Sendy Mardhotillah ( 2018 121 033)

Pendidikan Matematika 4A
Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran
Dosen pengampuh : Marhamah M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Taxonomi tujuan pengajaran dari
B.S Bloom dan Gagne. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Taxonomi tujuan pengajaran dari B.S
BLOOM dan GAGNE ini dapat bermanfaat untuk masyarakat serta menginspirasi terhadap
pembaca.

Palembang, 11 Oktober 2020

Kelompok II

iip
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5


2.1 Taxonomi Bloom ................................................................................. 2
2.1.1 Taxonomi dan Klasifikasi .......................................................... 6
2.2 Teori belajar Gagne ............................................................................. 9
2.2.1 Hasil – hasil belajar gagne ......................................................... 9
2.2.2 Kejadian – kejadian belajar......................................................... 10
2..2.3 kejadian – kejadian instruksi..................................................... 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14
3.2 Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

3
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan
memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai
dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan
pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak
didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah
laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956,
sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".

2.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah :

1.    Apa pengertian dari taksonomi?

2.    Jelaskan  maksud dari taksonomi Bloom?

3.    Jelaskan kategori jenis belajar menurut Gagne?   

3.    Tujuan

Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat :

1.    Mengetahui pengertian taksonomi.

2.    Memahami taksonomi yang dikemukakan menurut Bloom dan Gagne.

3.    Menjelaskan kategori jenis belajar menurut Gagne.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Taxonomi Bloom

Kata Taxonomi  diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk


mengklasifikasidan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki
dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam,
tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap
ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah
laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956,
sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".

B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam
menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956,
terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah
karya “Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil
menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik
(psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E.
Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.

Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus, yang
berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu.
Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana
dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-
tumbuhan dan binatang. Sistematika pembagian / penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika
yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang
mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-
judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi di tiga
rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa
orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar,
mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya
dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan
sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana
psikomotorik yang menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).

5
2.1.1 taxonomi dan klasifikasi

Rana Kognitif :

 Pengetahuan (Knowledge)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu
dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall)
atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai
berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB
mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama propinsi di Indonesia, pada peta
perbatasan daerah-daerah propinsi”.

 Pemahaman (Comprehension)
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang
disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-
kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam
grafik.

 Penerapan (Application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu
rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan
problem baru.

 Analisa (Analysis)
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan
hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.

 Sintesa (Syntesis)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian
dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.

 Evaluasi (Evaluation)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian
terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat
terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria
yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.

6
Rana Afektif :

Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif yaitu
kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :
 Penerimaan (Receiving)
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

 Partisipasi (Responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :
a. Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan,
menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan,
atau mentaati peraturan lalu lintas.
b. Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal
khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
c. Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang
berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan
yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau
gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.

 Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap
batin.

 Organisasi (Organization)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai
mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan
bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara
demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-
cita hidup.

 Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex).


Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.

7
Rana Psikomotorik :

Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini
terdiri dari :

 Persepsi (Perception)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau
lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti
dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

 Kesiapan (Set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan
atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental,
seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah
menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

 Gerakan Terbimbing (Guided Response)


Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang
diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut
contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau
dalam meniru bunyi suara.

 Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)


Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemapuan ini
dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat,
seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.

 Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)


Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu
rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu
keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-
bagiannya dan memasangnya kembali.

 Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)


Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran,
misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari
lawannya atau dengan kondisi lapangan.

8
 Kreativitas (Creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar
prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir
kreatif, akan mempu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan
dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.

2.2 TEORI BELAJAR GAGNE

Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang mengembangkan pendekatan
perilaku yang eklektik. Teori belajar yang dikembangkannya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
konsep belajar yaitu:

2.2.1   Hasil-hasil Belajar Gagne.

Dalam mengajar kita harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran itulah yang
akan kita jadikan sebagai tolak ukur dari hasil belajar siswa. Gagne memaparkan lima tujuan belajar yang
bersifat kognitif, psikomotor, dan afektif.

Hasil belajar ini berwujud penampilan-penampilan yang disebut kemampuan-kemampuan (capabilities).


Di antaranya bersifat kognitif, yaitu:

1.    Keterampilan Intelektual

Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah :

a. Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep kemampuan untuk mengadakan


respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau
lebih dimensi fisik.
b. Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek. Dalam hal ini
diyakini bahwa penampilan manusia merupakan sebuah konsep yang konkret. Belajar
konkret merupakan prasyarat dari belajar abstrak.
c. Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu
tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
d. Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan mempunyai keteratuan dalam
berbagai situasi khusus. Dalam hal ini konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu
bentuk khusus dari aturan yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan
kejadian-kejadian. Dapat pula dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu
aturan pengklasifikasian.
e. Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari berbagai aturan-aturan sederhana
yang dipergunakan untuk memecahkan masalah. Aturan-aturan yang kompleks atau
aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau
sekelompok masalah.

9
2.    Strategi-strategi Kognitif

Stategi-strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan siswa
(orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat,
dan berpikir.

a. Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan latihan tentang materi yang dipelajari
dalam bentuk pengulangan terus-menerus.
b. Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiasikan hal - hal yang akan dipelajari
dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya  pembuatan catatan secara matriks,
penggunaan analogi, menyeleksi ide utama dari buku teks, dan penggunaan
metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, dan review)
c. Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi dengan menyusun kerangka yang
teratur dari materi tersebut.
d. Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan
belajar, memperkirakan n keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif
untuk mencapai tujuan itu.
e. Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan siswa untuk memusatkan dan
mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara
efektif.

3.    Informasi Verbal

Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah, kata-kata yang diucapkan orang,
membaca, radio, televisi, dan media yang lain.  

4.    Sikap-sikap

Sikap-sikap yang umum biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku
sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang lebih moralitas.

5.    Keterampilan-keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi jugakegiatan-kegiatan motorik yang
digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis.

2.2.2   Kejadian-kejadian Belajar

Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan-informasi, Gagne mengemukakan delapan
fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang
dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses
yang terjadi dalam pikiran siswa menunjukkan satu tindakan belajar menurut Gagne. Setiap fase diberi
nama, dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak yang menunjukkan proses internal utama,
yaitu kejadian belajar, yang berlangsung selama fase itu. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan di
bawah ini.

10
1. Fase Motivasi (motivatim phase)

Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan
memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi
keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong
mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan (apperehending phase)

Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian
instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang
apa yang ditunjukkan guru, atau tentang ciri-ciri utama dari suatu bangun datar. Guru dapat memfokuskan
perhatian terhadap informasi yang penting, misalnya dengan berkata: “Perhatikan kedua bangun yang Ibu
katakan, apakah ada perbedaannya”. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga melakukan demikian
dengan menggaris-bawahi kata, atau kalimat tertentu, atau dengan memberikan garis besarnya untuk
setiap bab.

3. Fase Perolehan (acquisition phase)

Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
Informasi yang disajikan, sudah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, bahwa informasi tidak langsung
disimpan dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan
informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari
informasi itu, atau membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Guru dapat
memperlancar proses ini dengan penggunaan pengaturan-pengaturan awal (Ausubel. 1963), dengan
membiarkan para siswa melihat atau memanipulasi benda-benda, atau dengan menunjukkan hubungan-
hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

4. Fase Retensi (retentim phase)

Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka
panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-
lainnya.

5. Fase Pemanggilan (recall)

Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka panjang.
Jadi bagian penting dalam belajar ialah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari,
untuk memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Hubungan dengan informasi
ditolong oleh organisasi materi yang diatur dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-
kategori atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur.
Pemanggilan juga dapat ditolong, dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya
antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

6. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana
informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase

11
kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa menggunakan keterampilan-
keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-masalah nyata, setelah mempelajari pemuaian
zat, mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup, menjadi retak
dalam lemari es.

7. Fase Penampilan

Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang
tampak. Misalnya, setelah mempelajari bagaimana menggunakan busur derajat dalam pelajaran
matematika, para siswa dapat mengukur besar sudut. Setelah mempelajari penjumlahan bilangan bulat,
siswa dapat menjumlahkan dua bilangan yang disebutkan oleh temannya.

8. Fase Umpan Balik

            Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, menunjukkan apakah
mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.Umpan balik ini dapat memberikan
masukan pada mereka penempilan yang berhasil.

2.2.3   Kejadian-kejadian Instruksi

Menurut Gagne bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi; kejadian-kejadian instruksi
dapat pula diterapkan pada belajar penemuan, belajar di luar kelas atau belajar di dalam kelas. Tetapi
kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne merupakan kejadian-kejadian instruksi yang terjadi pada
guru ketika menyampaikan pelajaran pada sekelompok siswa.

Yang termasuk dalam kejadian-kejadian instruksi tersebut antara lain adalah:

1. Mengaktifkan motivasi

Kejadian ini merupakan langkah pertama dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
tujuan memberikan motivasi belajar pada siswa.

2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar

Pada langkah kedua ini guru menyampaikan tujuan belajar agar siswa mengetahui latar belakang
penyampaian materi serta mengetahui apa yang akan dipelajari. Tahap ini biasanya dirumuskan dengan
tujuan instruksional khusus/tujuan pembelajaran

3. Mengarahkan perhatian

Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian yaitu perhatian yang berbentuk stimulus dan perhatian yang
berbentuk persepsi selektif.

4. Merangsang ingatan

Mengingat pelajaran yang telah lampau dengan cara pemberian kode pada informasi yang berasal dari
memori jangka pendek. Guru dapat melakukannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan suatu pengulangan.

12
5. Menyediakan bimbingan belajar

Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka panjang.
Dapat dilakukan dengan mengaitkan informasi baru pada pengalaman siswa.

6. Meningkatkan retensi

Retensi atau bertahannya materi dapat dilakukan dengan banyak kali pengulangan terhadap materi
tersebut

7. Membantu transfer belajar

Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru. Pada transfer belajar
diperlukan penguasaan konsep-konsep, fakta-fakta, keterampilan-keterampilan oleh para siswa

8. Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan balik

Guru memberikan kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,
agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi
dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu,
atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian,
sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Pendidikan
lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka,
sedang  pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Taksonomi ini pertama kali
disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Selain itu Gagne juga mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran, menurutnya pembelajaran
adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi
rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi)
artinya proses pembelajaran tidak hanya di dalam satuan atau lembaga pendidikan saja tetapi sebenarnya
pembelajaran berasal dari lingkungan sehari-hari kita.

3.2 Saran

Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang sukses
perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka yang belajar memiliki
jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami juga berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang bersifat positif
untuk kesempurnaan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin , M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep dan Iplikisinya bagi Pendidikan


Matematika. Online. Tersedia : http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-
dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. Diakses 09 Oktober 2014

Dahara,Ratna wilis. 2006 . Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran .Bandung.Erlangga.

Sagala,Syaiful.2010 . Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung . Alfabeta.

Wiranataputra,Udin.S.dkk.2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta .Universitas Terbuka.

Leriva. (2012). Taksonomi Bloom. Online. Tersedia:


http://www.leriviaa.blogspot.com/2012/10/taksonomi-bloom.html. Diakses 09 Oktober 2020

15

Anda mungkin juga menyukai