Anda di halaman 1dari 6

RMK Chapter 1:

AKUNTANSI FORENSIK

1. Pengertian Akuntansi Forensik


Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of
Forensic Accounting (JFA) akuntansi forensik adalah akuntansi
yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau
administratif.
Akuntansi forensik ialah penggunaan keahlian di bidang
audit dan akuntansi yang dipadu dengan kemampuan investigatif
untuk memecahkan suatu masalah atau sengketa keuangan atau
dugaan fraud yang pada akhirnya akan diputuskan oleh
pengadilan/arbitrase/tempat penyelesaian perkara lainnya.

2. Disiplin dan Profesi Forensik Lainnya


Dalam KBBI forensik ialah:
a. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
pemeriksaan dengan penerapan fakta medis pada masalah
hukum.
b. Ilmu bedah yang berkaitan dengan penentuan identitas mayat
seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan pradilan.
Beberapa disiplin lain forensic oleh Black’s Law antara lain:
1. Forensic engineering
2. Forensic linguistics
3. Forensic medicine
4. Forensic pathology
5. Forensic psychiatry

3. Akuntansi Forensik di Pengadilan


Di sektor publik, para penuntut umum menggunakan ahli
dari BPK, BPKP, dan Inspektorat Jendral dari Departemen yang
bersangkutan. Di pihak lain, terdakwa dan tim pembelanya
menggunakan ahli dari kantor-kantor akuntan publik.
Ahli-ahli selaku pribadi dan lembaga (BPK) antara lain:
 Kompetensi ahli
 Sebtansi keterangan ahli
 Pengolahan informasi
 Kepemilikan atas keterangan ahli
 Kebebasan memberikan pendapat
 Batas

4. Sengketa
Terjadi karena satu pihak merasa haknya dikurangi, dihilangkan
atau dirampas oleh pihak lain, dapat berupa:
 Uang atau aset lain
 Reputasi
 Peluang bisnis
 Gaya hidup
 Hak – hak lain yang berkaitan dengan transaksi bisnis
Pemicu sengketa yaitu perbedaan penafsiran mengenai
sesuatu yang sudah diatur dalam perjanjian atau mengenai
sesuatu yang memang belum diatur.
      Faktor – faktor yang menentukan sengketa berhasil atau tidak:
a. Berapa besar konsekuensi keuangan pada pihak yang
bersengketa
b. Seberapa jauh pertikaian pribadi
c. Apakah penyelesaian sengketa ini akan berdampak dalam
penyelesaian kasus serupa?
d. Seberapa besar dampak dari publisitas negatif yang
ditimbulkan
e. Seberapa besar beban emosional yang harus ditanggung
Dua pihak yang bersengketa bisa menyelesaikan melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa, sedangkan dua
pihak lainnya menyelesaikan melalui litigasi.

5. Akuntansi atau Audit Forensik


Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan
persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi
(bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih
terlihat, misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam konteks
keuangan negara.
Ada yang menggunakn istilah audit forensik untuk kegiatan
audit investigatif. Dalam rangka sertifikasi, istilah yang digunakan
adalah auditor forensik dan bukan akuntan forensik.

6. Praktik Akuntansi Forensik di Inodonesia


Negara Indonesia mengalami krisis keuangan tahun 1997
dan meminta IMF dan Word Bank untuk dikenalkan dengan ADDP
yang dikerjakan oleh akuntan asing, dan hasilnya ADDP
menunjukan perbankan melakukan overstatement disisi aset dan
understatement disisi kewajiban
Tahun 2005 merupakan tahun suksesnya akuntansi forensik dan
sekaligus sistem pengadilan. Ada dua kasus yang paling menonjol:
1. Komis Pemilihan Umum, dimana akuntan forensiknya adalah
BPK. KPK berhasil menyelesaikannya di pengadilan.
2. Bank BNI, akuntansi forensiknya bukan dilakukan oleh lembaga
pemeriksaan atau kantor akuntan melainkan oleh PPATK. Dua
ahli dari PPATK berhasil meyakinkan hakim mengenai kunci
Adrian Waworuntu.

7. Akuntansi Forensik Sektor Publik


Akuntansi forensik sektor publik di Indonesia lebih menonjol
daripada akuntansi forensik sektor privat. Selain nilai kerugian yang
menakjubkan, kasus – kasus di sektor publik lebih dramatis karena
kolusi antara penyelenggara negara di tingkat tinggi dengan para
pebisnis atau calo perkara swasta sampai pertemuan di tempat
yang eksotis.

8. Model Akuntansi Forensik


Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan yang
paling sederhana antara akuntansi dan hukum. Selanjutnya, ada
satu bidang tambahan (disamping akuntansi dan hukum). Bidang
itu ialah auditing. Selanjutnya diagram yang menggambarkan dua
bagian dari suatu fraud audit, yang bersifat proaktif dan
investigative. Audit investigative dimulai pada bagian kedua dari
audit fraud yang bersifat reaktif, yakni sesudah ditemukannya
indikasi awal adanya fraud. Audit investigasi merupakan bagian
dan titik awal dari akuntansi forensic

9. Segitiga Akuntansi Forensik


Adalah konsep hukum dalam menetapkan ada atau tidaknya
kerugian. Kerugian adalah titik pertama dalam segitiga akuntansi
forensik. Titik kedua adalah perbuatan melawan hukum. Tanpa
perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk
menggant kerugian. Titik ketiga adalah adanya keterkaitan antara
kerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungan
kausalitas antara kerugian dan perbuatan melawan hukum.

10. FOSA dan COSA


Fraud audit terdiri dari dua komponen, yaitu:
1. Proactive fraud audit, yang berada di luar payung akuntansi
forensic
2. Investigative audit, bagian dari akuntansi forensic
Fraud-oriented system audit (FOSA) adalah kajian sistem
yang bertujuan untuk mengidentifikasikan potensi fraud secara
umum. Sedangkan Corruption-oriented systems audit (COSA)
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi korupsi.

11. Sistematika FOSA dan COSA


Langkah pertama adalah mengumpulkan materi untuk
menilai adanya potensi atau resiko fraud dalam system dari entitas
yang dikaji. Perlatan FOSA yang dapat dipergunakan:
 Memahami entitas dengan baik
 Segitiga fraud
 Wawancara, bukan introgasi
 Kuesioner, ditindak lanjuti dengan substansiasi
 Observasi lapangan
 Sampling dan timing
 Titik lemah dalam sistem pengadaan barang dan jasa
 Profiling
 Analisis data
Potensi fraud dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat
dilihat pada:
 Kelemahan sistem dan kepatuhan
 Entitas sering kali menyajikan pihak – pihak yang disebutnya
stakeholders
FOSA mendapatkan informasi melalui berbagai sumber :
 Entitas yang bersangkutan seharusnya merupakan sumber
penting
 Pressure group seperti media dan Lembaga Swadaya
Masyarakat merupakan sumber informasi penting
 Whistleblowers merupakan sumber yang memberikan warna
lain dalam pengumpulan materi untuk mengidentifikasikan
potensi dan resiko fraud
 Masyarakat sering kali berani melaporkan ketidakberesan
dalam suatu entitas
 Google atau search engine lainnya
Langkah kedua dalam FOSA adalah menganalisis dan
menyimpulkan berbagai informasi yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai