RMK 4-Pertemuan 5
RMK 4-Pertemuan 5
BAB 6: FRAUD
Fraud Triangle
Sudut pertama dari segitiga itu diberi judul pressure yang merupakan
perceived non-shareable financial need. Sudut keduanya, perceived opportunity.
Sudut ketiga, rationalization.
PRESSURE
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan
(pressure) yang menghimpitnya. Tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa
kebutuhan akan uang) Konsep ini di dalam bahasa inggris disebut perceived non-
shareable financial need. Dari penelitiannya, Cressey menemukan bahwa non-
shareable problem timbul dari situasi yang dapat dibagi dalam enam kelompok:
1. Violation of ascribed obligation
2. Problems resulting from personal failure
3. Business reversals
4. Physical isolation
5. Status gaining
6. Employer-employee relation
PERCEIVED OPPORTUNITY
Cressey berpendapat, dua komponen dari persepsi tentang peluang. Pertama,
general information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung trust atau kepercayaan, dapat dilanggar tanpa konsekuensi. Kedua,
technical sklill atau keahlian/ketrampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kejahatan tersebut.
RATIONALIZATION
Rationalization (rasionalisasi) atau mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan, bukan sesudahnya. Merupakan bagian dari motivasi melakukan
kejahatan agar pelaku dapat mencerna perilakunya yang melawan hukum dan tetap
mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya. Setelah kejahatan
dilakukan, rationalization ini ditinggalkan. karena tidak diperlukan lagi. ketika kita
mengulanginya perbuatan itu menjadi mudah, dan selanjutnya menjadi biasa. Ketika
akan mencuri uang perusahaan untuk pertama kalinya, pembenarannya adalah:
"nanti kubayar, nanti kuganti". Sekah si pelaku sukses, mencuri secara berulang kali,
ia tidak memerlukan rationalization semacam itu.
BAB 7: KORUPSI
PENDEKATAN SOSIOLOGI
Dalam pendekatan sosiologi, definisi korupsi yang lazim dipergunakan adalah
“penyalahgunaan wewenang pejabat untuk keuntungan pribadi. Korupsi berkaitan
dengan sistem perekonomian dan kelembagaan. Korupsi memiliki empat ciri:
1. Individu pejabat mempunyai kekuasaan mutlak (substantial monopoly power)
atas pengambilan keputusan.
2. Pejabat yang bersangkutan mempunyai kelonggaran wewenang (discretion)
yang besar.
3. Mereka tidak perlu mempertanggungjawabkan (tidak accountable terhadap)
tindakan mereka.
4. Mereka beroperasi dalam lingkungan yang rendah tingkat keterbukaannya
Rumusan ciri korupsi:
C=MP+D-A-Tdm
C = corruption (korupsi)
MP = monopoly power (kekuasaan mutlak)
D = discretion (kelonggaran wewenang)
A = accountability (akuntabilitas)
Tdm = transparency of decision making (keterbukaan pengambilan keputusan)
3. Apa ciri-ciri umum negara yang mempunyai tingkat korupsi yang tinggi
Teori yang memaparkan ciri-ciri umum negara korup dan peranan
lembaga dibagi menjadi dua kelompok: Kelompok teori pertama memandang
mutu lembaga dan karenanya juga korupsi dibentuk oleh faktor – faktor
ekonomi. Kelompok institusional theories kedua menekankan peran lembaga
– lembaga secara lebih langsung.
5. Apakah gaji lebih tinggi untuk para birokrat akan menekan korupsi?
Bukti sistematis yang menunjukkan hubungan antara kenaikan gaji dan
tingkat korupsi memang meragukan. Rauch dan Evans (2000) menemukan
tidak ada bukti kuat mengenai hubungan antara kenaikan gaji dan turunnya
tingkat korupsi. Sebaliknya, Van Rijckeghem dan Weder (2001) menunjukkan
sebaliknya. Sulit memastikan bahwa gaji yang tinggi akan menyebabkan
rendahnya korupsi, atau sebaliknya.