Anda di halaman 1dari 52

II.

LAHDASAN TEORI

UMUM

1.1 Se.iarah Perkenbancran Elevator

Sejak manusia mulai menempati bangunan berting-

kat, maka permas.alahan yang timbul adalah bagai-

mana menghubungkan antar lantai pada bangunan

tersebut dengan mudah, cepat dan a m a n . Mula-mula

manusia menggunakan tangga dan tali sebagai alat

bantu yang sederhana (sampai jaman modern masih

digunakan, disamping sederhana juga murah).

Kemudian berkembang menggunakan sistim tali yang

dihubungkan dengan puli pada daman Romawi kuno

dan Tibet kuno (Annet, 1960 :hal 1).

Kelemahan dari alat-alat bantu diatas adalah

tidak terjaminnya keamanan bila terjadi kerusa-

kan, seperti tali putus atau tangga patah. Pera-

latan pengangkat mulai serius dipikirkan manusia

pada abad 19 dimana sistim tali puli yang digu­

nakan didaratan Eropa mulai tidak efektif lagi.

Tahun 1853 Elisha Graves Otis mulai mengenalkan


7

pada publik peralatan bantu yang mempunyai sistim

keamanan yang lebih baik, disebut Lift dimana

beban yang akan diangkat diletakkan pada platform

yang ditarik oleh sistim roda gigi dengan tenaga

mesin uap. Tahun 1857 lift semakin sempurna

dengan sistim keamanannya. Pemasangan lift penum-

pang pertama kali dilakukan di toko E.V.

Haughwout & Company New York Amerika Serikat.

Dengan kecepatan angkat 40 fpm. Perkembangan Lift

begitu cepat, dari sistim penggerak mesin uap ke

tenaga hid rolis,pneumatis sampai tenaga elektris.

Otis meningggal tahun 1861 (lahir 1811) tetapi

sampai sekarang karyanya masih terus dikembangkan

dan merupakan salah satu merk Elevator yang

t er ba ik .

Gb 2.1 Alat pengangkat sistim puli yang pertama.


8

1.2 Klaaifikasi Elevator

Berdasarkan karakteristik penting yang dimiliki,

Elevator dapat dibagi menjadi banyak klasifikasi.

Karakteristik penting diantaranya adalah sistim

penggerak, jenis beban yang diangkat, sistim

roping dan lain sebagainya. Dibawah ini akan

ditunjukkan diagram blok Elevator berdasarkan

sistim penggerak dan beban yang diangkat.

G b . 2.2 Diagram blok dari klasifikasi Elevator.


9

* Penggerak sistim traksi dimana sling (dari

tali baja) digerakkan oleh gaya traksi dari

sistim penggerak roda puli.

** Penggerak sistim positif,dimana sling dapat

berupa tali baja atau rantai dan digerakkan

oleh drum penggulung.

*** Penggerak sistim LIM (Linear Induction

M o t o r ),tenaga penggerak diletakkan diatas

sangkar (car) atau beban pengimbang (coun­

terweight).

Gb. 2.3 Penggerak sistim L.I.M


10

1.3 Bag ian-Bag ian Utana Dan Cara Ker.ia Dpabwaiter

1.3.1 Bagian-Bagian Utama Dumbwaiter.

G b . 2.4 Gambar beserta bagian-bagian Dumbwaiter.


11

Keterangan dari bagian-bagian utama Dumbwaiter :

Controller : sebagai tempat pengendalian Dumb­

waiter (tempat rangkaian relay elektrik, kontrol

over load). Controller biasanya terletak bersama

dengan hoisting machine di dalam ruang mesin.

Panel controller terpisah dengan panel utama.

Kontrol over load elektrik juga diletakkan pada

box kontrol ini.

Hoisting machine : mesin elektrik sebagai

penggerak utama.
Komponen-komponen rem, puli
O
penggerak,kopling tetap dan reduksi gear terletak

menjadi satu dengan hoisting machine.

Deflector sheave/Diverting p u l l e y : puli penga-

lih, berfungsi untuk mengarahkan tali baja agar

beban yang ditarik mempunyai jarak. Fungsi yang

lain supaya dimensi puli penggerak tidak terlalu

b e s a r . Dimensi dari puli pengalih dapat sama atau

berbeda dengan dimensi dari puli penggerak,

tergantung dari jarak sling dari car dan counter­

weight.

Steel hoisting rope : sling (tali pengangkat

dari tali baja). Berfungsi sebagai penarik sang-

kar dan beban pengimbang.

Upper and lower limit switch : saklar atas dan

bawah yang berfungsi sebagai pengaman bila limit

switch pada lantai paling atas/bawah tidak beker-

ja. Fungsinya adalah untuk mematikan tegangan


12

motor penggerak apabila saklar tersebut tertekan

oleh sangkar.

~ Car : sangkar dimana beban ditempatkan.

Travelling cable : untuk Dumbwaiter yang mema-

kai lampu penerangan didalam sangkar, tegangan

suplaynya diteruskan melalui kabel ini. Untuk

Dumbwaiter yang direncanakan ini tidak mengguna-

kan lampu penerangan didalam sangkar, sehinga

travelling cable tidak d ip e r g u n a k a n .

Multi-button fixture : tombol-tombol tempat

pengoperasian Dumbwaiter.

Bi-parting hoistway door : pintu tipe bi­

parting yang ditempatkan pada ruang luncur.

Counterweight : beban pengimbang sangkar dan

muatan yang diangkat.

Guide rails : rel penuntun sangkar dan counter­

weight .

Buffer : pengaman terakhir yang diletakkan

dibawah sangkar dan beban pengimbang yang ber-

fungsi untuk menyerap energi kinetik bila sangkar

dan beban pengimbang jatuh.

1.3.2 Cara Kerja Dumbwaiter. Dumbwaiter yang

dalam pengoperasiannya banyak digunakan di

hotel,rumah sakit perpustakaan dan sebagainya,

sebenarnya mempunyai cara kerja yang sangat

sederhana dibanding dengan Elevator penumpang.


13

Pemakai tinggal memasukkan barang yang akan

dikirim kemudian menekan tombol (press button) ke

lantai yang akan dituju. Posisi sangkar akan

ditunjukkan pada multi-button fixture. Sistim

kerja yang digunakan Dumbwaiter adalah panggil

dan kirim. Demi keamanan pemakai maka selama

proses pengangkatan berlangsung, semua pintu

tidak akan dapat dibuka dan tombol-tombol tidak

dapat bekerja bila ditekan. Limit Switch atas dan

bawah berfungsi untuk mematikan tegangan motor

penggerak ketika limit switch tersebut tertekan

oleh sangkar.

1.4 Tenpat Peaasantfan Dumbwaiter

Jalur Dumbwaiter di perpustakaan Universitas

Kristen Petra adalah dilantai lima samp.ai dengan

lantai delapan. Sehingga pengoperasiannya nanti

hanya terbatas pada lantai-lantai tersebut.

Seperti terlihat pada gambar 2.5.

2. DASAR PEMILIHAN PESAWAT PENGANGKAT

Secara umum pemilihan pesawat pengangkat dalam

suatu operasi tidak dapat dilakukan begitu saja, tanpa

mempertimbangkan segi keamanan dan faktor-faktor teknis

lainnya. Dalam pemilihan pesawat pengangkat maka faktor-

faktor teknis dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan


© ®
6.60 6.60 6.60
14

dalam menentukan pilihan.

- Jenis dan sifat muatan yang akan ditangani, ini dapat

dilihat dari bentuk material, padat atau.ccLir.

- Kapasitas perjam yang dibutuhkan, apakah pengangkat-

an membutuhkan siklus kerja yang tinggi.

- Kondisi lokal yang spesifik, termasuk luas dan bentuk

lokasi,jenis dan disain gedung.

Dari faktor-faktor diatas maka peralatan pengang­

kat yang pantas dipilih untuk dipergunakan di perpusta-

kaan Universitas Kristen Petra, sebenarnya ada dua alter-

natif. Yaitu pesawat pengangkat jenis lift (Dumbwaiter)

dan crane.

Dibawah ini adalah keuntungan dan kerugian dari

kedua pesawat tersebut.

Pesawat pengangkat jenis lift (Dumbwaiter):

Keuntungan :

- keamanan lebih tinggi

- kecepatan angkat relatif lebih tinggi dari

crane

- pengoperasiannya lebih mudah

Kerugian :

- harga pesawat lebih mahal

- perlu perawatan berkala yang kontinu teru-

tama pada alat-alat kontrolnya

Sedangkan pesawat pengangkat jenis crane

Keuntungan :

- harga pesawat lebih murah


15

- konstruksi sederhana

Kerugian :

- keamanan relatif kurang (terlebih bila mesa-

kai rantai untuk slingnya)

- pengoperasiannya perlu keahlian si pemakai

- kecepatan relatif pelan dibanding lift

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor diatas maka

pesawat jenis lift (Dumbwaiter) adalah pilihan paling

tepat.

3. ANALISA DAN DASAR TEORI DALAM PEREHCANAAN DUMBWAITER

Rumus-rumus dasar yang dipergunakan untuk meren-

canakan Dumbwaiter dalam laporan Tugas Akhir ini, semua

mengacu kepada rumus-rumus yang dipergunakan untuk meren-

canakan Elevator penumpang. Sehingga penulis menyertakan

rumus-rumus dan analisa-analisa perencanaan Elevator

penumpang untuk diban din gk an. Hal ini dikarenakan analisa

dalam perencanaan Dumbwaiter lebih sederhana seperti

sistim pengoperasiannya yang lebih sederhana, penghi-

langan faktor kenyamanan yang tidak boleh dihilangkan

dalam menganalisa Elevator penumpang, sistim kontrol

mesin penggerak- yang lebih sederhana dan masih banyak

lagi.

3.1 Pengtfantiing (Sling) Sangkar Dan Beban Pentfiabantf.

Penggantung dari sangkar dan beban pengimbang


16

pada Elevator, baik itu Elevator barang atau

penumpang adalah tali baja/steel wire rope atau

biasa disingkat rope. Banyak keuntungan yang

didapat dengan menggunakan tali baja dibanding

rantai. Antara lain dalam pengoperasiannya tidak

berisik serta tingkat keamanannya lebih tinggi

(jika akan putus terlihat lebih dulu) daripada

rantai (chain). Sifat dari tali baja yang di pe r ­

gunakan untuk sling Elevator baik itu Elevator

penumpang ataupun Elevator barang adalah bila

tertarik maka tali baja tersebut akan menge-

luarkan sedikit minyak khusus. Minyak ini harus

ditambahkan bila telah habis karena lamanya

pemakaian. Untuk Blevator dengan jarak kerja

(Travelling) < 30 m maka tidak menggunakan kabel

kompensasi. Kabel kompensasi yang terletak diba-

wah sangkar, berguna untuk menjaga agar motor

penggerak bekerja secara konstan, dengan adanya

penambahan berat dari panjang tali baja yang

tidak konstan pada beban pengimbang bila sangkar

bergerak naik. Atau sebaliknya bila sangkar

bergerak turun maka kabel kompensasi di bawah

beban pengimbang akan mengimbangi gerakan sangkar

kebawah tersebut.

Pada gambar 2.7 digambarkan cara melakukan pengu-

kuran diameter tali baja dengan jangka sorong,

dan pada gambar 2.6 metode pengikatan tali baja


17

serta tabel konstruksi dari tali baja ukuran 6x18

yang digunakan dalam perencanaan Dumbwaiter.

Gb. 2.6 Pemegang tali baja dan cara mengikatnya,

Gb. 2.7 Cara pengukuran tali baja yang benar.

G b . 2.8 Tali baja ukuran 6x19.


18

Approximate mass (leg/100 m)


Nominal Minimum
diam eter breaking load Natural M an-made
(m m ) (kN) fibre fibre

13.0 12.7
31.7 23.1 22.5
10 49.5 36.1 35.2
II 59.9 43.7 42.6
13 83.7 61.0 59.5
16 127 92.4 90.1
19 179 130 127
22 240 175 170

Tabel. 2.1 Konstruksi tali baja ukuran 6x18.

3.2 Angka__R o m a n an__Dan Angka Keamanan Aktual Tali

Ba-ia Penggantung Sangkar Dan Beban Pengimbang.

Angka keamanan dalam hal ini adalah rasio antara

gaya/beban patah dari tali baja dengan gaya/beban

statis maksimum yang membebani tali baja tersebut

(jadi hanya gaya statis yang dipergunakan dida-

lam analisa perhitu nga n).

Didalam perencanaan Elevator baik itu Elevator

penumpang atau barang, dikenal dua maoam angka

keamanan. Pertama adalah angka keamanan perenca­

naan (SF) dan kedua adalah angka keamanan peren­

canaan aktual (f). Angka keamanan perencanaan

untuk Elevator didapat dari tabel 2.1 sedangkan

angka perencanaan aktual diperoleh dari rumus

sebagai berikut :

nr x N
f ( 2- 1)
F
19

dimana :

n r = jumlah tali baja

N = beban/gaya patah tali

baja (Kg)

F = gaya/beban maksinum yang

diterima tali baja (Kg)

Dalam British Standar faktor keamanan tali baja

aktual minimum adalah sebagai berikut :

- 12 untuk Elevator penggerak sistim traksi

dengan tiga buah tali baja atau lebih.

- 16 sana dengan diatas tetapi tali baja yang

digunakan h a n y a d u a .

- 12 untuk Elevator dengan penggerak drum.

Dan yang perlu diperhatikan SF < f

Elevators
Rope speed
(m/$) Passenger Freight

0.25 7.60 6.65


0.38 7.75 6.85
0.5 0 7.95 7.00
0.63 8.10 7.15
0.7 6 8.25 7.30
0.88 8.40 7.45
1.00 8.60 7.65
1.125 8.75 7.75
1.25 8.90 7.90
1.50 9.20 8.20 '
1.75 9.50 8.45'
2.00 9.75 8.70
2.25 10.00 8.90
2.50 10.25 9.15
2.75 10.45 9.30
3.00 10.70 9.50
3.25 10.85 9.65
3.5 0 . 11.00 9.80
3.75 11.15 9.90
4.00 11.25 10.00
4.25 11.35 10.10
4.50 11.45 10.15
4.75 11.50 10.20
5.00 11.55 10.30
5.25 11.65 10.35
5.50 11.70 10.40
5.75 11.75 10.45
6.00 11.80 10.50
6.25 11.80 10.50
6.50 11.85 10.55 •
6.75 11.85 10.55
7.00-10.00 11.90 10.55

Tabel. 2.2. Faktor keamanan tali baja minimum.


20

3.3 Penggerak Statin Traksi

Definisi dari gaya traksi dalam hal ini adalah

gaya yang timbul karena adanya - gssekan antara

tali baja dengan alur puli penggerak (sheave

grooves). Gaya traksi ini merupakan penggerak

utama dari Elevator sistim traksi.

3.3.1 Sistin Roping. Metode yang dipergunakan

dalam menentukan sistim roping pada Elevator

sistim traksi tergantung pada lokasi dimana mesin

elektrik ditempatkan (diatas atau dibawah sang­

kar), beban yang diangkat, ketinggian angkat dan

kecepatan sangkar. Pemilihan sistim roping yang

tepat dapat menjadikan umur tali baja dan motor

penggerak panjang, efisiensi dari sistim pengang-

katan yang baik dan sebagainya.

Dibawah ini adalah berbagai macam sistim roping,

faktor roping (ir ) dengan dua macam perletakan

mesin ( diatas dan dibawah).

1. Posisi mesin diatas (overhead position).

Single wrap d r i v e , ir = 1 Gb. 2.9 a .

Double wrap drive, ir = 1 Gb. 2.9 b.

Single wrap d r i v e , ir = 2 Gb. 2.9 c .

Single wrap drive, ir = 4 Gb. 2.9 d.

2. Posisi mesin dibawah (basement position)

Single wrap drive, ir = 1 Gb. 2.9 e.

Double wrap drive, ir = 1 G b . 2.9 f.


Single wrap drive, ir = 2 Gb. 2.9 g.

• Desicnuion of tncoofl shave.

U a L a

G b . 2.9 Sistim roping.


22

3.3.2 Puli Penggerak (Traction Sheave) Dan Puli

Pengalih (Diverting Pulley).Fungsi daripada puli

pengalih adalah mengarahkan tali baja dari

sangkar ke beban pengimbang. Fungsi lainnya

adalah menjaga agar dimensi dari puli penggerak

tidak terlalu besar.

Gb.2.10 Puli traksi dan puli pengalih.

Dari gambar diatas diperoleh perumusan

sebagai berikut:

1 x J l*+h*-(R_-RD )z- hx(Rg-RD )


sin 0 = ---------------- -------------S - P - (2-2)
1“ + h*

bila R_ = R_ maka
& Jr
i i
Sin 0 =. ---------- tg 0 = ---

1“ + hs

dimana 1 = L - (R„
b + R_.)
y (2-3)
23

3.4 Analisa Gaya-Gaya Statis Dan Dinaais Pada Puli

Pada sistim roping disamping

berlaku persamaan gaya - gaya

statis sebagai berikut :

Q + K
T1 = + m* x gn (N) (2-4)

T2 = x gn ( N ) (2-5)

dimana :

T1 = gaya tarik pada tali tegang (N)

T2 = gaya tarik pada tali kendor (N)

Q = kapasitas beban yang diangkat (Kg)

K = massa sangkar (Kg)

Z = massa beban pengimbang (Kg)

i, = faktor roping ( ir=l,2,4 dan sebagainya)

g n = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/det^)

m^ = 2 massa tali baja, dalam hal ini m^ =

Untuk gaya-gaya dinamis, berlaku dua

persamaan. Yaitu untuk sangkar

bergerak naik dan turun. Gaya dinamis

yang dipergunakan dalam perhitungan

adalah gaya dinamis yang terbesar,

dalam hal ini adalah gaya dinamis pada

saat sangkar bergerak naik. Untuk

sangkar yang bergerak naik berlaku


24

persamaan :

2 F = m x a :

Tldyn “ (Q+K+mL ) x gn = (Q+K+mL ) x a

T1dyn = <Q+K+»L> x + a/fin> xgn atau


Tldyn = T1 x (1 + a/gn ) (N) (2-6)

Puli pengalih dapat berputar dengan

adanya momen gaya :

t = T x R (2-7)

atau

t = I x a (2-8)

dimana I = % M x R * , (2-9)

a - a/R (2-10)

sehingga dari persamaan (2-7), (2-8),

(2-9) dan (2-10) didapat :

T = H M x a (N) (2-11)

Dimana R = jari-jari puli pengalih

(m), I = inersia/kelembaman rotasi

(Kgm*), M = massa puli pengalih (Kg),

a = percepatan sudut puli pengalih

(rad/s2 ), a - percepatan linear

(m/det2 ), T = gaya (N). Dan setelah

setelah dihitung ternyata gaya untuk

mengggerakkan puli pengalih jauh lebih

kecil dari pada T3 sehingga T2 dapat

dianggap sama dengan T3.

untuk T2 = T3 berlaku persamaan :

Z x gn - T2dyn = Z x a
25

T2 dyn = Z x (1 - a/gn ) x gin atau

T2 dyn = T2 x (1 - a/gn ) (N) (2-12)

Untuk sangkar yang bergerak turun :

(Q+K+mL ) x gn - Tldyn = (Q+K+mL ) x a

T1dyn = (Q+K+M l ^ x (1 " a/fin )xgn atau


Tldyn = T1 x (1 - a/gn ) (H) (2-13)

Momen gaya untuk menggerakkan puli

pengalih setelah dihitung ternyata

juga jauh lebih kecil dari pada T3

sehingga T2 dapat dianggap sama dengan

T3.

Untuk T2 = T3 berlaku persamaan :

T2 dyn - ( Z x g n ) = Z x a

T2 dyn = Z x (a/gn + 1) x g atau

T2 dyn = T2 x (a/gn + 1) (N) (2-14)

3.5 Faktor Tarik__Tali Ba.ia Terhadap__Berbatfai Macam

Bentuk Alur Puli Penggerak

G b . 2.11 Diagram dari gaya-gaya pada puli

Untuk menjaga agar tali baja tidak mengalami slip


26

terhadap puli penggerak maka T1/T2 dan (Tl/T2)(


'dyn
harus lebih kecil dari pada faktor tarik tali

baja terhadap berbagai macam bentuk alur puli


eU. kg.a( 1) atjiu gf <ot(2)

atau bila dirumuskan :

(1) P.T Louserindo M.P

(2) Literatur Elevator Mech Design

T1 T1
dan s eH.kg.a(1) (2-15)
T2' T2
dyn

T1
x C x x C 2 <£ e f ' -a <2 > (2-16)
T2

dimana :

gn + a
(2-17)
gn a

untuk Elevator yang tidak diketahui percepatannya

(single speed), dapat menggunakan persamaan C^

(koefisien penambahan percepatan, perlambatan dan

kondisi spesifik pada p e n gi ns ta la si an ). Untuk

mendapatkan a (tabel 2.3).

C, Rated speeds
(m/s)

l .l 2(0.63
1.15 0.6 3 to £ 1 .0
1.2 1 .0 to £ 1 .6
1.25 1.6 to £ 2 .5

Tabel. 2.3 Nilai untuk C^.


27

C 2 = (koefisien dari variasi bentuk alur/groove

pada puli penggerak terhadap intensitas

pemakaian) 1,0 untuk alur jenis round dan

undercut, 1,2 untuk jenis alur V.

f' = (2-18)

sin

f'= koefisien gesek untuk alur jenis v

= koefisien gesek aktual antara

baja dengan besi tuang 0,15 (dry)

dan 0,0.7 (oily)

t = sudut alur jenis v (°)

kg = konstanta bentuk alur tabel. 2.4

(rumusan P.T Louserindo)

a = sudut kontak antara puli pe ng ­

gerak dan tali baja dalam radian.

60

ROUND SEATING F LA T S E A T IN G

U -g ro o v e U -g ro o v c U -g ro o v c V -^ro o v c

90* U /C 105* u /t: 30- U/C 60"

1 .3 Ko- !.<• 14- 1-2 Kj Z,n

Tabel. 2.4 Konstanta kg.


28

3.6 Tekanan Spesifik Tali__ Bala__Pi Dalan Alur. Pu ll

Penggerak

Tekanan spesifik maksimun tali baja di dalan alur

puli penggerak (Pp) yang diijinkan tergantung

pada kecepatan tali baja (rope speed) vc dan

intensitas penakaian (intensity of traffic) z

dari Elevator per jam. Dimana Pp dapat dicari

melalui perhitungan atau melalui Gb. grafik.

2.13. Besarnya tekanan Pp harus lebih besar atau

sama dengan tekanan spesifik naksinum aktual dari

tali baja didalam alur puli penggerak (p).

12,5 + 4 x v
p < P q = ---------------- x k (N/mm2 ) (2-19)
1 + vc

Koefisien k tergantung pada intensitas pemakaian

Elevator perjam (z).

52 - (z/60)2 - z/60
k = ---------------------- (2-20)
50

Untuk alur jenis v (V e e - G r o o v e ), maka tekanan

spesifik tali baja sepanjang sudut a seperti

terlihat pada gambar 2.12.

alur jenis v,
29

wc(m «•’)

Gb. 2.13 Grafik tekanan spesifik ,maksimum/vc .

Untuk tekanan spesifik aktual tali baja di dalam

puli penggerak didapat :

3 x it x T
p = --------------------- (N/mm2 ) (2-21)
2 x Dp x d r sin r/2

dimana :

T = gaya tarik tali baja pada titik dimana

tekanan spesifik aktual dihitung (N).

Dp = diameter puli penggerak (mm)

d r = diameter tali baja (mm)

t = sudut alur jenis v (°)

3.7 Faktor Traksi Pada Tiga Kondisi Pengangkatan (TR)

Dalam pengoperasian Elevator, dikenal tiga faktor

traksi yang terjadi pada tiga kondisi

p en gan gk ata n. Ketiga faktor traksi tersebut

adalah :

Full load up (F.L.U) : dimana posisi sangkar

dengan beban penuh berada bawah.


30

No load down (N.L.D) : dimana posisi sangkar

dengan beban kosong berada diatas.

Full load down (F.L.D) : dimana posisi sangkar

dengan beban penuh berada diatas.

Dari ketiga kondisi diatas, faktor traksi yang

terjadi adalah perbandingan antara beban maksimal

dengan beban minimal pada proses pe ng an gka tan .

Faktor traksi yang terjadi ini harus lebih kecil

daripada faktor traksi batas slip pada puli peng­

gerak yang diijinkan. Bila salah satu dari ketiga

faktor tersebut melebihi dari faktor traksi batas

slip yang diijinkan maka tidak akan terjadi

pen gangkatan.

Untuk Dumbwaiter yang d i r e n ca na ka n, ketiga faktor

traksi yang terjadi (TR) adalah sebagai berikut :

3.7.1 Faktor Traksi F.L.U.

Dari gambar disamping :

TR = T1/T2 (2-22)

dimana :

T 1 '= K + Q + ql (Kg)

T2 = Z (Kg)

Dari gambar disamping :

TR = T2/T1 (2-23)

dimana :

T1 = K (Kg)

T2 = Z + ql (Kg)
31

3.7.3 Faktor Traksi F.L.D

Dari gambar disamping :

TR = T1/T2 (2-24)
K
Q
Z T1 = K + Q (Kg)

T2 = Z + ql (Kg)

Supaya terjadi pengangkatan :

F.L.U, H.L.D dan F.L.D < e f-kg.a(l) atau ef'.a(2)

3.8 Sangkar Elevator (Car)

Sangkar Elevator berfungsi sebagai tempat beban

diangkat. Sangkar ini harus tertutup,kokoh,ringan

dan konstruksi rangkanya sederhana. Konstruksi

rangka sangkar Elevator penumpang dan barang yang

berkapasitas angkat besar (heavy class) terdiri

dari enam bagian utama seperti pada gambar diba-

wah. Tetapi untuk konstruksi rangka sangkar

Dumbwaiter tid&k menggunakan brace rods (batang

penguat), karena luas lantai yang kecil.

1.Crosshead Beam

2.Safety Plank

3.Stiles

4.Brace rods

5.Car platform

6.Toe guard

G b . 2.14 Konstruksi rangka sangkar Elevator.


32

3.8.1 Perhitungan Nassa Sangkar Dumbwaiter. Pada

pembuatan Elevator pada umumnya dan Dumbwaiter

pada khususnya, perlu diperkirakan berat sangkar

yang akan dibuat sebagai dasar untuk perhitungan-

perhitungan berikutnya. Untuk Dumbwaiter maka

rumus mencari massa sangkar adalah sebagai beri-

kut :

K = 150 + 85 x 1^ (Kg) (2-25)

dimana :

A = luas lantai (m^)

3.8.2 Perhitungan Rangka Sangkar. Disain sangkar

yang akan dirancang harus tahan terhadap gaya-

gaya dan momen yang terjadi selama operasi.

Defleksi/penurunan maksimum pada kondisi dinamis

yang diijinkan pada crosshead beam dan safety

plank, tidak boleh melebihi 1/960 dari panjang

bentangnya. Pada crosshead beam tertumpu beban

(tumpuan tali baja) yang mengakibatkan beban

terpus.at.

Defleksi akibat beban dinamis (y) yang terjadi

pada crosshead beam adalah :

Fd x gn x l3
y c = ------------ (mm) (2-26)
48E x Jx

Defleksi akibat beban dinamis (y) yang

terjadi pada safety plank adalah :


33

5 x Fd x g x l3
y s = -------------- :
----- (mm) (2-27)
384E x Jx

dimana Fd = total beban dinamis yang disangga

(Kg), 1 = panjang batang (mm), E = modulus elas-

tisitas dari batang (N/mm*), J x = momen inersia

batang dengan arah sumbu x-x (mm3 ).

Dengan adanya gaya dinamis karena pengaruh

a/percepatan,(dengan adanya hentakan dari kondisi

diam ke keadaan bergerak) maka gaya dinamis yang

terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Fd = (Q + K) x gn x C (N) (2-28)

dimana :

C = 1 + a/gn (2-29)

Untuk menghitung sambungan baik itu berupa las

atau baut pada rangka sangkar maka perlu dihitung

gaya-gaya dan momen yang terjadi pada sambungan

tersebut. Dimana gaya dan momen tersebut mengaki-

batkan terjadinya sudut distorsi/sudut penurunan

pada ujung-ujung batang yang disambung. Besarnya

sudut distorsi dari berbagai macam kondisi dapat

dirumuskan seperti dibawah :

Untuk pengaruh gaya Fd yang terkonsentrasi di-

tengah batang :

Fd x b*
0 = ------------------- (2-30)
16E x J
34

fr a f(Q * K )» 9 .y fc

Gb. 2.15 Diagram untuk menghitung 0.

Untuk beban terbagi rata dimana q = F^/b

Fd * b *
0 = (2-31)
24E x J

mi!!'liiiimiiiiiin

Gb. 2.16. Diagram untuk menghitung. 0.

Untuk batang dimana terdapat momen (M) diujung

kiri, maka sudut distorsinya :

M x b
0 (2-32)
3E x J

Gb. 2.17. Diagram untuk menghitung 0.

Untuk batang dengan momen (M) diujung lainnya

berlaku :

M x b
0 = (2-33)
6E x J

Gb.2.18. Diagram untuk menghitung 0.


35

Untuk batang dengan adanya momen (M) yang sama

pada kedua ujungnya berlaku :

M x b
(2-34)
2E x J

Gb. 2.19. Diagram untuk perhitungan 0.

Pada rangka sangkar beban terbesar terjadi ketika

pengangkatan pertama berlangsung (dari diam

menjadi bergerak), dimana terjadi beban kejut

yang besarnya Fd .

Dengan adanya gaya tersebut maka pada rangka

sangkar akan terjadi momen Mj^ dan M2 diujung-

ujungnya, seperti pada gambar 2.20.

(Q+K)*g„xf
m ,

Gb. 2.20 Diagram momen & gaya pada sangkar


36

Persamaan momen yang terjadi (2-35) :

Fd * b *
M jl x 1 M2 x 1

16ExJ 1 3ExJ< 6 EXJ2

Persamaan momen M 2 yang terjadi (2-36):

F j x b* Mo x b Mo x 1 Mi x 1

24ExJ- 2ExJ< 3ExJ* 6ExJ2

Untuk mendapatkan M^ dan M2 maka kedua

persamaan diatas di su bs tit usi ka n, sehingga

didapat persamaan (2-37) dan (2-38).

Fd xb* 61xJ2xJ3 + 9bxJ2 * - 21xJ^xJ2


Ml =
1 T ; l*xJ1x J 3+2b xl x (J 1x J 2+ J 2x J 3 )+3bax J 2‘

Fd xb* 41xJ^xJ2 + 6bxJ2 * - 31xJ2xJg


M2 = ---- x ----------------------------------------
24 l*xJ1xJ3+2bxlx(J1xJ 2+ J 2x J 3 )+3b2x J 2 a

Qaya horisontal (X) yang terjadi :

M- M.
X = (2-39)

b Ml
T | ( q * k ) - q .« ^ - "

'-P
M-t

[q *k ) « 9 .

(q»k)-Ib^»c

Gb.2.21. Diagram bebas dari momen dan

gaya pada rangka sangkar yang


37

3.9 Beban Pengimbang (Counterweight)

Untuk meringankan beban dari mesin penggerak,

bobot sangkar harus diimbangi dengan beban

pengimbang yang dihubungkan dengan tali baja pada

sangkar, melewati sistim puli. Beban pengimbang

biasanya terbuat dari besi cor dengan disain

berlapis yang berguna untuk mempermudah penga-

turan bobot dalam proses p e r a k it an ny a. Seperti

halnya sangkar, beban pengimbang harus meluncur

didalam rel penuntun tetap sepanjang hoistway.

Berat dari beban pengimbang adalah berat sangkar

ditambah 40-50 % dari beban maksimum yang

diangkut = 40-50%), diambil 0,5. Dibawah

ini adalah perumusan untuk mencari massa beban

pengimbang secara umum.

Gb. 2.22 Diagram untuk mencari massa pengimbang.

Dari diagram diatas didapat persamaan :

(K+ ^ + Q )xgn+ (H -z k )xqLxgn+ zkxq kxgn+ y txq exgn


38

= Zxgn+ z kxqLxgn +(H-zk )xqkXgn (2-40)

Dimana :

Z - berat pengimbang ( K g ) , ^ = koefisien penamba-

han beban (40-50 % dari beban maksimal yang

diangkut), H = jarak kerja Travelling (m), q^ =

berat dari sling/kabel pengangkat (Kg/m), q k =

berat dari kabel kompensasi (Kg/m), q 0 = berat

travelling kabel (m), y t = variabel panjang dari

travelling kabel dibawah sangkar (m), z k = jarak

kerja sangkar/pengimbang (m), g n = gravitasi bumi

(9,81 m/det2 ).

untuk pengangkatan yang tinggi berlaku y t = z k/2

sehingga didapatkan persamaan :

K+^xQ+HxqL+zkx( qk- q 1+ q e/2)

= Z+Hxqk+Zkx(qL -qk ) (2-41)

Rumusan ini harus aman terhadap berbagai macam

posisi sangkar pada variasi kedudukan zk . Sehing­

ga berlaku :

K+^xQ+Hxq^ = Z+Hxqk (2-42)

dan

q k_qL +qe/ 2 = qL _<ak (2-43)


didapat : q k = qL-Qe (2-44)

pensubstitusian persamaan diatas didapatkan:

Z = K+]/xQ+qe/4 (2-45)

Didalam perhitungan Dumbwaiter, travelling kabel

tidak digunakan. Sehingga rumus untuk menghitung

beban pengimbang pada Dumbwaiter :


39

Z = K + x Q) (Kg) (2-46)

Dari persamaan (2-48) maka usaha untuk menaikkan

atau menurunkan sangkar bermuatan ataupun kosong

(dengan mengabaikan kerugian-kerugian dan massa

dari sling) didapat :

~ menaikkan sangkar bermuatan = 0,5 x Q

~ menurunkan sangkar bermuatan = 0,5 x Q

~ menaikkan sangkar kosong = 0,5 x Q

~ menurunkan sangkar kosong = 0,5 x Q

Dan usaha ini yang dilakukan oleh motor elektrik

penggerak dalam pengoperasiannya.

3.10 Guiding Sangkar Dan Beban Pengimbang

3.10.1 Guide Rails (Rel Penuntun). Fungsi daripa-

da guide rails adalah :

1. Untuk menjaga agar sangkar atau beban

pengimbang bergerak lurus secara vertikal dan

menghindarkan dari gerakan horisontal

(bergoyang).

2. Menghindarkan kemiringan pada sangkar bila

terjadi beban eksentrik.

3. Sebagai tempat untuk menghentikan sangkar

/tempat bekerjanya alat pengaman (governor dan

aktifnya sistim rem).

Secara umum ada dua tipe guide rail yang dapat

dipergunakan yaitu tipe T dan L. Sedangkan tipe T


40

ada dua macam yaitu tipe Cold drawn dan Machined.

Untuk perencanaan ini guide rail yang diperguna-

kan adalah tipe L karena sudah cukup memenuhi

syarat keamanan Dumbwaiter, dan juga dari segi

biaya lebih murah.

J I
C D C 3

Gb.2.23 Guide rails tipe T (a) dan L (b).

Selama pengoperasian Dumbwaiter berlangsung maka

akan timbul gaya-gaya pada guide rails (rel)

karena beban yang diangkut. Gaya-gaya tersebut

bekerja dengan arah horisontal dibidang sumbu x-x

dan y-y, seperti gambar dibawah. Gaya Fy bekerja

pada sumbu y-y, gaya F x ^ dan F x 2 bekerja pada

sumbu x-x.

Gb2.24. Gaya-gaya pada guide rails.


41

Dimana besarnya gaya-gaya tersebut adalah

Q x g x ey
Fy = ----------- 1- (N) (2-47)

Q x g x e x (b + 2e )
Fxl = --- --------------------— (N) (2-48)
2h x b

Q x g_ x ex x (b - 2e )
Fx2 = ------------- ---------- — (N) (2-49)
2h x b

dimana :

Q = beban yang diangkut (Kg)

g n = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/s*)

ey,ex = eksentrisitas beban pada sangkar

untuk Dumbwaiter diasumsikan :

ey = b/4 dan ex = c/4

b = lebar sangkar (mm)

c = kedalaman sangkar (mm)

h = jarak vertikal antar guide shoes

pada sangkar (mm)

Tegangan bending maksimum yang terjadi pada rel

adalah :

^y x ^k
av = — I-------- , (N/mm* ) (2-50)
6WX

F x 1
ctv = --- ----- — (N/mm2 ) (2-51)
6Wy

dan tegangan bending yang diijinkan untuk St 37

tidak boleh melebihi 140 N/mm2 . Defleksi maksimum


42

yang terjadi ditengah rel:

Fy x lk 3
y v = ------------- , (mm) (2-52)
* 96E x Jx

Fx x lk 3
y = ------------- (mm) (2-53)
96E x Jy

defleksi maksimum yang diijinkan untuk arah yy =

3 mm dan arah yx = 6 mm. Dimana :

lk = panjang rel diantara 2 braket (mm)

Wy ,Wx = modulus bending arah y,x (mm3 )

Jy,Jx = momen inersia arah y-y,x-x (mm^)

E = modulus elastisitas = 2,10 x 10® Kg/cm*

3.10.2 Analisa Stabilitas Rel Terhadap Gaya

Tekan Pada Saat Terjadi Pengerenan S a n g k a r .Du mb ­

waiter yang direncanakan dalam Tugas Akhir ini

tidak menggunakan alat pengaman Governor, tapi

disini akan dilakukan analisa stabilitas rel bila

memakai Governor.

Pada Elevator penumpang sistim pengaman untuk

sangkar sangat penting karena menyangkut nyawa

manusia. Sangkar akan dikontrol kecepatannya

dengan alat pengaman Governor. Artinya jika

kecepatan sangkar melebihi 20 % kecepatan normal

(dalam arti sling putus) maka sistim pengaman

akan bekerja untuk menghentikan kerja motor

Elevator dan Alat pengerem akan bekerja untuk

menghentikan laju sangkar. Sistim pengaman untuk


43

sangkar terdiri dari Governor dan sistim rem yang

dihubungkan dengan tuas/link.

Ditinjau dari jenis perletakan porosnya, Governor

terdiri dari dua macam, jenis vertikal shaft dan

horisontal shaft. Dan yang direncanakan adalah

jenis horisontal shaft.

Bagian-bagian dari Governor jenis horisontal

shaft terdiri dari :

Puli ( yang mempunyai dua permukaan,

permukaan yang bulat biasa dan segi enam)

Tali baja Governor

Pegas

Pengungkit, disini terdapat pengunci dan roda

pengungkit. Roda pengungkit ini berjalan

diatas permukaan puli segi enam.

Cara kerja Governor :

Pada saat sangkar beroperasi dengan kecepatan

normal maka tali baja governor yang diikat dengan

sistim rem pada sangkar akan ikut berputar mele-

wati puli governor dengan kecepatan yang sama

pula. Roda pada pengungkit berputar normal mengi-

kuti permukaan puli segi enam, hal ini dapat

terjadi karena pengungkit diikat dengan pegas

tarik yang dihubungkan dengan dudukan poros puli

Governor. Pada keadaan normal ini pengunci pada

pengungkit tidak sampai masuk kedalam lobang

pengunci. Bila terjadi gangguan berupa sling


44

putus (yang mengakibatkan sangkar mengalami

kecepatan lebih/over speed), maka tali Governor

yang diikat pada sangkar akan mengikuti kecepatan

lebih tersebut, pengungkit akan tersentak naik

tetapi pengunci belum bekerja (masuk kedalam

lobang pengunci), karena gaya pegas maksimum

belum terlawan. Setelah kecepatan melebihi 20 %

dari kecepatan normal maka gaya pegas pada tuas

akan terlawan oleh sentakan pengungkit, dan hal

ini akan mengakibatkan pengunci pada pengungkit

masuk lobang pengunci sehingga tali baja Governor

menyentak link pada sistim rem, akibatnya sistim

rem akan bekerja melakukan pengereman dengan cara

menggigit guide rails. Untuk gambar Governor dan

mekanisme rem dapat dilihat dibawah.

Gb.2.25 Berbagai Governor jenis horisontal shaft.


45

' A rrm e tn e n t o f a» t r u » . i im » . « y ■ r-______

Gb. 2.26 Penempatan Governor dan Sistim rem.

• D iagrvn of roller type safety ( e a r. I.R oller, 2. Actuating lever:


3 .Common shaft; 4.O perating rod; ) . Safety (e a r block; 6 Ja w .

Gb. 2.27 Rem jenis flexible guide clamp (a) dan

jenis roller (b).

Jadi dengan bekerjanya alat keamanan Governor

/terjadinya pengereman pada rel karena sling

putus, maka batang rel harus direncanakan sedemi-

kian rupa sehingga terjaminnya stabilitas/tidak

terjadi bahaya tekuk pada rel. Dimana faktor

tekuk tergantung faktor kelangsingan dan jenis

material relnya.

Gaya tekan yang terjadi pada rel ct^ :


CTk = F b x (J / S (N/mm2 ) (2-54)

dimana :

F b = H ( Q + K ) x ( a'+ gn ) (N) (2-55)

a' = percepatan maksimum yang diijinkan (henta-

kan pertama pada rel pada saat terjadi pengere-

man). Tergantung pada jenis remnya. Untuk jenis

roller safety gear a' = 40 m / d e t * , untuk jenis

Flexible guide clamp a' = 20 m/d et 2 , untuk. Untuk

Dumbwaiter menggunakan jenis flexible guide

clamp.

CO = faktor tekuk yang tergantung dari X. dapat

dilihat di tabel konstruksi baja pada lampiran.,

X = 1/i dimana harus > 105

1 = panjang rel diantara dua braket mm

i = jari-jari kelembaman batang (mm)

S = luas penampang (mm2 )

Karena batang pada umumnya mempunyai dua jari-

jari kelembaman (iy dan ix) maka akan terdapat

dua harga K dan yang menentukan adalah harga i

yang terkecil atau harga x yang terbesar.

Tegangan kombinasi tekan dan bending yang terjadi

o k * = Fb x (1/S + e r/2Wx ) (N/mm2 ) (2-56)

er = eksentrisitas gaya tekan pada rel direnca-

nakan = 33 mm.

CTk dan tidak boleh melebihi :

140 N/mm2 untuk baja dengan kekuatan tarik 370

N/mm2 , 170 N/mm2 untuk baja dengan kekuatan tarik


47

430 N/mm* dan 210 N/mm* untuk baja dengan kekua­

tan tarik 520 N / m m * .

3.10.3 Guide Shoes. Fungsi dari guide shoes adalah

menjaga agar sangkar dan beban pengimbang tetap

pada rail. Pada penggunaannya guide shoes dile-

takkan pada rangka sangkar sebanyak empat buah

(dua diatas dan dua dibawah), demikian pula pada

beban pengimbang.

Ada dua jenis guide shoes yaitu :

1. Jenis glide shoes (slipper guides),

2. Roller guides.

Jenis glide shoes dipergunakan untuk Elevator

yang mempunyai kecepatan sampai 2 m/s, diatas

kecepatan tersebut dipergunakan roller guides.

Pada penggunaannya jenis glide shoes menggunakan

sistim pelumasan, sehingga tidak terjadi kontak

langsung antara guide rail dan glide shoes.

Material yang dipergunakan untuk pembuatan glide

shoes dapat berupa teflon, nylon dan lain seba-

gainya.

Untuk jenis roller guides tidak diperlukan pelu ­

masan. Tipe ini menggunakan tiga buah roda yang

dilapisi oleh karet atau polyurethane yang ber-

fungsi untuk mencekam guide rail. Keuntungan lain

adalah menekan noise yang timbul karana gesekan

antara guide rail dan guide shoes. Dalam peren-


48

canaan ini mengunakan tipe glide shoes seperti

pada gambar 2.28.

Gb.2.28 Jenis guide shoes, glide (a) dan

roller (b).

3.11 Mesin Penggerak


Karakteristik dari mesin elektrik penggerak

Elevator secara umum harus memenuhi kriteria

sebagai berikut :

- Kompak dan mempunyai dimensi yang tidak terla-

lu besar pada rasio gear dan mesin transmi-

si n y a .

- Penggantian komponen yang relatif lama (kompo-

nen awet).

- Gerakan dari worm gear yang tidak berisik.

- Tahan hentakan.

Contoh dari mesin penggerak diperlihatkan pada

Gb.2.29 Contoh mesin penggerak.


49

Mesin penggerak yang dipergunakan untuk perenca-

naan Dumbwaiter ini dirancang dan dirakit secara

khusus sehingga sesuai dengan standar kebutuhan

Dumbwaiter dengan komponen yang masih import.

Sehingga dalam laporan Tugas Akhir ini perenca-

naan mengenai mesin penggerak terbatas hanya

pada perhitungan daya yang dibutuhkan beserta

diameter puli pengerak.

Daya motor elektrik yang dibutuhkan

(Q+K-Z)xvc
Hp (2-57)

Q = beban maksimum (Kg)

K = massa sangkar (Kg)

Z = massa pengimbang (Kg)

untuk mencari diameter puli penggerak :

iG = n 2/ni (2-58)

iq = rasio gear

n^ = putaran pinion/input (rpm)

n 2 = putaran gear/output (rpm)

60v c
D
P
(m) (2-59)
Ttxn2

Dp = diameter puli penggerak (m)

3.12 BUFFER

Elevator baik itu Elevator penumpang atau barang,


50

wajib diperlengkapi dengan buffer sebagai alat

pengaman paling akhir. Buffer diletakkan dibawah

sangkar dan dibawah beban pengimbang di dalam

pit. Pada Elevator penumpang buffer yang di guna­

kan ada tiga macam yaitu Polyurethane buffer,

Oil buffer dan Spring buffer. Sedangkan untuk

Dumbwaiter biasa-digunakan spring buffer.

Gb. 2.30 Spring buffer.

Ada 5 tahap dalam merencanakan spring buffer.

1. Menentukan perbandingan diameter spring (Dg )

dengan diameter kawat (d) = D s/d, guna m e ­

nentukan koefisien W a h l 's/kw .Koefisien Wahl's

dapat dieari melalui gambar 2.28 atau rumus :

D s/d - 0,25 0,615


kw = (2-60)
D s/d - 1 D s/d

Mencari tegangan puntir kawat T p dimana :

T p * 0,28 a ts (N/mm2 ) (2-61)

a ts = kekuatan tarik kawat (N/mm*)

Gb.2.31 Grafik koefisien Wahl's


51

3. Diameter kawat dapat dieari dengan rumus :

8 Fmaks x kw
d > x D g/d (mm) (2-62)
Tt X T
P
dimana :

untuk' Dumbwaiter Fmakg = 2(Q + K) x g n (N)

sedangkan Fmaks untuk Elevator penumpang :

di Eropa Fmaks = 4(Q + K ) x gn (N)

USA Fmaks = 3(Q + K ) x gn (N)

4. Dari nomor 3 didapat D g

5. Bila jumlah lilitan telah direnoanakan maka

lendutan maksimal yang terjadi (6) dapat

dicari :

Fmaks = cs x 6 (N) (2-63)

cs = konstanta pegas (N/mm)

6 = 0 x Dp/2 (2-64)

0 = (rad) (2-65)
G x J p

Dimana M fc adalah momen torsi (N mm), 0 sudut

torsi, lg panjang spring yang kena momen

torsi (mm), G modulus elastisitas (N/mma )

dimana G = 8.103 Kg/mmz dan Jp adalah momen

inersia polar dari kawat (mm^).

( 2- 66 )

(2-67)

Jp = 1/32 x it x d^ (mm^) ( 2 - 68 )
52

atau bila persamaan-persamaan disubstitusikan

maka akan didapat :

8 Fmaks x D s x na
8 = (mm) (2-69)
G x d4

Tinggi pegas dalam keadaan terbeban maksimum

(H„),
o
dengan jumlah lilitan mati = 1,5

H s = (na x 1,5) x d (mm) (2-70)

tinggi pegas tanpa beban (Hf):


Hf = Hg + S (mm) (2-71)

supaya spring tidak mengalami tekukan, harga

H f/Ds < 4.

3.13 Pintu

Banyak jenis dan model pintu yang dapat d ip erg u­

nakan untuk pintu Elevator tergantung pada jenis

Elevator yang dipergunakan. Diantaranya adalah

jenis swinging door, horizontally sliding doors,

collapsible doors dan vertical sliding (bi­

parting doors). Untuk pemilihan pintu Elevator

dapat dipertimbangkan hal hal sebagai berikut,

antara lain ruangan Hoistway yang tersedia, cost

yang dikehendaki, segi estetis dan sebagainya.

— ----- — 1

% i I
^ V
1
/- 'A -0-
'■ \ ■ Siagte-pwwl tiid ia f door.

Double cenue-opening twinging d o o r

■C olU puble riaifta doors.

Gb. 2.32 Berbagai jenis pintu Elevator.


53

Dalam perencanaan Dumbwaiter ini jenis pintu

yang dipergunakan adalah vertical bi-parting

door, Jenis pintu bi-parting dapat dilihat pada

gambar 2.33 dibawah.

1.handle pintu

2.daun pintu atas

3.daun pintu bawah

4 . tali baja

5.puli kecil

1 7 6.guide shoes

7.rangka pintu

Gb. 2.33 Pintu jenis Bi-parting.

Cara kerja dari pintu Dumbwaiter jenis bi-parting

adalah sebagai berikut, ketika pintu dibuka

(handle (1) ditarik keatas) maka daun pintu

bagian atas (upper panel) (2) akan bergerak

keatas dan daun pintu bagian bawah (lower panel)

(3) akan bergerak kebawah. Kedua bagian pintu

tersebut merupakan counterbalanced dari masing-

masing bagian daun pintu.

Antara daun pintu atas dan bawah dihubungkan

dengan tali baja (4) yang dilewatkan puli kecil

(5). Untuk memudahkan daun pintu bergerak

sliding terhadap rangka pintu/Frame door maka

kedua daun pintu tersebut diberi guide shoes (6)

berjumlah empat buah.

Pada tiap-tiap pintu dipasang pengaman


54

mekanik/door lock, yang berfungsi bila pintu

belum menutup secara sempurna maka sangkar tidak

akan begerak/beroperasi. Hal ini akan menjamin

keamanan si pemakai.

3.14 Hoistway/Ruang Luncur, Pit Dan Ruang Mesin

Hoistway atau ruang luncur atau lorong Elevator

adalah ruangan tempat sangkar Elevator bergerak.

Disamping tempat Elevator bergerak juga sebagai

tempat rel penuntun, beban pengimbang (counter­

weight), puli pengalih. Sedangkan mesin elektrik

penggerak, panel kontrol terletak didalam ruang

mesin. Untuk buffer terletak pada pit.

Dimensi dari hoistway sudah distandarkan sehing­

ga akan menjamin sangkar Elevator bergerak

leluasa secara v e r t i k a l . ..

Rangka hoistway baik untuk Elevator penumpang

ataupun untuk barang didisain dalam bentuk yang

beragam demikian pula material p e m b e nt uk ny a .

Tetapi pada dasarnya hoistway harus mempunyai

karakteristik tahan terhadap api dan memiliki

kekuatan yang memadai. Untuk ruang mesin karak­

teristik yang harus dipenuhi adalah harus terja­

di sirkulasi udara, dan salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan memasang exhaust

van. Sedangkan pit dimana tempat dudukan buffer

sangkar dan counterweight harus kedap air.


55

Gambar dan dimensi Hoistway, pit dan ruang mesin

dapat dilihat pada lampiran.

3.15 Peralatan tambahan

Untuk memudahkan memperlancar Dumbwaiter dalam

pengoperasiannya maka perlu diberi peralatan

tambahan seperti tombol tekan, bell (buzzer),

interkom pada tiap lantai dan lain sebagainya.

Gb.2.34 Tombol tekan Dumbwaiter.

Keterangan

1. Tombol panggil dan kirim (call and send but ­

tons). Cara kerjanya tekan tombol dimana opera­

tor berada, maka Dumbwaiter akan datang. Tekan

tombol lainnya yang dikehendaki maka setelah

pintu tertutup dengan sempurna Dumbwaiter akan

menuju lantai yang dikehendaki. Lampu yang

menyala menunjukan dimana Dumbwaiter berada.

2. Tombol stop (emeregency stop button) yang

berfungsi apabila keadaan terpaksa atau ada

kelainan maka tombol stop dapat ditekan maka

Dumbwaiter akan berhenti.

3. Lampu "sedang dipakai" ("in use" light).

Lampu ini akan menyala jika Dumbwaiter sedang


56

dipakai atau pintu terbuka dan tidak akan

melayani panggilan lantai lainnya.

4. Petunjuk lantai digital (digital electronic

position indicator). Berfungsi sebagai petunjuk

posisi Dumbwaiter.

3.16 Controller

Rangkaian elektrik pengendali Dumbwaiter terle­

tak pada kontrol panel di ruang mesin. Skema

elektriknya (wiring) dapat dilihat pada 1am-

piran.

Anda mungkin juga menyukai