Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO Terhadap Produk Metil Palmitat Dalam Reaktor Tumpak
Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO Terhadap Produk Metil Palmitat Dalam Reaktor Tumpak
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Abstrak
Palm Oil Methyl Esters (POME) dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara CPO dengan
metanol dengan NaOH sebagai katalisnya.. Sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi maka CPO
perlu dinetralkan dan dihilangkan kandungan airnya terlebih dahulu. Laju reaksi transesterifikasi
naik seiring dengan kenaikan suhu. Kinetika reaksi disusun berdasarkan asumsi pseudo-first order
dengan reaksi overall irreversible. Konstanta laju reaksi untuk suhu 55-70 oC adalah 0,0002785-
0,000304/menit. Energi aktivasi yang diperoleh adalah 6,195x103 J/mol.
1. Pendahuluan
Kebutuhan bahan bakar untuk mesin disel di Indonesia tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah mesin industri dan jumlah kendaraan bermesin disel. Dengan semakin terbatasnya cadangan
minyak bumi, maka perlu dicari alternatif sumber energi baru. Saat ini mulai dikembangkan penggunaan metil
ester yang diperoleh dari minyak nabati (biodisel) sebagai sumber energi alternatif. Penggunaan biodisel pada
mesin disel dapat mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monooksida, sulfat, hidrokarbon polisiklis
aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklis aromatik dan partikel padatan.
Minyak nabati yang sedang dikembangkan sekarang adalah CPO, tidak dapat digunakan langsung pada
mesin karena viskositasnya yang tinggi. Reaksi transesterifikasi pada CPO dapat memecah rantai trigliserida
menjadi lebih pendek dengan menggunakan katalis asam atau basa (Sidjabat,1995; Ma,1999; Aprianto,2003).
Ada 3 tahapan reaksi transesterifikasi, yaitu pembentukan produk antara digliserida (DG) dan monogliserida
(MG) yang akhirnya membentuk 3 mol metil ester (POME) dan 1 mol gliserol (GL) (Darnoko,2000). Reaksi
overall transesterifikasi adalah sebagai berikut (Darnoko,2000):
katalis
TG + 3ROH 3POME + GL (1)
Katalis yang umum digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah katalis asam dan basa. Untuk katalis
asam biasanya digunakan asam sulfonat dan asam sulfat sedangkan katalis basa digunakan NaOH, KOH dan
NaOCH3. Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa lebih cepat 4000 kali dibandingkan katalis asam, dan juga
katalis alkali tidak sekorosif katalis asam (Srivastava,1999). Logam alkali alkoksida (seperti CH3ONa untuk
metanolisis) adalah katalis yang paling aktif dengan memberikan hasil yang sangat tinggi (>98%) pada waktu
reaksi yang singkat yaitu selama 30 menit dan konsentrasi katalis yang rendah (0,5 %mol) (Srivastava,1999).
KR2-1
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Laju reaksi transesterifikasi juga sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Reaksi transesterifikasi dapat
berlangsung sempurna pada suhu kamar dengan waktu reaksi yang cukup lama. Umumnya suhu reaksi yang
terjadi mengikuti suhu didih metanol (60-70 0C) pada tekanan atmosferik (Srivastava,1999). Hasil reaksi yang
maksimum didapatkan pada kisaran suhu reaksi antara 60-80 0C dengan perbandingan mol alkohol dengan
minyak (6:1) (Srivastava,1999). Apabila terjadi kenaikan suhu maka hal ini dapat mengurangi hasil reaksi.
Kondisi reaksi diatas berlaku apabila menggunakan CPO sebagai bahan baku. Apabila menggunakan bahan
minyak yang berbeda maka suhu reaksinya juga akan berbeda.
Kinetika reaksi transesterifikasi untuk minyak nabati sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Freedman
dkk. mempelajari kinetika reaksi transesterifikasi minyak kedelai dengan metanol dan butanol, yang dikatalisis
oleh asam dan basa (Diasakou,1998). Kusdiana dan Saka mempelajari kinetika reaksi transesterifikasi dari
rapeseed oil dalam metanol superkritis, reaksi transesterifikasi tanpa katalis (Ksdiana,2000).
2. Metodologi
Diagram alir dari penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1. berikut ini:
Preparasi Sampel
CPO yang digunakan perlu ditentukan terlebih dahulu kadar air dan bilangan asam. Kadar air diuji dengan
metoda gravimetri pada suhu 105 oC. Pengujian bilangan asam mengikuti prosedur dari JECFA-FAO. Jika
bilangan asam tinggi perlu penetralan, dan jika kadar air tinggi dilakukan pengeringan untuk meningkatkan
kualitas CPO. Peningkatan kualitas CPO dilakukan untuk mengurangi asam lemak bebas di dalamnya, yaitu
dengan penambahan Na2CO3 pada 90oC.
KR2-2
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Pada reaktor tumpak dilakukan variasi suhu 55 oC, 60 oC, 65 oC, dan 70 oC. Kondisi standar yang
digunakan adalah perbandingan reaktan (6 :1), jumlah katalis 1% dan kecepatan agitator 195 rpm. CPO high
quality sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam reaktor tumpak dan suhu dijaga tetap selama reaksi berlangsung.
Katalis NaOH dicampurkan dengan metanol untuk membentuk NaOCH3. sodium metoksida ini kemudian
dimasukkan ke dalam reaktor tumpak dengan perlahan. Reaksi dilakukan selama 1,5 jam. Sampel produk
diambil pada tiap selang waktu 5, 10, 15, 25, 35, 50, 70 dan 90 menit, untuk diuji konsentrasinya.
Analisis Produk
Produk POME yang diasumsikan sebagai metal palmitat, dianalisis dengan menggunakan Gas
Chromatography (GC) jenis FID. Kolom yang digunakan jenis packed kolom dengan jenis packing GP 3% SP-
2310/2%SP-2300 on Chromosorb W AW produksi Supelco. Panjang kolom 1 m x ¼“ stainless steel dengan suhu
oven 190-220oC dan suhu injektor 240oC.
Dari pengujian bilangan asam dan kadar air CPO didapatkan hasil seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Dari tabel terlihat bahwa bilangan asamnya cukup tinggi, oleh karena itu CPO harus dinetralkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan reaksi transesterifikasi sehingga didapatkan bilangan asam CPO 1,881 mg KOH/gr
sampel. Menurut Cvengro dkk, bilangan asam dari minyak nabati untuk proses transesterifikasi tidak lebih dari 2
miligram KOH/gram sampel.
Dari Gambar 3. terlihat bahwa konsentrasi metil palmitat meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Terlihat pada suhu 50oC konsentrasi metil palmitat hanya 11,91%, dan kemudian meningkat menjadi 12,53%
pada saat suhu 70oC.
KR2-3
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
d [TG ]
r=− = k[TG ] (6)
dt
Persamaan (6) merupakan persamaan kinetika orde satu. Persamaan ini diintegralkan dengan limit antara t = 0
sampai t = t dan konsentrasi dari [TG]0 pada saat t = 0 dan [TG] pada waktu tertentu. Sehingga persamaan di atas
menjadi:
[TG ]0
ln = kt (7)
[TG ]
Persamaan (7) dapat digunakan untuk mencari konstanta laju reaksi (k). Harus diingat bahwa konsentrasi awal
[TG]0 nilainya konstan.
Dari Gambar 4 di bawah ini juga dapat dilihat bahwa suhu berpengaruh pada besarnya k. Kenaikan dari
nilai k terlihat pada suhu 55-70oC. Asumsi digunakannya orde satu terbukti dapat digunakan karena dari plot
antara Ln [TG] versus waktu berupa garis lurus.
KR2-4
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
Nilai k yang telah diperoleh dapat digunakan untuk menghitung besarnya energi aktivasi, yaitu dengan
persamaan Arhenius:
k = Ae − Ea / RT (8)
KR2-5
ISSN 1410-5667
SEMINAR NASIONAL
FUNDAMENTAL DAN APLIKASI TEKNIK KIMIA 2007
Surabaya, 15 November 2007
Diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Kimia FTI – ITS
E 1
ln k = − a + ln A (9)
R T
Maka plot antara ln k dan 1/T diberikan pada Gambar 5. di bawah ini.
Dari gambar diatas maka didapat energi aktivasi sebesar 6,195x103 J/mol.
4. Kesimpulan
Hasil reaksi terbesar didapatkan pada kondisi suhu reaksi 70oC; 12,53 %, Besarnya kandungan FFA dan
kandungan air dalam CPO sangat berpengaruh besar pada laju reaksi dan pada konsentrasi akhir metil ester.
Adanya air di dalam metil ester akan membuat konsentrasi turun pada saat awal-awal reaksi yang semestinya
laju reaksinya cepat, akibat terjadinya reaksi hidrolisis ester yang membentuk asam lemaknya kembali.
Kenaikan suhu berpengaruh terhadap kenaikan konstanta laju reaksi. Konstanta laju reaksi untuk suhu 55-
70 oC adalah 0,0002785-0,000304/menit. Energi aktivasi yang diperoleh adalah 6,195x103 J/mol.
Daftar Pustaka
1. Aprianto, Galih, (2003), “Pemanfaatan PalmOil Methyl Ester Sebagai Bahan Aditif Anti Aus pada Pelumas
Sintesis PAO (Poly α - Olefin)“, Universitas Indonesia.
2. Cang, Raymond, (1994), “Chemistry,Fifth Edition”, McGraw-Hill Inc.
3. D., Darnoko, dan Munir Cheryan, (2000), “Kinetics of Palm Oil Transesterification in a Batch Reactor”,
University of Illinois, Department of Food Science and Human Nutrition.
4. Diasakou, M., dan A. Louloudi, (1998), “Kinetics of the non–Catalytic Transesterification of Soybean Oil”,
ELSEVIER.
5. Ksdiana, D., dan S. Saka, (2000), “Kinetics of Transesterification in Rapeseed Oil to Biodiesel Fuels as
Treated in Supercritical Methanol”, ELSEVIER.
6. Ma, Fangrui dan Milford A. Hanna, (1999), “Biodiesel Production : A review”, ELSEVIER.
7. Sidjabat, Oberlin dan Yunus Rahmat, (1995) “Studi Proses Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi
Bahan Bakar Motor Setara Solar”, Proceedings Diskusi Ilmiah VIII PPPTMGB Lemigas.
8. Srivastava, Anjana dan Prasad Ram, (1999),“Triglycerides–Based Diesel Fuels”, PERGAMON.
KR2-6