Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan

Vol 9, No. 1, Maret 2020


e-ISSN 2620-9209

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM


PEMBELAJARAN

Elvia Baby Shahbana1 , Fiqh kautsar farizqi 2 , Rachmat Satria3


Program Studi Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5, Malang, Indonesia

ABSTRAK

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran, Teori
belajar behaviorisme berorientasi pada “hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara
obyektif”. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behaviorisme adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak dalam
pembelajaran peserta didik.

Kata Kunci : Teori Belajar, Behavioristik, Pembelajaran

I. PENDAHULUAN waktu mengikuti hukum dinamisme


kehidupan, teori-teori belajar tampaknya
Secara sederhana, teori belajar adalah akan terus bermunculan dan bertambah.
suatu prinsip umum atau kumpulan prinsip yang Biasanya yang hadir kemudian atau
saling berhubungan dan merupakan penjelasan belakangan akan mengkritik dan
atas sejumlah fakta dan penemuan yang menyempurnakan teori-teori yang sudah
berkaitan dengan peristiwa belajar. Teori belajar ada atau sebelumnya. Dengan adanya
adalah suatu tesis-tesis yang mendeskripsikan teori-teori yang muncul lebih dulu, maka
beragam aspek pada hakikat belajar. Para para pemikir, praktisi pendidikan, dan
pemikir dan pakar yang punya keahlian di praktisi pembelajaran tertantang untuk
berbagai bidang keilmuan punya sumbangsih mengapresiasi, mempraktikkan, dan
yang penting dalam merumuskan teori-teori menyempurnakannya. Teori yang telah
belajar. Atau setidaknya, pemikiran-pemikiran ada lalu diapresiasi, dipraktikkan, dikritik,
mereka tentang manusia dan kehidupan telah dan disempurnakan. Kemudian muncullah
digunakan oleh para praktisi pendidikan dan teori baru yang dipandang lebih baik,
pembelajaran untuk merumuskan teori-teori lebih sesuai, dan lebih sempurna. Teori
belajar dan mempraktikkannya dalam kenyataan. baru ini kemudian juga diapresiasi,
Teori-teori belajar telah banyak muncul dalam dikritik, dan disempurnakan sebagaimana
sejarah peradaban, dimulai dari yang paling teori-teori yang telah berkembang
awal yakni teori behaviorisme hingga teori sebelumnya.
belajar humanisme. Seiring dengan berjalannya

241
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
Teori belajar behaviorisme berorientasi kejadian atau fenomena yang tampak secara
pada hasil yang dapat diukur, diamati, kasat mata atau jasmaniah dan mengabaikan
dianalisis, dan diuji secara obyektif. Pendekatan aspek-aspek mental hal ini di kemukakan
ini memiliki kontribusi dalam mencapai oleh (Soesilo, 2015). Aliran psikologi atau
perubahan pemikiean, perasaan dan pola teori belajar behavioristik tidak melibatkan
perilaku bagi individu (Sanyata, 2012). minat, emosi, dan perasaan individu dalam
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya proses belajar. Peristiwa dalam pelaksanaan
perilaku yang diinginkan dapat menjadi pembelajaran hanya semata-mata karena
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari stimulus dan respon yang diberikan
penerapan teori behaviorisme adalah kemudian hal tersebut menjadi sebuah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. kebiasaan yang di kuasi oleh individu.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan Belajar apabila ditinjau dari pandangan
positif dan perilaku yang kurang sesuai behavioristik bisa disederhanakan lagi
mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau merupakan suatu bentuk perubahan yang
penilaian didasarkan pada perilaku yang dialami individu berupa kemampuan dalam
tampak. bentuk perubahan tingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil dari adanya stimulus
dan respon. Menurut Sugiyono & Hariyanto
II. METODE PENELITIAN
dalam (Irham & Wiyani, 2015) pokok
Penulisan artikel ini menggunakan metode
perhatian dari teori belajar behavioristik
kajian literatur, yang bertujuan untuk mencari
adalah belajar akan terjadinya akibat dari
teori-teori yang di gunakan sebagai sumber
adanya interaksi antara stimulus dan respon
rujukan dan di gunakan sebagai referensi.
atau output yang dapat diamati dan dapat
Menurut Sugiono (2005) studi literatur merupakan
diukur. Selain itu juga, menurut teori belajar
catatan peristiwa-peristiwa pada masa lalu yang
behaviosritik, meskipun terjadi suatu
berupa gambar, tulisan, atau pun karya
perubahan mental pada individu setelah
monumental seseorang. Sedangkan menurut
melakukan belajar, faktor-faktor tersebut
Bungin (2008) metode literatur merupakan
tidak diperhatikan dan tidak dianggap
metode pengumpulan data yang di gunakan pada
sebagai hasil belajar karena dianggap hal
metodologi penelitian sosial untuk menelusuri
tersebut tidak dapat diamati dan tidak dapat
data-data yang sudah ada. Langkah-langkah yang
diukur. Maka dari itu, pengukuran menjadi
dilakukan oleh penulis yang pertama adalah
hal yang sangat penting untuk melihat
mencari referensi dengan menggunakan keyword
bentuk-bentuk perubahan yang terjadi atau
dari judul artikel, setelah menemukan referensi
tidak adanya perubahan tingkah laku, dan
yang sesuai penulis menelaah teori kemudian
dalam pelaksanaan pembelajaran teori
menjambarkan dengan kalimat sendiri.
behavioritik lebih menekankan pada aspek
pengguatan (reinforcement). Menurut
III. PEMBAHASAN Rusuli dalam dalam (Husamah dkk, 2018)
Temuan yang didapatkan dalam penelitian teori belajar behavioristik semuanya itu
ini adalah menggambarkan teori belajar timbul setelah manusia mengalami kontak
Behavioristik dalam pembelajaran. Teori belajar dengan alam dan lingkungan sosial
Behavioristik merupakan salah satu aliran budayanya dalam proses pendidikan. Maka
psikologi yang memandang bahwasannya perilaku individu akan menjadi sosok yang pintar,
belajar seseorang atau individu hanya pada terampil, dan mempunyai sifat abstrak
25
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar
cara ia belajar dengan lingkungannya. Teori yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
belajar behavioristik memiliki ciri-ciri spesifik secara otomatis apabila kenop yang terletak
menurut Rusuli dalam (Husamah dkk, 2018), di dalam sangkar tersebut tersentuh.
diantaranya adalah: (1) mementingkan faktor Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial
lingkungan, (2) perkembangan tingkah laku and error” atau “selecting and conecting”,
seseorang itu tergantung pada belajar, (3) yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara
menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen mencoba-coba dan membuat salah.
dan tidak secara keseluruhan), (4) sifatnya Percobaan ini menunjukkan bahwa kucing
mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan- tersebut cenderung untuk meninggalkan
kebiasaan, (5) mementingkan masa lalu atau perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai
bertinjauan historis artinya segala tingkah lakunya hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus
terbentuk karena pengalaman dan latihan. yang baru, selanjutnya stimulus baru ini
akan menimbulkan respons lagi, demikian
1) Tokoh-tokoh Teori Behavioristik selanjutnya, sehingga dapat digambarkan
Tokoh-tokoh penting yang sebagai berikut:
mengembangkan teori belajar behavioristik, dapat
dijelaskan sebagai berikut: (1) Edward Lee
Thorndike mengemukakan bahwa belajar
merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut Gambar 1. Rangkaian Teori Balajar
Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus adalah Behaviouristik
suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme Percobaan selanjutnya diletakkan
untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari makanan di luar sangkar kucing, maka
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan kucing berusaha untuk mencapainya dengan
karena adanya perangsang. Dari eksperimen cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan
kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar tidak tersengaja kucing telah menyentuh
(puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai kenop, maka terbukalah pintu sangkar
hubungan antara stimulus dan respons, perlu tersebut, dan kucing segera lari ke tempat
adanya kemampuan untuk memilih respons yang makan. Percobaan ini diulangi untuk
tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan- beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat
(error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
belajar adalah “trial and error learning atau apabila di luar diletakkan makanan.
selecting and connecting learning” dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Menurut Rahyubi (2012) percobaan
Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan yang dilakukan Thorndike menemukan
oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori hukum-hukum belajar sebagai berikut: (a)
belajar koneksionisme atau teori asosiasi Hukum law of readiness (Kesiapan), yaitu
(Rahyubi, 2012). semakin siap suatu organisme memperoleh
suatu perubahan tingkah laku, maka
Percobaan Thorndike yang terkenal pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
dengan binatang coba kucing yang telah menimbulkan kepuasan individu sehingga
26
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
asosiasi cenderung diperkuat. Prinsip pertama akibat tidak menyenangkan cenderung
teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan dihentikan dan tidak akan diulangi.
membentuk asosiasi (connection) antara kesan
panca indera dengan kecenderungan bertindak. Koneksi antara kesan panca indra
Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik dengan kecenderungan bertindak dapat
pada kegiatan menggambar, maka ia akan menguat atau melemah, tergantung pada
cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar dilakukan. Thorndike berkeyakinan bahwa
menggambar akan menghasilkan prestasi yang prinsip proses belajar binatang pada
memuaskan. dasarnya sama dengan yang berlaku pada
manusia, walaupun hubungan antara situasi
Masalah pertama, law of readiness dan perbuatan pada binatang tanpa
dinyatakan jika kecenderungan bertindak dan diperantarai pengartian.
orang melakukannya, maka ia akan merasa puas.
Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain. (2) Ivan Petrovich Pavlov, Classic
Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, conditioning (pengkondisian atau
tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa persyaratan klasik) adalah proses yang
ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan ditemukannya melalui percobaannya
tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
ketidakpuasannya. Masalah ketiga, adalah bila netral dipasangkan dengan stimulus
tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia bersyarat secara berulang-ulang sehingga
melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. memunculkan reaksi yang diinginkan.
Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya. Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
(b) Hukum law of exercise (latihan), yaitu terpengaruh pandangan behaviorisme,
semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai
kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara dengan pendapat Bakker bahwa yang paling
kondisi (yang merupakan perangsang) dengan sentral dalam hidup manusia bukan hanya
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan- pikiran, peranan maupun bicara, melainkan
latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas
keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. atau rencana baru akan mendapatkan arti
Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker,
belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa
materi pelajaran akan semakin dikuasai. (c) dengan menggunakan rangsangan-
Hukum law of effect (akibat), yaitu hubungan rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat
stimulus respon cenderung diperkuat bila berubah sesuai dengan apa yang diinginkan.
akibatnya menyenangkan dan cenderung Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. dengan menggunakan binatang (anjing)
Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin karena ia menganggap binatang memiliki
lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu kesamaan dengan manusia. Namun
perbuatan yang disertai akibat menyenangkan demikian, dengan segala kelebihannya,
cenderung dipertahankan dan lain kali akan secara hakiki manusia berbeda dengan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti binatang. Ia mengadakan percobaan dengan
27
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
cara mengadakan operasi leher pada seekor Skinner membuat eksperimen
anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari sebagai berikut: dalam laboratorium Skinner
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, memasukkan tikus yang telah dilaparkan
maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. dalam kotak yang disebut “skinner box”,
Sebelum makanan diperlihatkan, maka yang yang sudah dilengkapi dengan berbagai
diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, peralatan yaitu tombol, alat pemberi
baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan makanan, penampung makanan, lampu yang
keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat
dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus
dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja berusaha keluar untuk mencari makanan.
tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah keluar dari box, tidak sengaja ia menekan
adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau tombol, kemudian makanan keluar. Secara
perbuatan yang demikian dilakukan berulang- terjadwal diberikan makanan secara
ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada ditunjukkan si tikus, proses ini disebut
anjing tersebut (conditioned respons). shaping. Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung
(3) Burrhus Frederic Skinner, Seperti merpati Skinner mengatakan bahwa unsur
halnya kelompok penganut psikologi modern, terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik Maksudnya adalah pengetahuan yang
untuk menerangkan tingkah laku dengan terbentuk melalui ikatan stimulus respon
pendekatan model instruksi langsung dan akan semakin kuat bila diberi penguatan.
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses Skinner membagi penguatan ini menjadi
operant conditioning. Di mana seorang dapat dua yaitu penguatan positif dan penguatan
mengontrol tingkah laku organisme melalui negatif. Bentuk bentuk penguatan positif
pemberian reinforcement yang bijaksana dalam berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada menunda atau tidak memberi penghargaan,
conditioning klasik. Gaya mengajar guru memberikan tugas tambahan atau
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru menunjukkan perilaku tidak senang.
secara searah dan dikontrol guru melalui Beberapa prinsip Skinner antara lain: (a)
pengulangan dan latihan. Manajemen Kelas hasil belajar harus segera diberitahukan
menurut Skinner adalah berupa usaha untuk kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses benar diberi penguatan; (b) proses belajar
penguatan yaitu memberi penghargaan pada harus mengikuti irama dari yang belajar; (c)
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi materi pelajaran, digunakan sistem
imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. moduldalam proses pembelajaran, tidak
Operant Conditioning adalah suatu proses digunakan hukuman. untuk itu lingkungan
perilaku operant (penguatan positif atau negatif) perlu diubah, untuk menghindari adanya
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat hukuman; (d) dalam proses pembelajaran,
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan lebih dipentingkan aktivitas sendiri; (e)
keinginan. tingkah laku yang diinginkan pendidik,
diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah
28
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
diberikan dengan menngunakannya jadwal menekankan pada terbentuknya perilaku
variabel rasio rein forcer; (f) menggunakan yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
pendekatan shaping. behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang
2) Aplikasi Teori Belajar Behavioristik yang belajar sebagai individu yang pasif.
dalam Pembelajaran Respon atau perilaku tertentu dengan
Bentuk pembelajaran behavioristik dapat menggunakan metode drill atau pembiasaan
dilihat dari berbagai hal yang dilakukan selama semata. Munculnya perilaku akan semakin
proses dan pada bentuk pembelajaran. Menurut kuat bila diberikan reinforcement dan akan
Irham & Wiyani (2015) menyebutkan bahwa hal- menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi
hal penting yang merupakan bentuk atau ciri dari teori behavioristik dalam kegiatan
proses pembelajaran behavioristik dapat dilihat pembelajaran tergantung dari beberapa hal
dari beberapa hal, diantaranya adalah (1) seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
mendudukan siswa sebagai individu yang pasif; pelajaran, karakteristik pembelajaran, media
(2) memunculkan perilaku-perilaku yang dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
diharapkan menggunakan metode pembiasaan- Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pembiasaan atau drill; (3) memandang pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan merupakan sesuatu yang stagnan dan pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak pernah berubah shingga akan disampikan tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
sama pada setiap tahunnya; (4) memandang dengan rapi, sehingga belajar adalah
mengajar hanya sebagai transfer pengetahuan dan perolehan pengetahuan, sedangkan
belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan; mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(5) kurikulum dikembangkan secara terstruktur (transfer of knowledge) ke orang yang
dan pengetahuan sudah ada shingga siswa tinggal belajar atau peserta didik. Fungsi mind atau
mempelajarinya. Sedangkan menurut Sugihartono, pikiran adalah untuk menjiplak struktur
dkk (2007) Terdapat beberapa hal yang perlu pengetahuan yag sudah ada melalui proses
diperhatikan dalam penerapan teori belajar berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
behavioristik dalam proses pembelajaran sebagai sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berikut: (1) mementingkan dan memerhatikan berpikir seperti ini ditentukan oleh
pengaruh lingkungan; (2) mengutamakan karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui Menurut Kim (1992) behavioris berasumsi
mekanisme stimulus-respon (S-R); (3) bahwa tujuan pembelajaran yang penting
mementingkan dan memperhatikan kemampuan dapat ditentukan dan diukur sepenuhnya,
yang sudah dimiliki dan terbentuk pada saat-saat dan beberapa behavioris berpendapat bahwa
sebelumnya; (4) mementingkan pembentukan mengajar bertujuan untuk menciptakan
kebiasaan perilaku melalui latihan dan instruksi yang baik. Peserta didik
pengulangan; (5) hasil belajar yang tercapai diharapkan akan memiliki pemahaman yang
terwujud dalam bentuk perilaku-perilaku yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
diinginkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
atau guru itulah yang harus dipahami oleh
Aliran psikologi belajar yang sangat besar murid. Demikian halnya dalam
pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori pembelajaran, pembelajar dianggap sebagai
dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga objek pasif yang selalu membutuhkan
kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
29
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
karena itu, para pendidik mengembangkan
kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan Tujuan pembelajaran menurut teori
standar-standar tertentu dalam proses behavioristik ditekankan pada penambahan
pembelajaran yang harus dicapai oleh para peserta pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
didiknya. Begitu juga dalam proses evaluasi aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta
belajar peserta didik diukur hanya pada hal-hal didik untuk mengungkapkan kembali
yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
dalam proses evaluasi. atau materi pelajaran menekankan pada
ketrampian yang terisolasi atau akumulasi
Implikasi dari teori behavioristik dalam fakta mengikuti urutan dari bagian ke
proses pembelajaran dirasakan kurang keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
memberikan ruang gerak yang bebas bagi kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas
pembelajaran untuk berkreasi, bereksperimentasi belajar lebih banyak didasarkan pada buku
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. teks/buku wajib dengan penekanan pada
Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat ketrampilan mengungkapkan kembali isi
otomatis-mekanis dalam menghubungkan buku teks/buku wajib tersebut.
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti Pembelajaran dan evaluasi menekankan
kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar pada hasil belajar.
kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori Evaluasi menekankan pada respon
behavioristik memandang bahwa pengetahuan pasif, ketrampilan secara terpisah, dan
telah terstruktur rapi dan teratur, maka peserta biasanya menggunakan paper and pencil
didik atau orang yang belajar harus dihadapkan test. Evaluasi hasil belajar menuntut
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan jawaban yang benar. Maksudnya bila
terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin peserta didik menjawab secara “benar”
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga sesuai dengan keinginan guru, hal ini
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan menunjukkan bahwa peserta didik telah
penegakan disiplin. Kegagalan atau menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan belajar dipandang sebagi bagian yang
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
dihukum dan keberhasilan belajar atau biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
kemampuan dikategorikan sebagai bentuk pembelajaran.
perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian
juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai 3) Bentuk Pelaksanaan Metode
penentu keberhasilan belajar. Peserta didik adalah Pembelajaran Behavioristik
objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, Penerapan teori belajar Behavioristik
sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh dalam pendidikan menurut Irham & Wiyani
sistem yang berada di luar diri peserta didik. (2015) terlihat dalam beberapa hal
Metode penguatan behavioristik sangat efektif diantaranya: (1) bahan-bahan pengajaran
dalam menciptakan perilaku positif pada sudah siap digunakan; (2) bahan pelajaran
lingkungan belajar. Metode seperti itu secara tersusun secara hierarkies, dari sederhana ke
positif mempengaruhi pembelajaran pada peserta rumit dan kompleks; (3) pembelajaran
didik (Faryadi, 2007). berorientasi hasil yang terukur dan teramati
30
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
dalam bentuk perilaku yang diinginkan; (4) 4) Kelebihan dan Kekurangan Teori
pengulangan dan latihan digunakan untuk Behaviorisme
membentuk kebiasaan; (5) apabila perilaku yang Kaum behavioris menjelaskan
diinginkan muncul diberi penguatan positif dan belajar merupakan suatu proses perubahan
yang kurang diinginkan mendapat penguatan tingkah laku dimana penguatan dan
negatif. Proses pembelajaran yang berpijak pada penghargaan, serta hukuman menjadi
teori belajar Behavioristik adalah sebagai berikut: stimulus untuk merangsang siswa dalam
(1) menentukan tujuan pembelajaran dalam berperilaku. Para pendidik biasanya
bentuk standart kompetensi (SK) dan kompetensi menggunakan teori behaviorisme untuk
dasar (KD) serta indikator ketercapaian; (2) merencanakan kurikulum dengan menyusun
menentukan materi pelajaran yang akan diberikan; isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
(3) merinci materi menjadi bagaian-bagaian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan
dalam bentuk pokok bahasan, sub pokok bahasan, tertentu (Rahyubi, 2012). Adapun
dan sebagainya; (4) memberikan stimulus berupa kekurangan dan kelemahan dari teori
pertanyaan-pertanyaan, latihan-latihan, dan tugas- behaviorisme seringkali dikritik karena
tugas dalam proses pembelajaran; (5) adanya tidak mampu menjelaskan situasi belajar
aktivitas memberikan hadiah dan hukuman yang kompleks. Teori ini selalu
(Sugiyono & Hariyanto, 2011). menyederhanakan hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan atau belajar sekedar
Metode pembelajaran Behavioristik tidak pada hubungan stimulus dan respon saja
cocok digunakan untuk semua mata pelajaran serta tidak mampu menjelaskan
karena pada dasarnya metode pembelajaran penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
behavioristik membutuhkan praktik dan dalam hubungan stimulus dan respon itu
pembiasaan misalnya percakapan menggunakan sendiri. Selain itu, teori behaviorisme ini
bahasa asing, olahraga, penggunaan komputer dan juga kurang mampu menjelaskan tentang
lain sebagainya yang membutuhkan latihan dan adanya variasi tingkat emosi siwa, meskipun
pembiasaan. Menurut Sanyata (2012) mereka memiki pengalaman penguatan yang
Perkembangan pendekatan Behavioristik sama. Teori ini tidak dapat menjelaskan
mempunyai konstribusi besar terhadap pencapaian mengapa dua anak yang mempunyai
target konseling untuk mencapai tujuan perubahan kemampuan dan pengalaman penguatan
pikiran, perasaan dan perilaku. Metode belajar yang relatif sama ternyata perilakunya
behavioristik diterapkan untuk melatih dan terhadap suatu pelajaran berbeda, juga
membimbing anak yang membutuhkan dorongan dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
dari orangtua, suka meniru, dan suka mengulangi kesulitannya. Jadi teori ini hanya mengakui
perilaku setelah mendapatkan reward atau hadiah, adanya stimulus dan respon yang dapat
dan dari uraian diatas dapat disimpulkan diamati, dan tidak memperhatikan
bahwasanya konsep pembelajaran dalam teori keberadaan pengaruh pikiran ataupun
belajar behavioristik sebagai ajang pelatihan agar perasaan yang mempertemukan unsur-unsur
terbentukya perilaku yang akibat dari adanya yang diamati tersebut.
hubungan stimulus-respon yang terjadi berulang- Teori behaviorisme juga cenderung
ulang kali dengan adanya dukungan hadiah dan mengarahkan siswa berpikir linier, tidak
hukuman. produktif dan tidak kreatif. Pandangan teori
ini yang mengatakan bahwa belajar
merupakan proses pembentukan, yaitu
31
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
membawa siswa menuju atau mencapai target mendapatkan reward atau hadiah, dan dari
tertentu, menjadikan siswa tidak bebas berkreasi uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya
dan berimajinasi. Padahal, banyak faktor yang konsep pembelajaran dalam teori belajar
mempengaruhi proses belajar. Sedangkan behavioristik sebagai ajang pelatihan agar
kelebihan dan kekuatan memiliki kontribusi nyata terbentukya perilaku yang akibat dari
untuk membentuk kedisiplinan dan tanggung adanya hubungan stimulus-respon yang
jawab. Kedisiplinan dan tanggung jawab terjadi berulang-ulang kali dengan adanya
merupakan elemen penting dalam proses belajar dukungan hadiah dan hukuman.
dan pembelajaran. Kedisiplinan dan tanggung
jawab juga merupakan karakter manusia yang
utama.

IV. SIMPULAN
Teori belajar behavioristik merupakan suatu
bentuk perubahan yang dialami individu berupa
kemampuan dalam bentuk perubahan tingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil dari adanya
stimulus dan respon. Teori belajar behavioristik
memiliki ciri-ciri diantaranya adalah
mementingkan faktor lingkungan, perkembangan
tingkah laku seseorang itu tergantung pada
belajar, menekankan pada faktor bagian (elemen-
elemen dan tidak secara keseluruhan), sifatnya
mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-
kebiasaan, mementingkan masa lalu atau
bertinjauan historis artinya segala tingkah lakunya
terbentuk karena pengalaman dan latihan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pembelajaran, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang
gerak yang bebas bagi pembelajaran untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri.
Metode belajar behavioristik diterapkan untuk
melatih dan membimbing anak yang
membutuhkan dorongan dari orangtua, suka
meniru, dan suka mengulangi perilaku setelah
32
Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan
Vol 9, No. 1, Maret 2020
e-ISSN 2620-9209
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif:


Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Faryadi, Q. (2007). Behaviorism and the


Construction of Knowledge. Diakses di
https://eric.ed.gov/?q=behaviorist+learning
&ft=on&id=ED495301.

Husamah, Pantiwati, Restian, and Sumarsono.


(2018). Belajar & Pembelajaran. Malang:
UMM Press.

Irham, W. (2015). Psikologi Pendidikan Teori dan


Aplikasi dalam Proses Pembelajaran.
Jogjakarta; Arr-Ruzz Media.

Kim, J. (1992). Three Approaches For The


Integration Of Teaching, Testing, and
Learning. Diakses di
https://eric.ed.gov/?q=behaviorist+learning
&ft=on&pg=4&id=ED354250.

Rahyubi, H. (2012). Teori-teori Belajar dan


Aplikasi Pembelajaran Motorik: Deskripsi
dan Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media.

Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan


Behavioristik dalam Konseling. Jurnal
Paradigma. 14 Th. VII, Juli 2012.

Soesilo, T. D. (2015). Teori dan Pendekatan


Belajar Aplikasinya dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.


Yogyakarta: UNY Press.

Sugiono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono., H. (2011). Belajar dan Pembelajaran


Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja
Rosdakary

33

Anda mungkin juga menyukai