KLMPK 2
KLMPK 2
Disusun oleh :
Kelompok 2
NADILA HIDAYAH1814401063
ATIKA RAHMA AYU1814401064
MELLY OKTARI1814401065
NABILA SYAFIRA1814401066
CYNDI ANDARNANTI1814401067
RIRIS NOVRIYANI1814401068
MUHAMMAD FAISYAL1814401069
PANDE NYOMAN S.Y.1814401070
LUFI FUADAH A.N.1814401071
VENI ALPIONITA1814401072
FIRANI LUH FATIN1814401073
RISQI ALFIANA1814401074
KARTIKA NOVIA D.1814401075
Assalamualaikum wr. wb. alhamdulillah atas berkah dan rahmat Allah SWT akhirnya saya berhasil
menyelesaikan Makalah MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN ini.
Tugas ini telah saya buat dengan segenap kemampuan dan dengan usaha yang maksimal, tetapi apa
daya jikalau makalah ini memang masih sangat jauh dari sekadar harapan kami maupun
kesempurnaan. Seperti semua hal di dunia ini, tidak ada suatu apapun yang sempurna kecuali Allah
SWT, maka seperti itulah makalah ini, yang juga memiliki banyak kekurangan. Sekiranya itulah kodrat
seorang manusia, maka kami harap semua pembaca dapat memakluminya. Oleh karena itu, kami
berharap kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan makalah ini dan untuk
ke depannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum wr. wb.
Bandar lampung, 17 Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan
B. Pelayanan kesehatan
C. Pelayanan Keperawatan
D. Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
E. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
F. Mutu pelayanan
G. Dimensi mutu pelayanan
H. Indikator Penilaian Mutu Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini terjadi
karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang membutuhkannya,
berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan
waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan
demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring dengan peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013).
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari
manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya
maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien
baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam makalah ini
penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian, strategi, indikator,
standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat
menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa Mengetahui mengenai Mutu Pelayanan Keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan
b. Mahasiswa Mampu Menjelaskan pengertian Pelayanan kesehatan
c. Mahasiswa Mampu Menjelaskan pelayanan keperawatan
d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan tujuan mutu pelayanan keperawatan
e. Mahasiswa Mampu Menjelaskan faktor mutu pelayanan keperawatan
f. Mahasiswa Mampu Menjelaskan mutu pelayanan
g. Mahasiswa Mampu Menjelaskan dimensi mutu pelayanan
h. Mahasiswa Mampu Menjelaskan indikator mutu pelayanan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh profesi
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam mempertahankan keadaan dari segi
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional yang mengacu pada 5
dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance, responsiveness, dan empathy)
(Bauk et al, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang menggambarkan produk dari
pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada
individu sakit maupun yang sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan keperawatan
merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.
B. Pelayanan kesehatan
Pelayanan adalah produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang
atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan
(Supranto, 2006)
Kotler (1997) dan Tjiptono (2004), menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut :
a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak
dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh
konsumen. Misalnya : pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana pelayanan
keperawatan yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut.
b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan pada
waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak
lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain, pelayanan
dapat diproduksi dan dikonsumsi/dirasakan secara bersamaan. Misalnya : pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan non
standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa pemberi pelayanan,
penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan pelayanan tersebut diberikan.
Misalnya : pelayanan yang diberikan kepada pasien di ruang rawat inap kelas VIP berbeda
dengan kelas tiga.
d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak tahan
lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya : jam tertentu tanpa ada pasien di ruang perawatan,
maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan
untuk dipergunakan lain waktu.
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Menurut Donabedian (1988) aspek pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Struktur, sarana fisik, perlengkapan, dan perangkat organisasi dan manajemen mulai dari
keuangan, SDM, dan sumber daya lainnya
b. Proses, semua kegiatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat,
apoteker dan professional lainnya dalam berinteraksi dan berkomuniksi dengan klien.
c. Output, hasil akhir kegiatan dan pelayanan professional yang telah diberikan kepada klien dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan kepuasan klien
C. Pelayanan Keperawatan
Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan pelayanan keperawatan sebagai
kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat
individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat
disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup
kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada
pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien,
sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan
kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang
bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer responsiveness.
Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES Rl dalam Surat Keputusan Nomor :
660/Menkes/SK/IX/1987. Kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN YANMED Rl
No : 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996,DPP PPNI menyusun
standar profesi keperawatan SK No: 03/DPP /SKI/1996 yang terdiri dari standar pelayanan
keperawatan, praktek keperawatan, standar pendidikan keperawatan dan standar pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
2
Angka decubitus
3
Angka pasien jatuh
4
Angka psien jatuh dengan cidera
5
Angka restrain
6
ISK karena pemasangan cateter di ICU
7
Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di ICU dan HDNC
8
VAP di ICU dn HDNC
10
Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
11
Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
13
Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP
14
Practice Environment Scale—Nursing Work Index
15
Turn over
Standar Nasional
Ʃ BOR
75-80%
Ʃ ALOS
1-10 hari
Ʃ TOI
1-3 hari
Ʃ BTO
5-45 hari
Ʃ NDR
< 2,5%
Ʃ GDR
< 3%
Ʃ ADR
1,15.000
Ʃ PODR
< 1%
Ʃ POIR
< 1%
Ʃ NTRR
< 10%
Ʃ MDR
< 0,25%
Ʃ IDR
< 0,2%
Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian
rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit:
1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial, angka
kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indikator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu institusi
rumah sakit, karena mutu pelayanan keperawatan ini merupakan penilaian bagi masyarakat
terhadap suatu rumah sakit. Indikator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah sakit. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan indikator mutu pelayanan keperawatan di ruang
rawat inap.
B. Saran
Adapun saran yang diharapkan penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mulai menerapkan
manajemen mutu di kehidupan sehari-hari. Mulai meningkatkan manajemen mutu dan dapat
menjaga kualitas mutu dengan sebaik mungkin. Terutama manajemen mutu dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien maupun pasien sehingga dapat menjadi perawat yang
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika
Azwar, A. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia.
Gillies, D.A. 1994. Nursing Management, A System Approach. Third Edition. Philadelphia : WB
Saunders.