Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI DENGAN DIAGNOSA ANEMIA


PADA KLIEN NY. H DIRUANG PERAWATAN ANGGREK 1
RSUD BATARA GURU BELOPA KAB. LUWU
TAHUN 2021

NAMA : RUSDIANI B, S.Kep


NIM : 032020092

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu defisiensi sel darah merah baik secara kualitas maupun
kuantitas, yang menyebabkan penurunan kadar oksigen yang tersedia dalam darah untuk
proses metabolic (Wylie,2010).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1
mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume)
dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara
pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari pada masa anak atau
dewasa (Ngastiyah,2012).
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini,
kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan
oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik
yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak(Wong,2015).

B. Etiologi
Menurut (HandayaniHaribowo, 2012).penyebabanemiadapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemidifisiensiFe, Thalasemia, dan


anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan
anemipernisiosa dan anemi asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia
aplastik dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah

a. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)

Hemolisis dapat terjadi karena:

a. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan


eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya,
ureum pada darah karena gangguan ginjal atau
penggunaan obat acetosal.

4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada

Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral
Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi
esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah
merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi
cacing tambang.
C. Klasifikasi Anemia

Menurut Wong (2015) anemia dapat diklasifikasikan menurut:

1. Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunan jumlah eritrosit atau
hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
- Kehilangan darah yang berlebihan.

Kehilangan darah yang berlebihan dapat diakibatkan karena perdarahan (internal


atau eksternal) yang bersifat akut ataupun kronis. Biasanya akan terjadi anemia
normostatik (ukuran normal), normokromik (warna normal) dengan syarat
simpanan zat besi untuk sintesis hemoglobin (Hb) mencukupi.
- Destruksi (hemolisis) eritrosit.

Sebagai akibat dari defekintrakorpuskular didalam sel darah merah (misalnya


anemia sel sabit) atau faktor ekstrakorpuskular

(misalnya, agen infeksius, zat kimia, mekanisme imun) yang menyebabkan


destruksi dengan kecepatan yang melebihi kecepatan produksi eritrosit.
- Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau komponennya. Sebagai
akibat dari kegagalan sumsum tulang (yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
neoplastik, radiasi, zat-zat kimia atau penyakit) atau defisiensi nutrien esensial
(misalnya zat besi).
2. Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel darah merah.
- Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil dari ukuran
normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran normal)
- Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah merah yang
bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang bentuk nya globular) dan
depranosit (sel darah merah yang bentuk nya sabit/sel sabit).
- Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi hemoglobin;
misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup atau normal), hipokromik
(jumlah hemoglobin berkurang).
D. Jenis-Jenis Anemia

1. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan kebutuhan
tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau anemia defisiensi besi terjai
karena kandungan zat besi yang tidak memadai dalam makanan (Wong,2014)

2. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena terjadinya


penghancuran sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
pendek.Penyebab hemolisis dapat karena kongenital (faktor eritrosit sendiri, gangguan
enzim, hemoglobinopati) atau didapat (Ngastiyah, 2012.)

3. Anemia sel sabit

Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit yang secara kolektif
disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang normal digantikan sebagian
atau seluruhnya dengan hemoglobbin sabit (HbS) yang abnormal.Gambaran klinis
anemia sel sabit terutama karena obstruksi yang disebabkan oleh sel darah merah yang
menjadi sel sabit dan peningkatan destruksi sel darah merah. Keadaan sel-sel yang
berbentuk sabit yang kaku yang saling terjalin dan terjaring akan menimbulkan
obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi sehingga terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya
aliran darah pada jaringan disekitarnya mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya
diikuti dengan iskemia dan infark jaringan (kematian sel). Sebagian besar komplikasi
yang terlihat pada anemia sel sabit dapat ditelusuri hingga proses ini dan dampaknya
pada berbagai organ tubuh. Manifestasi klinis anemia sel sabit memiliki intensitas dan
frekuensi yang sangat bervariasi, seperti adanya retardasi pertumbuhan, anemia kronis
(Hb 6-9 g/dL), kerentanan yang mencolok terhadap sepsis, nyeri, hepatomegali dan
splenomegali (Wong, 2014).
4. Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang


menyebabkan penipisan semua unsur sumsum.Produksi selsel darah menurun atau
terhenti.Timbul pansitopenia dan hiposelularitas sumsum.Manifestasi gejala tergantung
beratnya trombositopenia (gejala perdarahan), neutropenia (infeksi bakteri, demam),
dan anemia (pucat, lelah, gagal jantung kongesti, takikardia). (Betz Cecily & Linda
Sowden, 2015).
Anemia aplastik terbagi menjadi primer (kongenital, atau yang telah ada saat
lahir) atau sekunder (didapat). Kelainan anemia yang paling dikenal dengan anemia
aplastik sebagai gambaran yang mencolok adalah syndrom fanconi yang merupakan
kelainan herediter yang langka dengan ditandai oleh pansitopenia, hipoplasia sumsum
tulang dan pembentukan bercak-bercak cokelat pada kulit yang disebabkan oleh
penimbunan melanin dengan disertai anomali kongenital multipel pada sistem
muskuloskeletal dan genitourinarius.

E. Patofisiologi

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
F. Pathway anemia

Defisiensi B12 Kegagalan produksi Destruksi Perdarahan /


asam folat, besi SDM oleh sumsum SDM belebih
hemofilia
tulang

Penurunan
SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan

Gastrointestinal Hipoksia SSP

Gangguan
Penurunan kerja G1 Reaksi antar saraf perfusi
Mekanisme
berkurang jaringan
anaerob
Peristaltik Kerja lambung
menurun menurun Resiko
ATP berkurang Pusing cedera

Makanan sulit Asam


dicerna lambung Kelelahan Energi untuk
meningkat membentuk antibodi
berkurang
Konstipasi Intoleransi
Anoreksia akrivitas
Resiko infeksi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Manifestasi Klinis

Menurut (Handayani.,Haribowo. 2013), tanda dan gejala dari anemia,


meliputi:

1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).


2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak
tangan menjadi pucat.

Sedangkan menurut Handayani & Andi (2013), tanda dan gejala anemia
dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia atau dapat disebut juga sindrom anemia adalah
gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah
menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat
diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:
 Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
 Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
 Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
 Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.

2. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffytongue).
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda

infeksi.

3. Gejala akibat penyakit yang mendasari


Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasar anemia tersbut.
Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang
berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan
berwatna kuning seperti jerami.
Menurut Muscari (2012) kemungkinan anemia aplastik merupakan akibat dari
faktor kongenital atau didapat sehingga temuan pengkajian dikaitkan dengan
kegagalan sumsum tulang adalah kekurangan sel darah merah dikarakteristikkan
dengan pucat, letargi takikardi dan ekspresi napas pendek. Pada anak-anak, tanda
anemia hanya terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 5 sampai 6 g/100
mL. Kekurangan sel darah putih dikarakteristikkan dengan infeksi berulang
termasuk infeksi oportunistik.Berkurangnya trombosit dikarakteristikkan dengan
perdarahan abnormal, petekie dan memar.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Muscari (2014) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:

1. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin <12 g/dL,


Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)

2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi

3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa

4. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN

5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada penyakit


sel sabit

6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12


I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani, 2014):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
• Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan
ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar hemoglobin,
indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
• Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit.
Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial,
dan hitung retikulosit.
• Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.

2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis


• Faal ginjal
• Faal endokrin
• Asam urat
• Faat hati
• Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
• Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
• Radiologi: torak, bonesurvey, USG, atau limfangiografi.
• Pemeriksaan sitogenetik.
• Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerasechainreaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).
J. Rencana keperawatan

Tujuan Intervensi
No Diagnose keperawatan criteria hasil keperawatan
(NOC) (NIC)
1 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d penurunan Circulation status Intrakranial Pressure
konsentrasi Hb dan Tissue Prefusion : (ICP) Monitoring
darah, suplai oksigen cerebral (Monitor tekanan
berkurang Kriteria Hasil : intrakranial)
Mendemonstrasikan
 Monitor tekanan
status sirkulasi yang
perfusi serebral
ditandai dengan :
 Monitor tekanan
 Tek
intrakranial pasien
anan systole
dan respon
dandiastole dalam
neurology terhadap
rentang yang
aktivitas
diharapkan
 Monitor jumlah
 Tid
drainage cairan
ak ada
serebrospinal
ortostatikhipertensi
 Monitor intake dan
 Tid
output cairan
ak ada tanda tanda
 Monitor suhu dan
peningkatan tekanan
angka WBC
intrakranial (tidak
 Kolaborasi
lebih dari 15 mmHg)
pemberian antibiotik
 Posisikan pasien
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang pada posisi

ditandai dengan: semifowler

 Berkomunikasi  Minimalkan stimuli

dengan jelas dan dari lingkungan


sesuai dengan
kemampuan Peripheral Sensation
 Menunjukkan Management
perhatian, konsentrasi (Manajemen sensasi
dan orientasi perifer)
 Memproses informasi
 Monitor adanya
 Membuat keputusan
daerah tertentu yang
dengan benar
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
Menunjukkan fungsi
mpul
sensori motori cranial
 Monitor adanya
yang utuh : tingkat
paretese
kesadaran mambaik, tidak
 Instruksikan keluarga
ada gerakan gerakan
untuk mengobservasi
involunter
kulit jika ada lsi atau
laserasi
 Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
 Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
2 Defisit perawatan diri NOC : NIC :
b/d kelemahan fisik Self care : Activity Self Care assistane :
of Daily Living ADLs
Definisi : (ADLs)  Monitor kemempuan
Gangguan kemampuan Kriteria Hasil : klien untuk perawatan
untuk melakukan ADL  Klien terbebas dari diri yang mandiri.
pada diri bau badan  Monitor kebutuhan
 Menyatakan klien untuk alat-alat
Batasan karakteristik : kenyamanan terhadap bantu untuk
ketidakmampuan untuk kemampuan untuk kebersihan diri,
mandi, melakukan ADLs berpakaian, berhias,
ketidakmampuan untuk  Dapat melakukan toileting dan makan.
berpakaian, ADLS dengan  Sediakan bantuan
ketidakmampuan untuk bantuan sampai klien mampu
makan, secara utuh untuk
ketidakmampuan untuk melakukan self-care.
toileting  Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
Faktor yang sehari-hari yang
berhubungan : normal sesuai
kelemahan, kerusakan kemampuan yang
kognitif atau dimiliki.
perceptual, kerusakan  Dorong untuk
neuromuskular/ otot- melakukan secara
otot saraf mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake  Kaji adanya alergi
intake yang kurang,  Weight control makanan
anoreksia Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan
 Adanya ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi peningkatan berat badan menentukan jumlah
tidak cukup untuk sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
keperluan metabolisme  Beratbadan dibutuhkan pasien.
tubuh. ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien
tinggi badan untuk meningkatkan
Batasan karakteristik :  Mampume intake Fe
 Berat badan 20 % ngidentifikasi kebutuhan  Anjurkan pasien
atau lebih di bawah nutrisi untuk meningkatkan
ideal  Tidk ada protein dan vitamin C
 Dilaporkan adanya tanda tanda malnutrisi  Berikan substansi gula
intake makanan yang  Menunjukkan  Yakinkan diet yang
kurang dari RDA peningkatan fungsi dimakan mengandung
(Recomended Daily pengecapan dari tinggi serat untuk
Allowance) menelan mencegah konstipasi
 Membran mukosa dan  Tidak terjadi  Berikan makanan
konjungtiva pucat penurunan berat badan yang terpilih ( sudah
 Kelemahan otot yang yang berarti dikonsultasikan
digunakan untuk dengan ahli gizi)
menelan/mengunyah  Ajarkan pasien
 Luka, inflamasi pada bagaimana membuat
rongga mulut catatan makanan
 Mudah merasa harian.
kenyang, sesaat  Monitor jumlah
setelah mengunyah nutrisi dan kandungan
makanan kalori
 Dilaporkan atau fakta  Berikan informasi
adanya kekurangan tentang kebutuhan
makanan nutrisi
 Dilaporkan adanya  Kaji kemampuan
perubahan sensasi pasien untuk
rasa mendapatkan nutrisi
 Perasaan yang dibutuhkan
ketidakmampuan
untuk mengunyah Nutrition Monitoring
makanan  BB pasien dalam
 Miskonsepsi batas normal
 Kehilangan BB  Monitor adanya
dengan makanan penurunan berat
cukup badan
 Keengganan untuk  Monitor tipe dan
makan jumlah aktivitas yang
 Kram pada abdomen biasa dilakukan

 Tonus otot jelek  Monitor interaksi

 Nyeri abdominal anak atau orangtua

dengan atau tanpa selama makan

patologi  Monitor
 Kurang berminat lingkungan selama
terhadap makanan makan
 Pembuluh darah  Jadwalkan
kapiler mulai rapuh pengobatan dan
 Diare dan atau tindakan tidak selama
steatorrhea jam makan
 Kehilangan rambut  Monitor kulit
yang cukup banyak kering dan perubahan
(rontok) pigmentasi
 Suara usus hiperaktif  Monitor turgor
 Kurangnya informasi, kulit
misinformasi  Monitor
kekeringan, rambut
Faktor-faktor yang kusam, dan mudah
berhubungan : patah
Ketidakmampuan  Monitor mual dan
pemasukan atau muntah
mencerna makanan atau  Monitor kadar
mengabsorpsi zat-zat albumin, total protein,
gizi berhubungan dengan Hb, dan kadar Ht
faktor biologis,  Monitor makanan
psikologis atau ekonomi. kesukaan
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

Anda mungkin juga menyukai