Anda di halaman 1dari 15

ISSN 0125-1790

MGI Vol. 27, No. 1, Maret 2013 (11 - 25)


© 2013 Fakultas Geografi UGM dan
Ikatan Geograf Indonesia

ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KECAMATAN


PUNDONG, BANTUL BERDASARKAN PENDEKATAN
GEOMORFOLOGI

Romi Marsell
r_marsell@yahoo.com
BMKG Balai Wilayah V Angkasapura

INTISARI

Gempabumi 27 Mei 2006 mengakibatkan kerusakan berat pada bangunan di Kecamatan


Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kerusakan bangunan yang diakibatkan oleh
gempabumi bervariasi di setiap bentuklahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
geomorfologi dengan satuan bentuklahan sebagai unit analisis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa karakteristik bentuklahan dapat menjadi indikator tingkat kerusakan bangunan akibat
gempabumi. Aspek-aspek geomorfologi memiliki tingkat pengaruh yang berbeda di suatu
daerah dan pengaruh aspek-aspek geomorfologi tersebut membentuk suatu zona rawan
gempabumi di Kecamatan Pundong. Zona kerawanan tinggi terhadap gempabumi berada
pada kelompok bentuklahan Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda. Zona kerawanan sedang
terhadap gempabumi terdapat pada bentuklahan Lereng Kaki Koluvial Material Lava,
Breksi, dan Tuf. Zona kerawanan rendah terhadap gempabumi terletak pada lereng tengah
dan lereng atas perbukitan struktural di sebelah timur Kecamatan Pundong.

Kata kunci : Gempabumi, Geomorfologi, Zonasi, Pundong, Bantul

ABSTRACT

The earthquake May 27, 2006 caused severe damage on buildings in Pundong District,
Bantul Regency, Yogyakarta. Earthquake-induced buildings damage vary at each landform.
This research is using geomorphological approach with landform unit as an analysis unit.
The result shows that landform characteristics can be an indicator level of earthquake-
induced buildings damage. The geomorphological aspects has levels of induce in a certain
area and the induce of geomorphological aspects formed a certain earthquake prone zone in
Pundong District. The high prone zone is located at the group of landforms Fluvio-Volcanic
Young Merapi Plain. The moderate prone zone is located at Colluvial Footslope consist of
breccias, lava, and tuff. The slight prone zone is located in the middle and upper slope of
structural hills in the east part of Pundong District.

Keywords : Earthquake, Geomorphology, Zonation, Pundong, Bantul

PENDAHULUAN menyebabkan kerusakan dan jatuhnya


korban jiwa yaitu sekitar 6.000 orang
Berdasarkan data United States Geological meninggal dan 38.000 luka-luka serta
Survey (USGS) yang disusun ulang oleh 140.000 rumah roboh dan 190.000 rumah
UNOSAT, (2006), bahwa gempabumi yang rusak berat. Lebih lanjut UNOSAT, (2006)
terjadi pada Tanggal 27 Mei 2006 dengan menambahkan episenter gempabumi
magnitudo 6,3 SR yang mengguncang tersebut terletak pada lokasi 7,962º LS dan
Daerah Istimewa Yogyakarta telah 110,458º BT, atau sekitar ± 25 km sebelah
ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Tenggara Kota Yogyakarta (Gambar 1.1) wilayah Kabupaten Bantul yang meliputi
dengan kedalaman dangkal yaitu sekitar 10 Kecamatan Pundong, Imogiri, Jetis, Pleret,
km, atau secara administratif terletak di Banguntapan hingga Piyungan. Agihan
Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. kerusakan ini membentuk suatu zona
kerusakan (damage zone) yang paralel
Menurut Daryono, dkk. (2009), gempa- dengan Sesar Opak (Gambar 1.2). Daerah
bumi tanggal 27 Mei 2006 yang melanda kerusakan bangunan berat, terkonsentrasi
Daerah Istimewa Yogyakarta menye- di sebelah Utara Sesar Opak yang berarah
babkan terbentuknya suatu pola spasial Baratdaya-Timurlaut.
kerusakan berarah Baratdaya-Timurlaut di

Gambar 1.1 Episenter Gempabumi Tanggal 27 Mei 2006 (UNOSAT, 2006)

Gambar 1.2 Pola agihan kerusakan gempabumi Bantul 27 Mei 2006 membentuk “damage zone”
Miura et.al. (2008, dalam Daryono, dkk. 2009)

12 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Penelitian tentang zonasi daerah rawan hasilkan peta kerusakan akibat gempabumi
gempabumi dengan pendekatan geomor- (Gambar 1.3), kemudian peta kerusakan
fologi merupakan penelitian yang bertu- dibandingkan dengan hasil dari peng-
juan untuk membuat zona rawan gempa- hitungan/penilaian (assessment) kerusakan
bumi berdasarkan aspek-aspek geomor- berupa peta geomorfologi yang sudah
fologi yaitu morfologi, morfogenesis, mor- dimodifikasi dan hasilnya digunakan untuk
fokronologi dan morfoaransemen. Data memperbaiki dan mengevaluasi perbesaran
kerusakan bangunan akibat gempabumi di- tapak (site amplification) daerah tersebut
jadikan sebagai acuan pembanding dengan terhadap getaran gempabumi.
tujuan untuk mengetahui akurasi hasil
zonasi daerah rawan gempabumi dengan Berdasarkan uraian pendahuluan, maka
pendekatan geomorfologi. Menurut dapat dirumuskan dua tujuan penelitian.
Midorikawa, (2002) bahwa data historis Tujuan penelitian pertama yaitu menga-
kerusakan akibat gempabumi merupakan nalisis karakteristik bentuklahan dan pe-
kunci penting referensi kegiatan mikro- ngaruhnya terhadap tingkat kerusakan ba-
zonasi seismik dalam upaya verifikasi ngunan akibat gempabumi di Kecamatan
hasil mikrozonasi seismik dan mening- Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
katkan teknik zonasi seismik. Metode yang Tujuan penelitian kedua yaitu mengana-
dilakukan Midorikawa, (2002) dalam lisis zona rawan gempabumi di Kecamatan
upaya mikrozonasi seismik yaitu data Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
historis kerusakan akibat gempabumi di- berdasarkan pendekatan geomorfologi.
kumpulkan dan dikompilasi untuk meng-

Gambar 1.3 Agihan kerusakan dan kondisi geomorfologi sepanjang Sungai Sagami
(Midorikawa, 2002)

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 13


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

METODE PENELITIAN Alat dan bahan penelitian


Alat untuk mengumpulkan, pengukuran
Sampel data penelitian data yaitu seperangkat alat tulis, kamera
Sampel data penelitian adalah aspek-aspek digital, kompas geologi, GPS, dan
geomorfologi yang terdiri atas morfologi, checklist. Untuk penyimpanan data dan
morfogenesis, morfokronologi, dan mor- pembuatan peta digunakan peralatan kom-
foaransemen yang terdapat di Kecamatan puter dan perangkat lunak ArcGIS 9.3.
Pundong. Teknik penentuan sampel satuan Bahan-bahan penelitian berupa data-data
bentuklahan ditetapkan dengan cara pur- yang akan diolah dan dianalisis, data-data
posive sampling. Banyak pengambilan tersebut yaitu data primer berupa ka-
sampel tergantung pada daerah yang ter- rakteristik setiap bentuklahan yang meru-
dapat kerusakan bangunan akibat gempa- pakan bagian dari aspek-aspek geomor-
bumi. Pengambilan sampel dalam pe- fologi yang diperoleh berdasarkan
nelitian ini, ditentukan dengan ketentuan pengukuran di lapangan menggunakan me-
yaitu objek sampel merupakan substansi tode survei dan teknik purposive sampling,
penyusun aspek-aspek geomorfologi yang serta informasi kerusakan bangunan akibat
terdiri atas kemiringan lereng dan mor- gempabumi dan permasalahan yang timbul
fografi, litologi, umur relatif batuan, ben- pada saat terjadi gempabumi yang
tuklahan asal tenaga endogen, bentuklahan diperoleh berdasarkan wawancara dari
asal tenaga eksogen, dan susunan kerua- aparat (Camat, Lurah, Kades, Kadus,
ngan. Jumlah sampel ditentukan berda- RT/RW) atau penduduk di lokasi
sarkan kerusakan bangunan yang terjadi di penelitian. Data sekunder merupakan data
desa/dusun Kecamatan Pundong yang yang sudah ada atau hasil penelitian
tersebar pada enam satuan bentuklahan. terdahulu yang dapat digunakan sebagai
Banyaknya lokasi sampel yang akan di bahan masukan (input) dalam penelitian.
ukur aspek-aspek geomorfologinya di- Data sekunder bersumber dari beberapa
sajikan dalam Tabel 2.1. instansi terkait disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Jumlah daerah pengambilan sampel pada setiap satuan bentuklahan

No. Satuan bentuklahan Jumlah


Dataran Banjir Endapan Merapi Muda Material Lempung,
1. 8
Pasir, Kerikil, dan Kerakal
Dataran Aluvial Kaki Gunungapi Merapi Material Abu, Tuf,
2. 31
Pasir, Kerikil, dan Kerakal
3. Dataran Aluvial Material Aluvium dan Koluvium 6
4. Lereng Kaki Koluvial Material Lava, Breksi, dan Tuf 4
Gawir Sesar Material Tuf, Breksi, Batugamping, Tuf Dasit
5. 5
dan Tuf Andesit
Lereng Atas Perbukitan Struktural Denudasional Material
6. 2
Batugamping, Kalkarenit, dan Kalkarenit Tufan
Total 56
Sumber: Hasil analisis data

14 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Tabel 2.2 Data sekunder penelitian

No. Instansi Data Sekunder


(1) (2) (3)
1 BAKOSURTANAL Peta rupabumi Indonesia1:25000 Lembar
Bantul dan Pundong Tahun 1999
2 Badan Pertanahan Negara Kabupaten Bantul Peta penggunaan lahan1:25000
Tahun 2005
3 Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Peta geomorfologi Kabupaten
Koperasi. Bidang Pertambangan dan Energi Bantul1:50000 Tahun 2006
DI Yogyakarta Data bor Kecamatan Pundong Tahun 2006
4 Direktorat Geologi Departemen Peta geologi bersistem Jawa Tahun 1995
Pertambangan Republik Indonesia
5 PUSPICS Fakultas Geografi UGM Database kerusakan bangunan pasca
gempabumi 27 Mei 2006 Tahun 2007

Pembuatan tabel kelas interval lakukan dengan cara merumuskan hipotesa


Data-data dikelompokkan menjadi kelas- alternatif (Ha) dan hipotesa nol (H0).
kelas interval berdasarkan Aturan Sturgess
(Persamaan 1). Ha = tingkat kerusakan bangunan berat-
k = 1,33 x log n ………………………..(1) roboh lebih banyak terjadi dari tingkat
kerusakan bangunan ringan-sedang pada
keterangan :
satuan bentuklahan.
k : banyaknya kelas.
n : banyaknya data.
H0 = tingkat kerusakan bangunan ringan-
sedang lebih banyak terjadi dari tingkat
Langkah untuk menentukan rentang kelas
kerusakan bangunan berat-roboh pada
interval yaitu data terbesar dikurangi data
satuan bentuklahan.
terkecil, sedangkan untuk menentukan
panjang kelas interval digunakan
Selanjutnya mencari df (degree of
persamaan 2.
freedom) dengan persamaan:
df = N – 1 ……………………………..(3)
panjang = rentang / banyak kelas …………(2)
Untuk mengetahui nilai ttabel (tt),
Penghitungan koefisien komparasi t test dicocokkan besarnya nilai df dengan nilai
Penghitungan nilai koefisien komparasi tt yang terdapat pada tabel nilai “t”.
tingkat kerusakan bangunan akibat gempa- Kemudian t0 dibandingkan dengan ttabel
bumi menggunakan statistik t test. Cara dengan ketentuan sebagai berikut.
yang dilakukan yaitu data kerusakan ba-
ngunan dikelompokkan menjadi dua ke- 1. Bila t0 sama dengan atau lebih
lompok data tingkat kerusakan bangunan besar dari tt maka hipotesis nol (H0)
yaitu kerusakan bangunan tingkat ringan- ditolak, yang berarti tingkat keru-
sedang dan kerusakan bangunan tingkat sakan bangunan berat-roboh lebih
berat-roboh, kemudian data di sortir ber- banyak terjadi dari tingkat keru-
dasarkan satuan bentuklahan. Selanjutnya sakan bangunan ringan-sedang pa-
data tingkat kerusakan bangunan di- da satuan bentuklahan.
komparasikan dengan statistik student test 2. Bila t0 lebih kecil dari tt maka
atau t test menggunakan software hipotesis nol (H0) diterima, yang
Microsoft Excel 2007. Hartono (2008) berarti tingkat kerusakan bangunan
menyatakan bahwa besarnya nilai berat-roboh lebih banyak terjadi
koefisien komparasi dengan menggunakan dari tingkat kerusakan bangunan
t test diberi simbol t0 (tobservasi) dan untuk ringan-sedang pada satuan
memberikan interpretasi terhadap t0 di- bentuklahan.

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 15


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Pembobotan dan pengharkatan Selanjutnya nilai kemampuan yang di-


Zonasi daerah rawan gempabumi ber- berikan dalam zonasi ini adalah angka 1
dasarkan pendekatan geomorfologi dila- hingga 4 (Tabel 2.4). Nilai 1 adalah nilai
kukan dengan cara tumpangsusun peta tertinggi suatu wilayah terhadap kemam-
thematik, pembobotan dan pengharkatan. puannya untuk stabil terhadap bencana
Langkah pengharkatan dilakukan dengan geologi. Nilai 4 adalah nilai untuk daerah
cara parameter-parameter diberi bobot dan yang tidak stabil terhadap bencana alam
substansinya diberi nilai kemampuan, ke- geologi (DPU, 2007).
mudian dilakukan perkalian antara angka
bobot dan nilai kemampuan. Angka bobot Langkah berikutnya melakukan klasifikasi
dalam zonasi ini diberikan dari angka 1 nilai harkat daerah rawan gempabumi.
hingga 5 (Tabel 2.3). Nilai 1 memberikan Peneliti melakukan klasifikasi secara
arti tingkat kepentingan parameter yang mandiri dengan merujuk pada nilai harkat
sangat tinggi, artinya parameter tersebut yang dibuat oleh DPU (2007). Klasifikasi
adalah informasi yang paling diperlukan harkat yang akan digunakan dalam
untuk mengetahui zonasi bencana alam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.5.
(DPU, 2007).

Tabel 2.3 Angka bobot


Pembobotan Klasifikasi
1 Kepentingan Sangat Tinggi
2 Kepentingan Tinggi
3 Kepentingan Sedang
4 Kepentingan Rendah
5 Kepentingan Sangat Rendah
Sumber: DPU, 2007

Tabel 2.4 Klasifikasi nilai kemampuan


Nilai kemampuan Klasifikasi
1 Tinggi
2 Sedang
3 Rendah
4 Sangat Rendah
Sumber: DPU, 2007

Tabel 2.5 Klasifikasi harkat daerah rawan gempabumi


Klasifikasi Rawan Nilai Harkat
Kerawanan rendah 36-46
Kerawanan sedang 47-57
Kerawanan tinggi 58-68
Sumber: DPU, 2007 dengan modifikasi

16 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell, Danang Sri Hadmoko, Jamulya

Matriks nilai pengharkatan penelitian me- Parameter yang digunakan dalam penghar-
rujuk pada matriks yang dibuat oleh DPU katan terdiri dari aspek-aspek geomorfo-
(2007) dan dikembangkan oleh peneliti logi yaitu morfologi, morfogenesis, morfo-
dengan maksud untuk menyesuaikan kronologi dan morfoaransemen.
dengan kondisi data penelitian (Tabel 2.6).

Tabel 2.6 Matriks nilai pengharkatan pada Daerah Rawan Gempabumi dengan substansi yang
diperhitungkan

Angka Harka
No. Parameter Substansi Nilai kemampuan
bobot t
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
a. Pegunungan 2 4
Morfografi b. Perbukitan 3 6
1 Morfologi c. Dataran 4 2 8
a. Datar – Landai (0 – 7%) 1 2
Morfometri / b. Miring – Agak Curam (7 – 30%) 2 4
lereng c. Curam – Sangat Curam (30 – 140%) 3 6
d. Terjal (>140%) 4 8
a.Andesit, granit, diorite, metamorf,
breksi vulkanik, aglomerat, breksi 1 1
sedimen, konglomerat

Morfostruktur b. Batupasir, tufa kasar, batulanau,arkose,


2 1 2
pasif / litologi greywacke, batugamping
c. Pasir, lanau, batulumpur, napal, tufa
3 3
halus, serpih
2 Morfogenesis d. Lempung, lumpur, lempung organik,
4 4
gambut
Morfostruktur a.Gawir sesar
1 3
aktif
b. Perbukitan karst 2 6
3
c. Lereng kaki koluvial 3 9
Morfodinamik
d. Gosong sungai, dataran aluvial,
4 12
dataran banjir
a. Tersier : Miosen 2 10
Umur relatif
3 Morfokronologi b. Tersier : Miosen - Pliosen 3 5 15
batuan
c. Kuarter 4 20
a. Atas 2 8
Susunan
4 Morfoaransemen b. Tengah 3 4 12
keruangan
c. Bawah 4 16
Sumber: DPU, 2007., dikembangkan 2012

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 17


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

HASIL DAN PEMBAHASAN Kerusakan bangunan akibat gempabumi 27


Mei 2006 banyak terjadi pada bentuklahan
Berdasarkan pengolahan data, bahwa Dataran Aluvial Kaki Gunungapi Merapi
kerapatan bangunan tertinggi yang tersebar Material Abu, Tuf, Pasir, Kerikil, dan
di enam satuan bentuklahan di Kecamatan Kerakal dengan kode bentuklahan F1.
Pundong, terdapat pada bentuklahan Jumlah kerusakan bangunan pada
Lereng Kaki Koluvial Material Lava, bentuklahan ini yaitu 778 buah bangunan
Breksi, dan Tuf (Kode bentuklahan D1). rusak ringan-sedang dan 5.161 buah ba-
Besarnya nilai kerapatan bangunan di ngunan rusak berat-roboh. Kerusakan ba-
suatu bentuklahan dikendalikan oleh faktor ngunan dengan jumlah paling rendah
luas daerah dan faktor banyaknya ba- terdapat pada bentuklahan Lereng Atas
ngunan di daerah tersebut. Luas ben- Perbukitan Struktural Denudasional Ma-
tuklahan Lereng Kaki Koluvial Material terial Batugamping, Kalkarenit, dan
Lava, Breksi, dan Tuf yaitu 76,93 ha dan Kalkarenit Tufan dengan kode bentuklahan
jumlah bangunannya yaitu 654 bangunan, S1.1. Jumlah kerusakan pada bentuklahan
sehingga jumlah kerapatan bangunan yang ini yaitu 110 buah bangunan rusak ringan-
terdapat pada bentuklahan Lereng Kaki sedang dan 70 buah bangunan rusak berat-
Koluvial Material Lava, Breksi, dan Tuf roboh (Gambar 3.2).
yaitu 8,5 atau 9 bangunan/ha (Gambar
3.1).

Gambar 3.1 Kerapatan bangunan di enam bentuklahan (Pengolahan data, 2012)

Gambar 3.2 Jumlah kerusakan bangunan akibat gempabumi 27 Mei 2006 pada enam satuan
bentuklahan di Kecamatan Pundong (Pengolahan data, 2012)

18 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Berdasarkan data kerusakan bangunan di


Kecamatan Pundong, maka dapat dihitung Berdasarkan hasil penghitungan meng-
rasio tingkat kerusakan bangunan pada gunakan statistik komparasi t-test, untuk
enam satuan bentuklahan di daerah itu. satuan bentuklahan yang termasuk keda-
Rasio tingkat kerusakan bangunan lam kelompok satuan geomorfologi Da-
merupakan persentase tingkat kerusakan taran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda, se-
bangunan pada suatu tempat atau daerah. cara umum menunjukkan bahwa nilai
koefisien komparasi hasil penghitungan
Bentuklahan dengan nilai persentase tinggi (t0) lebih besar dibandingkan dengan nilai
tingkat kerusakan bangunan berat-roboh koefisien komparasi tabel (tt). Berdasarkan
terdapat pada bentuklahan Dataran Aluvial perumusan hipotesa alternatif (Ha) dan
Material Aluvium dan Koluvium dengan hipotesa nol (H0), maka interpretasi t0 un-
nilai rasio kerusakan bangunan yaitu tuk satuan bentuklahan yang termasuk
91,93%. Nilai rasio tersebut menunjukkan kedalam kelompok satuan geomorfologi
suatu perbandingan tingkat kerusakan Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda
bangunan akibat gempabumi pada ben- yaitu kejadian bangunan rusak dengan
tuklahan itu bahwa 92 dari 100 bangunan tingkat kerusakan berat-roboh lebih ba-
rusak akibat gempabumi tergolong ke- nyak dibandingkan dengan tingkat
dalam bangunan dengan tingkat kerusakan kerusakan bangunan ringan-sedang pada
bangunan berat-roboh (Gambar 3.3). satuan bentuklahan tersebut (Tabel 3.1).
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
Bentuklahan-bentuklahan dengan nilai Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda
rasio kerusakan bangunan tinggi dipenga- memberikan pengaruh terhadap kerusakan
ruhi oleh aspek morfogenesis dan aspek bangunan akibat gempabumi dengan
morfoaransemen daerah itu. Secara lito- tingkat kerusakan berat hingga roboh,
logi, bentuklahan-bentuklahan tersebut ter- sehingga jumlah kerusakan bangunan berat
susun atas material Gunungapi Merapi hingga roboh pada kelompok bentuklahan
Muda yang bersifat lepas-lepas dan ter- Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda
proses oleh aliran permukaan atau aliran lebih banyak jumlahnya dibandingkan
sungai. Hal ini menyebabkan material ini dengan jumlah kerusakan bangunan ringan
memiliki kerentanan seismik tinggi, se- hingga sedang.
hingga bangunan-bangunan yang berdiri di
atas material ini akan berpotensi menga-
lami kerusakan bangunan yang berat aki-
bat getaran gempabumi.

Gambar 3.3 Rasio kerusakan bangunan akibat gempabumi 27 Mei 2006 terhadap kerapatan
bangunan pada tiap satuan bentuklahan di Kecamatan Pundong (Pengolahan data, 2012)

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 19


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Tabel 3.1 Koefisien komparasi tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi pada
kelompok satuan geomorfologi Dataran Fluvio Vulkanik Merapi Muda

Kelompok satuan geomorfologi Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda


Dataran Banjir Endapan Dataran Aluvial Kaki Dataran Aluvial Material
Merapi Muda Material Gunungapi Merapi Material Aluvium dan Koluvium
Lempung, Pasir, Kerikil, dan Abu, Tuf, Pasir, Kerikil, dan
Kerakal Kerakal
df = 7 df = 29 df = 5
tt 1% tt 5% t0 tt 1% tt 5% t0 tt 1% tt 5% t0
3,50 2,36 2,47 2,76 2,04 3,46 4,03 2,75 6,14
Keterangan
Komparasi: Komparasi: Komparasi:
t0 < tt 1%, maka Ha ditolak t0 > tt 1%, maka Ha diterima t0 > tt 1%, maka Ha diterima
t0 > tt 5%, maka Ha diterima t0 > tt 5%, maka Ha diterima t0 > tt 5%, maka Ha diterima
Sumber : Pengolahan data, 2012

Satuan geomorfologi yang termasuk ke Midorikawa (2002) mengemukakan bahwa


dalam kelompok perbukitan struktural, pada bentuklahan rawa belakang, dataran
secara umum menunjukkan bahwa nilai lembah, tanggul alam, dan kipas aluvial,
koefisien komparasi hasil penghitungan terjadi kerusakan bangunan akibat
(t0) lebih kecil dibandingkan dengan nilai gempabumi dengan persentase rasio keru-
koefisien komparasi tabel (tt), sehingga sakan bangunan mendekati 100% di sepan-
interpretasi t0 untuk satuan bentuklahan jang Sungai Sagami. Daryono, dkk. (2009),
yang termasuk kedalam kelompok satuan menambahkan tentang indeks kerentanan
geomorfologi perbukitan struktural yaitu seismik (kg) yang berhubungan dengan
kerusakan bangunan ringan-sedang lebih agihan kerusakan Gempabumi 27 Mei
banyak terjadi dibandingkan kerusakan 2006. Daryono, dkk. (2009), menyatakan
bangunan berat-roboh (Tabel 3.2). Hal ini bahwa nilai indeks kerentanan seismik
menunjukkan bahwa kelompok satuan ben- (Kg) memiliki korelasi dengan agihan
tuklahan perbukitan struktural memberikan kerusakan Gempabumi 27 Mei 2006
pengaruh terhadap kerusakan bangunan (Gambar 3.4). Lebih lanjut Daryono, dkk.
akibat gempabumi dengan tingkat keru- (2009), menjelaskan nilai Kg yang besar
sakan ringan hingga sedang, sehingga jum- (Kg > 6,0) membentuk suatu pola yang
lah kerusakan bangunan akibat gempabumi berarah baratdaya-timurlaut berada pada
dengan tingkat kerusakan ringan hingga Dataran Fluvio-Vulkanik Merapi Muda
sedang lebih banyak jumlahnya diban- tepatnya di sisi graben bagian Timur.
dingkan dengan tingkat kerusakan bangu- Lebih rinci Daryono, dkk. (2009), men-
nan berat hingga roboh. Aspek geomor- jelaskan bahwa nilai indeks kerentanan
fologi yang mempengaruhi tingkat keru- seisimik berubah mengecil setelah me-
sakan bangunan akibat gempabumi pada masuki bentuklahan perbukitan struktural
kelompok bentuklahan ini yaitu morfoge- di sebelah barat dan timur graben.
nesis dengan sub aspek morfostruktur pasif
(litologi).

20 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Tabel 3.2 Koefisien komparasi tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi pada
kelompok satuan geomorfologi perbukitan struktural

Kelompok satuan geomorfologi perbukitan struktural


Lereng Atas Perbukitan
Gawir Sesar Material Breksi, Struktural Denudasional
Lereng Kaki Koluvial Material
Batugamping, Tuff, Tuf Dasit, Material Batugamping,
Breksi, Lava, dan Tuff
dan Tuf Andesit Kalkarenit, dan Kalkarenit
Tufan
df = 3 df = 4 df = 1
tt 1% tt 5% t0 tt 1% tt 5% t0 tt 1% tt 5% t0
5,84 3,18 0,0013 4,60 2,78 0,0068 63,66 12,71 0,2502
Keterangan
Komparasi: Komparasi: Komparasi:
t0 < tt 1%, maka Ha ditolak t0 < tt 1%, maka Ha ditolak t0 < tt 1%, maka Ha ditolak
t0 < tt 5%, maka Ha ditolak t0 < tt 5%, maka Ha ditolak t0 < tt 5%, maka Ha ditolak
Sumber : Pengolahan data, 2012

Gambar 3.4 Perbandingan antara faktor amplifikasi dan indeks kerentanan seismik dengan
rasio kerusakan (Daryono, et al., 2009)

Hasil zonasi daerah rawan gempabumi di Srihardono dan Desa Panjangrejo. Daerah
Kecamatan Pundong berdasarkan pendeka- dengan kriteria zona kerawanan sedang
tan geomorfologi terbagi atas tiga zona terhadap gempabumi terletak di bagian
yaitu zona kerawanan rendah, zona kera- tengah dari Kecamatan Pundong, dan un-
wanan sedang, dan zona kerawanan tinggi tuk daerah dengan kriteria zona kerawanan
(Gambar 3.5). Daerah dengan kriteria zona rendah terhadap gempabumi sebagian be-
kerawanan tinggi terhadap gempabumi sar terletak di bagian Timur Kecamatan
sebagian besar terletak di sebelah barat Pundong.
Kecamatan Pundong yang meliputi Desa

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 21


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Gambar 3.5 Peta zona rawan gempabumi di Kecamatan Pundong berdasarkan pendekatan
geomorfologi (Pengolahan data, 2012)

Karakteristik daerah pada zona kerawanan besar saat terjadi gempabumi. Lebih lanjut
tinggi terhadap getaran gempabumi, secara Daryono (2011) menjelaskan satuan
umum memiliki relief datar hingga landai bentuklahan yang tersusun oleh material
dengan persentase kemiringan lereng yaitu lepas seperti Dataran Fluvio-Vulkanik
0 % hingga 7 %. Sebagian besar material Merapi Muda dan Dataran Kaki Vulkanik
penyusunnya merupakan endapan aluvium Merapi Muda selamanya akan mengalami
vulkanik Gunungapi Merapi muda ber- kerusakan rumah yang parah jika terjadi
umur Kuarter. Endapan ini tersusun atas gempabumi kuat.
tuf, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava
tak terpilahkan. Material tersebut bercam- Hasil penelitian yang dihasil dalam pene-
pur dengan endapan aluvium sungai di se- litian ini juga selaras dengan hasil pene-
panjang kanan kiri sungai dengan material litian Karnawati, dkk. (2007), khususnya
penyusun pasir, kerikil, kerakal, lanau, dan tentang tingkat kerentanan tanah terhadap
lempung. Material-material ini bersifat bahaya gempabumi di Kabupaten Bantul
lepas-lepas dan memiliki tingkat porositas dan Sekitarnya. Karnawati, dkk. (2007)
tinggi yang pada umumnya merupakan menyebutkan sebagian Kecamatan Pun-
material penyusun dari sistem akuifer yang dong termasuk kedalam zona kerentanan
baik. Hal ini didukung oleh pernyataan tanah sangat tinggi terhadap bahaya geta-
Daryono (2011) yang menyatakan bahwa ran gempabumi. Lebih lanjut Karnawati,
satuan bentuklahan yang tersusun oleh dkk. (2007) menguraikan bahwa
material lepas seperti pasir dan kerikil akan pengendali dari zona kerentanan tanah
mengalami ground shear-strain yang lebih terhadap bahaya gempabumi merupakan

22 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

kombinasi dari beberapa faktor yaitu jenis Pundong yaitu berelief agak curam hingga
tanah, kehadiran zona patahan, kehadiran terjal dengan persentase kemiringan lereng
air bawah tanah, dan jarak suatu zona dari 16 % hingga 140 %. Umumnya material
pusat gempabumi. Lebih rinci Karnawati, penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi,
dkk. (2007) menjelaskan kehadiran breksi aliran, lava, dan tuf pada bagian
airtanah yang dangkal atau dekat dengan lereng kaki perbukitan struktural dan
permukaan tanah dengan kedalaman < 5 m lereng tengah perbukitan struktural. Umur
dari permukaan tanah, mengakibatkan relatif material penyusun pada kelompok
likuefaksi yang cenderung menghilangkan bentuklahan perbukitan struktural berumur
kohesi tanah sehingga kemampuan tanah Miosen awal hingga Miosen-Plistosen.
menopang beban menjadi berkurang atau
hilang dan menyebabkan struktur bangu- Peta zona rawan gempabumi di Kecamatan
nan yang ada diatasnya mengalami keru- Pundong berdasarkan pendekatan geomor-
sakan. fologi yang dihasilkan peneliti (2012)
memiliki kesamaan dengan peta mikro-
Karakteristik daerah zona kerawanan se- zonasi seismisitas yang dibuat oleh
dang terhadap gempabumi pada umumnya Daryono (2011) (Gambar 3.6 huruf “c”
memiliki relief miring hingga agak curam dan “d”). Namun demikian, dasar pe-
dengan persentase kemiringan lereng 4 % rumusan klasifikasi kedua peneliti sangat
hingga 16 %. Tingkat kerawanan pada zo- berbeda. Daryono (2011) melakukan
na ini dipengaruhi oleh litologi, proses, dan pengukuran dan pengolahan data mikro-
aransemennya. Zona kerawanan sedang tremor untuk menghasilkan parameter-
terhadap gempabumi lebih banyak terjadi parameter (indeks kerentanan seismik dan
kerusakan bangunan akibat gempabumi ground shear-strain) yang akan digunakan
dengan tingkat kerusakan ringan hingga untuk klasifikasi zona kerentanan secara
sedang. seismik, sedangkan peneliti (2012)
menggunakan aspek-aspek geomorfologi
Karakteristik zona kerawanan rendah ter- (morfologi, morfogenesis, morfokronologi,
hadap getaran gempabumi di Kecamatan dan morfoaransemen) sebagai parameter.

Gambar 3.6 Perbandingan peta zonasi daerah rawan gempabumi : a. Setiawan, 2009; b.
PEMKAB. Bantul, 2010; c. Daryono, 2011; d. Peneliti, 2012 (Pengolahan data, 2012)

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 23


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Pemerintah Kabupaten Bantul, (2010) pasif dan morfodinamik, aspek morfo-


menjelaskan kawasan rawan gempabumi kronologi dan aspek morfoaransemen.
dengan kriteria bahaya tinggi yang Daerah lereng perbukitan, karakteristik
terdapat di Kecamatan Pundong terletak di bentuklahan yang paling mempenga-
sebelah barat, kawasan rawan gempabumi ruhi tingkat kerusakan bangunan akibat
dengan kriteria bahaya sangat tinggi gempabumi yaitu aspek morfologi yang
terletak di bagian Tengah Kecamatan terdiri atas morfografi dan morfometri.
Pundong, dan kawasan dengan kriteria 2. Zona rawan gempabumi di Kecamatan
bahaya rendah terletak di sebelah Timur Pundong Kabupaten Bantul Yogyakarta
Sungai Opak (Gambar 3.6 huruf “b”). Peta berdasarkan pendekatan geomorfologi
kawasan rawan gempabumi yang dibuat terdiri atas tiga zona kerawanan yaitu
Pemerintah Kabupaten Bantul, (2010) zona kerawanan rendah, zona kera-
identik dengan peta zona rawan gempa- wanan sedang, dan zona kerawanan
bumi di Kecamatan Pundong berdasarkan tinggi. Zona kerawanan rendah di-
pendekatan geomorfologi yang dibuat oleh pengaruhi oleh aspek morfogenesis
peneliti. Meskipun demikian, peta zona yang terdiri atas morfostruktur pasif
rawan gempabumi di Kecamatan Pundong dan morfostruktur aktif, aspek mor-
berdasarkan pendekatan geomorfologi fokronologi, aspek morfoaransemen,
(Gambar 3.5) yang dibuat oleh peneliti dan kerapatan bangunan. Zona kera-
(2012) memiliki kesesuaian dengan data wanan sedang dipengaruhi oleh aspek
kerusakan bangunan akibat gempabumi. morfologi, morfostruktur pasif (aspek
Berdasarkan data tersebut bahwa Dusun morfogenesis), aspek morfokronologi,
Candi dan Dusun Piring Desa Srihardono aspek morfoaransemen, dan kerapatan
adalah dusun yang mengalami jumlah bangunan. Zona kerawanan tinggi dipe-
kerusakan bangunan yang paling banyak. ngaruhi oleh aspek morfogenesis yang
Hal ini juga di dukung dengan pernyataan terdiri atas morfostruktur pasif dan
Ikaputra (2008) yaitu Dusun Gedong, Desa morfodinamik, aspek morfokronologi,
Panjangrejo, Kecamatan Pundong meru- aspek morfoaransemen, dan kerapatan
pakan Dusun yang paling parah menderita bangunan.
kerusakan akibat guncangan gempabumi,
dimana kedua daerah tersebut termasuk UCAPAN TERIMA KASIH
dalam lingkup kriteria zona kerawanan
tinggi terhadap getaran gempabumi yang Terimakasih di sampaikan kepada Dr.
dirumuskan oleh peneliti. Danang Sri Hadmoko, M.Sc. dan Drs.
Jamulya, M.S. yang telah membimbing
KESIMPULAN penulis sehingga tulisan ini dapat
diselesaikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di-
lakukan, maka dapat dismpulkan beberapa
hal berikut ini: DAFTAR PUSTAKA

1. Karakteristik bentuklahan yang ditinjau Daryono, Sutikno, Sartohadi. Junun.,


berdasarkan aspek-aspek geomorfologi Dulbahri, dan Kirbani., S.B.
memiliki pengaruh berbeda-beda terha- (2009). Pengkajian Local Site
dap tingkat kerusakan bangunan akibat Effect di Graben Bantul
gempabumi. Daerah dataran, karakte- Menggunakan Indeks Kerentanan
ristik bentuklahan yang paling mempe- Seismik Berdasarkan Pengukuran
ngaruhi tingkat kerusakan bangunan Mikrotremor. Jurnal Kebencanaan
akibat gempabumi yaitu aspek morfo- Indonesia: v.2, no.1.
genesis yang terdiri atas morfostruktur

24 MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013


ZONASI DAERAH RAWAN GEMPABUMI Romi Marsell

Daryono. (2011). Indeks Kerentanan Bahaya Gempabumi di Kabupaten


Seismik Berdasarkan Mikrotremor Bantul dan Sekitarnya. Dongeng
Pada Setiap Satuan Bentuklahan Di Geologi. Diakses tanggal 18
Zona Graben Bantul Daerah Januari 2012, dari
Istimewa Yogyakarta. Disertasi S3. http://rovicky.wordpress.com/2007/
Yogyakarta : Fakultas Geografi. 02/23/peta-tingkat-kerentanan.
UGM.
Midorikawa, Saburoh. (2002). Importance
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat of Damage Data From Destructive
Jenderal Penataan Ruang. (2007). Earthquakes For Seismic
Pedoman Penataan Ruang Microzoning : Damage Distribution
Kawasan Rawan Letusan Gunung During The 1923 Kanto, Japan,
Berapi dan Kawasan Rawan Earthquake. Annals of Geophysics.,
Gempa Bumi. Peraturan Menteri v. 45, n. 6.
Pekerjaan Umum
No.21/PRT/M/2007. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Bantul. (2010). Peta
Kawasan Rawan Gempabumi.
Hartono. (2008). Statistik Untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang
Penelitian. Pustaka Pelajar. Wilayah Kabupaten Bantul Tahun
Yogyakarta. 2010-2030. Bantul.

Ikaputra. (2008). Towards Disaster Setiawan, J.H. (2009). Mikrozonasi


Preparedness District Planning Seismisitas Daerah Yogyakarta dan
Through Spatial Risk Assessment, Sekitarnya. Tesis. Magister ITB:
Case Study of Bantul Post Bandung.
Yogyakarta Earthquake 2006. Star
Publishing Company Inc. Korea. UNOSAT. (2006). Preliminary Damage
Assessment: Java Earthquake.
Karnawati, D., Pramumijoyo, S., dan Diakses tanggal 10 Juli 2011, dari
Husein, S. (2007). Peta Tingkat http://un.or.id_yogya_maps.asp.
Kerentanan Tanah terhadap

MAJALAH GEOGRAFI INDONESIA, Vol 27, No. 1, Maret 2013 25

Anda mungkin juga menyukai