1 PB
1 PB
Romi Marsell
r_marsell@yahoo.com
BMKG Balai Wilayah V Angkasapura
INTISARI
ABSTRACT
The earthquake May 27, 2006 caused severe damage on buildings in Pundong District,
Bantul Regency, Yogyakarta. Earthquake-induced buildings damage vary at each landform.
This research is using geomorphological approach with landform unit as an analysis unit.
The result shows that landform characteristics can be an indicator level of earthquake-
induced buildings damage. The geomorphological aspects has levels of induce in a certain
area and the induce of geomorphological aspects formed a certain earthquake prone zone in
Pundong District. The high prone zone is located at the group of landforms Fluvio-Volcanic
Young Merapi Plain. The moderate prone zone is located at Colluvial Footslope consist of
breccias, lava, and tuff. The slight prone zone is located in the middle and upper slope of
structural hills in the east part of Pundong District.
Tenggara Kota Yogyakarta (Gambar 1.1) wilayah Kabupaten Bantul yang meliputi
dengan kedalaman dangkal yaitu sekitar 10 Kecamatan Pundong, Imogiri, Jetis, Pleret,
km, atau secara administratif terletak di Banguntapan hingga Piyungan. Agihan
Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. kerusakan ini membentuk suatu zona
kerusakan (damage zone) yang paralel
Menurut Daryono, dkk. (2009), gempa- dengan Sesar Opak (Gambar 1.2). Daerah
bumi tanggal 27 Mei 2006 yang melanda kerusakan bangunan berat, terkonsentrasi
Daerah Istimewa Yogyakarta menye- di sebelah Utara Sesar Opak yang berarah
babkan terbentuknya suatu pola spasial Baratdaya-Timurlaut.
kerusakan berarah Baratdaya-Timurlaut di
Gambar 1.2 Pola agihan kerusakan gempabumi Bantul 27 Mei 2006 membentuk “damage zone”
Miura et.al. (2008, dalam Daryono, dkk. 2009)
Penelitian tentang zonasi daerah rawan hasilkan peta kerusakan akibat gempabumi
gempabumi dengan pendekatan geomor- (Gambar 1.3), kemudian peta kerusakan
fologi merupakan penelitian yang bertu- dibandingkan dengan hasil dari peng-
juan untuk membuat zona rawan gempa- hitungan/penilaian (assessment) kerusakan
bumi berdasarkan aspek-aspek geomor- berupa peta geomorfologi yang sudah
fologi yaitu morfologi, morfogenesis, mor- dimodifikasi dan hasilnya digunakan untuk
fokronologi dan morfoaransemen. Data memperbaiki dan mengevaluasi perbesaran
kerusakan bangunan akibat gempabumi di- tapak (site amplification) daerah tersebut
jadikan sebagai acuan pembanding dengan terhadap getaran gempabumi.
tujuan untuk mengetahui akurasi hasil
zonasi daerah rawan gempabumi dengan Berdasarkan uraian pendahuluan, maka
pendekatan geomorfologi. Menurut dapat dirumuskan dua tujuan penelitian.
Midorikawa, (2002) bahwa data historis Tujuan penelitian pertama yaitu menga-
kerusakan akibat gempabumi merupakan nalisis karakteristik bentuklahan dan pe-
kunci penting referensi kegiatan mikro- ngaruhnya terhadap tingkat kerusakan ba-
zonasi seismik dalam upaya verifikasi ngunan akibat gempabumi di Kecamatan
hasil mikrozonasi seismik dan mening- Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
katkan teknik zonasi seismik. Metode yang Tujuan penelitian kedua yaitu mengana-
dilakukan Midorikawa, (2002) dalam lisis zona rawan gempabumi di Kecamatan
upaya mikrozonasi seismik yaitu data Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
historis kerusakan akibat gempabumi di- berdasarkan pendekatan geomorfologi.
kumpulkan dan dikompilasi untuk meng-
Gambar 1.3 Agihan kerusakan dan kondisi geomorfologi sepanjang Sungai Sagami
(Midorikawa, 2002)
Tabel 2.1 Jumlah daerah pengambilan sampel pada setiap satuan bentuklahan
Matriks nilai pengharkatan penelitian me- Parameter yang digunakan dalam penghar-
rujuk pada matriks yang dibuat oleh DPU katan terdiri dari aspek-aspek geomorfo-
(2007) dan dikembangkan oleh peneliti logi yaitu morfologi, morfogenesis, morfo-
dengan maksud untuk menyesuaikan kronologi dan morfoaransemen.
dengan kondisi data penelitian (Tabel 2.6).
Tabel 2.6 Matriks nilai pengharkatan pada Daerah Rawan Gempabumi dengan substansi yang
diperhitungkan
Angka Harka
No. Parameter Substansi Nilai kemampuan
bobot t
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
a. Pegunungan 2 4
Morfografi b. Perbukitan 3 6
1 Morfologi c. Dataran 4 2 8
a. Datar – Landai (0 – 7%) 1 2
Morfometri / b. Miring – Agak Curam (7 – 30%) 2 4
lereng c. Curam – Sangat Curam (30 – 140%) 3 6
d. Terjal (>140%) 4 8
a.Andesit, granit, diorite, metamorf,
breksi vulkanik, aglomerat, breksi 1 1
sedimen, konglomerat
Gambar 3.2 Jumlah kerusakan bangunan akibat gempabumi 27 Mei 2006 pada enam satuan
bentuklahan di Kecamatan Pundong (Pengolahan data, 2012)
Gambar 3.3 Rasio kerusakan bangunan akibat gempabumi 27 Mei 2006 terhadap kerapatan
bangunan pada tiap satuan bentuklahan di Kecamatan Pundong (Pengolahan data, 2012)
Tabel 3.1 Koefisien komparasi tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi pada
kelompok satuan geomorfologi Dataran Fluvio Vulkanik Merapi Muda
Tabel 3.2 Koefisien komparasi tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi pada
kelompok satuan geomorfologi perbukitan struktural
Gambar 3.4 Perbandingan antara faktor amplifikasi dan indeks kerentanan seismik dengan
rasio kerusakan (Daryono, et al., 2009)
Hasil zonasi daerah rawan gempabumi di Srihardono dan Desa Panjangrejo. Daerah
Kecamatan Pundong berdasarkan pendeka- dengan kriteria zona kerawanan sedang
tan geomorfologi terbagi atas tiga zona terhadap gempabumi terletak di bagian
yaitu zona kerawanan rendah, zona kera- tengah dari Kecamatan Pundong, dan un-
wanan sedang, dan zona kerawanan tinggi tuk daerah dengan kriteria zona kerawanan
(Gambar 3.5). Daerah dengan kriteria zona rendah terhadap gempabumi sebagian be-
kerawanan tinggi terhadap gempabumi sar terletak di bagian Timur Kecamatan
sebagian besar terletak di sebelah barat Pundong.
Kecamatan Pundong yang meliputi Desa
Gambar 3.5 Peta zona rawan gempabumi di Kecamatan Pundong berdasarkan pendekatan
geomorfologi (Pengolahan data, 2012)
Karakteristik daerah pada zona kerawanan besar saat terjadi gempabumi. Lebih lanjut
tinggi terhadap getaran gempabumi, secara Daryono (2011) menjelaskan satuan
umum memiliki relief datar hingga landai bentuklahan yang tersusun oleh material
dengan persentase kemiringan lereng yaitu lepas seperti Dataran Fluvio-Vulkanik
0 % hingga 7 %. Sebagian besar material Merapi Muda dan Dataran Kaki Vulkanik
penyusunnya merupakan endapan aluvium Merapi Muda selamanya akan mengalami
vulkanik Gunungapi Merapi muda ber- kerusakan rumah yang parah jika terjadi
umur Kuarter. Endapan ini tersusun atas gempabumi kuat.
tuf, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava
tak terpilahkan. Material tersebut bercam- Hasil penelitian yang dihasil dalam pene-
pur dengan endapan aluvium sungai di se- litian ini juga selaras dengan hasil pene-
panjang kanan kiri sungai dengan material litian Karnawati, dkk. (2007), khususnya
penyusun pasir, kerikil, kerakal, lanau, dan tentang tingkat kerentanan tanah terhadap
lempung. Material-material ini bersifat bahaya gempabumi di Kabupaten Bantul
lepas-lepas dan memiliki tingkat porositas dan Sekitarnya. Karnawati, dkk. (2007)
tinggi yang pada umumnya merupakan menyebutkan sebagian Kecamatan Pun-
material penyusun dari sistem akuifer yang dong termasuk kedalam zona kerentanan
baik. Hal ini didukung oleh pernyataan tanah sangat tinggi terhadap bahaya geta-
Daryono (2011) yang menyatakan bahwa ran gempabumi. Lebih lanjut Karnawati,
satuan bentuklahan yang tersusun oleh dkk. (2007) menguraikan bahwa
material lepas seperti pasir dan kerikil akan pengendali dari zona kerentanan tanah
mengalami ground shear-strain yang lebih terhadap bahaya gempabumi merupakan
kombinasi dari beberapa faktor yaitu jenis Pundong yaitu berelief agak curam hingga
tanah, kehadiran zona patahan, kehadiran terjal dengan persentase kemiringan lereng
air bawah tanah, dan jarak suatu zona dari 16 % hingga 140 %. Umumnya material
pusat gempabumi. Lebih rinci Karnawati, penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi,
dkk. (2007) menjelaskan kehadiran breksi aliran, lava, dan tuf pada bagian
airtanah yang dangkal atau dekat dengan lereng kaki perbukitan struktural dan
permukaan tanah dengan kedalaman < 5 m lereng tengah perbukitan struktural. Umur
dari permukaan tanah, mengakibatkan relatif material penyusun pada kelompok
likuefaksi yang cenderung menghilangkan bentuklahan perbukitan struktural berumur
kohesi tanah sehingga kemampuan tanah Miosen awal hingga Miosen-Plistosen.
menopang beban menjadi berkurang atau
hilang dan menyebabkan struktur bangu- Peta zona rawan gempabumi di Kecamatan
nan yang ada diatasnya mengalami keru- Pundong berdasarkan pendekatan geomor-
sakan. fologi yang dihasilkan peneliti (2012)
memiliki kesamaan dengan peta mikro-
Karakteristik daerah zona kerawanan se- zonasi seismisitas yang dibuat oleh
dang terhadap gempabumi pada umumnya Daryono (2011) (Gambar 3.6 huruf “c”
memiliki relief miring hingga agak curam dan “d”). Namun demikian, dasar pe-
dengan persentase kemiringan lereng 4 % rumusan klasifikasi kedua peneliti sangat
hingga 16 %. Tingkat kerawanan pada zo- berbeda. Daryono (2011) melakukan
na ini dipengaruhi oleh litologi, proses, dan pengukuran dan pengolahan data mikro-
aransemennya. Zona kerawanan sedang tremor untuk menghasilkan parameter-
terhadap gempabumi lebih banyak terjadi parameter (indeks kerentanan seismik dan
kerusakan bangunan akibat gempabumi ground shear-strain) yang akan digunakan
dengan tingkat kerusakan ringan hingga untuk klasifikasi zona kerentanan secara
sedang. seismik, sedangkan peneliti (2012)
menggunakan aspek-aspek geomorfologi
Karakteristik zona kerawanan rendah ter- (morfologi, morfogenesis, morfokronologi,
hadap getaran gempabumi di Kecamatan dan morfoaransemen) sebagai parameter.
Gambar 3.6 Perbandingan peta zonasi daerah rawan gempabumi : a. Setiawan, 2009; b.
PEMKAB. Bantul, 2010; c. Daryono, 2011; d. Peneliti, 2012 (Pengolahan data, 2012)