BAB 1
PENDAHULUAN
ketidakmampuan pasangan suami istri untuk hamil setelah menikah 12 bulan atau
lebih yang melakukan hubungan seksual secara teratur dan tanpa menggunakan
alat kontrasepsi apapun.1 Infertilitas pada wanita secara umum disebabkan oleh
gangguan ovulasi dan uterus, kerusakan tuba, dan idiopatik. 2 Salah satu penyebab
terjadi pada wanita usia reproduksi karena terjadinya proses anovulasi. 4 Diagnosis
PCOS didasarkan pada setidaknya ada dua dari tiga kriteria Rotterdam 2003,
yaitu: oligo-anovulasi atau anovulasi kronik, tanda klinis dan atau biokimiawi
PCOS secara umum banyak terdiagnosis pada perempuan usia reproduksi, namun
PCOS juga merupakan kelainan terkait genetik yang dapat ditemukan pada
prevalensi PCOS pada rentang usia 18-25 tahun sebesar 33%. 8 Penelitian
Knochenhauer et al. (1998) di USA pada perempuan PCOS kulit putih dan kulit
hitam sebesar (29.4 ± 7.1 dan 31.1 ± 7.8, berturut-turut). 9 Penilitian Joham pada
tahun 2015 di Australia, dari 8.612 wanita dengan usia 28-33 tahun, sebanyak
5,8% diantaranya mengalami PCOS dan sebanyak 309 wanita penderita PCOS
penelitian yang dilakukan oleh Sumapraja et al. tahun 2011 didapatkan frekuensi
dampak multisismtem yang besar dari gangguan ini. Perempuan dengan PCOS
metabolik dan PCOS memiliki resistensi insulin sebagai salah satu aspek penting
PCOS. Pada pasien PCOS yang obesitas resistensi insulin dapat ditemukan pada
70-80% pasien sedangkan pada pasien PCOS yang langsing dapat ditemukan pada
20-25% pasien.5,12
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin yang sering terjadi pada
(80%), menstruasi yang irregular (8590%) dan hiperandrogen (80%) yang dapat
disertai dengan hirsutism (70%), akne (30%), seborrhea, dan obesitas (40%).14
Sejak pengamatan awal oleh Stein dan Leventhal pada tahun 1935,
perbedaan etnis dalam gejala klinis dan biokimia dari PCOS. Prevalensi yang
dilaporkan berkisar antara 2,2 - 26% di berbagai negara, tergantung pada metode
dapat dipengaruhi oleh faktor ras atau etnik dan wilayah suatu negara. Pada
wanita infertil ditemukan PCOS sebesar 4-18%. Prevalensi wanita PCOS di Iran
pada usia reproduksi sebesar 15,2% menurut kriteria Rotterdam. 16 Data di Eropa,
4
sebesar 26% wanita menderita PCOS sedangkan di Alabama berkisar 4,511% dan
Penilitian Joham et al., pada tahun 2015 di Australia, dari 8.612 wanita
dengan usia 28-33 tahun, sebanyak 5,8% diantaranya mengalami PCOS dan
al. tahun 2011, didapatkan frekuensi tertinggi pada rentang usia 26-30 tahun, yaitu
antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk kebiasaan makan, perilaku, atau
faktor lain yang tidak ditentuk. Beberapa faktor juga bertanggung jawab, seperti
secara langsung atau tidak langsung pada PCOS dan penyakit penyerta. Faktor-
faktor yang berhubunga dengan PCOS, yaitu:5,17 Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.1.
5
2.3.1 Hiperandrogenisme
akne, atau alopesia androgenik) dan pengukuran hormonal. Profil androgen serum
dari ovarium dan pada tingkat yang lebih rendah dari kelenjar adrenal. Langkah
pertama dalam sintesis androgen terjadi di sel teka yang distimulasi LH dan
dominan yang siap untuk ovulasi. Pada pasien PCOS, androgen ovarium diubah
pada sel granulosa untuk mencegah perkembangan folikel. Folikel terus tumbuh
tetapi ditahan pada tahap awal sebelum proses maturasi. Terhentinya proses
pasien PCOS terdapat hipertropi lapisan sel teka yang bertugas mensintesis
androgen.17
mungkin terkait dengan aktivasi folikel dini oleh LH. Willis dkk. menemukan
sekresi estradiol dan progesteron yang diinduksi LH dari folikel sekecil 4 mm dari
berovulasi. Respon dini terhadap LH ini dikaitkan dengan akumulasi cAMP yang
2.3.2 Obesitas
insulin. Hiperinsulin akan menstimulasi sel teka ovarium secara berlebihan untuk
estrogen yang tinggi dapat menyebabkan kelainan pulsasi LH. Pada obesitas juga
ketika jaringan yang responsif terhadap insulin seperti hati menjadi kurang sensitif
binding globulin (SHBG) pada hepar sehingga kadar free testosteron akan
meningkat.17,18
androgen di organ perifer. Konsentrasi androgen bebas tidak hanya terjadi akibat
kelebihan produksi androgen namun dapat juga terjadi akibat penurunan kadar sex
hormone binding globuline (SHBG).19 Kulit merupakan salah satu organ target
sehingga terjadi siklus yang tidak berujung yang akan memperburuk gangguan
9
metabolik dan hormonal pada pasien PCOS.20 Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.2.
berlebih dan gagal untuk mengatur esterogen reseptor pada waktu Window of
regulasi serta aktivitas reseptor steroid dapat berkontribusi pada tingkat kehamilan
peningkatan risiko hingga 50% untuk keguguran pada wanita dengan PCOS.22
10
beberapa ekspresi gen terutama HOXA10 dan HOXA11. Gen ini penting untuk
termasuk avb3 integrin, IGFBP-1, dan faktor penghambat leukemia (LIF) juga
diatur oleh gen HOX. Wanita dengan PCOS mengalami penurunan ekspresi
HOXA10 selama fase sekretori dan penurunan integrin. Penanda lainnya adalah
WT1. Perubahan ekspresi gen ini dapat menyebabkan implantasi abnormal dan
yang abnormal.17
Wanita dengan PCOS sering muncul dengan siklus haid yang tidak normal
dan anovulasi, dimana hasilnya minimal atau tidak ada produksi progesterone
PCOS lebih tebal dibandingkan pada wanita yang normal. 21 Ada semakin banyak
infertilitas dan gangguan endometrium diamati pada wanita dengan sindrom ini.
dan implantasi yang rendah dan tingkat keguguran yang lebih tinggi. Hal ini dapat
2.3.6 Vitamin D
vitamin D dan infertilitas juga telah dilaporkan. Studi terbaru menunjukkan bahwa
yang rendah.17
12
menjadi dua, yaitu pengaruh lingkungan in utero dan pengaruh lingkungan post-
natal.23
dan bayi yang kecil untuk masa gestasinya. Bayi tersebut memiliki predisposisi
insulin). Franks pada tahun 2012 menjelaskan bahwa androgen berlebih tersebut
sangat mungkin berasal dari ovarium janin itu sendiri karena androgen dari ibu
akan diubah menjadi estrogen oleh aromatase plasenta. Androgen yang berlebih
bahwa prevalensi PCOS pada berbagai ras tidak ada perbedaan, tetapi ras
olahraga, dan gaya hidup.23 Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Model Hubungan Kompleks antara Faktor Genetik dan Lingkungan
Terhadap Kejadian PCOS.5
14
a. Diet tinggi lemak jenuh dan tinggi gula akan memacu pertumbuhan bakteri
b. Diet tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah serat dalam makanan dapat
oleh pasien adalah gangguan ovulasi berupa oligo hingga amenorea, infertilitas,
termasuk adanya resistensi insulin dan peningkatan androgen plasma. Tiga kriteria
Child Health and Human Disease (NICHD) dari US National Institutes of Health
(NIH) pada tanggal 16-18 April 1990. Selama pertemuan ini, semua peserta
disurvei mengenai persepsi mereka tentang kriteria apa yang membentuk bagian
dari PCOS. Mereka menyimpulkan bahwa kriteria utama untuk PCOS harus
berlebihan yang muncul pada pria, akne atau alopesia androgenik) dan/atau
peningkatan total, bioavaibale atau free serum testosterone); (2) anovulasi atau
pada interval < 21 hari atau jarang terjadi perdarahan dengan interval> 35 hari;
ovulasi; (2) wanita dengan hirsutisme dan oligo-ovulasi atau; (3) wanita dengan
diagnosis PCOS ditegakkan dengan adanya 2 dari 3 gejala yaitu (1) tanda klinis
Ultrasonografi (USG).26
amenorrhea dapat didiagnosis dengan PCOS, dan hampir 95% perempuan dengan
antral lebih tinggi. Kondisi anovulasi terjadi akibat sekresi hormon gonadotropin
dibandingkan FSH.27
B. Hiperandrogenisme
androgenik, akne, dan gejala lainnya, namun penilaian terutama diperoleh dari
hirsutisme.28
index (FAI) merupakan androgen yang lebih sering digunakan dalam diagnosis
androgen index (FAI). Nilai FAI dihitung dari total testosteron dalam nmol/L
dibagi dengan kadar SHBG dalam nmol/L x 100, dan dikatakan masuk dalam
kriteria Rotterdam tahun 2003 mengacu pada adanya setidaknya satu ovarium
yang menunjukkan 12 atau lebih folikel berukuran diameter 2–9 mm, terlepas dari
transvaginal.26 Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Contoh dari gambaran ovarium
penentu terkuat dari patofisiologi PCOS dan disfungsi metabolik terkait, sehingga
berbeda dengan yang disebutkan oleh Lizneva et al. dan Guastella bahwa fenotipe
A dan B merupakan yang paling sering ditemukan. 30,31 Menurut studi oleh
obesitas abdominal, peningkatan nilai androgen, nilai LH, serta peningkatan nilai
klasik, yaitu fenotipe A dan B, memiliki nilai anti-Müllerian AMH (nilai normal:
Kriteria terbaru ditentukan oleh gugus tugas dari Androgen Excess (AE)
dan (3) pengecualian kelebihan androgen lain atau gangguan terkait. AE-PCOS
(2006) mencoba untuk membuat keseimbangan antara definisi NIH (1990) dan
mereka. Pada definisi kriteria ini, wanita ovulasi dengan hirsutisme dan/atau
polikistik pada pemeriksaan pada USG, tanpa bukti kelebihan androgen, seperti
tetap perlu dievaluasi secara biokimia pada seluruh perempuan suspek PCOS.
klasik Ferriman – Gallwey, masing masing dari 11 area tunuh dinilai dari 0 (tidak
adanya rambut terminal) hingga 4 (pertumbuhan rambut terminal yang luas) dan
– Gallwey yang disederhanakan masing-masing dari 3 area tubuh dinilai dari skor
22
Ferriman – Gallwey yang dimodifikasi. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
2.8.
23
yang dimodifikasi, dan didapat bahwa manifestasi klinis PCOS dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan gaya hidup serta etnis pasien. Hal ini menjelaskan bahwa
Tenggara, sementara studi oleh Chen et al. tahun 2008 melaporkan dari 2,2%
pasien PCOS di Cina bagian selatan, tidak terdapat pasien dengan skor ≥ 6.5
dengan jumlah folikel antral pada pemeriksaan USG, kadar testosteron, dan
volume ovarium. Kadar AMH serum lebih tinggi 2 – 3 kali lipat pada pasien
telah disarankan untuk diagnosis PCOS. Penelitian oleh Wiweko tahun 2014
melaporkan pasien dengan kadar AMH yang tinggi memiliki kemungkinan 9 kali
proses metabolik. Sebagian besar pasien PCOS menderita resistensi insulin dan
24
saat ini merupakan etiologi tersering menyebabkan PCOS dan juga gejala-gejala
klinik yang sering terjadi seperti AKNE, hirsutisme, serta peningkatan serum
resistensi insulin, yang juga cukup sering ditemui pada pasien PCOS. Hal tersebut
insulin baik puasa maupun setelah TTGO, pemeriksaan kadar glukosa sekuensial
dilaporkan bahwa pada tahap awal cukup dilakukan pemeriksaan kadar glukosa
puasa. Pemeriksaan TTGO dilakukan bila kadar glukosa puasa 110-126 mg/dl.23
Hingga saat ini baku emas dalam penilaian sensitivitas kerja insulin adalah
PCOS, namun karena keterbatasan peralatan dan tenaga, maka sulit untuk
25
digunakan pada PCOS. HOMA-IR dihitung dengan membagi kadar glukosa puasa
insulin pada pengukuran dengan HOMA-IR ditandai dengan nilai lebih dari 3,2-
3,9. Sedangkan, perhitungan dari metode QUICKI yaitu kebalikan dari jumlah
+log(insulin)]; resistensi insulin ditandai dengan nilai lebih dari 0,33. HOMA-IR
dan QUICKI dapat digunakan pada pasien dengan euglikemik dan hiperglikemik.5
oosit.12,28
PCOS: (1) Teori efek auto-inhibitor dikarenakan jumlah folikel yang berlebihan;
(b) Teori efek prematur dari LH pada sel granulosa terhadap seleksi folikel; (c)
26
hiperinsulinemia; (d) Teori peningkatan aktivitas dari c-AMP pada sel granulosa
dari folikel; (e) Teori abnormalitas oosit dan teori peningkatan AMH (Anti
infertilitas pada pasien PCOS. Telah lama diketahui bahwa pada pasien PCOS
selama induksi ovulasi multipel saat proses FIV, didapatkan oosit dalam jumlah
banyak saat pengambilaan oosit. Namun oosit tersebut memiliki kualitas yang
kurang baik, pembelahan dan implantasi juga rendah dan tingginya kemungkinan
metabolik dan perubahan pada lingkungan di dalam maupun diluar rahim selama
intervensi diet dan aktivitas fisik. Modifikasi diet pada perempuan dengan PCOS
memiliki efek perbaikan profil hormonal dan metabolik. Pengaturan diet harus
modifikasi gaya hidup, diharapkan dapat menurunkan kadar lemak dalam tubuh
27
Kombinasi antara olahraga dan pembatasan jumlah kalori yang dikonsumsi lebih
cepat mengecilkan lingkar pinggang dan menurunkan massa lemak pada hepar
2.6.1.1 Diet
penurunan berat badan dan pada perempuan PCOS dengan IMT ≤25kg/m 2
disarankan untuk menjaga berat badan agar tidak berlebih. Pada kedua kelompok
dimaksud adalah 50% karbohidrat, 20% protein, dan 30% lemak. Asupan lemak
tersebut juga dibagi menjadi 10% lemak jenuh, 10% lemak polyunsaturated, dan
protein, lemak dan serat harus dikonsumsi dalam proporsi yang tepat.5
a. Diet karbohidrat
28
darah setelah konsumsi makanan tersebut. IG pada beberapa bahan pangan dapat
tinggi meningkatkan kembali resistensi insulin. Selain itu, data dari studi
hiperandrogenemia.5
b. Diet protein
membandingkan efek dari diet tinggi protein (protein >40%, lemak 30%,
karbohidrat <30%) dengan diet protein standart (protein <15%, lemak 30%, dan
karbohidrat 55%). Dari penelitian tersebut didapatkan penurunan berat badan dan
penurunan lemak tubuh lebih besar pada diet tinggi protein dibandingkan dengan
diet protein standart. Hal ini juga sejalan dengan penurunan nilai lingkar pinggang
dan kadar insulin pada diet tinggi protein dibandingkan diet protein standar.5
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet tinggi protein dan
PCOS dengan adanya penurunan yang signifikan massa tubuh, akumulasi lemak
bahwa diet 1.400 kkal/hari, terlepas dari kandungan protein (30% dan 15%)
c. Diet lemak
mellitus tipe 2. Secara keseluruhan, asupan lemak sebaiknya tidak lebih dari 30%
dari total kalori dari diet, dengan maksimum 10% dari kalori berasal dari lemak
jenuh.5
30
d. Diet serat
Piraloo dkk (2014) melakukan sebuah studi RCT mengenai efek diet tinggi
serat terhadap perubahan profil hormon pada perempuan dengan IMT lebih dari
dan testosteron yang signifikan sesudah intervensi diet pada kelompok yang
mendapat diet tinggi serat (sebanyak 25gram/hari yang terdiri dari sayur-sayuran
e. Vitamin D
diserap oleh 7dehidrokolesterol yang terdapat pada kulit dan berubah menjadi
menyusun ikatan kimianya menjadi bentuk vitamin D dan lebih stabil terhadap
matahari (pagi atau sore), usia, dan penggunaan tabir surya akan mempengaruhi
minyak ikan dari ikan salmon, ikan kembung, ikan kod, ikan tuna, dan ikan sarden
(sekitar 360 IU per 1000 gram penyajian). Kuning telur juga merupakan salah satu
ikan (hanya 50 IU per kuning telur). Kandungan kolesterol pada kuning telur
cukup tinggi sehingga kuning telur bukan sumber pilihan utama untuk memenuhi
aerobik yang berintensitas sedang minimal 30 menit setiap 5 kali dalam seminggu
atau aerobik yang berintensitas berat minimal selama 20 menit setiap 3 kali dalam
optimal.33
fisik. Perubahan lemak viseral tidak dapat dicapai dengan perubahan pola makan
yang berintensitas sedang setiap 3-5 kali dalam seminggu, idealnya dilakukan
dan berkebun. Durasi olahraga 30-45 menit/hari atau lebih dari 150 menit/minggu.
Olahraga yang berintensitas sedang ini sesuai dengan 150 kalori dari konsumsi
2.6.2 Farmakologi
macam hormon dosis rendah, yaitu progestin dan estrogen sintesis. Dasar dari
PKK adalah meniru proses-proses alami pada tubuh perempuan. Pil akan
- Jenis :
1. Monofasik : Jenis pil yang paling banyak digunakan. Pil yang tersedia
(E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
- Cara kerja : fungsi PKK pada terapi PCOS secara umum untuk
dengan estrogen. Hal ini menjadi endometrium hiperplasia dan dapat terjadi
b. Progestin
- Jenis :
1. Progestin Only Pil (POP): pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja
dengan dosis yang sangat rendah seperti hormon alami progesteron dalam tubuh
meliputi:5
34
2. Implan: alat kontrasepsi berupa batang plastik kecil atau kapsul, masing-
masing seukuran batang korek api, yang dapat melepaskan progestin seperti
hormon progesteron alami dalam tubuh perempuan, dan dipasang di bawah kulit
- Implanon®
- Sino-Implan (II), juga dikenal sebagai Femplant, Trust Implan, dan Zarin:
alami dalam tubuh perempuan. Hormon tersebut akan didepot di dalam otot dan
ovarium. Selain itu, progestin juga memiliki efek antagonis pada reseptor
- Cara kerja : Klomifen sitrat adalah terapi lini pertama induksi ovulasi pada
kehamilan pada pasien PCOS yang respon terhadap klomifen sitrat yaitu rata-rata
sebesar 15% per siklus. Syarat pemberian klomifen sitrat yaitu adanya aksis
estrogen ini akan meningkatkan produksi GnRH dari hipotalamus yang kemudian
akan menstimulasi perkembangan folikel.5 Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
2.7.
dosis 50 mg/hari melalui rute oral selama 5 hari yang dimulai pada hari ke-2
36
hingga ke-5 siklus menstruasi. Dosis dapat ditingkatkan hingga 100 mg/hari jika
tidak terdapat respons atau dikurangi menjadi 25 mg/hari jika respons terlalu
berlebihan. Resistensi terhadap klomifen sitrat terjadi jika tidak terdapat ovulasi
setelah diberikan klomifen sitrat selama enam siklus berturutturut dengan dosis
150 mg.5
perut kembung, perubahan mood, pusing, dan mual. Pemberian klomifen sitrat
1. Metformin
dan kehamilan. Metformin dapat menurunkan kadar insulin puasa tetapi tidak
Dosis awal metformin yang diberikan yaitu 250-500 mg/hari melalui rute
oral dan ditingkatkan hingga dosis optimal yaitu 1500-2250 mg yang dibagi
37
juga dapat diberikan dua kali sehari sebanyak 850 mg/kali pemberian untuk
dapat menurunkan kadar AMH, jumlah folikel, dan volume ovarium perempuan
pada jaringan adiposa, namun juga dapat ditemukan di sel beta pankreas, endotel
vaskular dan makrofag. Obat golongan tiazolidindion yang pertama kali diizinkan
penggunaannya yaitu troglitazon namun telah ditarik kembali dari pasar karena
mekanisme: (1) Mekanisme langsung atau disebut juga hipotesis 'fatty acid steal'
yaitu dengan meningkatkan ambilan asam lemak pada jaringan adiposa sehingga
massa jaringan adiposa akan meningkat dan menyelamatkan jaringan lain yang
sensitif terhadap insulin seperti sel beta pankreas, hepar dan otot rangka dari efek
buruk asam lemak. (2) Mekanisme tidak langsung yaitu dengan meningkatkan
38
aktif).5
3. Inositol
kualitas oosit (menurunkan jumlah total germinal vesicle dan oosit yang
Pada awalnya aromatase inhibitor (AI) digunakan sebagai salah satu terapi untuk
untuk pertama kalinya sebagai obat baru untuk induksi ovulasi pada perempuan
PCOS yang resisten terhadap klomifen sitrat. Letrozol dan anastrozol merupakan
tingkat ovulasi dan kelahiran hidup secara signifikan serta menurunkan risiko
yang diberikan melalui rute oral. Dosis letrozol yaitu antara 2.5-7.5 mg/hari yang
diberikan selama lima hari dan dimulai di hari ke-3 pada siklus ovulasi.5
didefinisikan dengan adanya satu folikel yang berukuran ≥16 mm. Hal ini penting
siklus anovulasi yaitu dimulai dengan dosis 150 IU setiap hari. Protokol
untuk mengurangi terjadinya risiko ini yaitu dengan menggunakan protokol dosis
rendah 50-70 IU/hari selama 7-14 hari dan dosis ditingkatkan bertahap setiap
itu, rute pemberian gonadotropin yang mungkin kurang nyaman bagi pasien serta
Terapi ini dipilih untuk pasien yang sulit dipantau dengan terapi
risiko kehamilan multipel. Terapi ini lebih efektif pada pemeriksaan awal hormon
bermakna setelah terapi. Siklus menstruasi yang teratur setelah terapi pada 63-
IVF merupakan pilihan bila terjadi kegagalan terapi lini pertama dan
kedua. Biasanya IVF menjadi pilihan pada kelainan berat pada perempuan
Protokol yang dapat dipilih sebelum tindakan IVF di antaranya kombinasi atau
FSH, agonis GnRH, dan antagonis GnRH. Protokol yang paling sering dipilih
yaitu desensitisasi FSH yang dimulai pada fase awal, tengah, dan akhir luteal
untuk mengawali siklus dari fase folikel hingga pemberian hCG. Keberhasilan
IVF pada PCOS sama dengan pasien tanpa PCOS yang menandakan PCOS sama
terapi pijat. Akupunktur merupakan modalitas yang paling umum dan terbukti
wanita PCOS yang menerima akupunktur selama 2-3 bulan. Pada akhir penelitian,
pada pasien yang memiliki kadar testosteron dan insulin tinggi serta obesitas.35
42
BAB 3
KESIMPULAN
hirsutisme dan akne. Infertilitas pada pasien dengan PCOS diakibatkan oleh oligo
ataupun anovulasi.
berbeda dengan induksi pada pasien infertil lainnya. Pada PCOS induksi ovulasi
yang pertama kali dilakukan adalah dengan mengurangi berat badan dan
43
mengubah gaya hidup yang menyebabkan kegemukan. Jika langkah ini kurang
DAFTAR PUSTAKA
17. Shavit Tal dan Tulandi Togas. Infertility and Subfertility Cofactors in
Women with PCOS. In: Infertility in Women with Polycystic Ovary
Syndrome. Itali: Springer; 2018: 63-70.
18. Wickenheisser J, McAllister J. Ovarian Steroidogenic Abnormalities in
PCOS. In: Azziz R, editor. The Polycystic Ovary Syndrome: Current
Concepts on Pathogenesis and Clinical Care. Springer; 2007 :69-82.
19. Rojas, J., Chavez, M., Olivar, L., Rojas, M., Morillo, J., Mejias, J., Calvo,
M., and Bermudez, V. 2014. Polycystic Ovary Syndrome, Insulin
Resistance, and Obesity: Navigating the Pathophysiologic Labyrinth.
International Journal of Reproductive Medicine; 20(7): 265–275.
20. Escobar-Morreale H, San Millan J. 2007. Abdominal adiposity and the
polycystic ovary syndrome. Trends Endocrinol Metab;18(7):266-72.
21. Li, X., Feng, Y., Lin, J., Billig, H., and Shao, R. 2014. Endometrial
progesterone resistance and PCOS. Journal of Biomedical Science, 21:2
22. Savaris RF, Groll JM, Young SL, Demayo FJ, Jeong JW, and Hamilton
AE. 2011. Progesterone resistance in PCOS endometrium: a microarray
analysis in clomiphene citrate-treated and artificial menstrual cycles. J
Clin Endocrinol Metab. 96:1737-46.
23. Norman R, Dewailly D, Legro R, Hickey T. 2007. Polycystic ovary
syndrome. Lancet;370:685-97.
24. Franks S, Berga S. 2012. Does PCOS have developmental origins? Fertil
Steril ;2012(97):2-6.
25. Tremellen K, Pearce K. 2012. Dysbiosis of Gut Microbiota (DOGMA) a
novel theory for the development of Polycystic Ovarian Syndrome.
Medical hypotheses ;79(1):104-12.
26. Orio Francesco dan Muscogiuri Giovanna. 2018. Diagnostic Criteria for
PCOS. In: Infertility in Women with Polycystic Ovary Syndrome. Itali:
Springer.11-16.
27. Dewailly D. 2016. Diagnostic criteria for PCOS: Is there a need for a
rethink? Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol.
28. Andon, H., dkk., 2013. Sindroma Ovarium Polikistik. Current Updates in
Polycystic Ovary Sindrome, Endometriosis, Adenomyosis. Andon, H.,
dkk. Sagung Seto, Jakarta: 1-52.
29. Fritz, M.A, Speroff, L., 2011. Chronic Anovulation and the Polycystic
Ovary Syndrome. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility 8 th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins: 495-529
30. Lizneva D, Suturina L, Walker W, Brakta S, Gavrilova-Jordan L, Azziz R.
2016. Criteria, prevalence, and phenotypes of polycystic ovary syndrome.
Fertil steril;106(1).
46