Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

SPEKTROFOTOMETRI

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Analitik II

Dosen Pengampu : Inggis Pinarti, M.Si dan Ratna Nurmalasari, M.Si

Disusun Oleh :
Nama : Erki Ayumi
Nim : 1911E1050

PROGRAM STUDY D3-B ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
Jl. Padasuka Atas No.233, Padasuka, Kec. Cimenyan, Bandung, Jawa Barat 40192
I. JUDUL
Spektrofotometri

II. TUJUAN
 Menentukan molekul Fe 2+ dari air PDAM dan air sumur

III. PRINSIP DASAR


➢ Pada prinsipnya, alat ini adalah hasil penggabungan dari alat spektrometer dan
fotometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu.
1. Hukum Lambert

Dalam hukum ini jika cahaya monokromatik yang melewati satu


media, maka sebagian cahaya lainnya akan diserap dan sebaian
dipantulkan.

2. Hukum Planck

Dalam hukum ini menujukan peningkatan suhu, total energi pada


percobaan spektrofotometri UV - Vis, dimana dapat memancarkan,
meningkat dan puncak spektrum yang dipancarkan bergeser ke panjang
gelombang yang lebih pendek, pada percobaan menggunakan UV -
Vis.

IV. REAKSI
● KCNS + FeCl3 → Fe (CNS)3 (warna merah pekat)

Reaksi Pengomplekan Fe dengan fenantrolin

● Fe3+ + 3 C12H8N2 → [Fe (C12H8N2) 3] 3+ (warna merah –jingga)


● Fe2+ + 3 C12H8N2 → [Fe(C12H8N2)3] 2 +

V. DASAR TEORI
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi. Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau
radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan,
diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan,
spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di


dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat


dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang

2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya


panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l)
didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang


dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang
frekuensi dirumuskan sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ

E=h.v

E = h . c/ λ

Keterangan

E = energi tiap foton

h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

v = frekuensi sinar

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton
akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki
suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya.

Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi yang
dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang gelombang (λ)
yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang yang dimiliki
sinar tampak (400–800 nm).

➢ Fungsi masing-masing bagian:


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer :
● UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hidrogen
● VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram
● UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator.
● Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu :
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter
optik.

Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum


cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa
warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya.


dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang
gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya
hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti
yang tertera pada gambar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampe – UV, VIS dan
UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang
terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga
penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS).
Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
● Kepekaan yang tinggi
● Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
● Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
● Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
● Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga
radiasi.
➢ Macam-macam detektor :
● Detektor foto (Photo detector)
● Photocell, misalnya CdS.
● Phototube
● Hantaran foto
● Dioda foto
● Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.
➢ Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
1) Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang
(cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan
panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu
molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi
dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-
elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu
energi.
2) Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi
perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan
tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik.
Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka
elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu
molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan
berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi
misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel
disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya
mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian
lagi akan diteruskan.

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat
bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding
cahaya setelah melewati sel sampel.

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-
beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang


diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen
dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung


banyaknya cahaya yang hamburkan:

Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas


cahaya setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai :

A= a . b . c atau A = ε . b . c

Keterangan dimana:

A = absorbansi

b / l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)

c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur


dalam molar)

a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam


ppm).

➢ Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1) Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2) Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
3) Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4) Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak
terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi
yang ada di dalam larutan.
5) Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi
➢ Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen
yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
● Spektrum UV-VIS
Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa
absorbansi atau transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer.
UV-VIS data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah
dihubungkan dengan komputer.

Spektrum yang dikeluarkan oleh UV-VIS berupa pita yang lebar.


Pitayang melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki
selain menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi
elektron dalam molekul. Spektrum yang dihasilkan dari setiap
spektroskopi berbeda antara satu dengan yang lainnya.

VI. Alat & Bahan


A. Alat
1) Botol bersih bebas zat besi
2) Pipet
3) Labu ukur 25 mL
4) Gelas piala
5) Labu ukur 50 mL
6) Spektrofotometer UV-Vis
B. Bahan
1) Air sumur
2) Air kran
3) Asam Nitrat pekat
4) Kalium Tiosianida 2N
5) Larutan Hidroksilamin 20%
6) Akuades
7) Batu didih
8) Buffer asetat pH 4
9) Larutan Fenantrolin 0,1 %
10) HCl p.a

VI. PROSEDUR
1) Pengambilan Air Sumur
Dilakukan pengambilan air sumur menurut SNI 6989- 58:2008.
Sampel diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air pada pagi
hari, kemudian alat pengambil sampel yang sesuai dalam keadaan sumber air
disiapkan, alat dibilas dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3 kali,
terakhir sampel diambil sesuai keperluan.

2) Pengambilan Sampel Pada Kran Air


Botol bersih bebas zat besi disiapkan, selanjutnya kran dibuka selama
1-2 menit, tutup botol dibuka dan diisi sampel sampai ¾ volume botol terakhir
dilakukan pengawetan dengan cara kimia.

3) Pengawetan Cara Kimia


Dilakukan pengawetan cara kimia berdasarkan SNI 6989.58:2008.
Pengawetan secara kimia dilakukan dengan penambahan asam nitrat pekat ke
dalam sampel sampai pH <2

4) Analisis Kualitatif
Analisis Besi ( Fe2+) 5 tetes sampel diasukan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ditambah 3 tetes larutan kalium tiosianida 2N.
Diperhatikan reaksi yang terjadi bila terjadi larutan berwana merah
darah

Analisis Besi ( Fe3+) 5 tetes sampel dimasukan ke dalam tabung


reaksi, kemudian ditambhakan 3 tetes larutan kalium tiosianida 2N.
Diperhatikan reaksi yang terjadi bila larutan berwarna merah darah

5) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Dipipet larutan induk Fe yang sudah dibuat, kemudian dimasukan
dalam gelas piala dan ditambahkan 2 mL larutan hidroksilamin 20% dan 5 mL
akuades. Kemudian batu didih ditambahkan dan dipanaskan hingga volume
larutan setengah volume awal. Selanjutkan larutan didinginkan. Lalu
dipindahkan larutan ke dalam labu ukur 25 Ml. Dambahkan buffer asetat Ph 4
dan 2 mL larutan fenantrolin 0,1 %. Selanjutnya ditambahkan akuades hingga
tanda batas. Terakhir dibaca absorbansi larutan pada Panjang gelombang 480-
540 nm.

6) Pembuatan Larutan Baku 1,1; 2,2; 3,3; 4,4; 5,5; ppm


Dipipet 2, 4, 6, 8, dan 10 mL yang sudah dimasukan ke dalam gelas
piala, kemudian ditambahkan 4 mL HCL p.a dan 2 mL larutan hidroksil amin
20% dan 5 mL akuades. Ditambahkan batu didih dan panaskan hingga volume
larutan setengah volume awal, kemudian didinginkan larutan tersebut dan
dipindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 50 Ml. Ditambahkan 10 mL
buffer asetat pH 4 dan 2 mL larutan fenantrolin 0,1 %. Dittambahkan akuades
hingga tanda batas. Terakhir dibaca absorbansi larutan pada Panjang
gelombang maksimum.

7) Penentuan Kadar Fe
50 mL sampel air dipipet ke dalam gelas piala, ditambahkan 4 mL HCl
dan 2 mL larutan hidroksilamin 20% dan 5 mL akuades. Kemudian
ditambahkan batu didih dan panaskan sampel sampai volume larutan tersisa 10
mL. selanjutnya didinginkan larutan tersebut dan dipindahkan ke dalam labu
ukur 25 mL. Ditambahkan 10 mL buffer asetat pH 4 dan 2 mL larutan
fenantrolin 0,1 %. Ditambahkan akuades sampai tanda batas. Terakhir dibaca
absorbansi larutan pada Panjang gelombang maksimum.

Sampe +/-
No Sumber Warna Prosedur Hasil
l Besi

5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah


1 A Air PDAM Bening +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
2 B Air PDAM Bening +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
3 C Air Sumur Kekuningan +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
4 D Air Sumur Kuning +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
5 E Air Sumur Kuning +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
6 F Air Sumur Bening +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
7 G Air Sumur Kekuningan +
2N darah
5 tetes sampel +3 tetes KCNS Merah
8 H Air Sumur Kuning +
2N darah
VII. DATA PENGAMATAN

1. Hasil Uji Kualitatif Sampel

2. Hasil pengukuran Panjang gelombang maksimum

No Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

1 480 0,109

2 485 0,110

3 490 0,111

4 495 0,112

5 500 0,114

6 505 0,117

7 510 0,118

8 515 0,117

9 520 0,113

10 525 0,104

11 530 0,093

12 535 0,078
0.14

0.12
f(x) = − 0 x + 0.41
R² = 0.46
0.1
Absorbansi

0.08

0.06

0.04

0.02

0
470 480 490 500 510 520 530 540 550
Panjang Gelombang (nm)

3. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar besi (Fe)

No Konsentrasi (mg/L) Absorbansi

1 1,11 0,216

2 2,22 0,536

3 3,32 0,711

4 4,43 0,943

5 5,54 1,219
Y-Values
1.4

1.2
f(x) = 0.22 x + 0
R² = 0.99
1
Absorbansi

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

4. Hasil penetapan konsentrsai Besi (Fe) pada sampel

5. No Sampel Sumber Absorbansi Konsentrasi


(mg/L)

1 A Air 0,055 ?
PDAM

2 B Air 0,040 ?
PDAM

3 C Air 0,090 ?
Sumur

4 D Air 0,245 ?
Sumur

5 E Air 0,239 ?
Sumur

6 F Air 0,065 ?
Sumur

7 G Air 0,097 ?
Sumur

8 H Air 0,203 ?
Sumur

 Perhitungan

1. Sampel A

0,055 = 0,218x + 0,0004

0,055−0,0004
x= = 0,2505
0,218

2. Sampel B

0,040 = 0,218x + 0,0004

0,040−0,0004
x= = 0,1817
0,218

3. Sampel C

0,090 = 0,218x + 0,0004

0,090−0,0004
x= = 0,4110
0,218

4. Sampel D

0,245 = 0,218x + 0,0004

0,245−0,0004
x= = 1.1220
0,218

5. Sampel E

0,239 = 0,218x + 0,0004

0,239−0,0004
x= = 1.0944
0,218

6. Sampel F

0,065= 0,218x + 0,0004

0,065−0,0004
x= = 0,2963
0,218

7. Sampel G
0,097 = 0,218x + 0,0004

0,097−0,0004
x= = 0,4431
0,218

8. Sampel H

0,203 = 0,218x + 0,0004

0,203−0,0004
x= = 0,9293
0,218

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini spektofotometri UV-Vis dengan reaksi analisis


kualitatif Fe²⁺ dan Fe³⁺ menggunakan larutan kalium tiosianida sehingga bereaksi
membentuk warna merah pekat. Dilanjutkan dengan pengomplekan,
pembentukan warna yang spesifik sesuai dengan reagen yang digunakan. Pada
percobaan ini dilakukan pengomplekan dengan larutan fenantrolin 0,1%, Fe²⁺
bereaksi membentuk merah-jingga, fenantrolin berfungsi sebagai pembentuk
senyawa kompleks .

Spektrofotometri yang digunakan adalah spektrofotometri cahaya tampak


karena logam besi memiliki panjang gelombang lebih dari 400 nm, sehingga jika
memnggunakan spektrofotometri logam besi dalam sampel tidak akan terdeteksi
karena tidak menyerap sinar dengan panjang gelombang tersebut.

Pada percobaan ini, penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan


dengan mengukur absorbansi larutan stsndar 1,1; 2,2; 3,3; 4,4; 5,5; ppm pada
berbagai panjang gelombang, rentang panjang gelombang yang diuji adalah 480-
540 nm. Dari pengukuran diketahui bahwa pada panjang gelombang yang berbeda
maka absorbansinya juga berbeda, semakin besar panjang gelombang yang
dihasilkan maka semakin besar pula absorbansinya. Akan tertapi,

IX. KESIMPLAN
Berdasarkan hasil penelitian penentuan kadar besi dalam air sumur dan air
PDAM. Dapat disimpulkan :
1. Air sumur ataupun air PDAM positif mengandung besi Fe
2. Air sumur yang berwarna kekuning-kuningan sampai kuning
mengindikasikan adanya kadar besi (Fe) yang tinggi yaitu 0, 627mg/L , 0,636
mg/L , 1,003 mg/L , 1,939 mg/L , dan 2,004 mg/L . Nilai ini telah melebihi
standar baku yang ditetapkan oleh keputusan Menkes RI tahun 2010 yaitu
0.3mg/L . hal ini menyatakan bahwa air tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi dan dapat membahayakan kesehatan tubuh.
3. Kadar besi (Fe) dalam air PDAM adalah 0.08 dan 0.055mg/L yang berarti air
tersebut memenuhi standar baku mutu dan layak untuk dikonsumsi.

X. DATAR PUSTAKA
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/spektrofotometri-sinar-tampak-
visible/ PENGERTIAN DASAR SPEKTOFOTOMETRI UIS UV - VIS, Diakses
pada 25 Desember 2020
https://www.slideshare.net/ridhafaturachmi/spektrofotometri-45945557

Anda mungkin juga menyukai