Anda di halaman 1dari 17

Bab.

4
Pemetaan Geomorfologi
4.1 Pendahuluan
Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkan selaras
dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan,
khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem
yang telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan
oleh International Institute for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.

Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah mengembangkan
sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh dunia,
khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan
sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat
digunakan untuk tujuan pemetaan geomorfolologi, karena memasukkan beberapa aspek
geomorfologi disertai dengan legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu
sistem pemetaan geomorfologi yang memiliki karakteristik yang jelas.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah
sebagai berikut :
1 Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya
legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek
penelitian.
2 Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala,
sehingga isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.
3 Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga
sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan
geomorfologi sintetik.

Geomorfologi 71
4 Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan
biaya pembuatan peta.

4.2 Pemahaman peta dan manfaat peta


Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu daerah atau
lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi
dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi
antara lain : peta informasi, peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map).
4.2.1 Peta Informasi
Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, dengan
tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta
informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta
tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh - contoh peta informasi
antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta topografi.

Peta pariwisata mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas
tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi
atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang terkenal dan
gunung-gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan
petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur)
yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta.
Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta
bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara
elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi.

4.2.2 Peta dasar (base map)


Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih didalam suatu
daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan
topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka
menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna
karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang
diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu
Geomorfologi 72
daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang
mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta
topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi
atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat
bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung
dengan unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan
dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan
lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang
baik, misalnya :
 Posisi titik kontrol geodetik
 Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
 Posisi danau dan sungai
 Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit-bukit kecil,
punggungan dan sebagainya)
 Faktor - faktor yang sering berubah, seperti : Kondisi hidrografi, Batas
pemukiman, batas wilayah kehutanan/pertanian/perkebunan, nama-nama daerah,
batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi atau
geologi antara lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik dan tampilan
peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, tergantung pada
tingkat kesulitan dari unsur pokok.

Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu merupakan


langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta
rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan
dan menghemat biaya.

Geomorfologi 73
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi
yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik ketinggian,
garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga memerlukan analisis
agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan
lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang curam tersebut dapat
berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan
yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian
geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada
saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil analisis peta
topografi tersebut.

4.2.3 Peta bertema (thematic map)


Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan tertentu untuk
maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi
tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan
pemakai peta dapat mengambil keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian
yang dilakukannya.
Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara
lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan
galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah tersusun
dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan informasi -
informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi
minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang.

4.3 Pemahaman peta geomorfologi


Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan memiliki
perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta
geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta
menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung
pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi
yang dipetakan.
Geomorfologi 74
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu :
a. Peta geomorfologi analitik.
b. Peta geomorfologi sintetik.
c. Peta geomorfologi pragmatik.

4.3.1 Peta geomorfologi analitik

Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik cenderung
memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas,
sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan
skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.

Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan
belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai
dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan
komponen - komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi
analitik. Misalnya bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan
fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian
gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan
penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk
digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi, pulau
atau negara.
Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting
di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi,
sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen dan Van
Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang
merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan,
sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna. Warna-warna
tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi
berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :

Geomorfologi 75
Tabel 4.1 Rekomendasi warna untuk simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek
genetik
KELAS GENETIK SIMBOL WARNA
Bentuklahan asal struktural Ungu/violet
Bentuklahan asal vulkanik Coklat
Bentuklahan asal denudasional Hijau
Bentuklahan asal marin Biru tua
Bentuklahan asal fluvial Biru muda
Bentuklahan asal glasial Kuning
Bentuklahan asal karst Jingga (orange)
Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh
lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu -
abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi
dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi morfografi, morfometri dan
lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna yang tidak menonjol. Pemilihan
warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak dengan tidak
mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu daerah
berdasarkan morfogenetik.

Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan warna


hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970)
menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu
menggunakan simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan
umur bentuklahan harus diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri
roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol
garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif),
misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir
atau sedimentasi.

Geomorfologi 76
Tabel 4.2 Aspek Utama Peta Geomorfologi Analitik

ASPEK UTAMA KRITERIA PEMETAAN


Bentuk permukaan Aspek yang digambarkan dari morfologi
dari suatu daera, seperti dataran,
1. Morfografi
perbukitan atau pegunungan
2. Morfometri Nilai aspek geomorfologi daerah, seperti
kemiringan lereng, titi ketinggian ,
panjang lereng dan kekerasan relief.

3. Morfogenesis (asal - usul


bentuklahan dan proses terjadinya
bentuklahan).
3.1 Morfostruktur pasif Lithologi / jenis batuan dan struktur
batuan dihubungkan dengan proses
pengikisan, seperti cuesta, hogback dan
kubah.
Aktivitas proses endogen seperti
3.2 Morfostruktur aktif vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti
gunungapi, pegunungan antiklin, lereng
patahan

Proses eksogen yang berhubungan dengan


3.3 Morfodinamik gerakan angin, air atau es, seperti gumuk
pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau
gurun.
4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut). Waktu proses terjadinya suatu
bentuklahan, misalnya " Villafranchian"
untuk umur glasial tua dan "Monasterian"
untuk dataran pantai muda.
5. Morfo Aransemen Hubungan antara perubahan bentuklahan
dengan proses yang sedang berlangsung.
Sumber: Van Zuidam (1985)

4.3.2 Peta geomorfologi sintetik

Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi geomorfologi


yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu.
Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000,
sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta

Geomorfologi 77
geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur morfografi, morfogenetik, morfometri
dan material penyusun.

Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang
mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat
yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut :
1. Komponen lahan (land component)

2. Satuan lahan (land unit)

3. Bentuklahan (landform)

4. Sistem lahan (land system)

5. Bentanglahan (landscape)

Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang menekankan
kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk
permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk
berdasarkan landasan komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi
(material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala peta yang digunakan untuk
menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk kepentingan
pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen.

Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan komponen
lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen
lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu
bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama.
bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi merupakan dasar utama
pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan satuan
lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk pekerjaan
konsultan atau proyek pembangunan.
Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen
dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan
menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi),
proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng,
Geomorfologi 78
panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun
(lithologi). Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 :
10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek
pembangunan yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri-ciri perkembangan bentuk
permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan,
biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan
menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki kesamaan
genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah yang sama.
Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari
1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.
Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan, bentuklahan,
satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas
dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang
digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan
biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang
akan digunakan suatu proyek atau dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.

Tabel 4.3 Contoh skala peta dan satuan geomorfologi

SKALA CONTOH SATUAN GEOMORFOLOGI

1 : 250.000 Zona fisiografi : geoantiklin Jawa, pegunungan Rocky,


Zona patahan Semangko

1 : 100.000 Sub fisiografi : Komplek dieng, Perbukitan kapur selatan,


dan lainnya, Plateau Rongga

1 : 50.000 Perbukitan Karst Gn. Sewu, Perbukitan Lipatan


Karangsambung, Delta Citarum, Dataran Tinggi Bandung,
dan lainnya

1 : 25.000 Lembah Antiklin Welaran, Hogback Brujul – Waturondo,


Bukit Sinklin Paras, Kawah Upas, dan lainnya
1 : 10.000 Lensa gamping Jatibungkus, Sumbat Lava Gn. Merapi,
Longsoran Cikorea
1 : 10.000 < Aliran Lumpur di ……, rayapan di km……,Erosi alur
di……, dsb

Geomorfologi 79
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan
fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian gunungapi di bagian
Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban Perahu dan
bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan
menjadi satuan-satuan lahan (land units), yaitu puncak gunungapi, lereng atas
gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi.
Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi
geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi, sehingga
peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar di dalam pemetaan
geologi.
4.3.3 Peta geomorfologi pragmatik

Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi


geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi
pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi
pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari
aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai /
pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin
pada peta geomorfologi pragmatik.

Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu


kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan,
kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung
mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta
morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi (hidrologi), peta morfostruktur
(struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian lahan (land suitability
map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi dan peta
hidrogeomorfologi.

Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan lereng dan


kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan mengetahui
tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi pada
Geomorfologi 80
lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan
lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 -
150, (4) kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550.

Tabel 4.4 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri lahan, kondisi
lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng yang menunjukkan
kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada lereng tertentu yang
menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap satuan
bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas konservasi.
Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari
bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang
digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah
tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk
gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat
mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi
digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi
(batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan.

Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan


hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan didalam
kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan lereng,
tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.

Tabel 4.4 Hubungan kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi lahan disertai
simbol warna yang disarankan
KELAS LERENG PROSES, KARAKTERISTIK DAN KONDISI LAHAN WARNA

0 – 20 Datar hingga hampir datar; tidak ada proses denudasi Hijau tua
yang berarti
(0-2 %)

2 – 40 Agak miring; Gerakan tanah kecepatan rendah, erosi Hujau Muda


(2-7 %) lembar dan erosi alur (sheet and rill erosion). rawan
erosi

4 – 80 Miring;sama dengan di atas, tetapi dengan besaran Kuning


yang lebih tinggi. Sangat rawan erosi tanah.
Geomorfologi 81
KELAS LERENG PROSES, KARAKTERISTIK DAN KONDISI LAHAN WARNA

(7 – 15 %)

8 – 160 Agak curam; Banyak terjadi gerakan tanah, dan erosi, Jingga
(15 -30 %) terutama longsoran yang bersifat nendatan. (Kuning tua)
16 – 350 Curam;Proses denudasional intensif, erosi dan Merah Muda
(30 – 70 %) gerakan tanah sering terjadi
35 – 550 Sangat curam; Batuan umumnya mulai Merah tua
(70 – 140 %) tersingkap, proses denudasional sangat intensif,
sudah mulai menghasilkan endapan rombakan
(koluvial)
>550 Curam sekali, batuan tersingkap; proses Ungu
(>140 %) denudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,
tanaman jarang tumbuh (terbatas).
>550 Curam sekali Batuan tersingkap; proses Ungu tua
(>140 %) denudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu,
tanaman jarang tumbuh (terbatas).

4.4 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi


Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang dikembangkan oleh
Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan pertimbangan
metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami dan cukup
jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk keperluan analisis,
klasifikasi dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian
geologi.

Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan
dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
a. Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.
b. Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
c. Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
d. Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.

Geomorfologi 82
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap interpretasi peta
topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan lapangan. Bahan dan
alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain :
a. Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
b. Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.
c. Kerta kalkir dan plastik OHP.
d. Kompas geologi.
e. Palu geologi.
f. Pita ukur.
g. Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
h. Alat - alat tulis.

4.5 Langkah-langkah Pemetaan


Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan dengan
kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah
aliran (water devided area) .
2. Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap
lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
3. Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak
punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir
pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan
4. Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
5. Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan
suatu bentuklahan.
6. Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran)
yang tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan
kondisi pola aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat
ditentukan nama satuan geomorfologi.
7. Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan
kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan

Geomorfologi 83
menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah
tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan
untuk membedakan jenis batuan.
8. Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan
mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi.,
sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan
jnis batuan yang lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi
merupakan jenis batuan yang keras.
9. Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi,
maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.

Satuan bentuklahan geomorfologi adalah sebagai berikut:

1. Bentuklahan asal fluvial (sungai)


a. Satuan bentuklahan dataran banjir.
b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.
d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.
e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.
2. Bentuklahan asal marin (laut)
a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)
b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.
c. Satuan bentuklahan beting gisik.
d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach)
e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)
3. Bentuklahan asal struktural
a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.
b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.
4. Bentuklahan asal vulkanik.
a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.

Geomorfologi 84
c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.
d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.
5. Bentuklahan asal aeolian
6. Bentuklahan asal karst.
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.
b. Satuan bentuklahan kubah karst.
c. " sinkhole" / 'dolina'
7. Bentuklahan asal glasial (es)

Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta topografi atau foto
udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta geomorfologi sementara (sebagai peta
dasar geomorfologi dan geologi) sebagai acuan. Tahap kegiatan lapangan meliputi :
1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek-aspek bentanglahan
(landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah dibuat di studio.
2. Penelusuran batas-batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan
kegiatan penelitian geologi.
3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang diteliti.
4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk
pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.
5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek
geologi, maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek geologi
yang sedang diteliti.
6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi
yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi
harus dilakukan dengan hati-hati.
7. Batas satuan bentuklahan dan simbol-simbol yang digunakan harus memberikan
cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.
8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar pemetaan
geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan
pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.

Geomorfologi 85
4.6 Simbol Pemetaan Gemorfologi
Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol warna,
simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna dan huruf digunakan untuk satuan
bentuklahan adalah seperti pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel. 4.5 Simbol Huruf dan Warna pada Peta Geomorfologi


Simbo
Simbol
Bentuklahan Satuan Bentuklahan l
Warna
huruf
struktural   S ungu (violet)
  perbukitan terlipat S1  
  perbukitan sesar S2  
  perbukitan blok sesar S3  
  perbukitan sesar geser S4  
vulkanik   V merah
  puncak vulkanik V1  
perbukitan lereng vulkanik
  atas V2  
perbukitan lereng vulkanik
  tengah V3  
perbukitan lereng vulkanik
  bawah V4  
denudasional   D coklat
  perbukitan tererosi kuat D1  
  perbukitan tererosi sedang D2  
  perbukitan tererosi ringan D3  
  perbukitan tanah longsor D4  
marin (laut)   M hijau.
  dataran gisik M1  
  dataran beting gisik M2  
  dataran gisik aluvial M3  
  dataran gumuk pasir M4  
sungai
(fluvial)   F biru tua
  dataran tanggul alam F1  
  dataran banjir F2  
  dataran undak sungai F3  
gleitser (es) - G biru muda.
aeolian
(angin) - A kuning.
Geomorfologi 86
Simbo
Simbol
Bentuklahan Satuan Bentuklahan l
Warna
huruf
jingga
karst (K)   K (orange)
  perbukitan karst K1  
  perbukitan kubah karst K2  

Geomorfologi 87

Anda mungkin juga menyukai