Anda di halaman 1dari 6

[ TINJAUAN PUSTAKA ]

Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Martin Paskal Giovani


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah
utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Peningkatan jumlah pasien diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun
mendatang dengan kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Angka kesakitan dan kematian pada DM meningkat di berbagai negara, hal ini selain dikaitkan dengan
insidensi yang sangat cepat meningkat dan progresivitas penyakitnya juga disebabkan faktor ketidaktahuan baik penderita
maupun dokter sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut dan berat.
Hiperglikemia ini dihubungkan dengan kelainan pada disfungsi endotel, sebagai cikal bakal terjadinya mikroangiopati
maupun makroangiopati. Komplikasi makrovaskuler antara lain yaitu penyakit jantung koroner/stroke/ dislipidemia,
penyakit pembuluh darah perifer, dan hipertensi. Kompilasi mikroangiopati antara lain yaitu retinopati, nefropati, dan
neuropati. Nefropati diabetik DM tipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak sebagai penyebab terjadinya
Chronic Kidney Disease (CKD). Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring,
sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (albuminuria). Simpulan, diabetes mellitus
dapat berkomplikasi menjadi nefropati diabetika hingga berakhir menjadi kegagalan ginjal. [J Agromed Unila 2015;
2(3):242-247]

Kata kunci: chronic kidney disease, diabetes mellitus, nefropati diabetikum

Chronic Kidney Disease in Patients with Diabetes Mellitus Type 2


Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormalities
in insulin secretion, insulin action or both. DM is a chronic disease that is still a major problem in health in Indonesia.
Increasing the number of diabetic patients is large enough in coming years with the increase in the number of people with
diabetes in Indonesia from 8.4 million in 2000 to about 21.3 million in 2030. Morbidity and mortality in diabetes increased in
many countries, this associated with increased incidence of very rapid progression of the disease and also due to ignorance
factor both patients and doctors themselves, or people in general come already accompanied with advanced and severe
complications. Hyperglycemia is associated with abnormalities in endothelial dysfunction, as a forerunner to the occurrence
of microangiopathy and makroangiopati. Macrovascular complications among others, coronary heart disease/
stroke/dyslipidemia, peripheral vascular disease, and hipertension. Complications of microangiopathy are retinopathy,
nephropathy, and neuropathy. Diabetic nephropathy is the cause most of chronic kidney disease (CKD). Specific renal
damage in diabetes cause impairment in filter function, so that large molecules such as proteins can escape into the urine
(albuminuria). Comclusion, diabetic nephropathy can arise progressive kidney failure. [J Agromed Unila 2015; 2(3):242-247]

Keywords: chronic kidney disease, diabetes mellitus, diabetic nephropathy

Korespondensi: Martin Paskal Giovani | Jl. Bumi Manti 4 No.59 Kampung Baru Unila | HP 082176073220
e-mail: mpgiovani20@gmail.com

Pendahuluan sejak masa kanak-kanak dan DM tipe 2 yaitu


Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit DM yang didapat setelah dewasa.1
metabolik yang merupakan suatu kumpulan Jumlah penderita diabetes mellitus
gejala yang timbul pada seseorang karena pada tahun 2000 di Indonesia menempati
adanya peningkatan kadar glukosa darah di urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta
gangguan metabolisme glukosa akibat jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta
kekurangan insulin baik secara absolut maupun jiwa), China (20,9 juta jiwa), dan Amerika
relatif. Ada 2 tipe DM yaitu DM tipe 1 atau DM Serikat (17,7 juta jiwa). Diperkirakan terjadi
juvenile, yaitu DM yang umumnya didapat peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak
2-3 kali lipat pada tahun 2030.2
Martin Paskal Giovani | Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Salah satu komplikasi dari DM yang dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah,
tidak terkontrol dan merupakan penyebab dan faktor lain. Menurut ADA (2010)7 bahwa
kematian terbesar pasien DM adalah gagal DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak
ginjal kronis/chronic kidney disease (CKD). dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan
Gagal ginjal kronis adalah suatu proses DM (first degree relative), umur ≥45 tahun,
patofisiologis dengan etiologi yang beragam, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat
progresif dan umumnya berakhir dengan ginjal. pernah menderita DM gestasional, dan riwayat
Penurunan fungsi ginjal terjadi secara lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).
berangsur-angsur dan irreversible yang akan Faktor risiko yang dapat diubah meliputi
berkembang terus menjadi gagal ginjal obesitas berdasarkan indeks masa tubuh (IMT)
terminal/end stage renal disease (ESRD). ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada
Adanya kerusakan ginjal tersebut dapat dilihat wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya
dari kelainan yang terdapat dalam darah, urin, aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi, dan diet
pencitraan, atau biopsi ginjal. Gagal ginjal tidak sehat. Faktor lain yang terkait dengan
kronis merupakan masalah kesehatan yang risiko diabetes adalah penderita polycystic
mendunia dengan angka kejadian yang terus ovary sindrome (PCOS), penderita sindrom
meningkat, mempunyai prognosis buruk, dan metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa
memerlukan biaya perawatan yang mahal.4,5 terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
Dua penyebab utama penyakit gagal terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki
ginjal kronis adalah DM tipe 1 dan tipe 2 (44%) riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke,
dan hipertensi (27%). Faktor risiko CKD antara penyakit jantung koroner, atau peripheral
lain pasien dengan DM atau hipertensi, arterial diseases (PAD), konsumsi alkohol,
obesitas atau perokok, usia lebih dari 50 faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,
tahun, individu dengan riwayat DM, dan konsumsi kopi, dan kafein.7
hipertensi, serta penyakit ginjal dalam Diagnosis DM ditegakkan dengan
keluarga. 6 mengadakan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Di Amerika Serikat, data tahun 1995- Untuk penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan
1999 menyatakan insiden CKD diperkirakan glukosa darah yang dianjurkan adalah
100 kasus per juta penduduk per tahun, dan pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan
Di Malaysia, diperkirakan terdapat 1.800 kasus darah utuh (whole blood), vena ataupun
baru gagal ginjal per tahunnya. Di negara- kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
negara berkembang lainnya, diperkirakan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik
sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per yang berbeda sesuai pembakuan WHO,
tahun. 3 sedangkan untuk pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan
Isi pemeriksaan glukosa darah kapiler. Kriteria
Diabetes mellitus merupakan penyakit diagnosis DM menurut ADA (2015)8 dapat
kronis yang masih menjadi masalah utama dilihat pada Tabel 1.
dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut Saat ini, banyak orang masih
American Diabetes Association (ADA) 20107, menanggap penyakit DM merupakan penyakit
DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik orang tua atau penyakit yang hanya timbul
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena faktor keturunan. Namun, setiap orang
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin dapat mengidap DM baik tua maupun muda.
atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari Tingginya kadar glukosa darah secara terus
semua populasi diabetes adalah diabetes menerus atau berkepanjangan dapat
melitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan menyebabkan komplikasi diabetes.9
sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel Semua individu yang berisiko tinggi
beta pankreas secara progresif yang terjangkiti diabetes tipe 2 dapat diidentifikasi
disebabkan oleh resistensi.2,3 melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter,
Peningkatan jumlah penderita DM yang perawat, apoteker, dan dengan pemeriksaan
sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan sendiri. Perubahan gaya hidup (mencapai berat
beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak badan yang sehat dan kegiatan olahraga yang

J Agromed Unila| Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 243


Martin Paskal Giovani | Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Tabel 1. Kriteria Diagnosis DM 8


Kriteria Diagnosis DM
a. Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L).
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir. Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan turun tanpa
sebab.
b. Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/ dl (7.0 mmol/L).
Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
c. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDTP
tergantung dari hasil yang diperoleh:
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L)
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)

moderat) dapat ikut mencegah peningkatan sintesis khemokin dan mediator


berkembangnya diabetes tipe 2 pada mereka peradangan lainnya oleh sel glomerular dan
yang berisiko tinggi. hal ini merupakan tubular pada keadaan hiperglikemi. Keadaan
intervensi awal bagi semua orang yang berisiko hiperglikemik meningkatkan produksi sitokin,
terjangkiti diabetes tipe2 dan juga menjadi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan
fokus dari pendekatan kesehatan penduduk.10 interleukin-1β (IL-1β), melalui aktivasi protein
Tingginya kadar glukosa darah secara kinase C, stress oksidatif dan pembentukan
terus menerus atau berkepanjangan dapat advanced glycosylation end product (AGEs).
menyebabkan komplikasi diabetes. Pada gilirannya, TNF-α dan IL-1β memacu
Komplikasi mikroangiopati antara lain yaitu ekspresi monocyte chemoattractant protein-1
retinopati, nefropati, dan neuropati. (MCP-1) dan khemokin lainnya, yang diketahui
Komplikasi ini timbul akibat penyumbatan sebagai regulated upon activation normal T-
pada pembuluh darah kecil khususnya cell expressed and secreted (RANTES), pada sel
kapiler. Nefropati diabetika (ND) merupakan mesangial manusia. Karena reseptor utama
salah satu komplikasi paling serius dari untuk MCP-1 dan RANTES yang diekspresikan
penyakit yang sebagian besar dapat pada permukaan monosit adalah masing-
menyebabkan gagal ginjal tahap akhir. masing CCR2 dan CCR5, pengerahan monosit
Nefropati diabetik ditandai dengan adanya yang diperantarai CCR2 dan CCR5 serta
proteinuri persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat diferensiasi menjadi makrofag pada
retinopati, dan hipertensi. Dengan demikian glomerulus berperan penting pada patogenesis
upaya preventif pada nefropati adalah kontrol ND.12
metabolisme dan kontrol tekanan darah.11 Patogenesis terjadinya kelainan ginjal
Terdapat 5 fase nefropati diabetika. pada diabetes tidak dapat diterangkan dengan
Fase 1 adalah hiperfiltrasi dengan pasti. Pengaruh genetik, lingkungan, faktor
peningkatan glomerular filtration rate (GFR), metabolik, dan hemodinamik berpengaruh
albumin excetion rate (AER), dan hipertropi terhadap terjadinya proteinuria. Gangguan
ginjal. Fase 2 ekresi albumin relatif normal awal pada jaringan ginjal sebagai dasar
(<30 mg/24 jam) pada beberapa penderita terjadinya nefropati adalah terjadinya proses
mungkin masih terdapat hiperfiltrasi yang hiperfiltrasi-hiperperfusi membran basal
mempunyai risiko lebih tinggi dalam glomeruli. Gambaran histologi jaringan pada
berkembang menjadi nefropati diabetik. Fase 3, ND memperlihatkan adanya penebalan
terdapat mikro albuminuria (30-300 mg/24 membran basal glomerulus, ekspansi
jam). Fase 4, Dipstick positif proteinuria, mesangial glomerulus yang akhirnya
ekresi albumin >300 mg/24 jam, pada fase menyebabkan glomerulosklerosis, hyalinosis
ini terjadi penurunan GFR dan hipertensi. Fase arteri eferen dan eferen serta fibrosis tubulo
5 merupakan ESRD, dialisis biasanya dimulai interstitial. Tampaknya berbagai faktor
ketika GFR sudah turun sampai 15 ml/mnt.8 berperan dalam terjadinya kelainan tersebut.
Saat ini , telah diketahui bahwa ND Peningkatan glukosa yang menahun
terjadi karena infiltrasi sel imunokompeten di (glukotoksisitas) pada penderita yang
glomeruli dan jaringan interstitial serta adanya mempunyai predisposisi genetik merupakan

J Agromed Unila| Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 244


Martin Paskal Giovani | Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

faktor-faktor utama ditambah faktor lainnya menyebabkan proteinuria melalui peningkatan


dapat menimbulkan nefropati. Glukotoksisitas permeabilitas vaskuler. TGF beta juga akan
terhadap basal membran dapat melalui 2 meningkatkan akumulasi ektraseluler matrik
jalur.13 yang berperan dalam terjadinya ND.13 Pada
Alur metabolik (metabolic pathway) saat jumlah nefron mengalami pengurangan
diawali dengan hiperglikemia, glukosa dapat yang berkelanjutan, filtrasi glomerulus dari
bereaksi secara proses non enzimatik dengan nefron yang masih sehat akan meningkat
asam amino bebas menghasilkan AGE’s. sebagai bentuk kompensasi. Hiperfiltrasi yang
Peningkatan AGE’s akan menimbulkan terjadi pada sisa nefron yang sehat lambat laun
kerusakan pada glomerulus ginjal. Terjadi juga akan menyebabkan sklerosis dari nefron
akselerasi jalur poliol, dan aktivasi protein tersebut.13
kinase C. Pada alur poliol terjadi peningkatan Mekanisme terjadinya peningkatan laju
sorbitol dalam jaringan akibat meningkatnya filtrasi glomerulus pada nefropati diabetik ini
reduksi glukosa oleh aktivitas enzim aldose masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan
reduktase. Peningkatan sorbitol akan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh
mengakibatkan berkurangnya kadar inositol efek yang tergantung glukosa, yang
yang menyebabkan gangguan osmolaritas diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1, nitric
membran basal.13 oxide (NO), prostaglandin, dan glokagon. Efek
Alur hemodinamik diawali dengan langsung dari hiperglikemi adalah rangsangan
gangguan hemodinamik sistemik dan renal hipertrofi sel, sintesis matrik ekstraseluler,
pada penderita DM yang terjadi akibat serta produksi TGF-β yang diperantarai oleh
glukotoksisitas yang menimbulkan kelainan aktivasi protein kinase-C (PKC) yang termasuk
pada sel endotel pembuluh darah. Faktor dalam serine-thereonin kinase yang memiliki
hemodinamik diawali degan peningkatan fungsi pada vaskuler seperti kontraktilitas,
hormon vasoaktif seperti angiotensin II. aliran darah, proliferasi sel, dan permeabilitas
angiotensin II juga berperan dalam perjalanan kapiler. Hiperglikemia kronik dapat
ND. Angiotensin II berperan baik secara menyebabkan terjadinya glikasi non-enzimatik
hemodinamik maupun non-hemodinamik. asam amino dan protein (reaksi Mallard dan
Peranan tersebut antara lain merangsang Browning). Pada awalnya, glukosa akan
vasokontriksi sistemik, meningkatkan tahanan mengikat residu asam amino secara non-
kapiler arteriol glomerulus, pengurangan luas enzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu
permukaan filtrasi, stimulasi protein matriks terjadi penyusunan ulang untuk mencapai
ekstra selular, serta stimulasi chemokines yang bentuk yang lebih stabil tetapi masih
bersifat fibrogenik. Hipotesis ini didukung reversibel dan disebut sebagai produk amadori.
dengan meningkatnya kadar prorenin, Jika proses ini berlanjut terus, akan terbentuk
aktivitas faktor von Willebrand dan AGE’s (advance glycosilation end-products)
trombomodulin sebagai penanda terjadinya yang ireversibel. AGEs diperkirakan menjadi
gangguan endotel kapiler. Hal ini juga yang perantara bagi beberapa kegiatan seluler
dapat menjelaskan mengapa pada penderita seperti ekspresi adhesion molecules yang
dengan mikroalbuminuria persisten, terutama berperan dalam penarikan sel-sel
pada DM tipe 2, lebih banyak terjadi kematian mononuklear juga pada terjadinya hipertrofi
akibat kardiovaskular dari pada akibat GGT. sel, sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi
Peran hipertensi dalam patogenesis diabetic sintesis NO. Proses akan berlanjut terus
kidney disease masih kontroversial, terutama sampai terjadi ekspansi mesangium dan
pada penderita DM tipe 2 karena hipertensi pembentukan nodul serta fibrosis
dapat dijumpai pada awal, bahkan sebelum tubulointerstisialis. Hipertensi yang timbul
diagnosis diabetes ditegakkan. Hipotesis bersama dengan bertambahnya kerusakan
mengatakan bahwa hipertensi tidak ginjal, juga akan mendorong sklerosis pada
berhubungan langsung dengan terjadinya ginjal pasien diabetes.15
nefropati tetapi mempercepat progesivitas ke Lesi awalnya adalah hiperfiltrasi
arah ESRD pada penderita yang sudah glomerulus (peningkatan laju filtrasi
mengalami diabetic kidney disease.13 glomerulus) yang menyebabkan penebalan
Dari kedua faktor di atas maka akan difus pada membran basal glomerulus,
terjadi peningkatan TGF beta yang akan bermanifestasi sebagai mikroalbuminuria

J Agromed Unila| Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 245


Martin Paskal Giovani | Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

(albumin dalam urin 30-300 mg/hari), diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia.


merupakan tanda yang sangat akurat terhadap Jakarta: PB Perkeni; 2011.
kerusakan vaskular secara umum dan menjadi 3. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
prediktor kematian akibat penyakit Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
kardiovaskular. Albumin persisten (albumin penyakit dalam jilid ke-3, Edisi ke-5.
urin >300 mg/hari) awalnya disertai dengan Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI; 2009.
GFR yang normal, namun setelah terjadi 4. Sharon K. Chronic kidney disease. Critical
protenuria berlebih (protein dalam urin >0,5 Care Nurse. 2006; 14:17-22.
g/24 jam), GFR menurun secara progresif dan 5. Levey AS, Coresh J, Balk E, Kautz T, Levin
terjadi gagal ginjal.16 A, Steves M, et al., National kidney
foundation guidelines for chronic
Ringkasan kidney disease: evaluation, classification,
DM adalah suatu kelompok penyakit and stratification. Ann Intern Med. 2003;
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia 139:137-47.
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, 6. Kamaludin A. Penyakit ginjal kronik.
kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90 Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam UPH;
persen dari semua populasi diabetes adalah 2010.
diabetes melitus tipe 2 yang ditandai dengan 7. American Diabetes Association.
penurunan sekresi insulin karena berkurangnya Classification and diagnosis. Diabetes Care.
fungsi sel beta pankreas secara progresif 2013; 36(Suppl 1):S13.
yang disebabkan oleh resistensi insulin. 8. American Diabetes Association. Standards
Hiperglikemia ini merupakan awal of medical care in diabetes 2015. Diabetes
bencana bagi penderita DM, hal ini terbukti Care. 2015; 38(Suppl 1):S8-S16.
dan terjadi juga pada penderita dengan 9. Maulana M. M engenal diabetes mellitus:
gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi panduan praktis menangani penyakit
kelainan komplikasi vaskuler, walaupun belum kencing manis. Jogjakarta: Penerbit Kata
diabetes. Hiperglikemia ini dihubungkan Hati; 2009.
dengan kelainan pada disfungsi endotel, 10. Rakhmadany. Makalah diabetes melitus.
sebagai cikal bakal terjadinya mikroangiopati Jakarta : Universitas Islam Negeri; 2010.
maupun makroangiopati. Komplikasi 11. Gross JL, Azevedo SPD, Silvero SP,
mikroangiopati antara lain yaitu retinopati, Canani LH, Caramori ML, Zelmanovitz T,
nefropati dan neuropati. et al., Diabetic nephropathy: diagnosis,
Diabetes mellitus tipe 2, merupakan prevention, and treatment. Diabetes Care.
penyebab nefropati paling banyak sebagai 2005; 28:176-88.
penyebab terjadinya CKD. Kerusakan ginjal 12. Mlynarski WM, Placha GP, Wolkow
yang spesifik pada DM mengakibatkan PP, Bochenski JP, Warram JH,
perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul- Krolewski AS, et al., Risk of diabetic
molekul besar seperti protein dapat lolos ke nephropathy in type 1 diabetes is
dalam kemih (albuminuria). Akibat nefropati associated with functional
diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang polymorphisms in RANTES receptor gene
progresif. (CCR5) a sex-specific effect. Diabetes.
2005; 54:3331-5.
Simpulan 13. National Kidney and Urologic Diseases
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan Informaion Clearinghouse. Kidney d isease
penyebab nefropati paling banyak, sebagai of d iabetes [internet]. USA: NKUDIC; 2014
penyebab terjadinya CKD. [diakses pada 7 Juli 2015]. Tersedia dari:
http://www.niddk.nih.gov/health-
Daftar Pustaka information/health-topics/kidney-
1. Departemen Kesehatan Republik disease/kidney-disease-of-
Indonesia. Riset kesehatan dasar. Jakarta: diabetes/Pages/facts.aspx
Badan Litbangkes Depkes RI; 2013. 14. Prince SA. Patofiologi: konsep klinis
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:
Konsensus pengelolaan dan pencegahan EGC; 2005.

J Agromed Unila| Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 246


Martin Paskal Giovani | Chronic Kidney Disease pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

15. Aru WS, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus S, 16. Davey P. At a galance medicine. Jakarta:
Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam Erlangga; 2005.
jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: UI; 2009.

J Agromed Unila| Volume 2 | Nomor 3 | Agustus 2015 | 247

Anda mungkin juga menyukai