Anda di halaman 1dari 3

Mumifikasi fetus adalah kematian fetus yang terjadi dipertengahan,

atau sepertiga akhir masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi


pada corpus luteum. Faktor / suatu keadaan mengapa fetus masih
dipertahankan di dalam uterus karena masih adanya fetus yang
masih hidup atau adanya corpus luteum yang masih ada, dan ada
hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda Mumifikasi yang ada
hubungan dengan corpus luteum persisten dijumpai terutama pada
sapi dan jarang pada anjing. Karena pemeliharaan gravid pada
kedua spesies ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan
corpus luteum, pada spesies lainnya progesterone dihasilkan
plasenta fetus setelah pertengahan masa kebuntingan dan corpus
luteum telah involusi. Mumifikasi tidak terjadi dalam 3 bulan
pertama masa kebuntingan karena kematian embrio fetus sebelum
terjadi tulang biasanya diikuti absorbsi atau resorbsi fetus dan
jaringan plasenta, kematian fetus pada bulan-bulan terakhir atau 6
minggu terakhir disertai mumifikasi fetus sering tidak diketahui
pada waktu partus (stillbirth). Pada sapi dikenal static fetal carrier.
Mumifikasi dapat terjadi dan diikuti oleh invasi ke uterus dan
berakibat maserasi dari uterus.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


Ada dua tipe mumifikasi yaitu : 1.Tipe hematik Terjadi perdarahan
dengan derajat tertentu antara endometrium dan membrane
fetalis. Pada sapi bisa terjadi pada semua umur dan biasanya
mengenai satu fetus tapi bisa juga kedua fetus. Pada sapi terjadi
pada bulan ke 3-8 masa kebuntingan, tapi umumnya setelah bulan
ke 5.bila didiagnosa maka akan dijumpai fetus tetap di uterus
walaupun melampaui masa bunting.Penyebabnya : sama dengan
sebab-sebab kematian fetus normal, juga bisa disebabkan karena
faktor genetik. 2.Papyraceous mummification Fetus lahir dalam
keadaan mati kering terbungkus oleh selubung fetusnya dan
selubung ini basah mengkilat. Yang spesifik adalah mummi ini
terdapat diantara fetus-fetus lain yang terus tumbuh dan lahir
hidup. Pengeluaran mumifikasi pada fetus : - 50-80 mg stillbestrol
atau 5-8 mg estradiol, menyebabkan relaksasi cervix dan involusi
corpus luteum, expulsi fetus. - ± 80% mumifikasi dengan
penyuntikan tunggal estrogen cukup dan fetus keluar 37-72 jam
kemudian. - Dosis tinggi tunggal estrogen biasanya pada sapi
berhasil mendilatasi cervix atau expulsi fetus 24-36 jam. - Konsepsi
biasanya terjadi 1-3 bulan selanjutnya.

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto


Ada beberapa prasyarat untuk proses mumifikasi yang meliputi. 1) kematian
janin pasca osifikasi. 2). Dehidrasi cepat di lingkungan rahim. 3) anaerobik
lingkungan rahim. 4) Lingkungan rahim yang steril dengan cara serviks tertutup
dan utuh
endometrium, karena serviks tertutup menghalangi masuknya patogen dan
suplai vaskular yang utuh
endometrium menetralkan patogen yang sudah ada. (Drost, 2007).
Pada sapi, janin
mumifikasi terjadi setelah pembentukan plasenta dan osifikasi janin (usia
kehamilan 70 hari)
sebaiknya antara usia kehamilan 3 sampai 8 bulan, tanpa lisis korpus secara
bersamaan
luteum dan pembukaan serviks (Lefebvre, 2015). Dalam mumifikasi janin,
kehamilan tetap ada
tidak terganggu karena sinyal janin untuk induksi partus tetap tidak ada
(Kumar et al.,s
Mumifikasi janin pada sapi termasuk penyebab infeksi dan non infeksi, di
yang pertama meliputi: leptospirosis, bovine viral diare (BVD), dan neospora
caninum.
(Roberts, 1962; Ghanem et al., 2009). Penyebab non infeksius antara lain:
gangguan kadar hormon
dan kelainan kromosom (Roberts, 1973), tali pusat terpelintir (Mahajan dan
Sharma, 2002), torsi uterus (Moore dan Rechardson, 1995), plasentasi yang
rusak (Irons,
1999), apalagi gangguan genetik sebagai salah satu kontributor utama
terjadinya
mumifikasi dapat dinilai dengan fakta bahwa ekstrak asam deoksiribonukleat
(DNA)
.
Maserasi fetus atau penghancuran fetus dapat terjadi pada setiap kebuntingan.
Kematian embrio dini dan maserasi disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yang
terdapat di dalam uterus, dan sering terdapat pada hewan yang menderita penyakit
trichomoniasis atau vibriosis. 

Maserasi fetus dapat terjadi jika fetus yang mati disertai dengan dipertahankannya
corpus luteum, dan diikuti lagi dengan terbukanya pintu serviks yang menjadi pusat
masuknya bakteri autolitik dan bakteri lainya ke dalam uterus. 

Fetus akhirnya mengalami kebusukan dalam uterus dan jaringan-jaringan lunaknya


hancur dan keluar sebagai leleran vagina yang berbau busuk. Dalam banyak kasus
tulang dapat terlalu besar dalam melalui lubang serviks dan akhirnya tertinggal
dalam uterus, dan akhirnya secara normal mencegah terjadinya konsepsi. 
Fragmen-fragmen besar dari tulang akhirnya tersimpan dalam endometrium
dan mengakibatkan endometritis dalam beberapa kasus. Maserasi fetus juga
dapat terjadi dalam masa puncak usia fetus yang mengalami kegagalan
kelahiran atau keluar dari uterus.

Etiologi
Maserasi fetus yaitu kematian fetus yang terjadi dipertengahan, atau
sepertiga akhir masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi pada corpus
luteum. Suatu keadaan mengapa fetus masih dipertahankan di dalam uterus
karena masih adanya fetus yang masih hidup atau adanya corpus luteum
yang masih ada, dan ada hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda. 

Maserasi yang ada hubungan dengan corpus luteum persisten. Karena


pemeliharaan fetus ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan corpus
luteum, pada spesies lainnya progesterone dihasilkan plasenta fetus setelah
pertengahan masa kebuntingan dan corpus luteum telah involusi. 
Maserasi fetus juga dapat berasal dari mumifikasi fetus yang diikuti oleh
invasi ke uterus dan berakibat maserasi dari uterus.
Hal ini terjadi karena konsekuen dari kegagalan pengaborsian fetus, akibat inertia
uterus. Bakteri kemudian masuk kedalam uterus melalui dilatasi serviks, dan
kombinasi dari putrefaksi dan autolysis jaringan lunak yang dihancurkan, dan
meninggalkan massa tulang fetus di dalam uterus. 

Anda mungkin juga menyukai